Kelompok 3 | S1 Akuntansi B
ANDRIAN MAULAN HOBIR (1706621097)
ASHZAHRA NANDA LESTARI (1706621102)
AULIA RANJANI (1706621028)
VIBRASTA SATRIA BISANA (1706621016)
PENGERTIAN PIUTANG
Pituang adalah bagian dari asset lancar. Aset Lancar merupakan asset yang diharapkan akan
direalisasi dalam siklus asset operasi berjalan. Piutang digolongkan menjadi dua kategori :
1. Piutang Usaha
Piutang Usaha (Account Receivable) meliputi piutang yang timbul karena adanya
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang ini seluruhnya dapat dimasukkan ke dalam asset lancar, dengan
syarat jangka waktu penagihan kurang dari satu tahun atau satu siklus usaha normal.
2. Piutang Lain-Lain
Piutang lain-lain (other receivable) timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal
perusahaan. Piutang ini diharapkan akan direalisasikan dalam waktu satu tahun.
Penyajian piutang usaha dan piutang lain-lain dalam laporan keuangan harus secara
terpisah dengan menggunakan identifikasi yang jelas. Sebagai contoh, disebutkan piutang
pernjualan angsuran.
Piutang dalam laporan keuangan tersebut juga dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan
diikuti dengan jumlah taksiran piutang yang tidak dapat ditagih atau piutang yang diragukan.
Barang yang dijual mungkin dikembalikan oleh pelanggan, dan karenanya diberikan
potongan harga (sales return dan allowance). Sebagai contoh, pelanggan Tuan Abadi
mengembalikan barang yang bernilai Rp 10.000.000. Maka berdasarkan nota Kredit yang
dikeluarkan, jurnal yang harus dibuat adalah :
Terdapat 2 (dua) cara dalam menetapkan jumlah penyisihan piutang tidak tertagih.
Rp10.000.000,00+ Rp20.000.000.00
Saldo piutang rata-rata = 2
= Rp15.000.000,00
= Rp7.500.000,00
Apabila dasar yang digunakan adalah golongan umur piutang pada akhir periode,
maka pada akhir periode perusahaan harus membuat daftar umur piutang (aging schedule of
receivable) seperti contoh berikut.
Daftar Umur Piutang
PT Citra
2 5.000,00 10.000,00 5.000,00 1.000,00 - - - 21.000,00
PT Abadi
3 15.000,00 20.000,00 1.000,00 2.000,00 3.000,00 - - 41.000,00
Dari data daftar umur piutang di atas kemudian diolah dan diklasifikasikan sesuat
persentase piutang tidak tertagih seperti contoh berikut.
PENGHAPUSAN PIUTANG
AKUNTANSI PAJAK
Dalam pasal 6 ayat (1) huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan telah mengatur
pembebanan sebagai biaya atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih atau lebih dikenal
dengan penghapusan dengan syarat :
1. Telah dibebankan sebagai biaya pada laporan laba rugi komersial
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jendral Pajak
1. Piutang Tidak Tertagih yang dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak adalah Piutang Tidak Tertagih yang timbul di bidang usaha
bank, lembaga pembiayaan, industri, dagang, dan jasa lainnya.
2. Piutang Tidak Tertagih yang dapat dihapuskan adalah piutang usaha sesuai dengan
bidang usaha dari Wajib Pajak yang bersangkutan.
1) Penerbitan umum yaitu pemuatan pengumuman pada penerbitan surat kabar atau majalah
atau media massa cetak yang lazim lainnya yang berskala nasional; atau
2) Penerbitan khusus yaitu pemuatan pengumuman pada:
• penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan Bank-
Bank Umum Nasional (PERBANAS);
• penerbitan atau pengumuman khusus Bank Indonesia; dan/atau
• penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak
dan pihak kreditur sebagai anggotanya.
Penggolongan tersebut telah sesuai dengan yang digariskan dalam Lampiran Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998. Masing-masing
setelah dikurangkan dengan nilai agunan tunai. Agunan tunai dimaksud adalah agunan berupa
giro, deposito, atau tabungan yang diblokir oleh bank.
Pembentukan cadangan dan perhitungannya harus diaudit oleh kantor akuntan publik yang
menyatakan perhitungan dana cadangan piutang tidak tertagih tersebut dilaksanakan sesuai
ketentuan yang berlaku dan telah diperhitungkan ke laba rugi komersial.