Anda di halaman 1dari 34

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan melahirkan bayi lewat

insisi pada dinding abdomen dan uterus. Sectio caesarea adalah

suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu

insisi pada dinding dapan perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim keadaan utuh serta janin diatan 500 gram (Yuliana, 2012)

2. Etiologi
Sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal

menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan

pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea

(Dewi, 2007) . Penyebab dilakukan operasi sectio caesarea

antara lain, sebagai berikut :


a. Faktor Janin
Tindakan operasi dari faktor janin adalah :
1) Bayi terlalu besar
Berat bayi lahir (BBL) sekitar 4000 gram atau lebih

(giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan

lahir. Pada umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan

(makrosomia) karena ibu menderita diabetes melitus,

keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut dengan bayi

besar objektif
2) Kelainan letak bayi
Ada dua letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang

dan letak lintang :


a) Letak sungsang
STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017
8

Sekitar 3-5% atau 3 dari 100 bayi terpaksa lahir

dengan posisi sungsang. Keadaan janin sungsang

apabila letak janin didalam rahim memanjang dengan

kepala berada dibagian atas rahim dan pantat dibagian

bawah rongga rahim, sedangkan yang dimaksud

dengan “posisi” adalah keadaan bagian terendah bayi.


b) Letak lintang
Letak lintang atau miring (oblique) menyebabkan

poros janin tidak sesuai dengan arah jalan janin. Pada

keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan

bokong pada sisi yang lain.


Biasanya letak bokong berada sedikit lebih tinggi dari

pada kepala janin, sementara bahu berada pada

bagian atas panggul. Kelainan letak janin dapat

disebabkan karena faktor baik dari janin maupun dari

ibu diantaranya, terdapat tumor dijalan lahir, panggul

sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk

rahim, plasenta previa, cairan ketuban yang banyak,

kehamilan kembar, dan ukuran janin.


c) Ancaman gawat janin
Adanya gangguan pada ari-ari (akibat dari ibu

menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim),

serta gangguan pada tali pusat terjepit antara tubuh

bayi maka oksigen yang disalurkan ke bayi pun

menjadi berkurang dan kondisi janin dapat

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


9

mengalami kerusakan otak dan dapat meninggal

dalam rahim.
d) Janin abnormal
Janin sakit atau abnormal yaitu janin yang mengalami

gangguan Rhesuu, kerusakan genetik, dan

hidrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan)


e) Faktor plasenta
Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan

keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus

dilakukan operasi antara lain :


a) Plasenta Previa
Plasenta previa adalah salah satu gangguan tali pusat

yang posisi plasenta terletak dibawah rahim dan

menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.

b) Plasenta Lepas (solustio plasenta)


Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang

terlepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum

waktunya. Proses terlepasnya plasenta ditandai

dengan perdarahan yang banyak, yang keluarmelalui

vagina tetapi bisa juga tersembunyi didalam rahim.

Pendarahan yang tersembunyi dapat membahayakan

kondisi ibu karena plasenta sudah terlepas luas dan

rahim menegang
c) Plasenta Accreta
Plasenta acreta merupakan keadaan menempelnya

sisa plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami

oleh ibu yang berulang kli mengalami pesalinan, ibu

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


10

berusia raan untuk hamil diatas 35 tahun dan ibu yang

pernah melakukan operasi sebelumnya.


d) Vasa Previa
Keadaan pembuluh darah dibawah rahim yang

apabila dileati janin dapat menimbulan perdarahan

bannyak yang membahayakan ibu.

f) Kelainan tali pusat


Kelainan tali pusat antara lain :
a) Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
Prolapsus tali pusat adalah keadaan penyembuhan

sebagian atau seluruh tal pusat. Pada keadaan ini tali

pusat sudah berada dijalan lahir sebelum bayi


b) Terlilit tali pusat
Tali pusat didalam rahim ikut “berenang” bersama

janin dalam kantung ketuban. Saat janin bergerak,

letak dan posisi tali pusat biasanya ikut bergerak dan

berubah. Akibat gerak janin dalam rahim, letak dan

posisi tali pusat membelit tubuh janin, baik di bagian

kaki, paha, perut, lengan ataupun leher. Selama lilitan

tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran

oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap

aman
c) Bayi Kembar (multiple pregnancy)
Tidak semua bayi kembar dilahirkan secara

caesarea,hanya pada persalinan bayi kembar yang

memiliki resiko komplikasi lebih tinggi daripada

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


11

kelahiran satu bayi dilakukan sectio caesarea seperti

bayi kembar yang mengalami sungsang atau salah

letak lintang sehingga sulit untuk dilahiran secara

alami. Hal ini dikaitkan janin kembar dan cairan

ketuban yang berlebihan sehingga menbuat janin

mengalami kelainan letak. Selain itu adalah adanya

janin lebih dari satu di dalam rahim, menyebabkan

mereka harus saling berbagi tempat sehingga hal ini

dapat mempengaruhi letak janin (Kasdu 2003)

b. Faktor Ibu
1) Usia
Ibu yang melahirkan untuk yang pertama kali pada usia

sekitar 35 tahun memiliki resiko melahirkan dengan

operasi sectio caesarea sedangkanpada ibu yang berusia

40 tahun keatas berindikasi dilakukan operasi sectio

caesarea karena memiliki riwayat penyakit yang beresiko,

misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing

manis, dan preeklamsia. Eklamsia (keracunan kehamilan)

dapat menyebabkan ibu kejang sehingga persalinan

dengan operasi sectio caesarea.


2) Tulang Panggul
3) Persalinan sebelumnya dengan operasi sectio caesarea
Riwayat persalinan sectio caesarea dapat dilakukan

persalinan secara sectio caesarea jika ada indikasi yang

mengharuskan dilakukan tindakan pembedahan, seperti

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


12

bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit atau jalan lahir

tidak mau membuka.


4) Faktor hambat jalan lahir
5) Kelainan kontraksi rahim
6) Ketuban Pecah Dini (KTD)
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat

menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini

membuat ketuban mrembes eluar sehingga tinggal sedikit

atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang

mengelilingi janin dalam rahim

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


7

3. Patofisiologi

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


15

4. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2007) Pemeriksaan penunjang pada ibu pra

dan post sectio caesarea :


a. Tes Kimia darah
Ureum, kreatinin, asam urat dan menilai fungsi ginjal
a. Tes fungsi hati
Bilirubin dan SGOT
b. Urinalisis
Proteinuria merupakan kelainan yang khas pada pasien pre

eklampsia, jika 3+ atau 4+ urine 24 jam mengandung 5 gram

protein atau lebih pre eklampsia dinyatakan berat.


Post operasi sectio caesarea
a. Hemoglobin dan hematokrit
Untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan

mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan


b. Leukosit
Untuk mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan dan pembekuan darah
d. Pemeriksaan elektrolit

5. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka

pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi,

atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa

diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara

bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila

kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.


b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah

penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan

makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


16

sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi,

berupa air putih dan air teh.


c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam

setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil

tidur telentang sedini mungkin setelah sadar


3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan

selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu

menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi

posisi setengah duduk (semifowler)


5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien

dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan,

dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari

ke5 pasca operasi.


d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan

menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48

jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan

penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-

beda setiap institusi


2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran

pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


17

c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6

jam bila perlu

3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum

penderita dapat diberikan caboransia seperti neurobian I

vit. C
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila

basah dan berdarah harus dibuka dan diganti


5) Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan

adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
penyakit darah tinggi atau Hipertensi (hypertension) adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic

(bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan

tensi darahmenggunakan alat pengukuran tekanan darah baik

yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat

digital lainnya. Batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah bila tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi dan diantara nilai tersebut

dikategorikan sebagai normal-tinggi. (Herlambang, 2013)

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


18

2. Klasifikasi
Menurut Mitayani (2009) pre eklampsia digolongkan kedalam

pre eklampsia ringan dan berat dengan tanda dan gejala sebagai

berikut:
a. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada

posisi berbaring atau kenaika diastol 15 mmHg atau lebih,

atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran

sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak

periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam. Edema umum terjadi

pada kaki, jari tangan serta daerah wajah atau kenaikan BB1

kg atau lebih per minggunya


Proteiunuria kuantitatif 0, gram atau lebih per liter, kualitatif

1+ atau +2 pada urine kateter.


b. Pre eklamsia berat yang ditandai dengan

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Proteinuria 5 gr

atau lebih per liter. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari

400 cc/24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus,

dan rasa nyeri pada epigastrium. Terdapat edema paru dan

sianosis.

3. Etiologi

Menurut Mitayani (2009), penyebab preeklamsia adalah

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


19

iskemia plasenta. Yang merupakan faktor resiko pre eklamsia

antara lain sebagai berikut:

a. Primigravida, terutama primigravida tua dan muda

b. Kelompok sosial ekonomi rendah

c. Hipertensi esensial

d. Diabetes militus

e. Obesitas

f. Riwayat pre eklamsia pada kehamilan yang lalu dalam

keluarga

4. Komplikasi

Menurut Prawirohardjo (2007), komplikasi dari pre eklamsia

yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi ini

biasanya terjadi pada pre eklamsia berat dan eklamsia:

a. Solusio plasenta

Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan sering terjadi pada pre eklamsia.

b. Hipofibrinogen

c. Hemolisis

Penderita dengan pre eklamsia berat berat kadang-kadang

menunjukkan gejala klinik hemolisi yang dikenal karena

ikterus. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada

antopsi penderita eklamsia dapat menerangkan ikterus

tersebut

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


20

d. Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian

maternal penderita eklamsia.

e. Kelainan mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung

sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan yang

menyebabkan kehilangan mata sementara itu kadang-

kadang terjadi pada retina.

f. Edema paru-paru

g. Nekrosis hati

h. Sindrom HELLP

i. Kelainan ginjal

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan post operasi sectio caesarea, data

yang dapat ditemukan meliputi


a. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan

data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2009)


1) Pengumpulan data
a) Identitas Klien dan Penanggung Jawab
Identitas yang perlu dikaji adalah nama

(mengidentifikasi klien dalam pemberian asuhan

keperawatan), umur (pada penderita pre eklamsia

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


21

umur sangat mempengaruhi karena hamil ketika

usia diatas 35 tahun rentan terhadap terjadinya pre

eklamsia, untuk pemberian obat sesuai dosis),

agama (mengetahui koping dan keyakinan

klien), suku bangsa (secara tunggal tidak

ditemukan sebagai faktor yang berarti baik untuk

pre eklamsia), pendidikan (mengetahui

sejauhmana pengetahuan klien tentang riwayat

penyakit pre eklamsia), pekerjaan

(mengidentifikasi pengaruh terhadap kondisi

keadaan sekarang), status perkawinan

(mengetahui apakah anak yang akan

dilahirkannya merupakan suatu keinginan atau

bukan), alamat (mengetahui tempat tinggal klien),

diagnosa medis (mengetahui penyakit yang

diderita oleh klien), tanggal masuk rumah sakit,

tanggal pengkajian, dan nomor rekam medik

(mengetahui kapan klien mulai dirawat di

rumah sakit dan untuk menentukan memulainya

asuhan keperawatan). Identitas penanggung

jawab meliputi: nama, umur, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.


b) Keluhan utama

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


22

Keluhan pada klien post sectio caesarea atas

indikasi pre eklamsia berat adalah rasa tidak

nyaman nyeri pada daerah luka operasi

(Sjamsuhidajat, 2005)

b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti

jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit

kelamin atau abortus.


2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat kesehatan menjabarkan keluhan utama dengan

menggunakan P, Q, R, S, T yaitu:
P: (Provokatif) adalah hal-hal yang memperberat dan

memperingan masalah keluhan yang dirasakan,


Q: (Qualitatif) adalah gambaran dari keluhan yang

dirasakan klien nyeri yang dirasakan seperti diiris-iris

atau ditusuk-tusuk,
R: (Radiatif) adalah area atau lokasi keluhan yang

dirasakan,
S: (Severity) yaitu tingkatan dari keluhan yang dirasakan,

dalam hal ini adalah derajat kesakitan (skala nyeri 0-5)


T: (Time) yaitu waktu timbulnya keluhan atau lamanya

keluhan. Biasanya klien mengeluhkan nyeri luka operasi

kaji skala nyeri, kuantitas nyeri.


Pada klien post sectio cesarea biasanya akan merasakan

nyeri didaerah abdomen, nyeri dirasakan seperti diiris-iris

atau ditusuk-tusuk, nyeri bisa bertambah atau berkurang,

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


23

skala nyeri dirasakan bisa berbeda-beda tergantung

respon individu masing-masing.


3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti

jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang

mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.


c. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya

dan adanya komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan

masa nifas sebelumnya

2) Riwayat Kehamilan Sekarang


Riwayat kehamilan sekarang meliputi Ante Natal Care

(ANC), Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), berapa kali

ibu diberikan imunisasi TT, pada usia kehamilan berapa

mengalami kenaikan tekanan darah, edema, penambahan

berat badan selama hamil, gerakan bayi pertama kali

dirasakan, kehamilan yang lalu mengalami preeklamsia

atau tidak, dan keteraturan pemeriksaan kehamilan.

Pada kasus ibu dengan pre eklamsia mengalami kenaikan

tekanan darah, edema pada usia kehamilan minggu ke-20

dan penambahan berat badan yang lebih dari 1 kg dalam

seminggu
3) Persalinan Sekarang

Riwayat persalinan sekarang meliputi hari, tanggal, jam

persalinan, jenis persalinannya operasi sectio caesarea,

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


24

penolong persalinan, penyulit persalinan (pada pre

eklamsia ibu akan mengalami kenaikan tekanan darah

tinggi, edema, dan proteinuria), penanganan persalinan

biasanya dilakukan dengan sectio caesarea, keadaan

bayi hidup atau mati, dan biasanya pada kasus pre

eklamsia bayi akan mengalami prematur.

d. Data Biologis
Menurut Kusmiyati (2008), data biologis mencakup masalah

kesehatan keperawatan lalu dan masalah kesehatan yang

dialami dalam kebiasaan sehari-hari meliputi:


1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan

kesehatan serta penatalaksanaan kesehatan.


2) Pola nutrisi
Perlu dikaji untuk mengetahui frekuensi, kualitas,

keluhan, dan makanan pantangan. Pada ibu post sectio

caesarea atas indikasi pre eklamsia berat akan terjadi

penurunan dalam pola makan dan merasa mual karena

efek dari anastesi


3) Pola eleminasi
Perlu dikaji untuk mengetahui frekuensi BAB dan

BAK, adakah kaitannya dengan konstipasi


4) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi gerakan (mobilitas) pasien, aktivitas yang

menimbulkan nyeri atau mengurangi nyeri.


5) Pola kognitif dan persepsi

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


25

Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan,

pengecap, penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori

dan pengambilan keputusan.


6) Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi

terhadap kemampuan, harga diri dan perasaan terhadap

diri sendiri.
7) Pola istirahat tidur
Perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur.

Frekuensi dan kualitas tidur pada siang dan malam

hari.
8) Peran hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran di

keluarga dan masyarakat


e. Pemeriksaan fisik
Menurut Estiwidani (2008) pemeriksaan fisik dibagi mejadi :
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien yaitu baik, sedang atu

buruk
2) Tingkat kesadaran
Keadaan ibu adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran

pada ibu yaitu composmentis atau somnolen.


3) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah

Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi.

Batas normal tekanan darah adalah 110/60-140/90

mmHg

b) Nadi
Mengetahui denyut nadi pasien sehabis melahirkan,

denyut nadi akan lebih cepat. Batas normal denyut

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


26

nadi pada ibu nifas post sectio caesarea adalah 50-90

x/menit
c) Suhu
Mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau

tidak, jika terjadi kenaikan suhu diatas 37oC,

kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 35,6-

37,7oC.
d) Respirasi
Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung dalam 1 menit. Batas normal 12-20 x/menit


4) Kepala
Perlu dikaji untuk mengetahui bentuk kepala dan

kebersihan rambut.
5) Mata
Perlu dikaji untuk mengetahui konjungtiva berwarna

merah muda atau pucat, sklera berwarna putih atau

kuning.
6) Hidung
Perlu dikaji untuk mengetahui adanya benjolan atau

tidak.

7) Telinga
Perlu dikaji untuk mengetahui ada serumen atau tidak.
8) Mulut
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan mulut,

stomatitis, dan caries gigi.


9) Leher
Perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran

kelenjar tiroid.
10) Dada
Kesimetrisan, massa, lesi jaringan perut pada struktur

dan dinding dada.


11) Payudara

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


27

Perlu dikaji untuk mengetahui ada pembesaran atau

tidak puting susu menonjol apa tidak.


12) Abdomen
Perlu dilakukan untuk mengetahui luka post sectio

caesarea
13) Ekstremitas
Perlu dikaji untuk mengetahui terdapat edema, varises,

dan reflek patella


14) Genetalia
Perlu dikaji untuk mengetahui kelainan yang terjadi

pada daerah genetalia

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dan individu atau kelompok dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam,

2009).
Menurut Wilkinson (2007), diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul pada klien post sectio caesarea dengan

indikasi pre eklamsia berat adalah :


a. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /

luka kering bekas operasi


c. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan

anestesi dan pembedahan

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


28

d. Intoleransi aktivitas b/d imobilisasi post operasi, nyeri

berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

sekunder akibat pembedahan

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kondisi pasca operasi.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam

diharapkan nyeri klien berkurang / terkontrol dengan kriteria

hasil :
1) Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol
2) Wajah tidak tampak meringis
3) Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas

sesuai kemampuan

Intervensi

1) Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri

meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri dan faktor presipitasi.


2) Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan

(misalnya wajah meringis) terutama ketidakmampuan

untuk berkomunikasi secara efektif.


3) Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex:

beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan

hubungan sosial)

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


29

4) Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi

progresif, latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan

terapeutik.)
5) Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat

mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan

(ruangan, suhu, cahaya, dan suara)


6) Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika

perlu

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan /

luka kering bekas operasi


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam

diharapkan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria

hasil
1) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor,

tumor, fungsio laesea)


2) Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50

C, frekuensi nadi = 60 - 100x/ menit)

Intervensi

1) Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada

sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.


2) Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,

fungsio laesa)
3) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
4) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan.

Lepaskan balutan sesuai indikasi


5) Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan

sebelum / sesudah menyentuh luka

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


30

6) Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan

laboratorium
7) Anjurkan intake nutrisi yang cukup
8) Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri akibat

pembedahan dan imobilisasi post operasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

24 jam klien dapat meningkatkan dan melakukan aktifitas

sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri.

Kriteria Hasil: Klien dapat mengidentifikasikan faktor-

faktor yang menurunkan toleransi aktifitas dan klien dapat

istirahat dengan nyaman

Intervensi :
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada

klien dalam keluhan kelemahan dengan aktifitas.


2) Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus

pada waktu pasien sadar


Rasional : pengaruh anestesi dapat mempengaruhi

aktivitas pasien
3) Anjurkan pasien untuk istirahat
Rasional : dengan istirahat dapat mempercepat pemulihan

tenaga untuk beraktivitas


4) Bantu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari sesuai

kebutuhan
Rasional : dapat memberikan rasa tenang dan aman pada

pasien
5) Tingkatkan aktivitas secara bertahap

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


31

Rasional : meningkatkan proses penyembuhan dan

kemampuan koping emosional

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada klien post sectio caesarea atas

indikasi pre eklamsia berat meliputi semua aspek bio, psiko,

sosio dan spiritual serta ditekankan kepada pencegahan

komplikasi sectio caesarea yang mungkin akan timbul,

diantaranya yaitu menganjurkan klien untuk melakukan tindakan

(distraksi, relaksasi, dan napas dalam) untuk mengatasi rasa

nyeri, mengatasi ansietas klien, menumbuhkan kembali harga

diri klien, mencegah terjadinya cedera, mencegah terjadinya

infeksi dengan melakukan perawatan luka secara intensif,

mempertahankan pola berkemih klien secara optimal, dan

melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

klien dengan post sectio caesarea (Nursalam, 2009)

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil dicapai (Nursalam, 2009). Evaluasi disusun dengan

menggunakan metode SOAP dan SOAPIER pada catatan

perkembangan, yang operasional dengan pengertian yaitu:

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


32

S : Subyektif adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang

dirasakan secara subjektif oleh klien setelah diberikan

implementasi keperawatan.
O : Obyektif adalah keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi

oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif setelah

implementasi keperawatan.
A : Analisa merupakan analisis perawat setelah mengetahui

respon subyektif dan obyektif klien yang dibandingkan dengan

kriteria dan standar yang telah ditentukan, mengacu pada tujuan

dan rencana keperawatan.


P : Planning adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat

melakukan analisis.
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaraea, kriteria

evaluasi adalah sebagai berikut :


a. Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan

caesarea dan bekerjasama dalam persiapan pra bedah.


b. Nyeri diminimalkan atau dikontrol dan pasien

mengungkapkan bahwa ia nyaman.


c. Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan

mengalami defekasi dalam 3 sampai 4 hari setelah

pembedahan, insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala

infeksi, involusi uterus berlanjut secara normal.


d. Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan

melahirkan sectio caesarea

D. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


33

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian- kejadian dimana

terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2006). Nyeri adalah alasan

utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.

Nyeri terjadi bersama banyak peroses penyakit atau bersamaan

dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan

(Brunner & Suddarth, 2002).

2. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri menurut Maryunani (2010) umumnya dibagi

menjadi :
a. Nyeri berdasarkan waktu
1) Nyeri Akut
Nyeri akut yaitu nyeri yang diakibatkan oleh suatu

penyakit, radang, atau injuri. Nyeri jenis ini biasanya

bersifat tiba-tiba. Nyeri akut mengidentifikasi bahwa

kerusakan atau cedera sudah terjadi, sehingga nyeri akut

berkurang sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri

akut ini pada umumnya terjadi selama kurang dari 6

(enam) bulan.
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik yaitu nyeri yang konstan dan intermiten

yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini

dapat menjadi lebih berat jika dipengaruhi oleh

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


34

lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri kronis dapat

berlangsung lebih dari 6 (enam) bulan.

3. Penatalaksanaan Nyeri
a. Penatalkasanaan nyeri farmakologi
Untuk meringankan nyeri dari ringan sampai berat bisa

menggunakan analgesik. Analgesik yang sering digunakan

yaitu jenis analgesik non narkotik dan obat anti inflamasi

nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiat dan

tambahan atau adjuvan (Andarmoyo 2013).

b. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi


Manajemen nyeri dengan terapi non farmakologis merupakan

tindakan menurunkan nyeri tanpa menggunakan agen

farmakologi. Ada beberapa penanganan berdasarkan

penatalaksanaan nyeri non farmakologi yaitu dengan

stimulasi fisik yang meliputi bimbingan antisipasi

(pemberian pemahaman kepada klien mengenai nyeri yang

dirasakan), terapi es dan panas atau kompres panas dan

dingin, relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur,

umpan balik biologis, dan massage stimulasi saraf elektris

transkutan (TENS), distraksi (distraksi visual, distraksi audio,

distraksi intelektual) (Andarmoyo 2013)

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksiadalah

suatu tindakan pengalihan perhatian pasien selain diluar rasa

nyeri (Andarmoyo 2013). Distraksi, mencakup memfokuskan

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


35

perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri yang dapat

menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin

merupakan suatu mekanisme dalam teknik kognitif yang

efektif (Brunner & Suddrath 2002).

Berdasarkan pengertian distraksi diatas peneliti

menyimpulkan bahwa distraksi merupakan suatu pengalihan

perhatian yang diarahkan kedalam tindakan melalui

mediauntuk mengurangi nyeri. Salah satu distraksi yang

digunakan adalah teknik distraksi audio yaitu pengalihan

nyeri dengan media terapi musik.

4. Penilaian Klinis Nyeri


a. Numeric Rating Scale (NRS)

Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk menilai

intensitas atau derajat keparahan nyeri dan memberi

kesempatan kepada klien untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006). Menurut

Strong, et al (2002) dalam Datak (2008), Numeric Rating

Scale (NRS) merupakan skala nyeri yang paling sering dan

lebih banyak digunakan di klinik, khususnya pada kondisi

akut, Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk

mengukur intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi

teraupetik. Numeric Rating Scale (NRS) mudah digunakan

dan didokumentasikan.

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


36

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS)

b. Verbal Respon Scale (VRS)

Verbal Respon Scale (VRS) adalah cara pengukuran nyeri

dengan menanyakan respon klien terhadap nyeri secara

verbal dengan memberikan 5 pilihan yaitu tidak nyeri, nyeri

ringan, nyeri sedang, nyeri berat, dan nyeri luar biasa yang

tidak tertahankan. Skala pada Verbal Respon Scale (VRS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima

katayang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Skala ini diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai

dengan nyeri yang tidak tertahankan. Pada penggunaannya,

perawat akan menunjukkan kepada klien tentang skala

tersebut dan meminta klien untuk memilih skala nyeri

berdasarkan intensitas nyeri yang dirasakannya. Verbal

Respon Scale (VRS) akan membantu klien untuk memilih

sebuah kategori untuk mendeskripsikan rasa nyeri yang

dirasakannya (Potter & Perry, 2006).

c. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus

yang mewakili intensitas nyeri dan memiliki alat keterangan

verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


37

kebebasan klien untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan pengukur

intensitas nyeri yang lebih sensitif, karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkain dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2006).

CSkala ini menggunakan angka sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Pengukuran dikatakan

sebagai nyeri ringan pada nilai di bawah 4, nyeri sedang

bila nilai antara 4-7 dikatakan sebagai nyeri hebat apabila

nilai diatas 7. (Sudoyo, et, all 2009)

Gambar 2.2 Visual Analodue Scale (VAS)

E. Terapi Musik

1. Definisi Terapi Musik

Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di

urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan

komposisi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.

Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama yang

menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi

tersebut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008)

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


38

Terapi musik merupakan serangkaian aktivitas terapeutik

dengan menggunakan media musik yang bertujuan

memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan

kesehatan emosi (Djohan, 2009). Menurut Federasi Terapi

Musik Dunia (WMFT) terapi musik adalah “penggunaan musik

dan/atau elemen musik (suara, irama, melodi dan harmoni) oleh

seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi,

terhadap pasien atau kelompok dalam proses membangun

komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal, belajar,

meningkatkan mobilitas, mengunakapkan ekspresi, menata diri

atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya. Proses ini

dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosi, mental,

sosial maupun kognitif, dalam rangka upaya pencegahan,

rehabiliasi atau pemberian perlakuan.

2. Manfaat Terapi Musik

Terapi musik merupakan salah satu terapi yang dapat

digunakan untuk mengatasi masalah ataupun kekurangan dalam

aspek fisik, emosi, kognitif, dan sosial baik pada anak-anak

maupun dewasa, dengan demikian terapi musik dapat

dikatakan sebagai terapi yang bersifat humanistik (Djohan,

2006). Secara umum terapi musik digunakan untuk

memperbaiki kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


39

interpersonal, ekspresi emosi, dan meningkatkan kesadaran diri

(Djohan, 2009).

3. Tata cara pemberian terapi musik

Belum ada rekomendasi mengenai durasi yang optimal dalam

pemberian terapi musik. Seringkali durasi yang diberikan dalam

pemberian terapi musik adalah selama 20-35 menit, tetapi untuk

masalah kesehatan yang lebih spesifik terapi musik diberikan

dengan durasi 30 sampai 45 menit. Ketika mendengarkan terapi

musik klien berbaring dengan posisi yang nyaman, sedangkan

tempo harus sedikit lebih lambat, 50-70 ketukan/menit,

menggunakan irama yang tenang (Mahanani 2013). Terapi

musik didengarkan minimal 30 menit setiap hari sampai semua

rasa sakit yang dikeluhkan hilang sepenuhnya dan tidak

kembali lagi. Jika diputar saat rasa sakit muncul, maka rasa

sakit akan berkurang atau bahkan hilang sepenuhya (Eka,

2009)

4. Efek Terapi Musik terhadap nyeri

Efek terapi musik klasik pada nyeri adalah distraksi terhadap

pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulusi

ritme nafas lebih teratur, menurunkan ketegangan tubuh,

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


40

memberikan gambaran positif pada visual imageri, relaksasi,

dan meningkatkan mood yang positif. Terapi musik dapat

mendorong perilaku kesehatan yang positif, mendorong

kemajuan pasien selama masa pengobatan dan pemulihan

(Mahanani 2013).

5. Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Nyeri

Hasil penelitian Yusnita (2013) ada perbedaan yang signifikan

tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi musik pada

pasien post operasi sectio caesarea. Waktupelaksanaan terapi

musik dalam penelitian ini dimulai setelah 5-12 jam pasca

operasi selama 30 menit, yang mana pasien telah berada dalam

ruang perawatan.

Pada penelitian lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa

seorang pasien post sectio caesarea pertama kali melakukan

persalinan dengan sectio caesarea dan belum pernah

melakukan operasi sebelumnya seorang pasien akan mengalami

konsep mekanisme koping dalam mengatasi nyeri sehingga

dapat mengakibatkan rasa nyeri semakin berat (Ayu, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian skala nyeri sebelum diberikan

terapi musik klasik tingkat nyeri responden mengalami

penurunan. berdasarkan hal tersebut musik klasik yang

diberikan selama 30 menit dapat mengurangi rasa sakit dan

mengendorkan otot-otot yang menegang sebagai reaksi dari rasa

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017


41

sakit dalam persalinan post sectio caesarea.

Penelitian yang dilakukan Handayani (2011) terdapat perubahan

nyeri yang signifikan pada hari kedua post operasi dengan

diberikan terapi musik selama 30 menit. Pada penelitian ini

indikasi operasi sectio caesarea responden adalah yang tidak

direncanakan atau cito, karena untuk mengendalikan faktor

yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu makna nyeri dan

pengalaman. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori De Laune

dan Ladner (2006) yang mengemukakan bahwa stimulasi musik

yang lembut dapat mengurangi stres, persepsi nyeri, cemas dan

perasaan terisolasi.

STIKes Kharisama Program Profesi Ners TA 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai