Anda di halaman 1dari 6

ACARA 5

CILLIOPHORA
Yennita Dwi Apriliana (1618104020), Nuril Nuzulia (1618104021), Ahmad Rifan Muzakki
(1618104022), Iqbal Setiawan Saputra (1618104023), Fitri Azhari (1618104024), Muhammad
Khalid Abdullah (1618104025)

1. PENDAHULUAN
Istilah ciliata berasal dari bahasa Latin cilia yang berarti ‘rambut kecil’. Salah satu ciri
khas ciliata adalah mempunyai silia sebagai alat gerak dan untuk mencari makan. Ciliata
merupakan organisme bersel tunggal (uniseluler) dengan bentuk tetap atau tidak berubah.
Beberapa anggota ciliata seluruh tubuhnya ditutupi oleh barisan silia, sedangkan lainnya
memiliki silia yang berkelompok. Susunan silia yang spesifik tersebut menunjukkan tingkat
adapatasi terhadap lingkungannya.
Ciri lain dari ciliata adalah adanya 2 inti sel, yaitu makronu kleus dan mikronukleus.
Makronukleus merupakan inti sel berukur an besar berfungsi dalam reproduksi aseksual
(vegetatif), sedangkan mikronukleus merupakan inti sel berukuran kecil diperlukan untuk
bereproduksi secara seksual dengan cara konjugasi. Selain bereproduksi secara seksual, Ciliata
juga bereproduksi secara aseksual dengan cara membelah diri.
Ciliata pada umumnya hidup di tempat-tempat berair. Mereka mengambil makanan
dengan menyapu aliran air yang berisi partikel makanan ke dalam organel yang menyerupai
mulut dan kerongkongan. Barisan silia yang berada di sepanjang celah mulut yang berbentuk
corong, berfungsi untuk menggerakkan makanan ke mulut sel. Selanjutnya, makanan ditelan
melalui proses fagositosis. Bahan yang tidak tercerna dalam vakuola makanan akan dikeluarkan
melalui pori yang berfungsi sebagai lubang anus. Proses ini disebut sebagai eksositosis.
2. METODE DAN MATERI
Metodologi
Materi
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang terbesar dan satu-satunya
golongan ciliata manusia yang patogen, menimbulkan balantidiasis atau ciliate dysentri.
Organisme ini dijumpai pada daerah tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa
ini berparasit pada babi, dan beradaptasi terhadap hospes definitif lainnya termasuk orang.
Penyakit zoonosis yang sumber utamanya adalah babi sebagai reservoir host, hidup di dalam usus
besar manusia, babi dan kera.

Balantidium coli dalam siklus hidupnya memiliki 2 stadium, yaitu stadium tropozoit dan
kista. Lingkaran hidup B.coli dan E.histolitica sama, hanya saja bentuk kista dari B.coli tidak
dapat membelah diri sebagaimana layaknya E.histolitica. Protozoa B. coli hidup dalam caecum
dan colon manusia, babi, kelinci, tikus dan hewan mamalia lainnya. Parasit ini tidak langsung
dapat menular dari hospes satu ke lainnya, tetapi perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri
supaya dapat bersimbiosis dengan dengan flora yang ada dalam hospes tersebut. Bilamana sudah
beradaptasi pada suatu hospes, protozoa akan berubah menjadi patogen terutama pada manusia.
Pada mamalia lain kecuali jenis primata, organisme tersebut tidak menimbulkan lesi apapun,
tetapi akan menjadi patogen bilamana mukosa terjadi kerusakan oleh penyebab lain (infeksi
sekunder).

Trophozoit pada B. Coli akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya
terjadi pada pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi.Fase cyste terjadi pada
waktu inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi secara sexual ataupun asexual. Precyste
terjadi setelah keluar melalui feses yang merupakan faktor yang penting dari epidemiologi
penyakit. Infeksi terjadi bila cyste termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena
kontaminasi makanan dan minuman. Balantiudium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi
bila orang mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi
mengandung asam lemah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Klasifikasi

Domain : Eukarya
Kingdom : Chromalveolata
Superphylum : Alveolata
Phylum : Ciliophora
Class : Litostomatea
Order : Vestibuliferida
Family : Balantiididae
Genus : Balantidium
Species : Balantidium coli

B. Morfologi

Genus balantidium mempunyai satu spesies yaitu Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar
pada manusia dan hewan. Parasit ini mempunyai dua tipe hidup yaitu bentuk vegetatif dan bentuk
kista. Parait ini ditemukan diseluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik , tetapi
frekuensinya rendah.

Hospes parasit ini adalah babi dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah tropik. Tapi
kadang – kadang parasit ini ditemukan pada manusia dan meyebabkan kerugian karena dapat
menyebabkan berbagai jenis penyakit.

Bentuk vegetatif adalah lonjong, besarnya 60 – 70 mikron atau lebar tubuhnya 30 – 100 mikron
dan lebar 30- 80 mikron. Pada bagian anterior yang agak menyempit, terdapat sitostom yang
berfungsi sebagai mulut.bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan
sitoping ( cytopyge ) yan berfungsi sebagai alat pengeluaran zat – zat yang tidak diperlukan lagi.
Pada seluruh tubuhnya terdapat bulu getar atau cilium. Cilium itu tersusun dalam baris – baris
longitudinal. Pada sitostom terdapat bulu getar yang agak panjang. Fungsi bulu getar ialah untuk
bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua buah inti yang khas yaitu
Mempunyai inti dua tipe yaitu inti jenis makronukleus dan mikronukleus yang berbentuk ginjal
dan satu mikronukleus kecil bulat.Selain inti ditemukan juga 1 – 2 buah vakuol kontraktil dan
banyak vakuol makanan.

Pada balantidium yang berbentuk kista, bentuk tubuhnya lonjong dan berdinding tebal dan
berlapis dua dan diantar dua lapisan dinding tersebut terdapat cilia namun dapat menghilang bila
dalam bentuk yang matang. Dan berukuran 45 – 65 mikron. Bentuk kista hanya mempunyai
makronukleus, kista yang hidup masih mempunyai bulu getar yang masih bergerak.

C. Siklus Hidup

Protozoa genus Balantidium merupakan protozoa yang yang dapat menginfeksi manusia dan
hewan. Protozoa ini merupakan protozoa yang terbesar.Habitat parasit ini adalah didalam usus
besar pada hewan dan manusia. Balantidium Kista hidup didalam tinja dapat hidup 1 – 2 hari
pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daera sekum. Bentuk
kista ini adalah bentuk infektif.Bila bentuk kista tertelan terjadi ekskistasi di dinding usus halus.
Dari satu keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembangbiak dan membentuk koloni di
selaput lendir usus besar. Setelah itu balantidium berkembang dan dewasa lalu bertelur.Bentuk
kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Trafozoit dapat menembus dinding usus
dan ikut mengalir bersama aliran darah menuju organ – organ lain misalnya ke pulmo ( paru –
paru ), liver dan enchephalon ( otak ). Lalu memperbanyak diri di ekstraintestinal.Lalu
membentuk sista infektif dan megeluarkannya bersama feses.

D. Reproduksi

Bentuk vegetatif selain bentuk yang masih makan, juga merupakan bentuk yang berfungsi untuk
berkembangbiak dengan cara belah transversal. Mula – mula mikronukleus yang membelah
diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme yang baru. Kadang –
kadang tampak pertukaran kromatin (konjugasi ). Reproduksi berlangsung seksual dan aseksual.

Perkembang biakan secara aseksual yaitu dengan belah pasang, yaitu dengan membelah jadi dua
parasit yang sama bentuknya. Hanya terjadi bila situasi kurang menguntungkan.Misalnya tidak
ada pejantan.

Perkembangbiakan secara seksual terjadi pada pembiakan ini dibantuk sel kelamin, yaitu
makrogametosit dan mikrogametosit yang kemudian membelah membentuk makrogamet dan
mikrogamet.Setelah pembuahan menjadi zigot. Inti zigot membelah menjadi banyak yang
disebut sporozoit. Proses ini disebut sporogoni.

E. Epidemiologi

Pada manusia frekuensi Balantidium coli rendah, sedangkan frekuensi pada babi tinggi
berkisar anatar 63 - 91%. Babi mengandung Balantidium coli danBalantidium suis. Spesies
Balantidium coli dapat menular kepada manusia sedangkan Balantidium suis tidak dapat
ditularkan kepada manusia.

Tetapi babi tidak satu-satunya hewan dimana parasit ditemukan. Jepang dalam sebuah
kajian yang menganalisis fecal sampel di 56 spesies berhubung dgn Hewan mamalia,
Balantidium coli ditemukan tidak hanya dalam semua Babi liar diuji (dengan boars liar dan babi
yang dianggap spesies yang sama), itu juga ditemukan dalam lima jenis spesies non manusia:
Simpanse (Pan troglodytes), Hylobates lar, Squirrelmonkey (Saimiri sciurea), Kudus yakis
(Comopithecus hamadryas), dan Jepang macaque (Macaca fuscata). Dalam studi lainnya,
adalahBalantidium coli juga ditemukan di spesies dari pesanan Rodentia dan Carnivora.

Bukti epidemiologi yang menyokong pendapat bahwa babi bukan sumber utama daripada
infeksi manusia, dan ini bertentangan dengan pendapat dahulu. Frekuensi infeksi rendah pada
manusia yang bekerja di daerah-daerah yang ada hubungan erat antara mereka dengan babi dan
manusia refrakter terhadap infeksi dengan “strain” babi. Bila terjadi suatu wabah maka manusia
yang menjadi sumber infeksi utama, di mana penularan terjadi dari tangan ke mulut dan dari
makanan yang terkena kontaminasi.

F. Patogenesis dan Gejala Kliniks

Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang disebabkan
oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses-
abses kecil yang kemudian pecah.manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung
akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar.Pada kasus berat, ulkus ini dapat
menjadi gangrenyang berakibat fatal.Biasanya disertai dengan sindrom disentri.Penyakit dapat
menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah,
dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan gejala,
bila parasit hidup dirongga usus besar.

Balantidium coli kadang – kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat
menyebabkan peritonitis dan uretritis.Pernah ditemukan bahwaBalantidium coli di hepar dan
pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses
hepar.

Balantidiasis

1. Identifikasi.

Protozoa yang menginfeksi usus besar dan menyebabkan diare atau disenteri diikuti dengan kolik
abdominal, tenesmus, nausea dan muntah-muntah.Biasanya disenteri disebabkan oleh amebiasis,
dengan kotoran yang berisi banyak darah dan lendir tapi sedikit pus.Invasi ke peritoneum atau
saluran urogenital jarang terjadi.

Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada
kotoran segar, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi.

2. Penyebab penyakit.

Balantidium coli, protozoa besar dengan silia.

3. Distribusi penyakit.
Tersebar di seluruh dunia, infeksi pada manusia jarang terjadi namun wabah yang bersifat “water
borne” biasa terjadi pada daerah yang sanitasi lingkungannya sangat buruk.Kontaminasi
lingkungan dengan tinja dapat mengakibatkan peningkatan jumlah kasus.Wabah besar pernah
terjadi di Equador pada tahun 1978.

4. Reservoir.

Babi, kemungkinan juga hewan lain, seperti tikus dan primata selain manusia.

5. Cara Penularan.

Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi; pada saat wabah,
penularan terutama melalui air yang terkontaminasi.Penularan sporadis terjadi karena masuknya
kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi.

6. Masa Inkubasi.

Tidak diketahui, mungkin hanya beberapa hari.

7. Masa Penularan.

Selama infeksi.

8. Kerentanan dan Kekebalan.

Sebagian besar orang sepertinya memiliki kekebalan alami. Orang dengan keadaan umum yang
jelek karena suatu penyakit sebelumnya, bila terinfeksi oleh parasit ini akan menjadi serius
bahkan fatal.

9. Cara Cara Pemberantasan.

A. Cara Pencegahan :

1) Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan.

2) Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan.

3) Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi.

4) Kurangi kontak dengan kotoran babi.

5) Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran


babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya
dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik
dimasak.

B. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya :

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : laporan resmi tidak diperlukan, Kelas 5 (lihat
tentang pelaporan penyakit menular).
2) Isolasi : tidak dilakukan.

3) Disinfeksi serentak : pembuangan kotoran yang saniter.

4) Karantina : tidak dilakukan.

5) Imunisasi : tidak dilakukan

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota rumah
tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang kontak dengan
babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi.

7) Pengobatan spesifik: Tetrasiklin dapat menghilangkan infeksi; pengobatan dengan


metronidazole (Flagyl) juga efektif .

4. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai