OLEH
1
LEMBAR PENGESAHAN
(___________________) (___________________)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mendapatkan perawatan di Rumah Sakit merupakan
peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman traumatik
pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua,
kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan
invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibat perpisahan
pada anak akan menimbilkan berbagai reaksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak
kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak
tindakan keperawatan yang diberikan.
Pada saat di rawat di rumah sakit akan anak merasa
takut bila mendapat perlukaan, karena ia menganggap bahwa
tindakan dan prosedur yang dilakukan di rumah sakit
semuanya dapat mengancam integritas tubuhnya. Anak masuk
rumah sakit akan bereaksi dengan agresif, ekspresi verbal
dan dependensi. Maka sulit bagi anak untuk percaya bahwa
mengukur suhu, mengukur tekanan darah, mendengarkan suara
napas dan prosedur lainnya tidak akan menimbulkan
perlukaan. Jika hal ini berlanjut maka tindakan
keperwatan dan pengobatan tidak akan berhasil sehingga
masalah anak tidak teratasi.
RSUD Selong merupakan Rumah Sakit Rujukan daerah
yang memfasilitasi pemeriksaan dan perawatan bagi anak
yang kemudian menjadi penyebab stres bagi anak, orang tua
atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk dilakukan
pemeriksaan dan tindakan. RSUD selong memiliki banyak
ruangan untuk pasien rawat inap, salah satunya yaitu
3
Ruang anak. Ruang anak secara khusus merawat pasien anak
dengan berbagai macam penyakit. Dari hasil observasi yang
dilakukan pada anak yaitu pada hari Selasa tanggal 03
Maret 2015, terdapat 5 orang anak yang menunjukkan
kecemasan atau mengalami trauma hospitalisasi, tentu hal
ini pada akhirnya akan mempengaruhi kondisi anak dalam
proses penyembuhan.
Berbagai cara dan metode telah banyak dikembangkan
untuk menghindari masalah di atas, salah satunya adalah
dengan melakukan terapi bermain kepada anak yang
mengalami hospitalisasi. Selain merupakan kegiatan dari
dunia anak, bermain juga dipercaya mampu menurunkan
stress pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan
infasif salama proses perawatan di rumah sakit. Penerapan
terapi bermain dalam penanganan anak yang dirawat di
rumah sakit juga dapat memudahkan anak mengalihkan rasa
kecemasan dan ketakutan lewat permainan, mempercepat
proses adaptasi di rumah sakit, anak dapat berkumpul
dengan teman sebayanya di rumah sakit sehingga tidk
merasa terisolisir, anak mudah diajak bekerja sama dengan
metode pendekatan proses keperawatan di rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
a. Mengurangi kecemasan dan trauma hospitalisasi
pada anak
b. Mendorong Intraksi Antara Perawat Dengan Anak
2. Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan intelektual anak
b. Meningkatkan keterampilan sensori motorik halus
c. Meningkatkan keterampilan sensori motorik kasar
d. Meningkatkan kreativitas
e. Meningkatkan perkembangan sosial anak
f. Mengembangkan kebebasan dalam bereksplorasi
4
g. Mengembangkan kemandirian dan keyakinan anak
C. Manfaat
1. Bagi Keluarga Pasien
Sebagai terapi untuk meningkatkan perkembangan
sosial dan intelektual anak
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
intervensi keperawatan anak
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi pendidikan untuk
meningkatkan mutu Pendidikan, khususnya di bidang
perawatan anak
4. Bagi Mahasiswa
Sebagai pembelajaran dalam rangka mencapai
kompetensi pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak
dengan menerapkan terapi modalitas pada anak.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Bermain
Hurlok (2007) Bermain adalah salah satu aspek penting
dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk
menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan
krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut
sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka
alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain
sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak
juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2008).
Landreth (2001) mendefinisikan terapi bermain sebagai
hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan
terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang
menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi
perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan,
pengalaman dan perilakunya) melalui media bermain.
B. Fungsi Bermain
Menurut Wong (2008) fungsi bermain meliputi:
1. Perkembangan sensori motorik
Bermain penting untuk mengembangkan otot dan energi.
Komponen yang paling utama untuk semua umur terutama
bayi. Anak mengeksplorasi alam sekitarnya dengan cara:
a. Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio,
visual.
b. Toddler dan prasekolah yaitu gerakan tubuh dan
eksplorasi lingkungan
6
c. Sekolah dan remaja yaitu memodifikasi gerakan tubuh
lebih terkoordinasi dan rumit. Contoh berlari dan
bersepeda.
2. Perkembangan intelektual atau kognitif
Anak belajar berhubungan dengan lingkungannya,
belajar mengenal objek dan bagaimana menggunakannya,
biasanya dimulai dari teman-teman sekelasnya anak
belajar berpikir abstrak dapat meningkatkan kemampuan
bahasa, dapat mengatasi masalah dan menolong anak
membandingkan antara fantasi dan realita. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan membacakan kepada teman-temannya.
3. Sosialisasi
Dengan bermain akan mengembangkan dan memperluas
sosialisasi anak sehingga anak cepat mengatasi persoalan
yang akan timbul dalam hubungan sosial. Dengan
sosialisasi akan berkembang nilai-nilai norma dan etik.
Anak belajar yang benar dan salah serta bertanggung
jawab atas kehendaknya. Permainan membantu anak untuk
membuka diri dan pengertian kepada orang lain diluar
keluarga melalui saling berbagi cerita dan rahasia
pribadi, mendengarkan pendapat teman dan saling memberi.
a. Bayi: perhatian dan rasa senangnya akan kehadiran
orang lain dimana kontak sosial pertama anak adalah
figur ibu
b. Sampai usia 1 tahun: bayi memeriksa bayi lain,
memeriksa objek dilingkungan
c. Usia 2-3 tahun: permainan pura-pura dengan ibu dan
anak, dokter dan pasien, penjual dan pembeli.
Kemudian meluas teman sementara dan teman
sepermainannya
d. Usia pra sekolah: sadar akan keberadaan teman sebaya,
mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya
e. Usia sekolah: teman 1 atau 2 orang yang disukai,
belajar memberi dan menerima belajar peran benar atau
7
salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tamggung
jawab dari tindakannya.
4. Kreativitas
Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak
mencoba ide-ide baru dalam bermain. Kalau anak merasa
puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba pada
situasi yang lain.
a. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan.
1) Kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahanya
serta tingkah lakunya. Anak dapat meminta tolong
kepada teman bila mengalami kesulitan dengan
mengajak teman lain bergabung dalam permainan atau
tugas (case)
2) Nilai moral
Belajar salah atau benar dari kultur, rumah,
sekolah dan interaksi. Contoh bila ingin diterima
sebagai anggota kelompok, anak harus mematuhi kode
perilaku yang diterima secara kultur, adil, jujur,
kendali diri dan mempertimbangkan kepentingan
orang lain.
5. Nilai terapeutik
Untuk melepaskan stress dan ketegangan
6. kesadaran diri
Anak akan sadar akan kemampuan dan kelemahannya serta
tingkah lakunya.
7. Nilai Moral
Belajar salah/benar dari kulutr, rumah, sekolah dan
interaksi. Contoh bila ingin diterima sebagai anggota
kelompok, anak harus mematuhi kode perilaku yang
diterima secara kultur, adil, jujur, kendali dir dan
mempertimbangkan kepentingan orang lain.
8
C. Klasifikasi Bermain
Bermain diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan
karakteristiknya menurut Wong (2008) yaitu :
1. Menurut isi permainan
a. Social affective play, yaitu permainan yang membuat
anak belajar berhubungan dengan orang lain. Contoh;
orang tua berbicara, memeluk, bersenandung, anak
memberi respon dengan tersenyum, mendengkur, tertawa,
beraktivitas, dll
b. Sense pleasure play (bermain untuk bersenang-senang),
contohnya; obyek seperti wanita, cahaya, bau, rasa,
benda alam dan gerakan tubuh
c. Skill play, yaitu bermain yanng sifatnya membina
ketrampilan misalnya berulangkali melakukan dan dan
melatih kemampuan yang baru didapat, seringkali
menimbulkan nyeri dan frustasi pada anak. Contoh naik
sepeda
d. Perilaku bermalas-malasan (Unoccupied Behavior),
dimana tidak bermain tetapi memusatkan perhatian pada
segala sesuatu yang menarik. Misalnya sibuk dengan
benda-benda lain atau bajunya
e. Dramatic role play, dimulai pada akhir masa bayi 11-
13 bulan, contoh; berpura-pura melakukan kegiatan
keluarga seperti makan, minum dan tidur. Pada usia
toddler kegiatan berupa hal-hal yang lebih
dikenalnya. Untuk usia prasekolah kegiatan sehari-
hari tetapi lebih rumit
f. Permainan game, contohnya puzzle, komputer games dan
video.
2. Menurut karakteristik sosial
a. Bermain mengamati atau unlooker, dimana anak akan
melihat sesuatu yang dilakukan oleh anak lain tetapi
tidak ada usaha untuk ikut bermain. Contohnya
menonton televisi
9
b. Bermain mandiri (solitary play), dimana anak bermain
sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada
usaha untuk mendekat atau berbicara. Hanya terpusat
pada aktivitas atau permainannya sendiri.
c. Parallel play, yakni bermain sendiri ditengah anak
lain, tidak ada asosiasi kelompok dan merupakan ciri
bermain anak Toddler.
d. Assosiation play, yaitu bermain dan beraktifitas
serupa bersama, tetapi tidak ada pembagian kerja,
pemimpin atau tujuan bersama, anak interaksi dengan
saling meminjam alat.
e. Cooperative play yaitu bermain dalam kelompok, ada
perasaan kebersamaanatau sebaliknya, terbentuk
hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang
ditetapkan dan ingin dicapai.
10
banyak ketimbang perempuan, tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak.
5. Status sosial ekonomi
Anak dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi lebih
menyukai kegiatan yang mahal sedangkan dari kalangan
bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal. Kelas
sosial mempengaruhi buku yang dibaca dan film yang
ditonton anak, jenis kelompok rekreasi yang dimilikinya
dan supervisi terhadap mereka.
6. Lingkungan
Anak dari lingkungan buruk kurang bermain ketimbang anak
lainnya karena kesehatan yang buruk, kurang waktu,
peralatan dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan
desa kurang bermain ketimbang mereka yang berasal dari
lingkungan kota. Hal ini dikarenakan kurangnya peralatan
dan waktu bebas.
7. Peralatan bermain
Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi
permainannya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang
buatan yang mendukung permainan pura-pura.
11
d. Waktu untuk aktifitas spesifik meningkat
e. Perhatian menyempit tetapi lebih lama
f. Jumlah dan usia teman (lebih sedikit dan spesifik)
12
d. Mengoceh pada anak sehingga anak meniru
e. Melatih menyangga leher
f. Melatih untuk duduk
g. Melatih untuk menyangga badan dan kedua kaki
h. Memberi kesempatan pada anak untuk coret-coret
i. Melatih meniru kata-kata, mengenal suara, lingkungan
sekitar, bergaul
4. Umur 6-9 bulan
a. Anak didudukkan dan mempertahankan posisi dengan
kepala tegak
b. Memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri
c. Sering diajak bicara
d. Perlihatkan bambar lucu dan menarik
e. Mengajak dirinya dikaca
f. Melatih merangkak, berdiri
g. Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda, tepuk
tangan,menepuk beduk dan gendang
h. Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga. Contoh :
makan bersama, jalan-jalan dan rekreasi
5. Umur 9-12 bulan
a. Bermain merambat pada meja atau kursi
b. Meraup benda-benda kecil dengan kelima jari-jari
c. Berbicara ( melatih ) dengan dua suku kata
d. Bermain untuk melatih anak memanjat kursi atau
tangga secara bertahap
e. Bermain bola
f. Melatih atau bermain dengan berjalan
g. Menumpuk balok
h. Menggambar
i. Melatih membungkukkan badan saat mengambil sesuatu
benda
j. Menyebutkan beberapa nama dari bagian tubuhnya
13
6. Umur 12-18 bulan
a. Bermain mengambil benda kecil dengan ibu jari dan
telunjuk
b. Makan dan minum
c. Berjalan mundur (dengan menarik mainan)
d. Menangkap, melempar dan menendang bola
e. Memakai dan melepas pakaian
f. Puzzle
g. Perintah sederhana
h. Bercerita (minta pada anak)
7. Umur 18-24 bulan
a. Menggambar dengan pola
b. Menunjukkan dan menyebut salah satu bagian tubuh yang
benar
c. Rumah-rumahan, masak-masakan ( pekerjaan RT )
d. Melatih berjalan jinjit, melompat dan berdiri dengan
satu kaki
e. Bermain dengan lilin atau tanah liat atau adonan kue
f. Memasukkan benda ke lubang yang sesuai
g. Menyebut nama benda-benda dan mengenal sifatnya
h. Cuci tangan dan kaki
i. Memilih baju
8. Umur 2-3 tahun
a. Berdiri dengan satu kaki
b. Menggambar
c. Menghitung jumlah benda
d. Mencocokkan gambar dengan benda sesungguhnya
e. Menyebut nama
f. Bercerita dengan dirinya
g. Menyebut lawan kata
h. Permainan dramatik, sopan santun, masak-masakan,
mandi, dll.
14
9. Umur 3-4 tahun
1. Menggambar dan menulis
2. Jalan jinjit
3. Menyebutkan warna warni
4. Melompat dengan satu kaki
5. Melempar ke atas
6. Menggunting dan menempel
7. Mengenal huruf dan angka
8. Mengenal bentuk dan warna gambar
9. Membaca
10. Mengenal musim
11. Bermain kredit
10. Umur 4-5 tahun
a. Melompat dengan satu kaki
b. Mengancingkan baju
c. Bercerita dan mengingat
d. Mengenal tulisan
e. Pertanyaan “ mengapa “
f. Mengenal tanda, simbol dan lambang
g. Bergaul
11. Umur 5-6 tahun
1. Main bola ( jarak 1 m )
2. Menggambar ( segi tiga )
3. Angka, huruf, menghitung 0 – 10
4. Bersepeda
5. Bermain lilin atau tanah liat atau adonan kue
6. Menyebut nama hari, bulan, jumlah hari dalam 1 Minggu
dan 1 bulan dan seterusnya
7. Waktu
8. Ukur panjang dan lebar dengan penggaris
9. Masak-masakan
15
G. Alat Permainan Edukatif (APE)
Yang dimaksud alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu alat kegiatan-kegiatan
yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik
anak.
2. Pengembangan aspek bahasa, dengan melatih berbicara
menggunakan kalimat yang benar.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan
suara, ukuran, bentuk, warna, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya
dengan interaksi dengan orang tua, keluarga, teman dan
lingkungan masyarakat. Syarat sebuah APE adalah sebagai
berikut:
a. Aman
b. Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia
perkembangan anak
c. Desainnya harus jelas
d. Berfungsi untuk mengembangkan motorik, bahasa,
kecerdasan dan sosialisasi anak
e. Harus bervariasi
f. Menarik
g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan
h. Tidak mudah rusak.
16
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
B. Karakteristik Bermain
1. Menyalurkan emosi dan perasaan
2. Melatih motorik halus
3. Meningkatkan kecerdasan
4. Melatih kerjasama mata–tangan
5. Membedakan permukaan dan warna benda
6. Mengembangkan kreatifitas anak dengan cara memilih
warna dan mencorat-coret kertas bergambar
D. Karakteristik Peserta
- Jumlah peserta : Minimal 5 Orang
- Nama peserta : Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Bermain
3. Tanya Jawab
F. Uraian Tugas
Tugas yang harus dilakukan dalam terapi bermain antara
lain :
- Mengkoordinir pelaksanaan program bermain.
17
- Mengadakan kontrak dengan pasien dan keluarga.
- Meminta izin dengan Kepala Ruangan.
- Memfasilitasi proses bermain.
G. Strategi
1. Pra kegiatan
Menyiapkan tempat / ruangan
Menyiapkan alat – alat
Menyiapkan peserta
2. Kegiatan
Anak diberikan kebebasan dalam memilih permaianan
sesuai dengan daya kreativitas dan imajinasi
mereka.
Anak diberi kebebasan dalam mewarnai gambar dan
memasukan bola.
Memberikan bantuan/arahan jika diperlukan.
H. Langkah-langkah
1. Persiapan : 5 menit
2. Pembukaan : 5 menit
Perkenalan
Penjelasan maksud dan tujuan
3. Pelaksanaan : 15 menit
4. Evaluasi : 5 menit
I. Pengorganisasian
Leader : Okky Savitri Lestari
Fasilitator : Nurhayati
18
J. Pembagian tugas
a. Leader : Okky Savitri Lestari
Tugas:
1) Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
2) Menjelaskan tujuan terapi bermain.
3) Menjelaskan aturan terapi permainan
b. Co. Leader: Nurjanah Khaeriah
Tugas:
1) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
2) Menyampaikan jalannya kegiatan
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
dan sebaliknya
c. Observer: Rian Wahyu Pratama
Tugas:
1) Mengevaluasi jalannya kegiatan
2) Mendokumentasikan kegiatan
d. Fasilitator: Nurhayati
Tugas:
1) Memfasilitatori kegiatan yang diharapkan
2) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
3) Sebagai Role Model selama kegiatan
L. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah
1. Anak yang kooperatif
2. Anak yang dalam kondisi mampu mengikuti terapi
bermain
19
3. Besedia dengan baik
Peserta terdiri dari:
1. Anak
2. Orang tua anak
3. Mahasiswa 3 orang
4. Pembimbing akademik dan lahan
O. Susunan Acara
Permainan ini akan dilaksanakan secara tim
dengan susunan acara sebagai berikut :
20
akan dijadikan media
permainan 4. Mendengarkan
penjelasan
1. Meminta kepada setiap 1. Memperkenalkan
orang tua untuk diri
menyebutkan nama masing-
masing anak
2. Menjelaskan kembali 2. Mendengarkan
tentang permainan penjelasan
15 Menit
beserta alat-alatnya
Permainan
3. Meminta orang 3. Mulai bersiap-siap
tua/pendamping anak untuk memulai
untuk bersiap-siap permainan
memulai permainan
4. Bermain
4. Melakukan/melaksanakan
permainan
1. Meminta kepada peserta 1. Klien Mengemukakan
untuk mengemukakan tentang
perasaannya setelah perasaannya
10 Menit bermain 2. Bertanya
Evaluasi 2. Orang tua/ pendamping
anak dipersilahkan untuk
bertanya
21
P. Denah Bermain Peran
Leader
klien klien
fasilitator
fasilitas
klien
klien
tor
tor
klien klien
Orang tua klien Orang tua klien
Observer
22
DAFTAR PUSTAKA
23
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN DI RUANG ANAK 7B
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
24
LEMBAR OBSERVASI PENCAPAIAN ANAK
25