Anda di halaman 1dari 6

Nama : Risca Maya Proboandini

NIM : 131611123060

Kelas : AJ2-B19

Tugas Metodologi Penelitian


1. Topik Penelitian : Keperawatan Anak
2. Masalah Keperawatan :

a. Masalah (ide) : Masih tingginya angka stunting di Indonesia

b. Brainstorming : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka

stunting

c. Kepustakaan : Berdasarkan literature, terdapat berbagai faktor


yang berhubungan dengan pertumbuhan dan berkembangnya stunting,
yaitu : faktor komunitas dan sosial yang terdiri dari faktor ekonomi dan
politik, kesehatan dan pelayanan kesehatan, pendidikan, masyarakat dan
budaya, agrikultur dan sistem pangan, serta adanya faktor penyediaan air,
sanitasi, dan lingkungan. Sedangkan untuk faktor penyebab stunting ini
antara lain:
1) Faktor keluarga dan rumah tangga, terbagi menjadi :
 Faktor maternal, yang meliputi: rendahnya nutrisi selama masa
prakonsepsi, kehamilan, dan menyusui, tingginya angka kehamilan yang
singkat, infeksi, kehamilan di tingkat remaja, gangguan jiwa, IUGR
dan kehamilan preterm, jarak kehamilan yang dekat, dan hipertensi
 Lingkungan Rumah, meliputi: inadekuatnya stimulasi dan aktivitas pada
anak, rendahnya kepedulian dan pemberian asuhan, sanitasi dan
ketersediaan air yang tidak adekuat, keamanan makanan yang kurang,
ketidaktepatan pengalokasian makanan di dalam rumah, rendahnya
pendidikan kesehatan dari caregiver.
2) Ketidakadekuatan makanan tambahan
 Rendahnya kualitas makananan, meliputi: rendahnya pemenuhan
kebutuhan mikronutriens, low dietary diversity, rendahnya konsumsi
sumber makanan hewani, rendahnya kandungan gizi makanan dalam
pemenuhan makanan tambahan, antinutrient content.
 Praktik pemenuhan kebutuhan yang inadekuat, meliputi: frekuensi
pemberian makan, keadekuatan pemberian makanan selama dan
setelah sakit, kuantitas pemenuhankebutuhan nutrisi yang kurang
tepat, pemberian nutrisi dengan kandungan yang masih rendah,
nonresponsive feeding.
 Menyusui
Penerapan inadekuat, inisiasi yang terlambat, bukan termasuk menyusui
eksklusif, dan terlalu awal dalam proses penghentian menyusui
3) Infeksi

Faktor lingkungan rumah sebagai faktor penyebab stunting dari aspek


keluarga dan rumah tangga belum diteliti.

d. Identifikasi Potensi Variabel


- faktor maternal
- faktor lingkungan rumah
- kesehatan dan pelayanan kesehatan
- pendidikan
- menyusui
- infeksi
- pemenuhan kebutuhan gizi
- politik, ekonomi, kebijakan
- budaya dan masyarakat
- agrikultur dan sistem pangan

e. Rumusan masalah
Bagaimanakah peran serta keluarga dalam memberikan stimulasi pada anak
(psikososial) dan pengalokasian nutrisi dalam keluarga terhadap
perkembangan anak yang mengalami stunting?

f. Tujuan
Menjelaskan bagaimanakah peran serta keluarga dalam memberikan
stimulasi pada anak dan pengalokasian nutrisi dalam keluarga terhadap
perkembangan anak yang mengalami stunting
g. Judul
Peran serta keluarga dalam memberikan stimulasi pada anak dan
pengalokasian nutrisi dalam keluarga terhadap perkembangan anak yang
mengalami stunting

h. Latar Belakang (MSKS)


a) Masalah
F1 : Masih tingginya angka stunting di Indonesia dan terjadi peningkatan
nilai stunting dari 35,6% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun
2013 dan menurut WHO permasalahan balita pendek ini (stunting) akan
menjadi masalah kesehatan masyarakat bila prevalensinya 20% atau
lebih dan akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak (Pusat Data
dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Tumbuh kembang anak tidak hanya dipengaruhi oleh aspek pemenuhan
gizi namun juga stimulus yang ada. Otak seseorang secara potensial yang
utuh tidak hanya dapat diraih dengan nutrisi saja, namun stimulasi awal
pada masa anak-anak memiliki peranan yang penting dalam proses
pembentukan dan perkembangan otak yakni didukung oleh sinap dan
proses myelinesis (Naudeau, 2009).
Keluarga sebagai support system utama memiliki peranan yang sangat
penting terhadap perkembangan anak, baik pada aspek fisik, kognitif,
emosional, sosial. Tanpa terkecuali pada anak dengan stunting yang
mungkin dapat dimanifestasikan dengan keterlambatan aspek kognitif
dan bahasa.

F2 : Laju perkembangan dan peningkatan stunting dapat ditekan dengan


memperhatikan berbagai aspek yang mempengaruhi khususnya pada
1000 Hari Pertama Kehidupan. 1000 hari pertama kehidupan (dari masa
konsepsi hingga 2 tahun kehidupan) merupakan periode kritis untuk
pertumbuhan dan perkembangan seseorang (Victora, 2008; Martorell
dan Zangrone, 2012). Sehingga dibutuhkan pemahaman untuk
mengoptimalkan tumbuh dan kembang seseorang khususnya dalam hal ini
adalah pemahaman keluarga baik dalam upaya promotif, preventif,
ataupun kuratif. Pemahaman keluarga dalam hal ini baik selain
menciptakan lingkungan yang kondusif (sanitasi, penyediaan air, sosial
yang baik, dan menghindari infeksi) juga berperan dalam pengalokasian
nutrisi keluarga, karena nutrisi penting untuk pertumbuhan, kecerdasan
janin dan anak. Selain itu, adanya stimulus juga penting untuk
meningkatkan kecerdasannya, dan keluarga memiliki andil yang besar
untuk hal tersebut khususnya pada anak yang mengalami masalah
keterlambatan seperti stunting. Orang tua memiliki peranan yang cukup
besar dalam mengatasi hal tersebut.

b) Skala
Berdasar data dari WHO yang tertera pada Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan (2013) memperkirakan terdapat 162
juta balita pendek pada tahun 2012 dan jika tidak dilakukan intervensi
maka pada tahun 2025 diproyeksikan bahwa akan menjadi 127 juta
penderita bayi pendek (stunting).

Di Indonesia berdasar data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa


data balita pendek sebanyak 37,2%, hal ini menunjukkan peningkatan
jika dibandingkan tahun 2010 yang menunjukkan angka 35,6 % dengan
prevalensi tertinggi terjadi pada daerah Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan pada saat dilakukan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2015, prevalensi balita pendek mencapai 29% dan menurut WHO
masalah bayi pendek akan menjadi masalah kesehatan masyarakat bila
nilai prevalensinya 20% atau lebih sedangkan nilai Indonesia lebih tinggi
bila dibandingkan negara tetangga Vietnam (23%), Thailand (16%),
Malaysia (17%), Myanmar (35%), dan Singapura (4%).

Berdasarkan data Riskesdas 2013 angka stunting di perkotaan


mencapai 32,5 % sedangkan di pedesaan sebanyak 42,1 % (Riskesdas,
2013). Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dr
Harsono menjelaskan bahwa masih terdapat 26% bayi yang mengalami
stunting dan terdapat beberapa daerah yang menjadi fokus dengan
angka tertinggi yaitu : Pamekasan, Jember, Situbondo, dan Bangkalan
(Surabaya tribunnews.com, 2016).

Stunting merupakan sebuah masalah global yang serius untuk


dihadapi, karena secara tidak langsung juga dapat berdampak pada
angka mortalitas dan morbiditas dalam suatu bangsa ataupun wilayah.
Dalam Report of Colloquium WHO 2013 memaparkan bahwa stunting
dapat menyebabkan dampak atau konsekuensi jangka pendek maupun
konsekuensi jangka panjang. Adapun konsekuensi jangka pendek antara
lain meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas, menurunkan
perkembangan kognitif, motorik, dan perkembangan bahasa, dan dari
sector ekonomi dapat meningkatkan anggaran kesehatan, dan
opportunistic cost untuk anak sakit. Sedangkan untuk konsekuensi
jangka panjang dalam hal kesehatan adalah penurunan status kesehatan
saat dewasa, menaikkan risiko obesitas yang berhubungan dengan risiko
morbiditas, penurunan kesehatan reproduksi, menurunkan performa
sekolah, menurunkan prestasi belajar, dan menurunkan kapasitas kerja
dan produktivitas kerja.

c) Kronologi
Robert Zaellick, Presiden World Bank dalam Children and Youth
(2012) mengemukakan bahwa malnutrisi adalah faktor risiko terbesar
dan faktor penyebab yang mendasari kematian anak dibawah 5 tahun yang
diestimasi berkisar 3,5 juta per tahunnya. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat
pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan per
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan per Umur (TB/U) (Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2016). Balita pendek (stunting)
adalah balita dengan status gizi yang nilai z-scorenya -2 SD dan bila
sangat pendek (severely stunted) nilai z-scorenya -3 SD berdasar
standar baku WHO-MGRS(Multicenter Growth Reference Study).
Stunting adalah manifestasi dari kekurangan gizi kronis yang
terjadi pada anak. Gizi sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan otak dan kecerdasan anak khususnnya pada golden period
di 1000 hari pertama yang terbagi menjadi 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pertama setelah dilahirkan. Penelitian-penelitian ilmiah
telah membuktikan hal ini dan menyebutnya bahawa masa ini adalah
periode emas dan juga window of opportunity.
Gangguan pada masa ini dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan otak, perkembangan aspek kognitif, emosional, sosial, dan
pertumbuhan fisik anak ataupun metabolism anak. Sedang bila hal ini
terus berlanjut dapat menyebabkan gangguan jangka panjang yang
berpengaruh terhadap prestasi, performa belajar seseorang hingga
berpengaruh terhadap produktivitas seseorang. Bila hal ini terus
diabaikan, maka kita dapat mengerti bagaimana prospek ke depan suatu
bangsa apalagi hal ini berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas,
serta produktivitas dan ketergantungan bangsa.
Selain melihat aspek nutrisi dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan kecerdasan anak, tentunya kita juga perlu melihat
bahwa hal itu bukan merupakan aspek tunggal namun juga perlu ditinjau
kembali bagaimanakah aspek stimulasi yang dilakukan oleh orang tua dan
peran serta orang tua dalam hal ini khususnya pada anak stunting.
d) Solusi
- Solusi awal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan teori integrasi Model milik Lawrence King
dimana kita dapat mengetahui berbagai faktor pendukung, faktor
predisposisi, dan faktor pendorong terjadinya stunting dengan
begitu kita dapat mengkaji lebih dalam tentang hal yang
mempengaruhi hal tersebut dan kita dapat menentukan intervensi
yang tepat.
- Optimalisasi motivasi dan kesadaran masyrakat akan program 1000
Hari Pertama Kehidupan termasuk dalam selalu mengontrolkan
tumbuh kembang anak pada posyandu sehingga dapat dilakukan
identifikasi secara cepat bila ada keterlambatan
- Mengkaji peran keluarga dalam stimulasi perkembangan anak dan
pengetahuan nutrisi

Anda mungkin juga menyukai