PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
Amfetamin adalah suatu stimulan dan menekan nafsu makan.
Amfetamin menstimulasi sistem saraf pusat melalui peningkatan zat-zat
kimia tertentu di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan
heart rate dan tekanan darah, menekan nafsu makan serta berbagai efek yang
lain. Penggunaan amfetamin dengan suatu kelainan psikiatri berhubungan
dengan ketergantungan dan penyalahgunaannya.1,5
Amfetamin adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan
akhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya
berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih.
Cara memakai amfetamin yang paling umum adalah dengan menghirup
asapnya.1,5
Termasuk dalam kelainan yang disebabkan oleh amfetamin atau zat
yang mirip amfetamin antara lain intoksikasi amfetamin, gangguan akibat
penghentian penggunaan amfetamin, kelainan psikosis dengan delusi dan
halusinasinyang disebabkan oleh amfetamin, delirium karena intoksikasi
amfetamin, kelainan mood yang disebabkan oleh amfetamin, gangguan
cemas karena penggunaan amfetamin, gangguan tidur, dan disfungsi
seksual.1,2,5
1
BAB II
STATUS PSIKIATRI
2
I. ANAMNESIS
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :
1. Autoanamnesis
2. Alloanamnesis
3
6. Riwayat Keluarga pasien
a. Identitas Orang tua
IDENTITAS ORANG TUA
Ayah: Tn. SA Ibu: Ny. R
Bangsa Indonesia Indonesia
Suku Jambi Jambi
Agama Islam Islam
Pendidikan Tamat SMA Tamat SMA
Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga
Umur - -
Alamat Simp. III Sipin, Jambi Simp. III Sipin, Jambi
Hubungan Akrab Akrab
b. Kepribadian
Bapak
Baik, penyayang.
Ibu
Penyayang
c. Os. Anak tunggal
d. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada
anggota keluarga :
-
4
7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut
dengan perkembangan kejiwaan os selama masa sebelum sakit
(pramorbid)
a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan :
Lahir cukup bulan dengan bidan
e. Masa sekolah
Perihal SD SMP
Umur 7-12 tahun 12-15 tahun
Prestasi Baik Baik
Aktifitas Sekolah Baik Baik
Sikap terhadap Teman Baik Baik
Sikap terhadap Guru Baik Baik
f. Masa remaja
Kenakalan remaja (+),Perokok berat (+), Penggunaan obat terlarang (+)
g. Riwayat pekerjaan
Os. Bekerja cleaning service
5
h. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial, dan rumah tangga :
Tidak ada masalah
8. Stressor psikososial
Tidak ada
9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita os
Tidak ada
6
Arus pikir : Flight of Ideas
Isi Pikir : Ekstasi
E. Persepsi : Halusinasi auditorik(-), halusinasi visual(√)
F. Mimpi dan fantasi :-
G. Sensorium
1. Kesadaran : kompos mentis
2. Orientasi W/T/O : baik
3. Konsentrasi dan kalkulasi : baik
4. Memori : baik
5. Pengetahuan umum : baik
6. Pikiran abstrak : baik
H. Insight : Derajat 6 yaitu menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi
tidak memahami penyebab sakitnya..
I. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : terganggu
Keadaan Umum
7
V. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-
LAIN :tidak dilakukan
VI. RESUME
Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III
dipertimbangkan diagnosis berupa Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Kokain, Gangguan Psikotik Residual atau Onset Lambat,
Gangguan Psikotik Onset Lambat (F14.75) dengan pedoman diagnostik
yakni:
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain,
Gangguan Psikotik Residual atau Onset Lambat, Gangguan Psikotik
Onset Lambat (F14.75)
Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Halusinasi Taktil ( merasa ada yang menjilat, merasa tangan putus
)
b. Predominasi halusinasi visual, afek yang secara umum serasi,
hiperaktivitas, hiperseksualitas, kebingungan dan inkoherensi,
serta sedikit bukti gangguan proses pikir (seperti asosiasi
longgar).
c. Psikologis. Efek simpang psikologis yang disebabkan oleh
penggunaan amfetamin mencakup kegelisahan, disforia, insomnia,
iritabilitas, sikap bermusuhan, dan kebingungan Konsumsi
amfetamin juga dapat menginduksi gejala gangguan ansietas
seperti gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan panik serta
ide rujukan, waham paranoid, dan halusinasi.
8
menghilang (misalnya anxietas fobik, gangguan depresif,
skizofrenia atau gangguan skizotipikal).
2. Gangguan psikotik akut dan sementara (F23.)
3. Cedera organik dan retardasi mental ringan atau sedang (F70-F71)
yang terdapat bersama dengan penyalahgunaan zat psikotik.
VIII. DIAGNOSIS
Aksis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Kokain, Gangguan Psikotik Residual atau Onset Lambat, Gangguan
Psikotik Onset Lambat (F14.75)
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : Lingkungang Sosial
Aksis V : GAF 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
IX. TERAPI
1. Terapi di Rawat Jalan
a. Nudep 12,5 mg
b. Haloperidol 0,5 mg
c. Trihexyphenidyl 2 mg
d. Fluoxetine 15 mg
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsional : Dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut stimulan
sistem saraf pusat (SSP) (stimulants). Amfetamin merupakan satu jenis narkoba
yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.
Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih
kristal kecil.
Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan
suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi
obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi.
Amfetamin meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari
saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan
diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,
meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan
menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-
efek tersebut menjadi berlebihan.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi
amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain
(waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang memberikan
efek euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan
oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di
dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah,
tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu
lagi. Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases
and Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan
oleh amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang
menyebabkan ketergantungan psikologis).
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup
melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS,
10
SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.
Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni dan
levoamphetamine murni. Karena dextroamphetamine lebih kuat daripada
levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada campuran
amfetamin.
Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin
termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya
diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus
menggunakan untuk menghindari kehilangan efek obat. Pada dosis tertentu,
hampir semua pecandu menjadi psikotik, karena amfetamin dapat menyebabkan
kecemasan hebat, paranoia dan gangguan pengertian terhadap kenyataan hidup.
Reaksi psikotik meliputi halusinasi dengar dan lihat (melihat dan mendengar
benda yang sebenarnya tidak ada) dan merasa sangat berkuasa. Efek tersebut bisa
terjadi pada siapa saja, tetapi yang lebih rentan adalah pengguna dengan kelainan
psikiatri (misalnya skizofrenia).
11
o MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun
1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : XTC, fantacy pils,
inex, cece, cein, Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft,
pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul.
Obat amfetamin klasik (dextroamphetamine, methamphetamine, dan
methylphenidate) mempunyai efek utamanya melalui sistem
dopaminergik. Sejumlah obat yang disebut dengan amfetamin racikan /
designer amphetamine (MDMA, ecstacy, XTC, Adam, MDEA/Eve,
MMDA, DOM/STP) telah dibuat dan mempunyai efek neurokimiawi pada
sistem serotonergik dan dopaminergik dan efek perilaku yang
mencerminkan suatu kombinasi aktifitas obat mirip amfetamin dan mirip
halusinogen. Beberapa ahli farmakologis mengklasifikasikan amfetamin
racikan sebagai halusinogen; tetapi, Kaplan dan Sadock
mengklasifikasikan obat tersebut dengan amfetamin karena strukturnya
yang sangat berhubungan. MDMA merupakan yang paling banyak diteliti
dan kemungkinan merupakan yang paling banyak tersedia.1,2,5
II. EPIDEMIOLOGI
Pada banyak Negara, penggunaan obat terlarang lebih sering terjadai
pada orang yang berusia muda, laki-laki lebih sering dari npada perempuan,
dan pada orang dengan social ekonomi yang rendah, pada daerah dengan
rata-rata masalah social yang lebih tinggi4. Dilaporkan pada masa anak usia
SMA (senior high school) penggunaan stimulan lebih tinggi dari pada
penggunaan kokain.4,5
National Household Survey and Drug Abuse (NHSDA) melporkan
pada tahun 1997 terdapat 4,5% dari orang yang berusia 12 tahun atau lebih
menggunakan stimulan bukan atas indikasi medis, hal ini menunjukkan
peningkatan yang drastic dari pada tahun sebelumnya. Persentasi yang paling
tinggi setelah penggunaan dalam 1 tahun (1,5%) antara umur 18-25 tahun,
kemudian diikuti oleh umur 12-17 tahun. Sample ini tidak cukup luas untuk
mendeteksi peningkatan dalam penggunaan amfetamin ini disesuaikan
12
dengan data dari ruang emergensi untuk keracunan yang berkaitan dengan
amfetamin atau program tes panghentian obat. 4,5
Survei dua populasi digunakan sebagai kriteria dianostik yang dapat
diterima untuk mengukur besernya penyalahgunaan dan ketergantungan yaitu
studi Epidemiologic Catchment Area (ECA). ECA melaporkankombinasi
kategori antara ketergantungan dan penyalahgunaan amfetamin dan obat
yang mirip amfetamin, yaitu: prevalensi 1 bulan, 6 bulan, dan seumur hidup
berturut-turut 0,1; 0,2; dan 1,7 persen. Rata-rata ketergantungan seumur
hidup untuk umur 15-54 tahun yaitu 1,7%; 15% responden memiliki
kebiasaan penggunaan stimulant tanpa indikasi medis. Diantara yang
dilaporkan tanpa indikasi medis 11% ditemukan criteria ketergantungan.4,5
III. ETIOLOGI
13
paruh amfetamin dan metamfetamin akan sangat dipersingkat jika urin dalam
keadaan asam. Waktu paruh amfetamin pada dosis terapi berkisar antara 7-19
jam dan untuk metamfetamin sedikit lebih panjang. Setelah dosis toksik,
perbaikan dari gejala mungkin akan lebih lama (sampai beberapa hari)
dengan amfetamin dibandingkan kokain, tergantung pada pH urine.
Toleransi dan sensitisasi dari kebanyakan pengguna amfetamin untuk terapi
memerlukan dosis yang semakin tinggi untuk memperoleh efek euforik yamg
sama, pada mereka terjadi peningkatan toleransi. Sebagian toleransi
meningkatkan efek kardiovaskular amfetamin.3,5
Penggunaan amfetamin yang kronik yang memiliki status paranoid dan
psikosis toksik biasanya meningkat yang diyakini sebagai fenomena akibat
peningkatan sentisisasi. Bagi yang memiliki riwayat psikosis mugkin akan
sangat cepat untuk mendapatkan serangan berikutnya. Mekanisme perubahan
kronik SSP terhadap pengaruh amfetamin terlihat dalam beberapa perubahan
adaptif dari otak. Sebagai contoh, stimulasi reseptor dopamine mengaktifkan
cAMP pada neuron di dalam nucleus dan striatum. Aktivasi ini menginisiasi
suatu rantai intraseluler menghasilkan perubahan ekspresi dari gen, sebagian
dimediasi oleh fosforilasi dari faktor transkripsi cAMP Response Element
Binding Protein (CREB). Salah satu kerja dari CREB adalah meningkatkan
tarnskripsi dari dynorphin dalam RNA. Fungsi ini sangat penting karena
dynorphin adalah suatu agonis selektif k-opioid, agonis k-resetor
menghambat pelepasan dopamine. Akson kolateral dari neuron pada nucleus
melepaskan dynorphin pada k-reseptor yang berada pada dopaminergik
terminal, dengan begitu menghambat aktivitas dopaminergik. Tetapi apabila
penggunaan amfetamin dihentikan dan pelepasan dopamine belebihan
terhenti, kompensasinya level yang tinggi dari dynorphin menetap dan
kemudian akan menghilangkan efek dopaminergik, ini menyebabkan
terjadinya anhedonia dan disforia akibat withdrawal amfetamin.
Apalagi neuron dari nukleus memperlihatkan penurunan konsentrasi dari
protein Gi (dengan menghambat adenil siklase) dan peningkatan dari cAMP-
dependent protein kinase. Kedua perubahan ini dapat bertahan beberapa
14
minggu dan akan terjadi peningkatan regulasi jalur cAMP. Perubahan yang
menetap dari jalur cAMP tampak untuk menyajikan suatu mekanisme untuk
efek pertahanan dari stimulant. Pemberian berulang amfetamin menyebabkan
induksi dan akumulasi protein mirip Fos, antigen kronik yang terkat pada Fos
(FRAs)(dimediasi oleh fosforilasi dari CREB). Kronik FRAs ini dapa
bertahan lama dan berbeda dari protein yang mirip dengan Fos yang tampak
setelah pemakaian obat sekali. Selain itu perubahan persisten dari transkripsi
gen merubah morfologi neuron. Transmisi glutamate, yang berfungsi penting
untuksiklus modulasi dan efek sensitisasi sikap terhadap kokain, tidak tampak
untuk menolak amfetamin pada keadaan ini. Perbedaan ini mungkin penting,
pembeda perubahan adaptif diinduksi oleh dua kelas stimulant. Obat yang
mirip amfetamin melepaskan norepinefrin dan serotonin. Beberapa diantara
efeknyanya yang sama dengan toksisitas amfetamin, khususnya toksisitas
kardiovaskular.3,5
15
dilakukan lebih dari 24 jam jumlah metabolit sekunder yang di terdapat pada
urin menjadi sangat sedikit dan tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.8,11
V. GAMBARAN KLINIK
Pengaruh amfetamin terhadap pengguna bergantung pada jenis
amfetamin, jumlah yang digunakan, dan cara menggunakannya. Dosis kecil
semua jenis amfetamin akan meningkatkan tekanan darah, mempercepat
denyut nadi, melebarkan bronkus, meningkatkan kewaspadaan, menimbulkan
euforia, menghilangkan kantuk, mudah terpacu, menghilangkan rasa lelah
dan rasa lapar, meningkatkan aktivitas motorik, banyak bicara, dan merasa
kuat.3,7,11
Dosis sedang amfetamin (20-50 mg) akan menstimulasi pernafasan,
menimbulkan tromor ringan, gelisah, meningkatkan aktivitas montorik,
insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekan nafsu makan, menghilangkan
kantuk, dan mengurangi tidur.3,7,11
Penggunaan amfetamin berjangka waktu lama dengan dosis tinggi
dapat menimbulkan perilaku stereotipikal, yaitu perbuatan yang diulang
terus-menerus tanpa mempunyai tujuan, tiba-tiba agresif, melakukan tindakan
kekerasan, waham curiga, dan anoneksia yang berat.3,7,11
Efek Simpang
Fisik. Penyalahgunaan amfetamin dapat menyebabkan efek simpang,
yang paling serius mencakup efek serebrovaskular, kardiak, dan
gastrointestinal. Di antara kondisi spesifik yang mengancam nyawa adalah
infark miokardium, hipertensi berat, penyakit serebrovaskular, dan kolitis
iskemia. Gejala neurologis yang berkepanjangan, dari kedutan, tetani, kejang,
sampai koma dan kematian, dikaitkan dengan amfetamin dosis tinggi yang
terus meningkat. Penggunaan amfetamin intravena dapat menularkan human
immunodeficiency virus dan hepatitis serta menyebabkan perkembangan
abses paru, endokarditis, dan angiitis nekrotikans lebih lanjut. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa penyalahguna amfetamin hanya mengetahui sedikit-atau
16
tidak peduli-tentang praktik seks yang aman serta penggunaan kondom. Efek
simpang yang tidak mengancam nyawa mencakup semburat merah, pucat,
sianosis, demam, sakit kepala, takikardia, palpitasi, mual, muntah, bruksisme
(gigi gemeretuk), sesak nafas, tremor, dan ataksia. Wanita hamil yang
menggunakan amfetamin sering melahirkan bayi dengan berat lahir rendah,
lingkar kepala kecil, usia kehamilan dini, dan retardasi pertumbuhan.9,11
Psikologis. Efek simpang psikologis yang disebabkan oleh penggunaan
amfetamin mencakup kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas, sikap
bermusuhan, dan kebingungan Konsumsi amfetamin juga dapat menginduksi
gejala gangguan ansietas seperti gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan
panik serta ide rujukan, waham paranoid, dan halusinasi.9,11
VI. DIAGNOSIS
DSM-IV-TR mencantumkan banyak gangguan terkait amfetamin (atau
lir-amfetamin) (Tabel 9.3-l) namun hanya merinci kriteria diagnosis
intoksikasi amfetamin (Tabel 9.3-2), keadaan putus amfetamin (Tabel 9.3-3),
dan gangguan terkait amfetamin yang tak-tergolongkan (Tabel 9.3-4) pada
bagian gangguan terkait amfetamin (atau lir-arnfetamin). Kriteria diagnosis
gangguan terkait amfetamin (atau lir-amfetamin) lain tercantum dalam bagian
DSM-IV-TR yang berhubungan dengan gejala fenomenologis primer
(contohnya psikosis).9,13
17
penurunan berat badan dan ide paranoid) hampir selalu timbul dengan
diteruskannya penyalahgunaan.9,12,13
lntoksikasi Amfetamin
Sindrom intoksikasi kokain (menghalangi reuptake dopamin) dan
amfetamin (menyebabkan pelepasan dopamin) sifatnya serupa. Oleh karena
penelitian tentang penyalahgunaan dan intoksikasi kokain dilakukan lebih
teliti dan mendalam dibanding pada amfetamin, literatur klinis tentang
amfetamin sangat dipengaruhi temuan klinis pada penyalahgunaan kokain.
Pada DSM-IV-TR, kriteria diagnosis intoksikasi amfetamin dan intoksikasi
kokain terpisah namun hampir sama. DSM-IV-TR merinci gangguan persepsi
sebagai gejala intoksikasi amfetamin. Bila tidak ada uji realitas yang intak,
dipikirkan diagnosis gangguan psikotik terinduksi amfetamin dengan awitan
saat intoksikasi. Gejala intoksikasi amfetamin sebagian besar pulih setelah 24
jam dan umumnya akan hilang sepenuhnya setelah 48 jam.9,12,13
18
sehingga deprivasi tidur memengaruhi tampilan klinis. Kombinasi amfetamin
dengan zat lain serta penggunaan amfetamin oleh orang dengan kerusakan
otak yang,telah ada sebelumnya juga dapat menyebabkan timbulnya de
lirium. Tidak jarang mahasiswa universitas yang menggunakan amfetamin
untuk belajar kilat menghadapi uiian menunjukkan delirium jenis ini.9,12,13
19
manik atau mood campuran, sementara keadaan putus zat menimbulkan
gambaran mood depresif.9,12,13
20
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :6
Elektrolit : akut bisa memberikan gambaran hipokalemi sedangkan pada
intoksikasi amfetamin yang berat memberikan gambaran hiperkalemi.
21
Glukosa darah : pada pemeriksaan gula darah memberikan gambaran
hipoglikemi
Fungsi ginjal : gagal ginjal berhubungan dengan rhabdomyolisis dan
trombosis arteri ginjal pernah dilaporkan pada penyalahgunaan amfetamin.
Urinalisis untuk skrining amfetamin atau zat adiktif lain yang digunakan
bersama-sama,
Tes kehamilan : semua wanita yang berada dalam usia subur sbaiknya
dilkukan tes kehamilan
Fungsi hati : kerusakan hati mungkin terjadi pada intoksikasi akut. Sebagai
tambahan, pasien yang menggunakan amfetamin beresiko untuk terinfeksi
hepatitis, yang pada akirnya bias menyebabkan perubahan mental.
Jumlah sel darah : anemia, lekositosis, dan leucopenia
Toksikologi : Urine drug screens : Benzoylecogonine (bentuk metabolic
kokain) bisa ditemukan pada urin 60 jam setelah menggunakan
amfetamin. Pada pengguna amfetamin yang berat bisa ditemukan sampai
22 hari.
Enzim jantung : pada pengguna amfetamin terdapat angka prevalensi yang
tinggi untuk terjadinya myocardial infection, pasien yang dating dengan
nyeri dada dan riwayat penggunaan amfetamin bisa dipikirkan untuk
melakukan pemeriksaan enzim jantung.
2. Gambaran Radiologi :
Chest x-Ray
CT-Scan.
22
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Bila suhu badan naik, berikan kompres dingin, minum air dingin, atau
selimut hipotermik.
b. Bila kejang, berikan diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral; atau
klordiazepoksid 10-25 mg per oral secara perlahan-lahan dan dapat
diulang setiap 15-20 menit.
c. Bila tekanan darah naik, berikan obat anti hipertensi.
d. Bila terjadi takikardma, berikan beta-blocker, seperti propanolol, yang
sekaligus juga untuk menurunkan tekanan darah.
e. Untuk mempercepat ekskresi amfetamin, lakukan asidifikasi air seni
dengan memberi amonium klorida 500 mg per oral setiap 3-4 jam.
f. Bilatimbul gejala psikosis atau agitasi, beri halopendol 3 kali 2-5 mg.
a. Rawat di tempat yang tenang dan biarkan pasien tidur dan makan
sepuasnya.
b. Waspada terhadap kemungkinan timbulnya depresi dengan ide bunuh
diri.
c. Dapat diberikan anti depresi.
23
IX. KOMPLIKASI
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
25
Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan
farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Jenis farmakoterapi yang digunakan pada
penderita ini adalah golongan neuroleptik tipikal yaitu Haloperidol dengan
pertimbangan untuk mengatasi gejala postif yang dominan pada pasien ini.
Nudep, Trihexyphenidyl, Fluoxetine.
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri
dari terapi perilaku, terapi kejuruan dan psikoedukasi keluarga.
Prognosis penderita ini adalah dubia at bonam. Hal ini dikarenakan pasien
memiliki faktor presipitasi yang jelas, gejala positif. Selain itu GAF scale
penderita adalah 70-61 yaitu gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.
26
BAB V
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28
9. Elvira, Sylvia D. dan Hadisukanto, Gitayanti. 2007. Buku Ajar PSIKIATRI.
Edisi ke III. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
10. Thomb, David A. 2006. Buku Saku PSIKIATRI. Edisi ke 6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
11. Amphetamine Use Disorders in : Diagnostic and Statitical Manual of Mental
Disorders. Edisi ke IV. Washington DC : Penerbit American Psychiatric
Association
29