Anda di halaman 1dari 29

Laporan Pendahuluan CKD

Laporan Pendahuluan CKD Memiliki tujuan awal dalam penangan seorang pasien yang
mengalami gangguan pada ginjal, CKD sendiri memiliki kepanjangan CHRONIC KIDNEY
DISEASE yang mana jika di artikan dalam bahasa indoneisa adalah sebuah penyakit gagal
ginjal kronis.

Jika pada kesempatan yang lalu anda semua sudah membaca postingan saya mengenai laporan
pendahuluan vertigo, pada kesempatan kali ini info perawat akan memberikan pengetahun lagi
masih dalam laporan pendahuluan perawat yaitu laporan pendahuluan CKD.

Dalam penyusunan LP CKD tentunya anda harus memahami secara detail mengenai penyakit
ini, baik dari pengertian, gejala penyakitnya,cara penanganan ataupun yang lainnya, dalam usaha
pelaksanaan medis ada tahapan awal yang wajib disusun oleh seorang perawat salah satunya
adalah pembuatan LP,ASKEP,Kontrak belajar,SAP / satuan acara penyuluhan. dari kesemuanya
itu jika anda sudah bisa menyusunnya dengan baik bisa dipastikan bahwa anda siap untuk
menjadi perawat yang profesional, sehingga sudah pantas melanjutkan ke profesi perawat.

Untuk menyingkat waktu baiklah saya akan langsung membagikan kepada anda semuanya
mengenai Laporan pendahuluan CKD, dan ini bisa jadi refrensi bagi anda yang sedang
mendapatkan tugas dalam keseharian menjadi mahasiswi jurusan perawat, dan sekaligus bisa
menambah wawasan anda dalam mengenal berbagai jenis penyakit pada pasien sehingga akan
bisa melakukan penganan yang tepat.langsung saja berikut uraian lengkapnya;

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (CHRONIC KIDNEY


DISEASE)

I. KONSEP GAGAL GINJAL KRONIS


A. DEFINISI

Pada dasarnya pengelolaan CKD tidak jauh beda dengan chronic renal failure (CRF), namun
pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus
secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/merasa masih
dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. Secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)
menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5.
sedangkan CRF (chronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.Gagal
ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2001)

B. ETIOLOGI

1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)


2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

(Price & Wilson, 1994)

C. PATOFISIOLOGI & PATHWAYS

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga
utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai
¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.( Barbara C
Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :

 Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan
penderita asimptomatik.
 Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea
Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
 Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
 K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
 Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang
masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
 Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
 Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
 Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
 Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85. (Corwin, 1994)

PATHWAYS :

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Kardiovaskuler

 Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis


 Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
 Friction rub pericardial, pembesaran vena leher

2. Dermatologi

 Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik


 Pruritus, ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar

3. Pulmoner
 Krekels, Sputum kental dan liat
 Pernafasan kusmaul

4. Gastrointestinal

 Anoreksia, mual, muntah, cegukan


 Nafas berbau ammonia
 Ulserasi dan perdarahan mulut
 Konstipasi dan diare
 Perdarahan saluran cerna

5. Neurologi

 Tidak mampu konsentrasi


 Kelemahan dan keletihan
 Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
 Disorientasi
 Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
 Perubahan perilaku

6. Muskuloskeletal

 Kram otot, kekuatan otot hilang


 Kelemahan pada tungkai
 Fraktur tulang, foot drop

7. Reproduktif : amenore, atrofi testekuler


(Smeltzer & Bare, 2001)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
o Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin)
o Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen
dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terhadap CKD meliputi :

1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.


2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat
menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Transplantasi ginjal

(Reeves, Roux, Lockhart, 2001)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP, tachycardia,
hipotensi orthostatic, friction rub
c.Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut, marah, irritable
d.Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat,
berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e.Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa
logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f.Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan status
mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma
g.Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
h.Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+), batuk produkrif
dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
i.Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur
tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j.Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k.Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Doengoes (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien CKD adalah:

1. Penurunan curah jantung


2. Kelebihan volume cairan
3. Resiko gangguan nutrisi
4. Gangguan pertukaran gas
5. Gangguan integritas kulit
6. Intoleransi aktivitas
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan tindakan medis

C. INTERVENSI

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat.

Tujuan:Penurunan curah jantung tidak terjadi

Kriteria hasil :mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung
dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.

Intervensi:

1. Auskultasi bunyi jantung dan paru, R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
2. Kaji adanya hipertensi. R:Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
3. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10). R: HT dan
GGK dapat menyebabkan nyeri
4. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas. R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga
anemia

2. Kelebihan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan
tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)

Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan


Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output

Intervensi:

1. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran,
turgor kulit tanda-tanda vital
2. Batasi masukan cairan, R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin,
dan respon terhadap terapi
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, R: Pemahaman
meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan
4. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan haluaran, R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3.Resiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: menunjukan BB stabil

Intervensi:

1. Awasi konsumsi makanan / cairan, R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi


2. Perhatikan adanya mual dan muntah. R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen
yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
3. Berikan makanan sedikit tapi sering. R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
makanan
4. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan, R: Memberikan pengalihan
dan meningkatkan aspek sosial
5. Berikan perawatan mulut sering, R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan
rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui


alkalosis respiratorik

Tujuan: Pola nafas normal/stabil

Intervensi:

1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles, R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
2. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam, R: Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran O2
3. Atur posisi senyaman mungkin, R: Mencegah terjadinya sesak nafas
4. Batasi untuk beraktivitas, R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau
hipoksia

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritis

Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga

Kriteria hasil :

 Mempertahankan kulit utuh


 Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit

Intervensi:
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan, R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan
pembentukan dekubitus / infeksi.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa, R: Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
3. Inspeksi area tergantung terhadap udem, R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
4. Ubah posisi sesering mungkin, R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
5. Berikan perawatan kulit, R: Mengurangipengeringan , robekan kulit
6. Pertahankan linen kering, R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
7. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan
pada area pruritis, R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
8. Anjurkan memakai pakaian katun longgar, R: Mencegah iritasi dermal langsung dan
meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Intervensi:

 Pantau pasien untuk melakukan aktivitas


 Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
 Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
 Pertahankan status nutrisi yang adekuat

7. Kurang pengetahuan tentangkondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) b.d salah
interpretasi informasi.

 Kaji ulang penyakit/prognosis dan kemungkinan yang akan dialami.


 Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta
penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa).
 Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
 Anjurkan keluarga untuk memberikan support system.
 Evaluasi pasien dan keluarga setelah diberikan penkes.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
2. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
3. Doenges E, Marilynn, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
UntukPerancanaandan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Long, B C. (2001). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
5. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2002). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
6. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
7. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
8. Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI

Sudah lengkap rasanya saya memberikan contoh laporan pendahulan CKD, semoga bisa
menjadi refrensi bagi anda semuanya, sekiranya materi masih kurang bisa di tambah dan
dimodifikasi sendiri, untuk mempermudah anda semuanya silahkan anda bisa mendownloadnya
melalui link dibawah ini;
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG
BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN
PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH


(LOW BACK PAIN / LBP)

A. Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
(Harsono, 2000)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat
pasien dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya
tidak diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada
laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada
masalah kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain
adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau
terdesaknya otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus,kelemahan otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

B. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


 Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
o Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
o Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.
 Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
 Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
 Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
 Kegemukan.
 Mengangkat beban dengan cara yang salah.
 Keseleo.
 Terlalu lama pada getaran.
 Gaya berjalan.
 Merokok.
 Duduk terlalu lama.
 Kurang latihan (oleh raga).
 Depresi /stress.
 Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

C. Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Faktor resiko secara fisiologi.
1. Umur ( 20 – 50 tahun ).
2. Kurangnya latihan fisik.
3. Postur yang kurang anatomis.
4. Kegemukan.
5. Scoliosis parah.
6. HNP.
7. Spondilitis.
8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
9. Osteoporosis.
10. Merokok.
Faktor resiko dari lingkungan.
1. Duduk terlalu lama.
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir.
4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
5. Vibrasi yang lama.
Faktor resiko dari psikososial.
1. Ketidak nyamanan kerja.
2. Depresi.
3. Stress.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI


 Guna kerangka.
1. Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
2. Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
3. Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.
4. tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5. Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
 Ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya
sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1. badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak
disebelah depan.
2. Lengkung luas.
Bagian yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di sebelah
belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
1. Prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
2. Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3. Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
 Fungsi ruas tulang belakang.
1. Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4. Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing
ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas sehingga tulang
belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah depan dan
belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan
ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang
disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya terdapat
sum-sum tulang belakang.
 Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.
1. Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang
ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang
disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra
servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas
kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan,taju
ruiasnya agak panjang.
2. Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan
kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi sebelah
atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3. vertebra lumbalis (tulang pinggul) terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan
kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut
Promontorium.
4. vertebra sakralis (ruas tulang kelangkang) terdiri dari 5, yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
5. vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi
sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena membentuk
persendian dengan sacrum.
LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)
Anatomi Lumbal

E. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1 Nyeri Nosiseptif
2 Nyeri Neuropatik
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3
bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis)
ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung
nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila
reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran
sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan
untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk
mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi
pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan
munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi
nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri
yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi
nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia.
Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif.
2. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP
berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus Pulposus
(HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya,
fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a. Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf
tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena
pergerakan.
b. Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi
gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan
molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik
(aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru
di daerah lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi
menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan
mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga
pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu
memperberat nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik
yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya,
yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal
dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga
disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri
nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama disebabkan
penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin
(CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)


Pathway LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN /
LBP)

F. Manifestasi Klinik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


 Perubahan dalam gaya berjalan.
1. Berjalan terasa kaku.
2. Tidak bias memutar punggung.
3. Pincang.
 Persyarafan
1. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
2. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
 Nyeri.
1. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
2. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
3. Nyeri otot dalam.
4. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
5. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
6. Nyeri pada pertengahan bokong.
7. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

G. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1. Penata Laksanaan Keperawatan.
- Informasi dan edukasi.
- Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,
posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi
(untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
- NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan
kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi.
- NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
- NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
- Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
- Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
- Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
- Defisit neurologik memburuk.
- Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
- Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.

H. Pemeriksaan Diagnostik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


1 Neurofisiologik
- Electromyography (EMG)
- Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4 minggu
- Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan
elektrofisiologik tidak dianjurkan.
- Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati
spinal.
2 Radiologik
- Foto polos.
- Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
- Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
- Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
- Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
- Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3 Laboratorium
- Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,
fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
- Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
- Likuor serebrospinal (atas indikasi)

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)


I. Asuhan Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Pengkajian Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
Data fokus yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
b) Riwayat penyakit sekarang
 Diskripsi gejala dan lamanya
 Dampak gejala terhadap aktifitas harian
 Respon terhadap pengobatan sebelumnya
 Riwayat trauma
c) Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Immunosupression (supresis imun)
 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
 Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker atau infeksi.
 Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau pengurangan
nyeri (hernia nudeus pulposus / HNP)
 Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati seronegatif: ankylosing spondyli-
tis, artristis psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
 Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot
paraspinal, kelainan sendi sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-
spesifik)
 Adanya demam (infeksi)
 Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause /andropause)
 Keluhan visceral (referred pain)
 Gangguan miksi
 Saddle anesthesia
 Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)
 Lokasi dan penjalaran nyeri.

b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan persistem
3) Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa)
4) Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Pemeriksaan motorik
 Pemeriksaan sens sensorik.
 Straight leg Raising (SLR), test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross laseque(HNP
median) Reverse Laseque (iritasi radik lumbal atas)
 Sitting knee extension (iritasi lesi iskiadikus)
 Pemeriksaan system otonom
 Tanda Patrick (lasi coxae) dan kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
 Tes Naffziger
 Tes valsava.
5) Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas.)
6) Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7) Sistem Gastrointestinal
(Nilai kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
8) Sistem Integumen
(Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
9) Sistem Reproduksi
( Untuk pasien wanita )
10) Sistem Perkemihan
(Nilai Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan
neurologis))
3) Pola nutrisi dan metabolisme
4) Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri yang
hebat)
5) Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelainan
psikiatrik))
6) Persepsi diri/konsep diri
7) Pola toleransi dan koping stress
((Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit tersebut (kemungkinan infeksi.
Inflamasi, tumor atau fraktur))
8) Pola seksual reproduksi
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola nilai dan keyakinan

2. Diagnosa Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back Pain adalah
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system syaraf vascular)
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi,
kontraktur)
c. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
d. Defisit self care b.d nyeri

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP)

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400)
agen injuri (fisik, tindakan keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
kelainan muskulo selama … x 24 jam kom-prehensif (lokasi, karateristik,
skeletal dan nyeri berkurang / durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
system syaraf hilang dengan kriteria presipitasi).
vaskuler : 2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
Batasan Tingkat nyeri (2102)3. Gunakan teknik komunikasi terapetik
karakteristik : - Melaporkan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Verbal ber-kurang / hilang klien.
Menarik -
nafas Frekuensi nyeri
4. Kaji kultur / budaya yang
pan-jang, merintih berku-rang / hilang mempengaruhi respon nyeri.
Mengeluh nyeri - Lama nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Motorik berkurang lampau.
- -
Menyeringaikan Ekspresi oral
6. Evaluasi bersama klien dan tim
wajah. berkurang / hilang kesehatan lain tentang ketidak
- -
Langkah yang ter- Ketegangan otot efektifan kontrol nyeri masa lampau.
seok-seok berku-rang / hilang 7. Bantu klien dan keluarga untuk
- -
Postur yang kaku Dapat istirahat mencari dan menemukan dukungan.
/ tidak stabil - Skala 8.
nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
- Gerakan yang berkurang / menurun mempe-ngaruhi nyeri (suhu
amat lambat atau ruangan, pencahayaan, dan
terpaksa Kontrol Nyeri (1605) kebisingan)

 Respon autonom- Mengenal 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri.


faktor-

- Perubahan vital faktor penyebab 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

sign - Mengenal onset nyeri (farmokologi, non farmakologi dan


- Jarang / tidak pernah inter-personal)
melakukan 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
tindakan
pertolongan dengan me-nentukan intervensi.
non analgetik 12. Ajarkan tentang teknik non
- Jarang / tidak pernah farmakologi.
menggunakan 13. Berikan analgetik untuk mengurangi
analgetik nyeri.
- Jarang / tidak pernah
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
melaporkan 15. Tingkatkan istirahat
nyeri
kepa-da tim
16. Kolaborasi dengan dokter jika ada
kesehatan. keluhan dan tindakan nyeri tidak
- Nyeri terkontrol berhasil.
- 17. Monitor penerimaan klien tentang
Tingkat kenyamanan mana-jemen nyeri.
(2100)
- Klien melaporkan Andministrasi Analgetik (2210)
kebu-tuhan 1. Tentukan lokasi, karateristik kualitas,
istirahat
tidur tercukupi dan derajat nyeri sebagai pemberian
- Melaporkan kondisi obat.
fisik baik 2. Cek instruksi dokter tentang jenis
- Melaporkan kondisi obat, dosis dan fekkuensi.
psikis baik 3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgenik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgetik ketika
 pemberian lebih dari satu.
- 5. Tentukan pilihan analgesik
- tergantung tipe dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgetik pilihan rute
pemberian dan dosis optimal.
7. Pilih rute pemberian secara iv-im
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
8. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat.
10. Evaluasi efektifitas analgesik tanda
dan gejala (efek sampingan)
2 Kerusakan Setelah dilakukan
1. Koreksi tingkat kemampuan
mobilitas fi-sik b.d tindakan keperawatan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
nyeri, kerusakan selama … X 24 jam
 0 : Klien tidak tergantung pada orang
muskuloskeletal, klien mampu lain
keka-kuan sendi mencapai  1 : Klien butuh sedikit bantuan
mobilitas
atau kon-traktur fisik dengan kri-teria : 2 : Klien butuh bantuan sederhana
 3 : Klien butuh bantuan banyak
Batasan  4 : Klien sangat tergantung pada
Mobility Level (0208)
karakteristik : : pemberian pelayanan
- Postur tubuh kaku- Klien dapat
2. Atur posisi klien
tidak stabil. melakukan 3. Bantu klien melakukan perubahan
mobilitas
- Jalan terseok- secara bertahap gerak.
seok dengan 4. Observasi / kaji terus kemampuan
tanpa
- Gerak lambat merasakan nyeri. gerak motorik, keseimbangan
- Membatasi- Penampilan
5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan
perubahan ge-rak seimbang sesudah melakukan latihan.
yang mendadak- Menggerakkan otot
6. Anjurkan keluarga klien untuk
atau cepat dan sendi melatih dan memberi motivasi.
- Sakit berbalik - Mampu pindah
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan
tempat tanpa bantuan lain (fisioterapi untuk pemasangan
- Berjalan tanpa korset)
bantuan 8. Buat posisi seluruh persendian
dalam letak anatomis dan nyaman
dengan memberikan penyangga
pada lekukan lekukan sendi serta
pastikan posisi punggung lurus.
3. Gangguan pola Setelah dilakukan Peningkatan Tidur / Sleep
tidur b.d nyeri, tindakan keperawatan Enhancement (1850)
tidak nyaman selama … X 24 jam
1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
klien dapat terpenuhi
2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan kebutuhan tidurnya
3. Jelaskan tentang pentingnya tidur
karakteristik : dengan criteria : yang cukup selama sakit dan terapi.
- Pasien menahan 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan
sa-kit (merintih, Tidur (0004) fisik, psykososial yang mengganggu
me-nyeringai) - Jumlah jam tidur tidur
- Pasien cukup 5. Diskusikan pada klien dan keluarga
mengungkapkan - Pola tidur normal tentang tehnik peningkatan pola
tidak bisa - Kualitas tidur cukup
tidur tidur
karena nyeri - Tidur secara teratur
- Tidak sering Manajemen lingkungan (6480)
terbangun 1 Batasi pengunjung
- Tanda 2 Jaga lingkungan dari bising
vital dalam
batas normal 3 Tidak melakukan tindakan
keperawatan pada saat klien tidur
Rest (0003)
- Istirahat Cukup Anxiety Reduction (5820)
- Kualitas istirahat baik1 Jelaskan semua prosedur termasuk
- Istirahat fisik cukup pera-saan yang mungkin dialami
- Istirahat psikis cukup selama men-jalani prosedur
2 Berikan objek yang dapat
Anxiety control memberikan rasa aman
(1402) 3 Berbicara dengan pelan dan tenang
- Tidur adekuat 4 Membina hubungan saling percaya
- Tidak 5
ada Dengarkan klien dengan penuh
manifestasi fisik perhatian
- Tidak 6 Ciptakan suasana saling percaya
ada
manifestasi perilaku 7 Dorong orang tua mengungkapkan
- Mencari informasi pera-saan, persepsi dan cemas
untuk mengurangi secara verbal
cemas 8 Berikan peralatan / aktivitas yang
- Menggunakan teknik meng-hibur untuk mengurangi
re-laksasi untuk ketegangan
mengu-rangi cemas 9 Anjurkan untuk menggunakan teknik
- Berinteraksi sosial re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang
11 Batasi pengunjung
4. Defisit srlf care b.d Seteleh dilakukan Self care assistance ;
nyeri tindakan keperawatan
1. Monitor kemampuan klien
pada pasien selama
untuk perawatan diri yang
3 x 24 jam diharapkan
mandiri
kebutuhan perawatan
2. Monitor kebutuhan klien
diri pasien dapat
untuk alat-alat bantu
terpenuhi, dengan
3. Sediakan bantuan sampai
kriteria hasil :
klien mampu secara utuh
1. klien terbebas dari
untuk memenuhi perawatan
bau badan
dirinya
2. Menyatakan
4. Dorong klien untuk
kenyamanan terhadap
melakukan aktivitas yang
pemenuhan
mandiri sesuai kemampuan
kebutuhan perawatan
diri

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal
12 Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal

Anda mungkin juga menyukai