Laporan Pendahuluan CKD Memiliki tujuan awal dalam penangan seorang pasien yang
mengalami gangguan pada ginjal, CKD sendiri memiliki kepanjangan CHRONIC KIDNEY
DISEASE yang mana jika di artikan dalam bahasa indoneisa adalah sebuah penyakit gagal
ginjal kronis.
Jika pada kesempatan yang lalu anda semua sudah membaca postingan saya mengenai laporan
pendahuluan vertigo, pada kesempatan kali ini info perawat akan memberikan pengetahun lagi
masih dalam laporan pendahuluan perawat yaitu laporan pendahuluan CKD.
Dalam penyusunan LP CKD tentunya anda harus memahami secara detail mengenai penyakit
ini, baik dari pengertian, gejala penyakitnya,cara penanganan ataupun yang lainnya, dalam usaha
pelaksanaan medis ada tahapan awal yang wajib disusun oleh seorang perawat salah satunya
adalah pembuatan LP,ASKEP,Kontrak belajar,SAP / satuan acara penyuluhan. dari kesemuanya
itu jika anda sudah bisa menyusunnya dengan baik bisa dipastikan bahwa anda siap untuk
menjadi perawat yang profesional, sehingga sudah pantas melanjutkan ke profesi perawat.
Untuk menyingkat waktu baiklah saya akan langsung membagikan kepada anda semuanya
mengenai Laporan pendahuluan CKD, dan ini bisa jadi refrensi bagi anda yang sedang
mendapatkan tugas dalam keseharian menjadi mahasiswi jurusan perawat, dan sekaligus bisa
menambah wawasan anda dalam mengenal berbagai jenis penyakit pada pasien sehingga akan
bisa melakukan penganan yang tepat.langsung saja berikut uraian lengkapnya;
Pada dasarnya pengelolaan CKD tidak jauh beda dengan chronic renal failure (CRF), namun
pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus
secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih
dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5.
sedangkan CRF (chronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.Gagal
ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)
B. ETIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C
Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 1994)
PATHWAYS :
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler
2. Dermatologi
3. Pulmoner
Krekels, Sputum kental dan liat
Pernafasan kusmaul
4. Gastrointestinal
5. Neurologi
6. Muskuloskeletal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
o Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin)
o Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen
dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Doengoes (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien CKD adalah:
C. INTERVENSI
Kriteria hasil :mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi jantung dan paru, R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
2. Kaji adanya hipertensi. R:Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
3. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10). R: HT dan
GGK dapat menyebabkan nyeri
4. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas. R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga
anemia
2. Kelebihan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan
tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Intervensi:
1. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
2. Batasi masukan cairan, R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin,
dan respon terhadap terapi
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, R: Pemahaman
meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
4. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran, R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3.Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
Intervensi:
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles, R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
2. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam, R: Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
3. Atur posisi senyaman mungkin, R: Mencegah terjadinya sesak nafas
4. Batasi untuk beraktivitas, R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia
Kriteria hasil :
Intervensi:
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan, R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa, R: Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
3. Inspeksi area tergantung terhadap udem, R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
4. Ubah posisi sesering mungkin, R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
5. Berikan perawatan kulit, R: Mengurangipengeringan , robekan kulit
6. Pertahankan linen kering, R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
7. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan
pada area pruritis, R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
8. Anjurkan memakai pakaian katun longgar, R: Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:
7. Kurang pengetahuan tentangkondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) b.d salah
interpretasi informasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
2. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
3. Doenges E, Marilynn, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
UntukPerancanaandan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Long, B C. (2001). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
5. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2002). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
6. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
7. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
8. Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
Sudah lengkap rasanya saya memberikan contoh laporan pendahulan CKD, semoga bisa
menjadi refrensi bagi anda semuanya, sekiranya materi masih kurang bisa di tambah dan
dimodifikasi sendiri, untuk mempermudah anda semuanya silahkan anda bisa mendownloadnya
melalui link dibawah ini;
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG
BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN
PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem
3) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sens sensorik.
Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross laseque(HNP
median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)
Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
Pemeriksaan system otonom
Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
Tes Naffziger
Tes valsava.
5) Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6) Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7) Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
8) Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9) Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
10) Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis))
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri yang
hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan
psikiatrik))
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
((Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi.
Inflamasi, tumor atau fraktur))
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
agen injuri (fisik, tindakan keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
kelainan muskulo selama … x 24 jam kom-prehensif (lokasi, karateristik,
skeletal dan nyeri berkurang / durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
system syaraf hilang dengan kriteria presipitasi).
vaskuler : 2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
Batasan Tingkat nyeri (2102)3. Gunakan teknik komunikasi terapetik
karakteristik : - Melaporkan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
Verbal ber-kurang / hilang klien.
Menarik -
nafas Frekuensi nyeri
4. Kaji kultur / budaya yang
pan-jang, merintih berku-rang / hilang mempengaruhi respon nyeri.
Mengeluh nyeri - Lama nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
Motorik berkurang lampau.
- -
Menyeringaikan Ekspresi oral
6. Evaluasi bersama klien dan tim
wajah. berkurang / hilang kesehatan lain tentang ketidak
- -
Langkah yang ter- Ketegangan otot efektifan kontrol nyeri masa lampau.
seok-seok berku-rang / hilang 7. Bantu klien dan keluarga untuk
- -
Postur yang kaku Dapat istirahat mencari dan menemukan dukungan.
/ tidak stabil - Skala 8.
nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
- Gerakan yang berkurang / menurun mempe-ngaruhi nyeri (suhu
amat lambat atau ruangan, pencahayaan, dan
terpaksa Kontrol Nyeri (1605) kebisingan)
- Perubahan vital faktor penyebab 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal
12 Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal