Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN THALASEMIA


DI RUANG HEMATOLOGI DAN ONKOLOGI
RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 25 – 30 Juni 2018

Oleh:

MILDA ANNI’MAH, S.Kep


NIM. 1730913320053

PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Milda Anni’mah, S.Kep

NIM : 1730913320053

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Thalasemia Di Ruang


Hematologi dan Onkologi RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 25 Juni 2018

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, S. Kep., Ns., M. Kep. Ayu Susanti, S.Kep, Ns., M. Kep.
NIP. 197080615 200812 2 001 NIP. 19800930 200312 2 005
DEFINISI :
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan pembentukan salah satu dari empat
THALASEMIA rantai asam amino yang membentuk hemoglobin, sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak
dapat membentuk sel darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur pendek
kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia.

ETIOLOGI: KLASIFIKASI
Adanya Mutasi pada DNA yang memproduksi hemoglobin pembawa Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu
oksigen ke seluruh tubuh merupakan penyebab seseorang menderita thalasemia alfa dan thalasemia beta.
thalasemia
1. Thalasemia Alfa
MANIFESTASI KLINIS Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin
Penderita thalasemia memiliki gejala yang bervariasi rantai alfa yang ada. Thalasemia alfa terdiri dari :
tergantung jenis rantai asam amino yang hilang dan jumlah a. Silent Carrier State
kehilangannya. Penderita sebagian besar mengalami anemia yang b. Alfa Thalasemia Trait
ringan khususnya anemia hemolitik. c. Hb H Disease
Keadaan yang berat pada beta-thalasemia mayor akan d. Alfa Thalassemia Mayor
mengalami anemia karena kegagalan pembentukan sel darah,
penderita tampak pucat karena kekurangan hemoglobin. Perut 2. Thalasemia Beta
terlihat buncit karena hepatomegali dan splenomegali sebagai akibat Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai
terjadinya penumpukan Fe, kulit kehitaman akibat dari globin beta yang ada. Thalasemia beta terdiri dari :
meningkatnya produksi Fe, juga terjadi ikterus karena produksi a. Beta Thalasemia Trait.
bilirubin meningkat. Gagal jantung disebabkan penumpukan Fe di b. Thalasemia Intermedia.
otot jantung. c. Thalasemia Mayor.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK : PENATALAKSANAAN :


1. Pemeriksaan laboratorium a. Transfusi darah
Kadar hemoglobin menurun. Dapat ditemukan penurunan jumlah
b. Terapi kelasi besi (Iron Chelation): Yaitu Desferral
eritrosit, peningkatan jumlah lekosit, ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. (desferrioxamine) biasanya diberikan dengan cara
Bila terjadi hipersplenisme akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.
suntik, biasanya di bawah kulit, dan Ferriprox
2. Pemeriksaan sumsum tulang
(Deferiprone) berupa tablet yang harus diminum
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif setiap hari
sekali. c. Suplemen asam folat
3. Pemeriksaan Elektroforesis Hb d. Transplantasi sumsum tulang belakang
melihat jenis hemoglobin dan kadar HbA2 e. HLA (Human Leukocyte Antigens)
Ndx: Kesiapan
meningkatkan
manaajemen
kesehatan
Ndx: Resiko pertumbuhan
tidak proporsional

Ndx: Kekurangan
volume cairan

BB menurun

Ndx:Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Ndx: Risiko infeksi

Ndx: Nyeri Akut


Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : An. N
TTL : xx-xx-xxxx
No. Rekam Medis : xxxxx
Diagnosa medis : Thalasemia
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Orang tua klien mengatakan anaknya terlihat pucat,
lemas dan tidak bertenaga
b. Riwayat penyakit sekarang : An. N kini dirawat di RS ulin dan harus menjalani
pengobatan.
c. Riwayat kesehatan dimasa lalu : tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga klien ada yang mennderita thalasemmia
3. Pemeriksaan fisik :I = anak rewel
P= distensi abdomen
P= tidak dilakukan
A= bising usus terdengar pelan
4. Pemeriksaan penunjang :Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan
meliputi : Hb bisa sampai 2-3 g%, gambaran morfologi eritrosit ditemukan mikrositik
hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit,
polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target.
Pemeriksaan khusus juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis meliputi : Hb F meningkat
20%-90%, elektroforesis Hb
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN THALASEMIA
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Resiko infeksi
3. Kekurangan volume cairan
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Risiko pertumbuhan tidak proposional
6. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

Kekurangan volume cairan b.d Ketidakseimbangan nutrisi kurang Nyeri akut b.d agen cidera biologis
kehilangan cairan aktif dari kebutuhan tubuh b.d faktor NOC : Pain level
NOC: Keseimbangan cairan biologis Kriteria hasil :
Kriteria hasil: NOC: Status nutrisi 1. Mengenali faktor penyebab
1. Keseimbangan intake dan output Kriteria hasil: 2. Menggunakan metode pencegahan
dalam 12 jam 1. Asupan gizi cukup 3. Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk
2. Turgor kulit normal 2. Asupan makanan dan cairan mengurangi nyeri.
3. Kelembaban membran mukosa seimbang 4. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
normal 3. Rasio berat badan/tinggi badan 5. Mengenali gejala – gejala nyeri
NIC: Manajemen diare dalam rentang normal NIC : Pain management
1. Tentukan riwayat diare NIC: Manajemen nutrisi 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi : lokasi ,
2. Ajari pasien cara penggunaan 1. Tentukan status gizi pasien dan karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
obat anti diare secara cepat kemampuan dalam mewmenuhi atau beratnya nyeri dan faktor – faktor presipitasi
3. Amati turgor kulit secara kebutuhan nutrisi 2. Observasi isyarat – isyarat non verbal dari ketidaknyamanan,
berkala 2. Instruksika pasien mengenai khususnya dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara
4. Ukur diare/output pencernaan kebutuhan nutrisi efektif
5. Konsultasikan dengan dokter 3. Atur diet yang diperlukan 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
jika diare menetap 4. Anjurkan pasien terkait dngan mengekspresikan nyeri
6. Instruksikan diet rendah serat, kebutuhan diet untuk kondisi 4. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
tinggi protein, tinggi kalori, sakit respon pasien terhadap ketidaknyamanan (ex : temperatur
sesuai kebutuhann 5. Monitor kalori dan asupan ruangan , penyinaran
makanan 5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya :
relaksasi, guided imagery, distraksi, terapi bermain, terapi
aktivitas
6. Kolaborasi pemberian analgesik
7.
Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan Resiko infeksi Resiko pertumbuhan tidak proposional
NOC : Perilaku patuh: Pengobatan yang NOC: Control risk control NOC: Berat badan: masa tubuh
disarankan Kriteria hasil: Kriteria hasil:
Kriteria hasil : 1. Berat badan dalam batas normal
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
1. Memperoleh obat yang dibutuhkan 2. Persentil lingkar kepala dalam batas normal
2. Mengonsumsi semua obat sesuai interval 2. Jumlah leukosit dalam batas normal 3. Persentil tinggi anak dalam batas normal
yang ditentukan 3. Menunjukkan perilaku hidup sehat NIC: Terapi nutrisi
3. Melaporkan respon terapi kepada profesional NIC: Infection Control 1. Lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan
kesehatan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien 2. Monitor intake makanan/cairan dan hitung
4. Mendapatkan tes laboratorium yang lain masukan kalori perhari, sesuai kebutuhan
diperlukan 2. Batasi pengunjung bila perlu 3. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang
NIC : Pengajaran: Prosedur/perawatan 3. Instruksikan pada pengunjung untuk diperlukan
mencuci tangan saat berkunjung dan setelah 4. Pilih suplemen nutrisi sesuai kebutuhan
1. Jelaskan tujuan tindakan yang akan 5. Sediakan bagi pasien makanan dan minuman
berkunjung meninggalkan pasien
dilakukan bernutrisi yang tinggi protein, inggi kalori dan
2. Jelalskan prosedur/penanganan 4. Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci mudah dikonsumsi
3. Jelaskan pentingnya beberapa peralatan tangan 6. Kaji kebutuhan nutrisi perenteral
beserta fungsinya (misal:monitor) 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah 7. Berikan nutrisi enteral sesuai kebutuhan
4. Informasikan agar pasien dan keluarga ikut tindakan keperawatan
terlibat dalam proses penyembuhan 6. Pertahankan lingkungan aseptik selama
5. Dukung informasi yang diberikan petugas pemasangan alat
kesehatan lain
7. Ganti letak IV perifer dan line central dan
6. Sediakan informasi kapan dan dimana hasil
tindakan dapat diambil, beserta petugas yang dressing sesuai dengan petunjuk umum
akan menjelaskan hasil tersebut. 8. Tingktkan intake nutrisi
9. Berikan terapi antibiotik bila perlu
10. Infection Protection (proteksi terhadap
infeksi)
11. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
DAFTAR PUSTAKA

1. Hoffbrand. A.V & Petit,J.E. 2006. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Kliegman Behrman. 2012. Ilmu Keperawatan Anak edisi 15. Alih Bahasa Indonesia,
A.Samik Wahab. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Mansjoer, Arif, Dkk. 2000. Kapita Selekta kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
4. Maureen Okam, M.D (Harvard Media School). 1999. Thalassemia Information.
Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Muscari,Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
6. Nurarif,Amin Huda Dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc Jilid 2. Yogyakarta : MediaCtion
Publishing
7. Schwartz,M.William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Alih Bahasa Brahm U
Pandit.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai