Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESENJANGAN EKONOMI DI LADANG EMAS

Dosen Pembimbing : Kartini Pramono

Disusun Oleh :

Kelompok 1 :

1. Natalia Prastika Barek Lega


2. Tika M Agami
3. Maria M Indy Salo
4. Fathuriza Adnan S
5. Grecynda Ayu V
6. Dian Rahma A
7. Siwi Susilowati
8. Ambarwati Aybulang
9. M. Nur Miswari
10. Inno Sentia
11. Meiga Singgih P
12. Arum Sulastri
13. Aditya Rama N
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN PERMASALAHAN
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian pertambangan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Papua

3.2 Sejarah dan kondisi pertambangan freeport


3.3 Dampak fisik pertambangan freeport

3.4 Dampak ekonomi pertambangan freeport

3.5 Penyebab kesenjangan di Papua

3.6 Solusi

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
harapan dan selesai tepat pada waktunya.

Dengan dibuatnya makalah ini penyusun bertujuan agar setiap pembaca dapat mengerti dan
menambah luas pengetahuannya mengenai “Kesenjangan Sosial di Ladang Emas”. Kami
mencoba memberi informasi bahwasanya meski tanpa melalui internet, media makalah pun
insya Allah dapat menambah wawasan pengetahuan.

Penyusun menyadari segala kekurangan dari makalah ini, baik materi maupun bahasa, namun
demikian penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
bagi setiap pembaca.Selama proses penyusunan, penyusun telah dibantu oleh berbagai media
buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Akhirnya bagi Tuhanlah segala sifat kesempurnaan dan tidak satupun pekerjaan manusia
yang luput dari kekurangan termasuk penyusunan makalah

Terima kasih kepada pembaca yang setia menggunakan makalah ini untuk berbagai
keperluan pembelajaran maupun sebatas mendalami materi. Semoga Allah SWT senantiasa
memberi kebaikan, yang mungkin kami tidak dapat membalasnya secara jasa akan tetapi
kami berharap selalu diberikannya rahmat dan hidayah oleh Allah SWT.

Yogyakarta, 25 Mei 2015


Penyusun,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang
sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang
terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah. Keadaan
inilah yang menjadikan Papua sebagai tempat aktivitas perusahaan tambang, yang bertujuan
untuk mengambil sumber daya alamnya.
Sedangkan, PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang
mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold Inc., perusahaan ini adalah
pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan penghasil emas terbesar di dunia
melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di
Papua, masing-masing tambang Estberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di
kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Seiring dengan berjalannya aktivitas pertambangan banyak sekali terjadi peristiwa
yang dinilai tidak banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia umumnya dan rakyat
Papua khususnya. Banyak lembaga swadaya masyarakat yang bekerja, meneliti kejadian yang
sesungguhnya tentang PT Freeport di Papua. Dan banyak pula laporan yang berisikan
kejahatan PT Freeport.
Maka atas dasar ini penulis mengumpulkan data permasalahan dan membuat
analisa untuk pemecahan masalahnya.
1.2 Rumusan Permasalahan
1. Bagaimana kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT. Freeport Indonesia?

2. Apa keuntungan yang diberikan Freeport pada Indonesia?

3. Bagaimana dampak fisik pertambangan freeport terhadap masyarakat Papua?

4. Bagaimana dampak pertambangan emas yang dilakukan Freeport terhadap alam


sekitarnya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui kondisi dan sejarah pertambangan yang dikelola PT. Freeport Indonesia.
2. Mengetahui keuntungan yang diberikan Freeport pada Indonesia.
3. Mengetahui dampak pertambangan emas yang dilakukan Freeport terhadap alam
sekitarnya.
4. Mengetahui dampak pertambangan freeport terhadap masyarakat Indonesia.
5. Untuk berusaha mencari solusi yang tepat dalam penyelesaiannya.

1.1 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan ini merupakan ringkasan secara singkat bab per bab

yang dapat memberikan gambaran tentang makalah skripsi ini, yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan


Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan landasan teori, pengertian dari para ahli.

BAB III Hasil dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang Hasil Penelitian, dan Pembahasan.


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan serta saran.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pertambangan

Berdasarkan pengertian yang dilansir oleh wikipedia (2013), Pertambangan adalah


rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas)

Menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah nomor 22


tahun 2010, yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

Pertambangan mempunyai beberapa karakteristik, yaitu tidak dapat diperbarui,


mempunyai resiko relatif lebih tinggi, dan menimbulkan dampak lingkungan, baik fisik
maupun sosial yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengusahaan komoditas lain.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Papua

Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau
bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara
Papua Nugini atau East New Guinea.

Kata Papua sendiri berasal dari bahasa Melayu yang berarti rambut keriting, sebagai
gambaran yang memacu pada penampilan fisik suku-suku asli.

Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan
kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung
Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli
dari Papua. Jadi Papua sudah dikenal beberapa abad yang lalu, dengan kondisi alam yang
baik yang menghasilkan flora fauna yang baik pula.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut
sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para Nasionalis yang
ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda
(Nederlands New Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada dibawah penguasaan
Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973.
Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang
tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.

Sejarah PT. Freeport Indonesia

Freport atau PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya milik

Freeport-McMoran Copper and Gold Inc. Freeport McMoRan Copper and Gold Inc. pada awalnya

merupakan sebuah perusahaan kecil yang berasal dari Amerika Serikat yang memiliki nama Freeport

Sulphur, didirikan pada tahun 1981 melaluimerger antara Freeport Sulphur, yang mendirikan PT Freeport

Indonesia dan McMoRan Oil and Gas Company. Perusahaan minyak ini didirikan oleh Jim Bob Moffet

yang menjadi CEO Feeport McMoRan. Sejak menemukan deposit emas terbesar dan tembaga terbesar

nomor tiga di dunia yang terletak di Papua, perusahaan ini berubah menjadi penambang emas raksasa skala

dunia. perusahaan Freeport adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia.

PT. Freeport Indonesia telah beroperasi selama kurang lebih 46 tahun sejak 1967, dan kini merupakan

perusahaan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. PT. Freeport Indonesia telah

melakukan eksplorasi di Papua di dua tempat yaitu tambang Erstberg dari tahun 1967 dan tambang

Grasberg pada tahun 1988 tepatnya dikawasan tembaga puri, kabupaten Mimika, provinsi Papua.

PT. Freeport Indonesia telah mengetahui bahwa tanah di daerah Mimika Papua memiliki potensi besar ada

pertambangan emas terbesar di dunia, sehingga PT. Freeport Indonesia mulai memasuki daerah Mimika

pada tahun 1971 dengan membuka lahan awalnya di Erstberg.

Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah Indonesia dengan Freeport pada

1967, menjadi landasan bagi perusahaan ini mulai melakukan aktivitas pertambangan. Tak hanya itu, KK
ini juga menjadi dasar penyusunan UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang disahkan pada Desember

1967 atau delapan bulan berselang setelah penandatanganan KK.

Keberadaan dan operasional PT. Freeport Indonesia sejak 1967 hingga kini telah memberi keuntungan

yang sangat besar bagi perusahaan induknya, yakni Freeport McMoran di Amerika Serikat. Hal ini terlihat

dari jumlah penjualan Freeport pada tahun 2012, yaitu menjual 915.000 ons (28,6 ton) emas dan 716 juta

pon (358 ribu ton) tembaga dari tambang Grasberg di Papua. Hasil penjualan emas itu menyumbang 91%

penjualan emas perusahaan induknya.

Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan emas Freeport sebanyak 1,01 juta ons

(31,6 ton) emas dan 3,6 miliar pon ( 1,8 juta ton) tembaga. Penjualan tembaga asal Indonesia menyumbang

seperlima penjualan komoditas sejenis bagi perusahaan induknya.

Harga komoditas pertambangan memang turun belakangan ini lantaran rendahnya permintaan di pasar

dunia. Namun, kondisi ini tidak terlalu berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Buktinya, laba

Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun).

Total pendapatan juga meningkat menjadi USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun

sebelumnya.

Pada Maret 1973, Freeport memulai pertambangan terbuka di Ertsberg, kawasan yang selesai ditambang

pada tahun 1980 dan menyisakan lubang sedalam 360 meter. Pada tahun 1988, Freeport mulai mengeruk

cadangan raksasa lainnya, Grasberg, yang masih berlangsung saat ini. Lubang tambang Grasberg telah

mencapai diameter 2,4 kilometer pada daerah seluas 499 hektar dengan kedalaman 800 meter.

Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan emas yang tersisa hingga

rencana penutupan tambang pada 2041. Bahkan ada spekulasi bahwa PT. Freeport Indonesia juga

memproduksi uranium, suatu zat yang sangat dicari oleh banyak negara di dunia untuk kebutuhan energi,

walaupun sebenarnya hal ini belum terbukti secara sah.


Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu 46 tahun telah menimbulkan berbagai dampak.

Dampak yang ditimbulkan itu sangat kompleks dan semakin parah dalam kurun 5 tahun terakhir, meliputi

dampak fisik maupun dampak sosial.

Dampak pertambangan emas yang dilakukan Freeport terhadap alam sekitarnya

Beberapa kerusakan lingkungan yang diungkap oleh media dan LSM adalah, Freeport

telah mematikan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan tailing. Merubah bentang alam karena

erosi maupun sedimentasi. Meluapnya sungai karena pendangkalan akibat

endapan tailing. Freeport telah membuang tailing dengan kategori limbah B3 (Bahan

Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa. Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura.

Tailing yang dibuang Freeport ke Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total

suspend solid (TSS) yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing

Freeport mencemari perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis

mahluk hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah

besar. Tailing yang dibuang Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam

berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah

akibat tailing.Freeport telah mengakibatkan kerusakan alam dan mengubah bentang alam serta

mengakibatkan degradasi hutan yang seharusnya ditindak tegas pemerintah. Hal ini karena

mengancam kelestarian lingkungan dan melanggar prinsip pembangunan berwawasan lingkungan

yang diamanatkan UUD 1945 pasal 33. Hasil bumi Indonesia ini dikelola oleh pihak asing karena sumber

daya manusia (SDM) penduduk negara indonesia kurang dibandingkan oleh pihak asing, selain itu

teknologi yang digunakan untuk mengolah hasil ini hanya dimiliki oleh pihak asing, dan mereka tidak mau
menjualnya kepada indonesia sehingga hal tersebut dimanfaatkan oleh pihak asing untuk melakukan kerja

sama. Tanggapan pemerintah pun disambut dengan baik, karena dalam perjanjian yang telah dilakukan,

pihak asing hanya diperbolehkan untuk menambang tembaga. Tetapi tanpa persetujuan pemerintah, pihak

asing tersebut telah menambang emas juga.

Hal tersebut dapat terjadi karena pada umumnya, masyarakat Papua yang notabene tidak memiliki

pendidikan yang cukup tergolong memiliki pemikiran dangkal sehingga kelemahan inilah yang diambil

oleh awak PT. Freeport. Pada akhirnya, hal ini jugalah yang menimbukal gap (kesenjangan) yang cukup

besar diantara pihak masyarakat Papua dan Freeport. Para pekerja Freeport yang berasal dari tenaga kerja

berpendidikan, menggunakan wawasan serta intelektualitas mereka dalam mengolah tambang

menggunakan teknologi-teknologi modern. Sedangkan masyarakat papua yang minim sekali mengenyam

pendidikan hanya dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan cara tradisionil dan alat bantu

sekadarnya. Perbedaan keduabelahpihak inilah yang sangat menonjol.

Masyarakat Papua kekurangan tenaga berpendidikan sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan kekayaan

alam di tanahnya sendiri dengan maksimal dan karena itulah bangsa pendatang yang justru mengelola

kekayaan mereka karena para bangsa pendatang itu jauh memiliki keahlian intelektual dibandingan bangsa

pribumi di papua. Mereka tidak menggantungkan hidup kepada alam selayaknya masyarakat lokal, dengan

teknologi canggih yang mereka miliki, mereka mampu membuat kekayaan alam itu sendiri yang

bergantung kepada mereka.

Keberadaan Freeport yang menguasai berbagai tambang berharga milik Papua, tidak serta merta membawa

kenaikan taraf hidup bagi masyarakat lokalnya. hal tersebut dikarenakan hasil tambang yang seharusnya

menjadi hal masyarakat papua justru jatuh ke tangan para pejabat-pejabat elit yang bekerja sama dengan

perusahaan tersebut. Kekurangan dana inilah yang membuat kehidupan masyarakat papua menurun hingga

angka kemiskinan. Mereka yang ingin mendapatkan penghasilan untuk hidup kini hanya bisa mengais-

ngais sisa emas dari limbah pabri PT. Freeport.


Selain itu, struktur pembangunan dalam wilayah Papua sangatlah tidak merata. Hanya daerah-daerah pusat

sajalah yang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga daerah-daerah terpencil masih belum bisa

ditunjangi. Faktor tersebut juga semakin memperlebar kesejangan diantara kedua belah pihak.

Solusi

Sejauh ini solusi yang paling tepat untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi adalah dengan cara

meningkatkan tingkat pendidikan untuk masyarakat Papua. Karena dengan adanya pendidikan, Masyarakat

dapat menerapkan ajaran-ajaran yang mereka pelajari tersebut terhadapat lingkungan mereka. terlebih lagi

jika mereka berhasil mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, otomatis taraf kehidupan mereka juga

akan semakin meningkat.

Untuk pemerintah, sebaiknya segera meratakan struktur pembangunan di daerah Papua dan tidak hanya

memfokuskan perhatian kepada daerah pusat dan sebagainya. Wilayah terpencil yang bahakan tak

terjamahpun harus mendapatkan sorotan sehingga tingkat keselarasan harusnya terbagi rata.
BAB 1V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertambangan Freeport adalah bukti kesalahan pengurusan pada sektor pertambangan di Indonesia dan

mudah tergodanya pemerintah akan penghasilan devisa yang instan.. Pemerintah menganggap emas hanya
sebatas komoditas devisa yang kebetulan berada di tanah Papua. Padahal apabila dikelola sendiri,

Tambang Freeport akan menghasilkan keuntungan ratusan kali lipat yang didapatkan sekarang.

Dalam 5 tahun terakhir, kerusakan fisik berupa kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat

Pertambangan Freeport semakin parah. Selain itu, Pertambangan Freeport juga menimbulkan dampak

sosial dan budaya yang kompleks. Dari dampak-dampak yang ditimbulkan, pemerintah Indonesia masih

tidak bergeming untuk menghentikan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh Freeport. Pemerintah

justru menyetujui perpanjangan masa kontrak Freeport hingga tahun 2041.

B. Saran

1. Melakukan evaluasi terhadap seluruh aspek pertambangan Freeport terutama aspek pengelolaan

sumberdaya alam dan lingkungan.

2. Melakukan perubahan Kontrak Karya Freeport yang lebih menguntungkan bagi negara pada

umumnya dan bagi rakyat Papua pada khususnya.

3. Memberi fasilitas konsultasi penuh dengan penduduk asli Papua terutama yang berada di wilayah

operasi Freeport dan pihak berkepentingan lainnya mengenai masa depan pertambangan tersebut.

4. Memetakan dan mengkaji sejamlah skenario bagi masa depan Freeport, termasuk kemungkinan

penutupan, kapasitas produksi dan pengolahan limbah.

DAFTAR PUSTAKA

http://dewimoe.blogspot.com/2011/10/freeport.html

https://ayoesjournal.wordpress.com/2015/11/21/tugas-ilmu-sosial-dasar-kesenjangan-sosial/

http://elektronikaunej.blogspot.co.id/2013/12/pengaruh-freeport-terhadap-lingkungan.html
http://success4usoshi.blogspot.co.id/2010/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai