Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI

MAKRO EKONOMI
PENGANGGURAN DI INDONESIA

M. HAFIZH ZULKARNAEN
155060700111041

TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah pokok yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia adalah masalah
pengangguran. Keadaan di negara-negara berkembang seperti Indonesia dalam beberapa
dasawarsa ini menunjukan bahwa pembangunan ekonomi yang telah tercipta tidak sanggup
mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat daripada pertambahan penduduk yang
berlaku. Oleh karenanya, masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun
semakin bertambah serius. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak
langsung terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga
semakin meningkat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus
mengalir, serta dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat
permasalahan tenaga kerja menjadi sangat besar dan kompleks.
Pengangguran terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai
dengan pasar kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari
kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain; perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya
akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat
inventasi; hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
Penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) membedakan angkatan kerja menjadi penduduk
yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan atau dapat di sebut sebagai
pengangguran terbuka. Pengertian BPS tentang angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
(10 tahun ke atas) yang bekerja atau punya pekerjaan sementara tidak bekerja dan yang
mencari pekerjaaan. Sedangkan yang di maksud bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja yang kegiatannya tidak bekerja maupun mencari kerja. Mereka adalah penduduk
dengan kegiatan sekolah, menjurus rumah tangga tanpa mendapat upah dan tidak mampu
melakukan kegiatan seperti pensiun atau cacat jasmani. Data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) ini sangat boleh jadi masih lebih rendah daripada kenyataan riil yang
ada di lapangan. Bisa saja dalam kenyataannya angka pengangguran di Indonesia masih lebih
tinggi dari data dan angka resmi itu.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan pengangguran ?


b. Apa jenis-jenis dan macam-macam pengangguran ?
c. Apa penyebab dari pengangguran ?
d. Bagaimana tingkat pengangguran di Indonesia ?
e. Apa dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat ?
f. Bagaimana cara mengatasi pengangguran berdasarkan jenisnya?
g. Apa upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulis membuat makalah yang berjudul “Masalah Pengangguran” adalah
sebagai berikut:
a. Mengetahui arti dari pengangguran.
b. Mengetahui macam-macam dari pengangguran.
c. Mengetahui penyebab dari pengangguran.
d. Mengetahui tingkat pengangguran di Indonesia.
e. Mengetahui dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat.
f. Mengetahui cara mengatasi pengangguran berdasarkan jenisnya.
g. Mengetahui upaya pemerintah dalam mengatasi pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu,
yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam artimendapatkan upah atau
bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalamarti mempunyai kegiatan aktif dalam
mencari kerja tersebut.
Definisi pengangguran menurut Sadono Sukirno : Pengangguran adalah suatu keadaan
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
belum dapat memperolehnya.
Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak : Pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang
dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja :
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yangmenghasilkan
uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja.
Definisi pengangguran menurut Menakertrans : Pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja, sedang mencari pekerjaan,mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari
pekerjaan karena merasatidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Selanjutnya International Labor Organization (ILO) memberikan definisi pengangguran
yaitu:
a. Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia
kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan,
serta sedang mencari pekerjaan.
b. Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai buruh
karyawan dan pekerja mandiri (berusaha sendiri) yang selama periode tertentu secara
terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang masih mencari pekerjaan lain
atau masih bersedia mencari pekerjaan lain/tambahan (BPS, 2001: 4).
Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) menyatakan bahwa:
a. Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan
lain.
b. Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain
(BPS, 2000: 14).
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali,
sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah
pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur
dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
“pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan
tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

2.2 Jenis-jenis Pengangguran


a. Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
a) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment). Pengangguran terselubung
terjadi jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alas an
tertentu. Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan sebenarnya cukup untuk
dilakukan oleh lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh karena itu, yang
dua orang sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.
b) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah
menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
c) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment. Pengangguran terbuka adalah tenaga
kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
tidak tersedianya lapangan kerja, tidak sesuai antara lapangan kerja denagn latar
belakang pencari kerja, dan tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena
memang malas.

b. Berdasarkan penyebab terjadinya


Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
a) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan
adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan
pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
b) Pengangguran konjungtur (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh adanya siklus
konjungtur (perubahan kegiatan perekonomian). Perekonomian suatu Negara sering
menghadapi perubahan. Bila permintaan terhadap barang dan jasa turun terjadilah
penurunan permintaan missal terhadap tenaga kerja.
c) Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur
ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah
d) Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan
ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya
seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
e) Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
f) Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
g) Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerate demand).

2.3 Penyebab dari Pengangguran


Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali
menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas
dan pendapatan masyarakatakan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja yang dinyatakan dalam persen.
Faktor yang mendukung terhadap permasalahan pengangguran, antara lain:
a. Faktor Kemiskinan
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk
mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di
suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ada
orang dalam yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga
orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan
memberikan uang jerih payah. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit.
Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.
b. Faktor Pendidikan
Banyaknya anak putus sekolah juga merupakan salah satu faktor yang menunjang
pengangguran. Karena untuk bekerja di zaman sekarang, harus bisa calistung (baca,
tulis,hitung) minimal tamatan SLTP. Itupun hanya pekerjaan berkisar Pembantu
Rumah Tangga (PRT), Baby Sitter, dan lain-lain. Namun, di era globalisasi sekarang
sudah ada agen baby sitter dan PRT. Jadi semakin sulit anak yang putus sekolah itu
mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan layak.
Dari Pendidikan juga belum ada kurikulum yang mampu menciptakan dan
mengembangkan kemandirian Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja.
c. Faktor Keahlian
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun
hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka
orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue,
membuat prakarya, dan lain-lain. Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas
untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
d. Faktor Budaya
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah
saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang
senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan
segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut
menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
e. Faktor Pasaran
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya
kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut

2.4 Tingkat Pengangguran di Indonesia


Sejak 1997 sampai 2003, angka pengangguran terbuka di Indonesia terus menaik, dari
4,18 juta menjadi 11,35 juta. Didominasi oleh penganggur usia muda. Selain usia muda,
pengangguran juga banyak mencakup berpendidikan rendah, tinggal di pulau Jawa dan
berlokasi di daerah perkotaan. Intensitas permasalahan juga lebih banyak terjadi pada
penganggur wanita dan pengaggur terdidik.
Pengangguran dan setengah pengangguran merupakan permasalahan di muara yang tidak
bisa diselesaikan pada titik itu saja, tapi juga harus ditangani dari hulu.Sektor di hulu yang
banyak berdampak pada pengangguran dan setengah pengangguran adalah sektor
kependudukan, pendidikan dan ekonomi.
Ada tiga asumsi yang menjadi harapan untuk menurunkan pengangguran dan setengah
pengangguran. Pertama, pertumbuhan tenaga kerja rata-rata pertahun dapat ditekan dari 2,0
persen pada periode 2000-2005 menjadi 1,7 persen pada periode 2005-2009. Demikian juga
pertumbuhan angkatan kerja, dapat ditekan menjadi 1,9 persen pada periode 2005-2009 dari
periode sebelumnya yang mencapai 2,4 persen. Kedua, dapat ditingkatkannya pertumbuhan
ekonomi menjadi 6,0 persen pada periode 2005-2009 dari periode sebelumnya yang hanya
mencapai 4,1 persen. Ketiga, transformasi sektor informal ke sektor formal dapat dipercepat
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan terutama di sektor pertanian, perdagangan, jasa
dan industri.

2.5 Cara-cara Mengatasi Pengangguran


Untuk itu perlu diupayakan cara mengatasi pengangguran, antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu pendidikan,
b. Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai tuntutan
industri modern,
c. Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan,
d. Mendorong terbukanya kesempatan usaha-usaha informal,
e. Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya,
f. Membuka kesempatan kerja ke luar negeri
Menyadari bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan
tanggung jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung
jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia
pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing
pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja
yang seluas-luasnya.

2.6 Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat


Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan mengakibatkan
kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat sebagai akibat
penurunan pendapatan masyarakat. Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat
meliputi hal-hal berikut ini:
a. Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga hidupnya akan
membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah terjadinya penurunan
pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila tingkat pengangguran tinggi maka
pendapatan per kapita akan menurun dan sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah
pendapatan per kapita akan meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih
bekerja tetap.
b. Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji tersebut
sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan terlebih dahulu. Pajak
ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara sehingga bila tidak banyak orang
yang bekerja maka pendapatan negara dari pemasukan pajak penghasilan cenderung
berkurang.
c. Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang
ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status sosial di
tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dalam jangka waktu
lama akan merasa rendah diri (minder) karena statusnya yang tidak jelas.
d. Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa biaya-biaya
sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan biaya keamanan sebagai
akibat kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas.

2.7 Cara Mengatasi Pengangguran


Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
a. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment). Pengangguran terselubung
terjadi jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alas an
tertentu. Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan sebenarnya cukup untuk
dilakukan oleh lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh karena itu, yang
dua orang sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.
b. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural, Siklikal, Konjungtur, dan Friksional,
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
a. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
b. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan
ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan)
kerja yang kosong, dan
d. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional, Teknologi, Siklus, dan Terbuka
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara
sebagai berikut.
a. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama
yang bersifat padat karya.
b. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang
timbulnya investasi baru.
c. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
d. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di
sektor agraris dan sektor formal lainnya.
e. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa
menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru
dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman, Setengah Menganggur, dan Penganguran
Terselubung.
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
b. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika
menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklis
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai
berikut.
a. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
b. Meningkatkan daya beli masyarakat.

2.8 Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran


Kondisi Indonesia masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya.
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan
kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan kebijakan yaitu :
a. Pemerintah memberikan bantuan wawasan
Pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka
panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri
dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan
lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan
menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar
dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
b. Segera melakukan pembenahan
Pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya daerah yang tertinggal
dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini
akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
c. Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur
Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga
itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus.
Secara teknis dan rinci.
d. Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan
Karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan
Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan
disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk
menciptakan lapangan kerja.
e. Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-
daerah yang belum tergali potensinya)
Dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan
asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan
pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga
kerja daerah setempat.
f. Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMSyang memiliki keterkaitan
usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan.
Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih efisien dan
murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara bersama-sama. Contoh, PT
Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonesia untuk memasok kebutuhan bahan
baku berupa pelat baja.
g. Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk
Dengan meminimalisirkan menikah pada usia dini maka diharapkan dapat menekan laju
pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan
mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan difasilitasi sektor
pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
h. Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri.
Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah.
i. Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas)
Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang
berorientasi kompetensi.Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan
perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
j. Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian
Karena Indonesia mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa
lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi
kelautan dan pertanian Indonesia perlu dikelola secara baik dan profesional supaya dapat
menciptakan lapangan kerja yang produktif.

2.9 Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP)


Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional Penanggulangan
Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur-unsur dan potensi di tingkat
nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi serta melaksanakan program
penanggulangan pengangguran. Salah satu tolok ukur kebijakan nasional dan regional
haruslah keberhasilan dalam perluasan kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan
setengah pengangguran.
Gerakan tersebut dicanangkan dalam satu Deklarasi GNPP yang diadakan di Jakarta 29
Juni 2004. Lima orang tokoh dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
perwakilan pengusaha, perwakilan perguruan tinggi, menandatangani deklarasi tersebut,
merekaadalah Gubernur Riau H.M. Rusli Zainal; Walikota Pangkal Pinang Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung H. Zulkarnaen Karim; Palgunadi; T. Setyawan,ABAC;
pengusaha; DR. J.P. Sitanggang, UPN Veteran Jakarta; Bambang Ismawan, Bina Swadaya,
LSM; mereka adalah sebagian kecil dari para tokoh yang memandang masalah
ketenagakerjaan di Indonesia harus segera ditanggulangi oleh segenap komponen bangsa.
Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun
kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya
untuk berupaya mengatasi pengangguran. Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu,
sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya
segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.
Kesadaran dan dukungan sebagaimana diwujudkan dalam kesepakatan GNPP tersebut,
menunjukan suatu kepedulian dari segenap komponen bangsa terhadap masalah
ketenagakerjaan, utamanya upaya penanggulangan pengangguran. Menyadari bahwa upaya
penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab Depatemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita semua, pihak
pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun dunia pendidikan. Oleh karena
itu, dalam penyusunan kebijakan dan program masing-masing pihak, baik pemerintah
maupun swasta harus dikaitkan dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan, banyak sekali
terdapat pengangguran di mana-mana. Penyebab pengangguran di ndonesia ialah terdapat
pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan tentunya keterbatasan lapangan pekerjaan.
Indonesia menempati urutan ke 133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia, semakin
rendah peringkatnya maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di
Negara tersebut. Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah telah membuat
suatu program untuk menampung para pengangguran. Selain mengharapkan bantuan dari
pemerintah sebaiknya kita secara pribadi juga harus berusaha memperbaiki kualitas sumber
daya kita agar tidak menjadi seorang pengangguran dan menjadi beban pemerintah.

3.2 Saran
Pengangguran di Indonesia Sekitar 10 juta penganggur terbuka (open unemployed) dan
31 juta setengah penggangur (underemployed) bukanlah persoalan kecil yang harus dihadapi
oleh bangsa Indonesia dewasa ini dan ke depan. Sepuluh juta penganggur terbuka berarti
sekitar setengah dari penduduk Malaysia. Penganggur itu berpotensi menimbulkan
kerawanan berbagai kriminal dan gejolak sosial, politik dan kemiskinan. Selain itu,
pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar biasa. Setiap orang harus
mengkonsumsi beras, gula,minyak, pakaian, energi listrik, sepatu, jasa dan sebagainya setiap
hari, tapi mereka tidak mempunyai penghasilan. Bisa kita bayangkan berapa ton beras dan
kebutuhan lainnya harus disubsidi setiap harinya. Bekerja berarti memiliki produksi.
Seberapa pun produksi yang dihasilkan tetap lebih baik dibandingkan jika tidak memiliki
produksi sama sekali. Karena itu, apa pun alasan dan bagaimanapun kondisi Indonesia saat
ini masalah pengangguran harus dapat diatasi dengan berbagai upaya. Sering berbagai pihak
menyatakan persoalan pengangguran itu adalah persoalan muara. Berbicara mengenai
pengangguran banyak aspek dan teori disiplin ilmu terkait. Yang jelas pengangguran hanya
dapat ditanggulangi secara konsepsional, komprehensif, integral baik terhadap persoalan hulu
maupun muara. Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh
sebagai berikut. Setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang banyak bagi
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan
partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan
pengangguran menjadi komitmen nasional. Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu
kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan
pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar,
tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral),
fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Dalam keputusan rapat-rapat kebinet, hal-hal itu
harus jelas keputusannya dengan fokus pada penanggulangan pengangguran. Jadi setiap
lembaga pemerintah yang terkait dengan pengangguran harus ada komitmen dalam
keputusannya dan pelaksanaannya. Selalin itu, ada juga kebijakan mikro (khusus). Kebijakan
itu dapat dijabarkan dalam beberapa poin.
Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran
bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak
menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi
sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih
baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas. Kepribadian
yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani
mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama
dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa
- masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang, kesuksesan yang hakiki berawal dari
sikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus, jujur matang,
sepenuh hati, profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat di implementasikan
menjadi gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten
untuk itu.
Kedua, segera melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal
dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini
akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia maupun keuangan (finansial).
Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan
embrio mengubah PT Jaminan Sosia Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan
Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun
lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat
perhatian khusus. Secara teknis dan rinci, keberadaaan lembaga itu dapat disusun dengan
baik.
Keempat, segera menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun
berkelompok. Itu semua perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang
pertumbuhan investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di
wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak
sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan
non-organik yang dapat didaur ulang. Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat
diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat di distribusikan
kewilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja
Keenam, mengembangkan suatu lembaga antar kerja secara profesional. Lembaga itu
dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional
sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga
itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat dibawah lembaga
jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.
Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim keluar negeri.
Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan
tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah
Pusat dan Daerah. Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung, perbankan
,keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat membangun Badan Usaha Milik Daerah
Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu
diperlengkapi dengan lembaga pelatihan ( Training Center ) yang kompeten untuk jenis-jenis
keterampilan tertentu yang sangat banyak peluang di negara lain. Di samping itu, perlu dibuat
peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.
Kedelapan, segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan.
Karena itu, Sisdiknas perlu reorientasi supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara
optimal.
Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan
pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap
penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri
tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja
baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
Pihak-pihak yang terlibat sangat banyak dan kompleks sehingga hal itu perlu dicegah dengan
berbagai cara terutama penyempurnaan berbagai kebijakan.
Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa
lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan
Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif
dan remuneratif. Hal-hal yang paling sedikit yang dapat dikembangkan untuk menciptakan
lapangan kerja bagi para penggemar sesuai pendidikannya, keterampilannya, umurnya
penganggur terbuka atau setengah penganggur, atau orang yang baru masuk ke pasar kerja,
dan sebagainya. Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi)
kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.

Anda mungkin juga menyukai