TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI FISIOLOGI
(syaiffudin,2011)
6
Gambar 2.2 Anatomi otak
(syaiffudin,2011)
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
o Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
7
o Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel
khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
o Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar.
a. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan).
Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
b. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan
golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum
endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
c. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
d. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-
8
benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis
selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk
mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel-
selsachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan
makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah
luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada
yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier
dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem
saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung
akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke
otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek
berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat
panjang.
9
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan
di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan
sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau
sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung
dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau
simpul saraf.
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak, beratnya
lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak besar
(Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Yaitu
Berpikir, berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegitan
tubuh yang disadari. Otak besar dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan
dan belahan kiri. Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak
besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri,
sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah
kanan.
10
Otak tengah merupakan penghubung antara otak depan dan otak belakang,
bagian otak tengah yang berkembang adalah lobus optikus yang berfungsi sebagai
pusat refleksi pupil mata, pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak
besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan
lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan
kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi
sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika
seseorang akan melakukan kegiatan. Dan pusat keseimbangan tubuh. Otak kecil
dibagi tiga daerah yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
11
2) Otak Tengah dengan bagian atas merupakan lobus optikus yang
merupakan pusat refleks mata.
3) Otak Belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan
medulla oblongata. Medula oblongata berfungsi mengatur
denyut jantung, tekanan darah, mengatur pernafasan, sekresi
ludah, menelan, gerak peristaltic, batuk, dan bersin.
12
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan
dari dan ke sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem
saraf tepi membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon
rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi
sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar. Sistem
saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
sumsum tulang belakang ( spinal ) Kedua belas pasang saraf otak akan
menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf
sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan
berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan
otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara
kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf
sadar, berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau
tidak menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini.
1) Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan
sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan
isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke
tangan untuk membukakan pintu.
13
2) Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan
menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak
mengisyaratkan pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.
14
Memperlebar bronkus.
Mempertinggi tekanan darah.
Memperlambat gerak peristaltis.
Memperlebar pupil.
Menghambat sekresi empedu.
Menurunkan sekresi ludah.
Meningkatkan sekresi adrenalin.
2) Sistem saraf parasimpatik
B. DEFINISI
Menurut Judha & Nazwar (2011) kejang demam merupakan kelainan neurologis
akut yang paling sering di jumpai pada anak-anak. Bangkitan kejang ini terjadi
karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC) yang di sebabkan oleh
proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernafasan
bagian atas di susul infeksi saluran pencernaan.
Menurut Nanda (2012) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38 0C). Kejang demam dapat terjadi karena proses
15
intrakranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur
6 bulan s/d. 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan
menurut Riyadi & Sukarmin (2013) kejang demam adalah serangkaian kejang
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC)
C. ETIOLOGI
1. Intrakranial meliputi:
2. Ekstrakranial, meliputi:
16
c. Kongenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan
keurangan piridoksin.
D. EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan kejang yang cukup sering dijumpai pada anak – anak
yang berusia dibawah 5 tahun, gejala – gejala yang timbul dapat bermacam – macam
tergantung dibagian otak mana yang terpengaruh, tetapi kejang demam yang terjadi
pada anak adalah kejang umum . Insidensi kejang demam di berbagai negara maju
seperti Amerika Serikat dan Eropa barat mencapai 2 – 4 % sedangkan di negara –
negara asia jumlah penderitanya lebih tinggi lagi. Sekitar 20% diantara jumlah
penderita mengalamikejang kompleks yang harus ditangani lebih teliti.
17
oleh infeksi saluran pernapasan, 2 pasien kejang demam meninggal dengan observasi
Meningitis dan Enchepalitis.Kronologis terjadinya kejang demam.
E. PATOPISIOLOGI
1. Narasi
Infeksi bakteri virus dan parasit akan menjadi reaksi inflamasi yang
berlanjut menjadi hipertermia, berkemungkinan resiko berulang yang
nantinya berdampak resiko keterlambatan perkembangan
18
Metabolisme meningkat suhu tubuh akan meningkat yang menyebabkan
termugulasi tidak efektif
2. Skema
19
Resiko cidera Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)
F. MANAJEMEN KOLABORASI
1. Pemeriksaan penunjang
20
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
2. Medikasi
a. Fase akut
1)Pada waktu tegang pasien dimiringkan untuk mencegah ospirasi
ludah atau muntahan, jalan nafas harus bebas, perhatikan kesadaran,
tensi, nadi, suhu dan fungsi jantung.
2) Obat-obatan yang diberikan
a) Diazepam 0,3 – 0,5 mg/kg BB. IV
b) Asam volproat 15 – 40 mg/kg BB/hari
c) Antiperetik kompres alkohol
3) Pengobatan penyebab
4) Pengobatan soportif
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
b) Bebaskan jalan nafas
c) O2 dan sebagainya
b.Terapi pencegahan
1) Kejang demam sederhana
Diberikan penegahan intermitten dalam arti memberikan
anti konvuison, bila timbul panas pada pasien yang pernah
mengalami kejang demam digonotan dpozepom parenteral 0,3
– 0,5 mg/kg BB/8 20m bila suhu tubuh > 38,5 oC.
21
Diberikan pencegahan terus menerus dengan pemberian
anti konvulson setiap hari selama 2-3 bebas kejang
sampai melampaui batas peka kejang demam maximal 5
tahun.
3) Pencegahan diberikan bila
a) Kejang >15 menit
b) Diikuti kelainan neurologik
c) Adanya riwayat kejang tanpa panas pada keluarga.
d) Adanya perkembangan neurologik yang abnormal sebelum
kejang demam yang pertama
e) Kejang demam pada anak usia < 1tahun
f) Bila ada kelainan EEG
a. Miring kan pasien agar tidak Aspirasi atau mengurangi Risiko aspirasi
4. Diet
22
5. Pendidikan kesehatan
Kejang demam adalah bangkitan kejang pada anak, yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38°C) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Pada anak dikenal 2 macam kejang yaitu : kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam harus
dibedakan dari epilepsy, yaitu yang ditandai dengan kejang yang
berulang tanpa demam.
b) Bersifat umum
23
2). Pada kejang demam sederhana ditandai dengan:
1. Pengkajian
a. Pengkajian
1) Identitas
24
Nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, kebangsaan, tanggal
MRS
25
6). Riwayat keluarga
26
12) Pola eliminasi
BAB dan BAK pasien akan dibantu oleh ibu klien atau anggota
keluarga yang lain
Setelah pasien masuk rumah sakit dan harus tirah baring pasien tidakbisa
bermain dengan teman-temannya
Setelah masuk rumah sakit psien tidak mandi, hanya di seko 2x oleh
ibunya atau keluarganya
b.Pemeriksaan fisik
27
neurologis sehingga pasien mungkin dalam kondisi shock atau
kesadaran sempulur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Potensial kejang berulang sampai dengan hipertermi
b.Potensial Injuri/trauma sampai dengan perubahan kesadaran,
berkurangnya koordinasi otak, emosi yang labil.
c. Kurangnya pengetahuan sampai dengan keterbatasan informasi
d. Risiko kerusakan sel otak
e. Peningkatan suhu tubuh sampai dengan adanya proses ekstra kronium
f. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan kejang
3. Intervensi Keperawatan
a. Potensial Kejang berulang sampai dengan hipertermia
Rasional :
28
Agar klien dan keluarga percaya dan kooperatif dalam tindakan
medis maupun keperawatan
Pemantauan teratur dapat menentukan tindakan
Proses konduksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan
tidak menyerap keringat
Perpindahan panas sel konduksi
Aktifitas berlebih dapat meningkatkan panas dan metabolisme
tubuh.
Merupakan peran interdepemdem perawat
b. Potensial Injury/trauma berhubungan dengan perubahan
kesadaran,berkurangnya koordinasi otot dan emosi yang labil
Kriteria Hasil :
29
Selama kejang berlangsung keberadaan perawat sangat penting,
agar kecemasan keluarga berkurang dan mengetahui tindakan
selanjutnya.
Dengan mengetahui tipe dan frekwensi kejang dapat menentukan
tindakan selanjutnya.
Observasi yang teratur dan teliti dapat mengetahui
perkembangan klien.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : klien dan ibu mengerti tentang penyakit klien dan cemas
berkurang.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
30
Kriteria Hasil :
Pemenuhan O2 diotak
Kriteria Hasil :
Intervensi :
31
Perubahan suhu yang mendadak dapat menimbulkan kejang
ulang.
Dengan kompres hangat mempercepat penurunan suhu tubuh.
Dengan adanya panas metabolisme tubuh meningkat.
Untuk memberikan anti piretik.
f. Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan proses kejang.
Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan optimal sesuai dengan usia
anak
Kriteria Hasil :
GCS 456.
Berat badan sesuai usia.
Motorik halus, motorik kasar, sosialisasi anak sesuai usia.
Intervensi :
32
- Tujuan tercapai sebagian : pasien menunjukkan perubahan sebagian
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.
33
b. Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian
berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat
abstrak dan simbolik, seperti berbicara, bermain, berhitung atau
membaca.
c. Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung kepada
kemampuan bayi untuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk
bercinta dan berkasih sayang, kemampuan untuk menangani
kegelisahan akibat suatu frustasi dan kemampuan untuk rangsangan
agersif.
Faktor genetik ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil yang
optimal. Adapun yang termasuk dalam faktor genetik diantaranya adalah
34
faktor bawaan yang normal atau patoloigik, jenis kelamin, suku bangsa
atau bangsa.
b. Faktor Lingkungan
Berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak lazim digolongkan menjadi lingkungan biopsikosial, yang
diadalamnya tercakup komponen biologis (fisis), psikologis, ekonomi,
sosial, politik dan budaya.
c. Faktor Perilaku
Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang anak.
Perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam masa
kehidupan selanjutnya.
Belajar sebagai aspek utama aktualisasi, merupakan proses pendidikan
yang dapat mengubah dan membentuk perilaku anak. Dorongan kuat untuk
perubahan perilaku dapat diartikan positif atau negative, bergantung
kepada apakah sifat dorongan tersebut merupakan pengalaman yang baik,
menyenangkan, menggembirakan atau sebaliknya.
Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh
berbagai faktor lingkungan akan mempunyai dampak luas terhadap
sosialisasi dan disiplin anak.
Sidmund Freud terkenal sebagai pengganti teori alam bawah sadar dan
pakar psikoanalisis.
Tapi kita sering lupa bahwa Freud lah yang menekankan pentingnya
arti perkembangan psikososial pada anak. Freud menerangkan bahwa
berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh
gangguan atau hambatan yang dialami perkembangan psikososialnya.
Dasar psikaonalisis yang dilakukannya adalah untuk menelusuri akar
35
gangguan jiwa yang dialami penderita jauh kemasa anak, bahkan kemasa
bayi.
Freud membagi perkembangan menjadi 5 tahap, yang secara berurut
dapat dilalui oleh setiap individu dalam perkembangan menuju
kedewasaan.
Adapun tahap perkembangan menurut Freud adalah;
a. Fase Oral
Disebut fase oral karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan
kepuasan berbagai pengalaman sekitar mulutnya. Fase oral mencakup
tahun pertama kehidupan ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya.
Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa aman. Dasar perkembangan mental
sangat tergangtung dari hubungan ibu – anak pada fase ini. Bila terdapat
gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan terjadi fiksasi oral,
artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan menyapih akan
menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya diperoleh
pada fase oral.
Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini
akan terbawa ke fase kedua. Ketidak siapan ini meskipun belum berhasil
dituupi biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan
tingkah laku.
b. Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak
menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic.
Ia pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan
dari pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini
adalah perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya
mengeluarkan bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan
kenikmatan dari sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan
interpersonal anak masih sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya
untuk kebutuhan dan kesenangan dirinya. Pada umur ini seorang anak masi
36
bermain sendiri, ia belum bias berbagi atau main bersama dengan anak
lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.
c. Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal
antara 3-6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun.
Fase oediopal denagn pengenalan akan bagian tubuhnya umur 3 tahun.
Disini anak mulai belajar menyesuaiakan diri dengan hukum masyarakat.
Perasaan seksual yang negative ini kemudia menyebabkania menjauhi
orang tua dengan jenisn kelamin yang sama. Disinilah proses identifikasi
seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain denagn anak
yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal lebih suka
berkelompok dengan anak sejenis.
d. Fase Laten
Resolusi konflik oediopal ini menandai permulaan fase laten yang
terentang 7-12 tahun, untuk kemudian anak masuk ke permulaan masa
pubertas. Periode ini merupakan integrasi, yang bercirikan anak harus
berhadapan dengan berbagai tuntutan dan hubungan denagn dunia dewasa.
Anak belajar untuk menerapkan dan mengintegrasikan pengalaman baru
ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan sosial akan dirasakan lebih
berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi yang sedang dialami si
anak.
e. Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir
dalam perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan
yang kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si
anak belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.
37
psikologis. Ia melihat adanya suatu keteraturan yang sama antara
perkembangan psikologis dan pertumbuhan fisis.
Erikson membagi perkembangan manusi dari awal hingga akhir hayatnya
menjadi 8 fase dengan brbagai tugas yang harus diselesaikan pada setiap
fase. Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang.
a. Masa Bayi
Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi
interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman
dalam diri si anak. Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap
dunia luar.
b. Masa Balita
Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira
sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk
menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena
itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang
banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-
kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.
c. Masa Bermain
Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak
pada umur ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ai mulai belajar
mengembangkan kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai
berkembang pula dan bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu
permainan dan melakukannya dengan gembira.
d. Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak
mulai memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut
perhatian dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia
mulai senang untuk belajar bersama.
e. Masa Remaja
38
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13
tahun masa kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan
fisis menjadi sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua
sebagai figure identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai diaragukan lagi
satu per satu.
39
d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun)
Pada fase akhir ini kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf
kemampuan berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini
memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia pendidikan yang lebih
kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi.
Dari tiga teori berkembang tersebut diatas, yaitu teori Freud, Erikson, dan
Piaget, maka kita dapat melihat bagaimana para pakar tersebut mempelajari
perkembangan anak dari sudut yang berbeda namun semuanya sepeandapat
bahwa:
40
yang lebih tinggi pada manusia yang memebedakan manusia dari spesies
lain.
e. Menggambar lingkaran.
b. Melompat jauh
41
b. Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya
d. Konsep jumlah
b. Berdandan
c. Berpakian
1 6 Bulan 44 cm
42
2 1 Tahun 47 cm
3 2 Tahun 49 cm
4 dewasa 54 cm
Tabel 2.1 pertambahan lingkar kepala dari enam bulan sampai dewasa
43