Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas
(reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya
ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang
member stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan yaitu diri sendiri,
orang lain, waktu, dan tempat.
Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berkelompok dan saling
berhubunganuntuk memenuhi kebutuhan sosial, secara alamiah individu selalu berada dalam
kelompok.Dengan demikian dasarnya individu memerlukan timbal balik yang di dapatkan
dari kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif
dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan jiwa seseorang.
Beberapa keuntungan yang di peroleh individu atau klien melalui terapiaktivitas kelompok
melalui dukungan pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud terapi lingkungan?
2. Apa saja tujuan terapi lingkungan?
3. Apa saja karakteristik terapi lingkungan?
4. Apa saja aspek-aspek lingkungan fisik?
5. Apa sajakah Jenis kegiatan terapi lingkungan?
6. Apa sajakah macam-macam terapi lingkungan?
7. Bagaimana Peran perawat dalam terapi lingkungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi lingkungan.
2. Untuk mengetahui tujuan terapi lingkungan di keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui karakteristik terapi lingkungan di keperawatan jiwa
4. Untuk mengetahui aspek-aspek lingkungan fisik di keperawatan jiwa
5. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi lingkungan di keperawatan jiwa
6. Untuk menyebutkan macam-macam terapi lingkungan
7. Menjelaskan peran perawat dalam terapi lingkungan

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Lingkungan telah didefinisikan dengan berbagai pandangan, lingkungan merujuk
pada keadaan fisik, psikologis, dan social diluar batas system, atau masyarakat dimana system
itu berada (Murray Z).
Menurut Milieu Therapy, berpendapat bahwa terapi lingkungan berasal dari bahasa
Perancis yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang bersifat
terapeutik atau mendukung kesembuhan. Pengertian lainnya adalah tindakan penyembuhan
pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan
berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan.
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang diciptakan untuk
pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang
bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mengembangkan
keterampilan emosional dan sosial. (Stuart Sundeen).
Dalam pelaksanaannya harus melibatkan team work yang terdiri dari berbagai ahli di
bidangnya masing-masing dengan tujuan mengoptimalkan proses penyembuhan pasien. Tim
tersebut terdiri dari dokter ahli jiwa, psikolog, perawat jiwa, ahli sanitasi lingkungan, sosial
worker, dan petugas kesehatan lainnya. Dimana dalam pelaksanaannya berupa planning
duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya masing-masing untuk mencapai tujuan dari
terapi lingkungan.

B. Tujuan
Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan
mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.
Y Abrons dalam Stuart sundeen 1995 menyebutkan tujuan terapi lingkungan meliputi :
a. Tujuan umum
Membekali pasien kemampuan untuk kembali ke masyarakat dan dapat menjalankan
kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin.
b. Tujuan khusus
Membatasi gangguan dan perilaku maladaptif. Mengajarkan keterampilan psikososial
dengan cara :
1. Orientasi yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang
lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien
terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui
interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
2. Asertation yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri
secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat.
3. Accuption yaitu kemampuan pasien untuk dapat percaya diri dan berprestasi

2
melalui keterampilan membuat kerajinan tangan.
4. Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang
menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien utnuk
mengikuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan
keterampilan yang telah dipelajari, misalnya interaksi sosial.

C. Jenis-jenis Kegiatan
1. Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial. Contohnya : berenang, main kartu, dan karambol.
2. Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama dengan orang lain
yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta
memberikan kesempatan pada klien untuk menyalurkan / mengekspresikan
perasaannya. Contohnya : menari dan menyanyi.
3. Terapi dengan menggambar dan melukis
Memberikan kesempatan pasien untuk mengekpresikan tentang apa yang terjadi
dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan
pikiran pada kegiatan.
4. Literatur atau biblio therapy
Therapy dengan membaca seperti novel, majalah dan buku- buku lain. Dimana pasien
diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan /
pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma- norma yang ada.
5. Pet therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan
hubungan interaksi dengan orang- orang dan pasien biasanya merasa kesepian,
menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain.
6. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/ mahluk
hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya
dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta
menggunakannya saat tanaman dipetik.

D. Karakteristik
1. Distibusi Kekuatan
Proses penyembuhan pasien sangat bergantung pada kemampuan pasien dalam
membuat keputusan bagi dirinya sendiri (otonomi). Oleh karena itu, perawat, tenaga
kesehatan, dan pasien yang terlibat di dalamnya diharapkan dapat bekerja sama dalam
melengkapi data yang dibutuhkan untuk menentukan masalah pasien, berbagi tanggung
jawab, dan bekerja sama untuk mengarahkan pasien dalam membuat keputusan bagi
proses penyembuhannya.
2. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka merupakan komunikasi dua arah yang kedua belah pihak saling
mengerti pesan yang dimaksudkan tanpa adanya hal yang disembunyikan. Komunikasi

3
terbuka yang dilandasi saling percaya dan kejujuran di antara perawat dengan tenaga
kesehatan lain merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan.
Setiap data yang diperoleh mengenai pasien dan keluarganya harus segera
dikomunikasikan bersama sehingga dapat memberi arahan dalam pembuatan keputusan
yang hanya ditujukan untuk kesembuhan pasien.
3. Struktur Interaksi
Interaksi terapeutik bukan hanya sekadar berinteraksi biasa, melainkan membutuhkan
strategi tersendiri seperti halnya struktur yang tepat sehingga apa yang diinginkan
dalaminteraksi tersebut tercapai. Perawat sebagai ujung tombak utama yang
berhadapan langsung dengan pasien selama 24 jam diharapkan mampu memfasilitasi
interaksi terapeutik dengan memperlihatkan sikap bersahabat, bertutur kata lembut,
jelas tapi tegas, tidak defensif, penuh perhatian, peka terhadap kebutuhan pasien,
mampu memotivasi pasien untuk berinteraksi dengan pasien lain, serta saling berbagi
rasa dan pengalaman. Hal tersebut akan sangat membantu pasien untuk dapat
menerima perawatan dan pengobatan yang diberikan.
4. Aktivitas Kerja
Pasien yang dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu tidak sebentar sering
mempunyai perasaan kesepian, tidak berarti, ditolak/dikucilkan, tidak
mandiri/bergantung, dan keterbatasan hubungan dengan dunia luar. Oleh karenanya,
perawat diharapkan mampu mengisi waktu luang pasien dengan memotivasi pasien
ikut serta dalam aktivitas lingkungan yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
tingkat perkembangannya. Sebelum menentukan kegiatan apa yang akan dilakukan
pasien, perawat bersama pasien mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan yang dapat
dilakukan pasien sebagai pengisi waktu luang. Misalnya membaca majalah, buku
pelajaran bagi siswa/pelajar/mahasiswa, jalan-jalan pagi, menyulam, melakukan
kegiatan sehari-hari, serta berbagi pikiran dan perasaan dengan sesama pasien yang
dilakukan bersama perawat.
5. Peran Serta Keluarga dan Masyarakat dalam Proses Terapi
Keluarga merupakan orang-orang terdekat yang sangat memengaruhi kehidupan
pasien. Oleh karena itu, peran serta keluarga dalam penyembuhan pasien juga menjadi
hal yangutama karena setelah selesai menjalani perawatan di rumah sakit pasien akan
kembali ke keluarga dan berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Kesiapan keluarga
dan masyarakat dalam menerima kembali kehadiran pasien merupakan hal yang harus
ditata sedini mungkin. Pelibatan keluarga dalam penyusunan perencanaan perawatan,
pengobatan, dan persiapan pulang pasien merupakan solusi yang harus dilakukan oleh
perawat dan tenaga kesehatan secara komprehensif. Penyiapan lingkungan masyarakat
dapat dilakukan dengan penyuluhan dan penyebaran selebaran tentang kesehatan jiwa,
penyakit jiwa, dan solusinya. Hal ini membutuhkan kerja sama yang solid antar pihak,
yaitu tenaga kesehatan dan kebijakan pemerintah setempat.
6. Lingkungan yang Mendukung
Untuk mendukung fase tumbuh kembangnya maka lingkungan diatur sedemikian rupa,
seperti ruang anak-anak terdapat mainan yang disesuaikan dengan usianya, ruang
remaja banyak alat informasi, majalah, buku, film, sedangkan untuk lansia ruang yang
terang, aman, dan sederhana.

4
E. Komponen Fungsional
1. Containment
- Fungsi
Mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa.
- Tujuan
Memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan rasa
percaya.
- Bentuk terapi
Isolasi dan pengikatan.
- Aktifitas
Memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri
dan orang lain.

2. Support
- Fungsi
Membantu pasien merasa aman dan nyaman serta mengurangi
kecemasan.
- Tujuan
Meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien.
- Bentuk terapi
Penggunaan komunikasi terapeutik, pemberian perhatian dengan
sikap empati edukasi.
- Aktifitas
Meningaktkan hubungan dan interaksi.

3. Struktur
- Fungsi
Membantu mendorong perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
- Tujuan
Meningkatkan tanggyng jawab terhadap perilaku dan konsekuensinya,
serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang
terstruktur.
- Bentuk terapi
Terapi aktifitas, terapi aktifitas sosian, terapi occupation.
- Aktifitas
Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pasien.

5
4. Involvement
- Fungsi
Mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, kompromi dan konfrontasi
untuk meningkatkan keterlibatan sosial.
- Tujuan
Menstimulasi pasien tuntuk berperan serta aktif dalam lingkungan
sosial dan interaksi serta mengembangkan keterampilan.
- Bentuk terapi
Terapi kelompok.
- Aktifitas
Melakukan aktifitas kelompok.

5. Validation
- Fungsi
Membantu pasien mengambangakan kapasitas kedekatan yang lebih
besar danmenyatu identitasnya.
- Tujuan
Membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta
mendorongintegrasi antara perasaan senang dan tidak senang.
- Bentuk terapi
Psikodrama, stimulasi persepsi dan validasi.
- Aktifitas
Bermain drama, menerima pikiran perasaan pasien dan memberi
reinforcemen.

F. Terapi Lingkungan Pada Kondisi Khusus


a. Pasien rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri
(suicide).

Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai


berikut:
1. Ruangan aman dan nyaman.
2. Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri
sendiri atau orang lain.
3. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam
keadaan terkunci.
4. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan
mudah dipantau oleh petugas kesehatan.
5. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan
meningkatkan gairah hidup pasien.
6. Warna dinding cerah.

6
7. Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup.
8. Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi.
9. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi pasien.

Lingkungan sosial:
1. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien
sesering mungkin.
2. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan
atau kegiatan medis lainnya.
3. Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan sosial secara bertahap.
6. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
7. Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya.

b. Pasien dengan amuk.


Lingkungan fisik:
1. Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang cukup.
2. Pasien satu kamar satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan
dicampur antara yang kuat dengan yang lemah.
3. Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci.
4. Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protokol pengikatan dan
pengasingan secara aman, serta protokol pelepasan pengikatan.

Lingkungan Psikososial:
1. Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.
2. Observasi pasien tiap 15 menit.
3. Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
4. Penuhi kebutuhan fisik pasien.
5. Libatkan keluarga.

G. 3 Aspek Yang Mempengaruhi Terwujudnya Lingkungan Fisik Terapeutik

1. Lingkungan fisik tetap


Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun
internal. Bagian eksternak meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi
dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah
satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah - tengah pemukiman
penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi.hal ini
secara psikologis diharapkan dapat membantu memlihara hubungan

7
terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan
terisolasi.
Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan
rumah tinggal yang di lengkapi ruang tamu. Ruang tidur, kamar mandi
tertutup , wc dan ruang makan. Masing - masing ruangan tersebut diberi
nama sesuai dengan tujuan untuk memberikan stimulasiada pasien
khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang memori dan
mencegah disorientasi ruangan.
2. Lingkungan fisik semi tetap
Fasilitas - fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi,
meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan
diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan
satu dengan yang lainnya, serta menjaga privasi pasien.
3. Lingkungan fisik tidak tetap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat
dipengaruhi oleh sosial budaya.
4. Lingkungan psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan
pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan
serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi
dengan pasien :

 Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan,


mengubah tingkah laku pasien.
 Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari
tingkah laku partisipasi petugs kesehatan dan keterlibatan pasien dalam
kegiatan belajar.
 Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai
anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan.
 Sehari kegiatan sehari -hari mendorong interaksi antara pasien.
 Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender
harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas
kesehatan.

8
H. Komponen Yang Perlu Diperhatikan
Beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam terapi lingkungan antara lain:
1. Fisik yang terkait dengan desain dan renovasi
2. Intelektual yaitu aspek intelektual dari lingkungan yang meliputi warna, sinar, suara,
suhu, bau, dan rasa
3. Komponen sosial yang meliputi peran serta pasien dengan pola komunikasinya serta
perbandingab antara pasien dengan staf
4. Emosional yaitu suatu keadaan atau kondisi psikis seseorang yang akan turut
berpengaruh dan saling dipengaruhi oleh faktor fisik, sosial dan intelektual misalnya
seorang pasien dengan kondisi psikisnya dalam keadaan senang, santai, mampu
bekerjasama dengan baik, dan di dukung oleh peran seorang terapis yang tidak
defensive, empati dan mampu menciptakan keamanan

I. Peran Perawat Dalam Terapi Lingkungan


1. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman
a. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang akrab,
menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas
kesehatan, dan pasien.
b. Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau
keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap
pasien atau perawat.
c. Menciptakan suasana yang nyaman.
d. Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri
dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya
membereskan kamar
2. Penyelenggaraan proses sosialisasi
a. Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai
orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain
b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan
perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-
kegiatan tertentu
c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan
kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.
3. Sebagai teknis perawatan
Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien,
memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan
perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.

9
4. Sebagai leader atau pengelola
Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik
yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik
maupun secara psikologis kepada pasien.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan kita, yang
diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial.Suatu manipulasi ilmiah
pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku
pasien dan untuk mngembangkan keterampilan emosional dan sosial.
Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, membantu
belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri untuk kembali ke
masyarakat.
Peran Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang
akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas
kesehatan, dan pasien.

B. Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami
mengharapkan saran agar kami dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan
dibuat selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya
mahasiswa ilmu keperawatan dalam mempelajari keperawatan jiwa mengenai
terapi lingkungan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati Farida, Yudi Hatono,2011. Buku ajar keperawatan


jiwa.Jakarta:salemba medika

Yusuf. Ah. DKK. (2015). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: selemba
medika

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/2598/3243
(diakses tanggal 06 Juni 2018, pukul : 21.00)

https://www.academia.edu/8605703/TERAPI_LINGKUNGAN_PADA_PASIEN_GA
NGGUAN_JIWA (diakses tanggal 06 Juni 2018, pukul : 21.00)

12

Anda mungkin juga menyukai