Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELLITUS II

A. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic
yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemia
) akibat kerusakan pada sekresi insulin ( Brunner & Suddarth, 2013).
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin.
Brunner & Suddarth (2001), membagi diabetes melitus menjadi dua
yaitu Diabetes tipe I dan Diab`etes tipe II. Diabetes tipe II adalah diabetes
tidak tergantung insulin ( Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus atau
NIDDM). Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami tipe
ini,terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin yang disebut
resistensi insulin atau akibat penurunan jumah produksi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi
insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, namun pada rangsangan glukosa bersama bahan
perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pankreas mengalami
desensitisasi terhadap glukosa. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

B. Etiologi
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada dibetes tipe II masih belum diketahu.i Factor
genetic diperkirakan memegang peranan penting dalam proses terjadinya
resistensi insulin (Brunner & Suddart,2001).
Selain itu terdapat juga factor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe II yaitu :
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 thn)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Manifestasi Klinis
a. Secara umum dalam ( Brunner & Suddart, 2013) manifestasi DM
adalah :
1. Poliuria
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsia
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien
lebih banyak minum.
3. Polifagia
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh
darah.
4. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan
terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
5. Keletihan dan kelemahan perubahan pandangan secara mendadak,
senasi kesemutan atau kebas ditangan dan kaki, kulit kering, lesi
kult atau luka yang lambat sembuh serta infeksi berulang
6. Awitan diabetes tipe I dapat disertai dengan penurunan berat
badan mendadak, mual, muntah, dan nyeri lambung’
7. Awitan diabetes tipe II disebabkan intoleransi glukosa yang
progresif serta berlangsung perlahan dan mengakibatkan
komplikasi jangka apabila diabtes tidak teratasi
b. Diabetes tipe II
1. Awitan terjadi di segala usia , biasnya diats 30 tahun
2. Biasanya bertubuh gemuk atau obesitas
3. Etilogi mencakup factor obesitas, herediter dan lingkungan
4. Tidak ada antibody sel pulau langerhans
5. Mayoritas penderita obesitas mengendalikan kadar glukosa
darahnya melalui penurunan berat badan
6. Mungkin memerlukan insulin dalam waktu pendek mencegah
hiperglikemia
7. Ketosis jarang terjadi, kecuali keaadna stress
8. Komplikasi akut : Sindrome hipeosmoler nonketotic

D. Patofisiologi
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada
reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja
glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan
glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbanginya maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM
tipe II
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetik tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM tipe
II, meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainya, yaitu sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketotik. Penanganan primer diabetes tipe II adalah
menurunkan berat badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan
obesitas. Latihan merupakan unusr yang penting juga meningkatkan
efektivitas insulin. ( Brunner&Suddarth.2001)
E. Komplikasi
1. Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagi
komplikasi yang akut dan kronik ( Brunner& Suddart,2013).
komplikasi akut yang terjadi akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung dan dalam jangka waktu yang pendek adalah
a. Hipoglikemia
Suatu keadaan dimana kadar gula darah < 80 mg/dl, dapat terjaadi
karena intake nutrisi tidak adekuat, latihan fisik yang berlebihan
serta efek pemberian insulin OHO
b. DKA ( Ketoasidosis diabetic)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
c. HHNK ( Sindrom Hiperglikemia Hipeosmoler Nonketotik)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan
hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran (sense of
awareness).
2. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan
diabetes mellitus mencakup :
a. Penyakit makrovaskular ( pembuluh darah besar) : mempengaruhi
sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah
otak. misalnya makroangiopati pada pembuluh darah perifer
sehingga bila luka sukar sembuh, hipertensi akibat peningkatan
viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh darah.
1) Penyakit Arteri Koroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner
menyebabkan peningkatan insidensi infark miokard pada
penderita Diabetes Mellitus.
2) Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau
pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh
darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit
dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan
iskemia sepintas (TIA = Transient Ischemic Attack)
3) Penyakit Vaskuler Perifer
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas
bawah merupakan penyebab utama meningkatnya insiden
gangren dan amputasi pada pasien-pasien Diabetes Mellitus. Hal
ini disebabkan karena pada penderita Diabetes Mellitus
sirkulasi buruk, terutama pada area yang jauh dari jantung,
turut menyebabkan lamanya penyembuhan jika terjadi luka.
b. Penyakit mikrovaskular ( pembuluh darah kecil) : mempengaruhi
mata, ( retinopati), dan ginjal *( nefropati, control kadar gula darah
untuk menunda atau mencegah awita komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular
1) Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik merupakan kelainan retina yang
ditemukan pada penderita diabetes mellitus dimana retinopati
akibat diabetes melitus yang lama yang dapat berupa
melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak (Ilyas, 2006).
Pada retinopati diabetik secara perlahan terjadi kerusakan
pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga
mengalami kebocoran sehingga terjadi penumpukan cairan
(eksudat) yang mengandung lemak serta pendarahan pada
retina yang lambat laun dapat menyebabkan penglihatan
buram, bahkan kebutaan. Bila kerusakan retina sangat berat,
seorang penderita diabetes dapat menjadi buta permanen
sekalipun dilakukan usaha pengobatan (Admin, 2008)
2) Nefropati
Segera sesudah terjadi diabetes, khususnya bila kadar
glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah
ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat. Kenaikan tekanan tersebut
diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya
nefropati.
3) Neuropatik
a) Pengertian
Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling
sering pada diabetes mellitus (DM), sekitar 50% dari pasien
dengan DM tipe 1 dan tipe 2. Neuropati diabetika perifer
meliputi gejala atau tanda- tanda disfungsi pada saraf perifer
pada penderita diabetes mellitus setelah penyebab lainnya
disingkirkan. Neuropati perifer simetrik yang mengenai
system saraf motorik serta sensorik ekstremitas bawah yang
disebabkan oleh je- jas sel Schwann, degenerasi myelin, dan
kerusakan akson saraf. Neu-ropati otonom dapat
menimbulkan impotensi seksual yang bersifat fokal
(mononeuropati diabetik) paling besar kemungkinannya
disebabkan oleh makroangiopati.
Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya
kerusakan pada saraf :
1. Kontrol gula darah yang buruk
2. Usia tua
3. Lama menderita DM.
4. Risiko neuropati meningkat bergantung lama pasien
menderita DM, terutama pada pasien yang tidak pernah
mengontrol gula darahnya.Neuropati perifer sering
terjadi pada pasien yang telah terkena diabetes mellitus
sekitar 25 tahun.
5. Merokok
6. Asupan tinggi alcohol
b) Tanda dan Gejala
Gejala yang muncul tergantung pada lokasi dan jenis
saraf yang mengalami neuropati. Bentuk yang sering terjadi
adalah:
1) Neuropati sensori-motorik (saraf sensori-motorik :
persarafan yang mengatur sistem sensorik/persepsi dan
pergerakan)
2) Gejala sensorik : kesemutan, baal, kebas, mati rasa, nyeri,
sensasi tertusuk/terbakar.
3) Gejala motorik : kelemahan otot
4) Neuropati otonom (saraf otonom : persarafan yang
mengatur berbagai sistem dalam tubuh dan bekerja
diluar kesadaran)
5) Gejala neuropati otonom tergantung pada persarafan
otonom sistem organ mana yang mengalami neuropati.
6) Gejala kardiovaskular : lemah, pusing, sakit kepala,
penurunan toleransi latihan/aktivitas, gangguan denyut
jantung, salah satu/kedua kaki sering terasa dingin,
hipotensi ortostatik (tekanan darah menurun pada
perubahan posisi berbaring – duduk – berdiri)
7) Gejala saluran pencernaan : kembung, mual, muntah,
diare, konstipasi, nyeri ulu hati, nyeri perut.
8) Gejala sistem urinasi: hilangnya kontrol berkemih.
9) Gangguan fungsi seksual : disfungsi ereksi, penurunan
libido, dispareunia (nyeri selama hubungan seksual),
berkurangnya pelumasan vagina, anorgasmi.
10) Gejala kulit : gatal, kulit kering, hilangnya rambut –
rambut halus kulit.
11) Lain – lain : depresi, ansietas (kecemasan), gangguan
tidur.
c) Komplikasi
Beberapa komplikasi neuropati diabetik yang paling serius
adalah :
1) Kaki diabetes (diabetic foot): akibat dari
hilang/berkurangnya kemampuan kaki merasakan nyeri
bila terjadi trauma, disertai perubahan tertentu pada
kulit dan otot kaki yang juga mempermudah terjadinya
ulkus (luka yang dalam).
2) Silent Miocardial Infark : pada penderita neuropati
diabetik, serangan jantung sering tidak disertai nyeri
dada seperti yang lazimnya dialami pasien serangan
jantung. Gejala seringkali tidak khas, dapat hanya berupa
sesak, lelah, atau nyeri ulu hati. Absennya nyeri dada ini
sering membuat serangan jantung terlambat diketahui,
sehingga tidak dapat segera ditangani dan berakibat fatal
!
3) Batu empedu : akibat menurunnya gerak kontraksi
kandung empedu, sehingga terjadi perlambatan aliran
cairan empedu yang memudahkan terbentuknya batu
empedu.
4) Gastritis : akibat menurunnya gerak kontraksi lambung
karena gangguan saraf otonom saluran cerna, asam
lambung menggenang• lebih lama dalam lambung dan
mengiritasi lambung.
d) Penatalaksanaan Medis
Strategi pengelolaan penderita neuropati diabetik dibagi 3
bagian :
1) Diagnosis neuropati diabetik sedini mungkin
2) Kontrol gula darah dan perawatan kaki / foot care
sebaik-baiknya
3) Kontrol gula darah.
Studi dari The Diabetes Control Complications Trial
(DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian gula darah
ketat dapat menurunkan resiko terjadinya neuropati
diabetes hingga 60%. The American Association of
Clinical Endocrinologists merekomendasikan nilai gula
darah post prandial (setelah makan) kurang dari 180
mg/dL dan nilai A1C <6,5 pada penyandang DM tipe 1
dan tipe 2.
Perawatan kaki / foot care. Jaga kebersihan kaki, hindari
trauma kaki, gunakan alas kaki yang aman dan nyaman,
rutin memeriksa sendiri kaki setiap hari sehingga dapat
segera diketahui bila terdapat luka.
4) Pengendalian keluhan akibat neuropati diabetik setelah
strategi kedua dikerjakan Pengobatan simtomatik
(sesuai gejala/keluhan), oleh dokter yang merawat.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
dengan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa
glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek
utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta
pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM
tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa
perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan
berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di
saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula
sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula
puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40
UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid Injeksi
insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis
maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan
tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat
, wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol
dengan pengendalian diet.
2) Jenis insulin
a) Insulin kerja cepat jenisnya adalah reguler insulin, cristalin
zink, dan semilente
b) Insulin kerja sedang Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c) Insulin kerja lambat Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan
makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan
makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita
DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan
komposisi Idealnya sekigtar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan
mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1) Kurangi Kalori
2) Kurangi Lemak
3) Kurangi Karbohidrat komplek
4) Hindari makanan manis
5) Perbanyak konsumsi serat
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena
membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu
menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi
stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik tetapi janganmmelakukan olahraga terlalu berat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita
,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang
daptdiperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnesea.
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Kaji Kemungkinan ditemukan gejala banyak minum,banyak
kencing,dan banyak makan, klien mengeluh pandangan kabur,
baal atau kesemutan pada kaki atau tangan
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji pengobatan apa yang dilakukan oleh klien., apa yang
dirasakan atau keluhan klien saat pengkajian, tanda
hipoglikemia, kulit dingin, pucat, takikardi . serta adanya
penurunan berat badan
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji Kemungkinan klien mengalami riwayat obesitas ,aktifitas
fisik yang kurang,pola makanyang salah,pernah operasi atau
infeksi pankreas, Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit –
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin
misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas,maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita
5) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita
DM atau penyakit keturunanyang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung
6) Riwayat psikososial
Kaji meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yangdialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta
tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita

b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita , tingkat kesadaran, suara bicara,
tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih
kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah,apakah penglihatan kabur / ganda, , lensa mata keruh.
3) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkusdan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambutdan
kuku.
4) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
DM mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang,takikardi/bradikardi,hipertensi/hipotensi,
6) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi,dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atausakit
saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren
diekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
letargi,mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Adanya glukosa dalam urine. Dapat diperiksa dengan cara
benedict (reduksi) yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat
positif pada diabetes.
2. Diagnostik lebih pasti adalah dengan memeriksa kadar glukosa
dalam darah dengan cara Hegedroton Jensen (reduksi).
1) Gula darah puasa tinggi >140 mg/dl.
2) Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama >200 mg/dl.
3) Osmolitas serum 300 m osm/kg.
4) Urine = glukosa positif, keton positif, aseton positif atau
negative (Bare & suzanne, 2002
d. Data subjektif dan data objektif
Adapun data yang perlu dikaji pada pasien Diabetes Mellitus adalah :
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang dikumpulkan berdasarkan
keluhan pasien pada pasien Diabetes Mellitus. Data subyektif
yang ditemukan antara lain :
1) Pasien mengeluh lemah.
2) Pasien mengeluh kesemutan pada ekstremitasnya.
3) Pasien mengatakan nafsu makannya menurun.
4) Pasien mengeluh banyak kencing.
5) Pasien mengeluh nyeri pada bagian tubuh yang sakit.
6) Pasien meraskan oksigen.
7) Pasien mengeluh banyak makan.
8) Pasien mengeluh banyak minum.
9) Pasien mengeluh pusing.
10) Pasien mengeluh gangguan pengelihatan.
b. Data obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh berdasarkan
pengamatan atas kondisi pasien. Data yang dijumpai pada
pasien Diabetes Mellitus adalah :
1) Penurunan kekuatan otot
2) Takikardi
3) Kulit kering
4) Hipertensi
5) Penurunan berat badan
6) Polidipsi (sering kencing)
7) Polipagi (sering makan)
8) Polidipsi (sering minum)
9) Disorientasi
10) Batuk
11) GDS > 200 mg/dl
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan
teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien
Diabetes Mellitus yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan/ / terputusnya
kontuinitas jaringan
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka
c. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
d. Ketidakseimbangannutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
f. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT NANDA
Diagnosa I : Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan/ terputusnya kontuinitas jaringan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level, a. Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
psikologis), kerusakan jaringan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
Setelah dilakukan tinfakan faktor presipitasi
DS: keperawatan selama …. Pasien b. Observasi reaksi nonverbal dari
Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
DO: kriteria hasil: c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
a. Posisi untuk menahan nyeri a. Mampu mengontrol nyeri (tahu dan menemukan dukungan
b. Tingkah laku berhati-hati penyebab nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
c. Gangguan tidur (mata sayu, menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
tampak capek, sulit atau nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
gerakan kacau, menyeringai) e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Terfokus pada diri sendiri mengurangi nyeri, mencari f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
e. Fokus menyempit bantuan) menentukan intervensi
(penurunan persepsi waktu, b. Melaporkan bahwa nyeri g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
kerusakan proses berpikir, berkurang dengan napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
penurunan interaksi dengan menggunakan manajemen hangat/ dingin
orang dan lingkungan) nyeri h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
f. Tingkah laku distraksi, c. Mampu mengenali nyeri (skala, ……...
contoh : jalan-jalan, menemui intensitas, frekuensi dan tanda i. Tingkatkan istirahat
orang lain dan/atau aktivitas, nyeri) j. Berikan informasi tentang nyeri seperti
aktivitas berulang-ulang) d. Menyatakan rasa nyaman penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
g. Respon autonom (seperti setelah nyeri berkurang berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
diaphoresis, perubahan e. Tanda vital dalam rentang dari prosedur
tekanan darah, perubahan normal k. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
nafas, nadi dan dilatasi pupil) f. Tidak mengalami gangguan pemberian analgesik pertama kali
h. Perubahan autonomic dalam tidur
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
i. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
j. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa II : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko gangguan integritas NOC : NIC : Pressure Management


kulit  Tissue Integrity : Skin and a. Anjurkan pasien untuk menggunakan
Mucous Membranes pakaian yang longgar
Faktor-faktor risiko:  Status Nutrisi b. Hindari kerutan padaa tempat tidur
Eksternal :  Tissue Perfusion:perifer c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
 Dialiysis Access Integrity kering
a. Hipertermia atau d. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
hipotermia Setelah dilakukan tindakan setiap dua jam sekali
b. Substansi kimia keperawatan selama…. Gangguan e. Monitor kulit akan adanya kemerahan
c. Kelembaban udara integritas kulit tidak terjadi f. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
d. Faktor mekanik (misalnya : dengan kriteria hasil: derah yang tertekan
alat yang dapat a. Integritas kulit yang baik bisa g. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
menimbulkan luka, tekanan, dipertahankan h. Monitor status nutrisi pasien
restraint) b. Melaporkan adanya gangguan i. Memandikan pasien dengan sabun dan air
e. Immobilitas fisik sensasi atau nyeri pada daerah hangat
f. Radiasi kulit yang mengalami j. Gunakan pengkajian risiko untuk
g. Usia yang ekstrim gangguan memonitor faktor risiko pasien (Braden
h. Kelembaban kulit c. Menunjukkan pemahaman Scale, Skala Norton)
i. Obat-obatan dalam proses perbaikan kulit k. Inspeksi kulit terutama pada tulang-tulang
j. Ekskresi dan sekresi dan mencegah terjadinya yang menonjol dan titik-titik tekanan ketika
Internal : sedera berulang merubah posisi pasien.
a. Perubahan status metabolik d. Mampu melindungi kulit dan l. Jaga kebersihan alat tenun
b. Tulang menonjol mempertahankan kelembaban
c. Defisit imunologi kulit dan perawatan alami
d. Berhubungan dengan e. Status nutrisi adekuat m. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan perkembangan f. Sensasi dan warna kulit pemberian tinggi protein, mineral dan
e. Perubahan sensasi normal vitamin
f. Perubahan status nutrisi n. Monitor serum albumin dan transferin
(obesitas, kekurusan)
g. Perubahan pigmentasi
h. Perubahan sirkulasi
i. Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
j. Psikogenik
Diagnosa III : Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan:  Fluid balance a. Pertahankan catatan intake dan output
a. Kehilangan volume cairan  Hydration yang akurat
secara aktif  Nutritional Status : Food and b. Monitor status hidrasi ( kelembaban
b. Kegagalan mekanisme Fluid Intake membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
pengaturan Setelah dilakukan tindakan darah ortostatik ), jika diperlukan
keperawatan selama….. defisit c. Monitor hasillab yang
DS : volume cairan teratasi dengan sesuaidenganretensicairan (BUN ,Hmt ,
k.Haus kriteria hasil: osmolalitasurin, albumin, total protein )
DO: a. Mempertahankan urine output d. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
a. Penurunan turgor kulit/lidah sesuai dengan usia dan BB, BJ e. Kolaborasi pemberian cairan IV
b. Membran mukosa/kulit urine normal, f. Monitor status nutrisi
kering b. Tekanan darah, nadi, suhu g. Berikan cairan oral
tubuh dalam batas normal
c. Peningkatan denyut nadi, c. Tidak ada tanda tanda h. Berikan penggantian nasogatrik sesuai
penurunan tekanan darah, dehidrasi, Elastisitas turgor output (50 – 100cc/jam)
penurunan volume/tekanan kulit baik, membran mukosa i. Dorong keluarga untuk membantu pasien
nadi lembab, tidak ada rasa haus makan
d. Pengisian vena menurun yang berlebihan j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
e. Perubahan status mental d. Orientasi terhadap waktu dan muncul meburuk
f. Konsentrasi urine meningkat tempat baik k. Atur kemungkinan tranfusi
g. Temperatur tubuh e. Jumlah dan irama pernapasan l. Persiapan untuk tranfusi
meningkat dalam batas normal m. Pasang kateter jika perlu
h. Kehilangan berat badan f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas n. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
secara tiba-tiba normal
i. Penurunan urine output g. pH urin dalam batas normal
j. HMT meningkat h. Intake oral dan intravena
k. Kelemahan adekuat
Diagnosa IV: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: a. Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status: Adequacy of b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berhubungan dengan : nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Ketidakmampuan untuk  Nutritional Status : food and dibutuhkan pasien
memasukkan atau mencerna Fluid Intake c. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
nutrisi oleh karena faktor  Weight Control tinggi serat untuk mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau Setelah dilakukan tindakan d. Ajarkan pasien bagaimana membuat
ekonomi. keperawatan selama….nutrisi catatan makanan harian.
DS: kurang teratasi dengan indikator: e. Monitor adanya penurunan BB dan gula
a. Nyeri abdomen a. Albumin serum darah
b. Muntah b. Pre albumin serum f. Monitor lingkungan selama makan
c. Kejang perut c. Hematokrit g. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
d. Hemoglobin selama jam makan
d. Rasa penuh tiba-tiba setelah e. Total iron binding capacity h. Monitor turgor kulit
makan f. Jumlah limfosit i. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
DO: protein, Hb dan kadar Ht
a. Diare j. Monitor mual dan muntah
b. Rontok rambut yang berlebih k. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
c. Kurang nafsu makan jaringan konjungtiva
d. Bising usus berlebih l. Monitor intake nuntrisi
e. Konjungtiva pucat m. Informasikan pada klien dan keluarga
f. Denyut nadi lemah tentang manfaat nutrisi
n. Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
o. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
p. Kelola pemberan anti emetik:.....
q. Anjurkan banyak minum
r. Pertahankan terapi IV line
s. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa V: Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status a. Pertahankanteknikaseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control b. Batasipengunjung bila perlu
a. Prosedur Infasif  Risk control c. Cucitangansetiapsebelum dan
b. Kerusakan jaringan dan Setelah dilakukan tindakan sesudahtindakankeperawatan
peningkatan paparan keperawatan selama…… pasien d. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan tidak mengalami infeksi dengan pelindung
c. Malnutrisi kriteria hasil: e. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
d. Peningkatan paparan a. Klien bebas dari tanda dan dengan petunjuk umum
lingkungan patogen gejala infeksi f. Gunakan kateter intermiten untuk
e. Imonusupresi menurunkan infeksi kandung kencing
f. Tidak adekuat pertahanan b. Menunjukkan kemampuan g. Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, untuk mencegah timbulnya h. Berikan terapi antibiotik:.................................
Leukopenia, penekanan infeksi i. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
respon inflamasi) c. Jumlah leukosit dalam batas dan lokal
g. Penyakit kronik normal j. Pertahankan teknik isolasi k/p
h. Imunosupresi d. Menunjukkan perilaku hidup k. Inspeksi kulit dan membran mukosa
i. Malnutrisi sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
j. Pertahan primer tidak e. Status imun, gastrointestinal, l. Monitor adanya luka
adekuat (kerusakan kulit, genitourinaria dalam batas m. Dorong masukan cairan
trauma jaringan, gangguan normal n. Dorong istirahat
peristaltik) o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam
Diagnosa VI : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kelelahan berhubungan dengan NOC: NIC :


- psikologis: kecemasan, gaya  Activity Tollerance Energy Management
hidup yang membosankan,  Energy Conservation a. Monitor respon kardiorespirasi terhadap
depresi, stress  Nutritional Status: Energy aktivitas (takikardi, disritmia, dispneu,
- Lingkungan: kelembaban, Setelah dilakukan tindakan diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik dan
cahaya, kebisingan, suhu keperawatan selama …. jumlah respirasi)
- Situasi: Kejadian hidup yang kelelahan pasien teratasi dengan b. Monitor dan catat pola dan jumlah tidur
negatif, kriteria hasil: pasien
- Psikologis: Anemia, status a. Kemampuan aktivitas c. Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri
penyakit, malnutrisi, kondisi adekuat selama bergerak dan aktivitas
fisik yang buruk, gangguan b. Mempertahankan nutrisi d. Monitor intake nutrisi
tidur. adekuat e. Monitor pemberian dan efek samping obat
DS: c. Keseimbangan aktivitas dan depresi
a. Gangguan konsentrasi istirahat
b. Tidak tertarik pada d. Menggunakan tehnik energi f. Instruksikan pada pasien untuk mencatat
lingkungan konservasi tanda-tanda dan gejala kelelahan
c. Meningkatnya komplain fisik e. Mempertahankan interaksi g. Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas
d. Kelelahan sosial untuk mencegah kelelahan
e. Secara verbal menyatakan f. Mengidentifikasi faktor- h. Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan
kurang energi faktor fisik dan psikologis dengan proses penyakit
DO: yang menyebabkan kelelahan i. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
a. Penurunan kemampuan g. Mempertahankan meningkatkan intake makanan tinggi energi
b. Ketidakmampuan kemampuan untuk j. Dorong pasien dan keluarga
mempertahankan rutinitas konsentrasi mengekspresikan perasaannya
c. Ketidakmampuan k. Catat aktivitas yang dapat meningkatkan
mendapatkan energi kelelahan
sesudah tidur l. Anjurkan pasien melakukan yang
d. Kurang energi meningkatkan relaksasi (membaca,
e. Ketidakmampuan untuk mendengarkan musik)
mempertahankan aktivitas m. Tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
fisik n. Batasi stimulasi lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi
Pathway

Obesitas Jumlah reseptor insulin menurun

Insulin yang ada kurang efektif

DM Tipe II (NIDDM)

Insulin menurun

Glukosa tidak dpt diangkkut ke SEL


Glukoneogenesis
Glukosa dalam
GULA DARAH MENINGKAT meningkat
sel menurun
Lipolisis Lemak subkutan
Produksi energi Hiperosmolaritas
Meningkat menurun
menurun
diuresis osmotik penurunan BB
LDL
Letih, lemah meningkat
Poli uri Ketidak seimbangan
Aterosklerosis nutrisi kurang dari
Kelelahan
sel kekurangan kebutuhan tubuh
cairan Gangguan pembuluh
darah perifer
rangsangan Difungsi endotel
haus meningkat Hipoksia jaringan mikrovaskuler
Mikro angiopati
Poli dipsi Hipoksia jaringan Sensorik
Syaraf

Kekurang vol. Gangguan Nefropati Kesemutan/baa


carian Integritas Kulit Perifer l

Mati Rasa
Hilang protein Hiperglikemi
tubuh 60>140 mg/gL Ulkus
Respon peredaran
darah lambat Nyeri

Resiko infeksi

Anda mungkin juga menyukai