Referat Disfagia
Referat Disfagia
PENDAHULUAN
Disfagia berasal dari kata Yunani yang berarti gangguan makan. Disfagia
biasanya mengacu pada kesulitan dalam makan sebagai akibat dari gangguan
dalam proses menelan. Disfagia dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan
seseorang karena risiko pneumonia aspirasi, malnutrisi, dehidrasi, penurunan berat
badan, dan obstruksi jalan napas. Sejumlah etiologi telah dikaitkan dengan
disfagia pada populasi dengan kondisi neurologis dan nonneurologic.
1
BAB II
2
pangkal lidah dan epiglotis, membentuk perbatasan inferior dari orofaring. Ini
biasanya setara dengan tulang hyoid. 2
Pada dinding-dinding lateral orofaring terdapat sepasang tonsil palatina di
fosa anterior yang dipisahkan oleh lipatan palatoglossal dan posterior oleh lipatan
palatopharyngeal. Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terlibat dalam respon
imun lokal untuk patogen oral. 2
Otot-otot yang membentuk dinding posterior orofaring adalah otot
konstriktor faring superior dan menengah dan membran mukosa diatasnya yang
saling tumpang tindih. Saraf glossopharingeus dan otot faring stylopharyngeus
memasuki faring pada perbatasan antara konstriktor superior dan tengah. 2
3
Gambar 2. Anatomi Esofagus
4
faring superior dan palatum. Arteri maksilaris bercabang menjadi arteri palatina
mayor dan cabang pterygoideus, dan arteri lingualis dorsalis berasal dari arteri
lingual memberi sedikit kontribusi. 2
Darah mengalir dari faring melalui pleksus submukosa interna dan pleksus
faring eksterna yang terkandung dalam fasia buccopharyngeal terluar. Pleksus
mengalir ke vena jugularis interna dan, sesekali, vena fasialis anterior. Hubungan
yang luas terjadi antara vena yang terdapat di tenggorokan dan vena-vena pada
lidah, esofagus, dan laring. 2
B. Esofagus
Esofagus mendapat perdarahan dari arteri secara segmental. Cabang-
cabang dari arteri tiroid inferior memberikan pasokan darah ke sfingter esofagus
atas dan esofagus servikal. Kedua arteri aorta esofagus atau cabang-cabang
terminal dari arteri bronkial memperdarahi esofagus bagian toraks. Arteri gaster
sinistra dan cabang dari arteri frenikus sinistra memperdarahi sfingter esophagus
bagian bawah dan segmen yang paling distal dari esofagus. Arteri yang
memperdarahi akhir esofagus dalam jaringan sangat luas dan padat di submukosa
tersebut. Suplai darah berlebihan dan jaringan pembuluh darah yang berpotensi
membentuk anastomosis dapat menjelaskan kelangkaan dari infark esofagus. 4
5
Gambar 4. Vaskularisasi esofagus. Aliran darah arteri (kiri) dan aliran darah vena (kanan).
Diunduh dari http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo6.html. Pada tanggal 27 Juli
2011, pukul 16.00 WIB
6
Semua otot-otot intrinsik laring dipersarafi oleh nervus laringeus, cabang
nervus vagus, kecuali untuk otot krikotiroid, yang menerima persarafan dari
cabang eksternal dari nervus laringeus superior, juga dari cabang nervus vagus.2
Pleksus faring menerima cabang-cabang nervus vagus dan
glossopharingeus untuk persarafan sensorik faring. Sepertiga lidah posterior, di
orofaring, menerima baik sensasi rasa dan sensasi somatik dari nervus
glossopharingeus. Otot krikofaringeus (UES) menerima persarafan parasimpatis
untuk relaksasi dari nervus vagus dan persarafan simpatis untuk kontraksi dari
serabut post ganglionik dari ganglion servikalis superior.2
B. Esofagus
7
sfingter esofagus, relaksasi dinding otot, dan meningkatkan aktivitas kelenjar dan
peristaltik.4
Pleksus Auerbach, yaitu ganglia yang terletak antara lapisan longitudinal
dan melingkar dari tunika muskularis myenteric bekerja mengatur kontraksi
lapisan otot luar. Pleksus Meissner, yaitu ganglia yang terletak dalam submukosa
bekerja mengatur sekresi dan kontraksi peristaltik dari mukosa muskularis.4
Gambar
6. Aliran
limfatik
kepala
dan
leher.
Diunduh
dari http://wikis.lib.ncsu.edu/index.php/. Pada tanggal 27 Juli 2011, pukul 16.00 WIB
8
Gambar 7. Aliran limfatik esofagus. Diunduh dari
http://www.nature.com/gimo/contents/pt1/full/gimo6.html. Pada tanggal 27 Juli 2011, pukul
15.00 WIB
Gambar 8. Proses menelan. (A, B, C) Fase oral, (D, E) Fase faringeal, dan (F) Fase esofagal.
Diunduh dari http://americandysphagianetwork.org/physician_education_course.
Pada tanggal 27 juli 2011, pukul 18.00 WIB
9
Fase oral
Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan
bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan. Bolus ini bergerak
dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak di tengah lidah akibat
kontraksi otot intrinsik lidah.5
Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan rongga pada lekukan
dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding
posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah
terangkat ke atas. Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai
akibat kontaksi m. levator veli palatini. Selanjutnya terjadi kontraksi m.
palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi
m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga
mulut.5
Fase faringeal
Fase faringeal terjadi secara refleks pada akhir fase oral, yaitu perpindahan
bolus makanan dari faring ke esofagus. Faring dan laring bergerak keatas oleh
kontraksi m. stilofaring, m. salpingofaring, m. tirohioid dan m. palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangakan ketiga sfingter laring, yaitu
plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup oleh kontraksi
m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligus.5
Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentin udara ke laring karena
refleks yang menghambat menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan
tidak akan masuk ke dalam saluran nafas. Selanjutnya bolus makanan akan
meluncur kearah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam
keadaan lurus.5
Fase esofagal
Fase esofagal ialah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke
lambung. Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertututp. Dengan
adanya rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka terjadi
relaksasi m. krikofaring, sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus
makanan masuk ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, maka
sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esofagus pada
10
waktu istirahat sehingga makanan tidak akan kembali ke faring dengan
demikian refluks dapat dihindari.5
Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas masih dipengaruhi oleh
kontraksi m. konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya
bolus makanan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltik esofagus.5
Dalam keadaan istirahat, sfingter esofagus bagian bawah selalu tertutup
dengan tekanan rata-rata 8 mmHg lebih dari tekanan di dalam lambung,
sehingga tidak akan terjadi regurgitasi isi lambung.5
Pada akhir fase esofagal, sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika
dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke
distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan
menutup kembali.5
11
BAB III
KESULITAN MENELAN
1. Definisi
2. Klasifikasi
Disfagia mekanik
Disfagia motorik
12
Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi
atau tekanan jiwa yang berat. Kelainan ini dikenal sebagai globus
histerikus.5
Disfagia orofaringeal
Disfagia orofaringeal adalah kesulitan mengosongkan bahan dari
orofaring ke dalam kerongkongan, hal ini diakibatkan oleh fungsi
abnormal dari proksimal ke kerongkongan. Pasien mengeluh kesulitan
memulai menelan, regurgitasi nasal, dan aspirasi trakea diikuti oleh batuk.6
Disfagia esophageal
Disfagia esophagus adalah kesulitan transportasi makanan ke
kerongkongan. Hal ini diakibatkan oleh gangguan motilitas baik atau
obstruksi mekanis.6
3. Patogenesis
13
komponen orofaring, otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas.
Oleh karna otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas juga mendapat
persarafan dari inti motor n. vagus, maka aktivitas peristaltic esophagus masih
tampak pada kelainan di otak. Relaksasi sfingter esophagus bagian bawah terjadi
akibat perenggangan langsung dinding esophagus.5
4. Diagnosis
Pasien yang memiliki disfagia dapat datang dengan berbagai tanda dan
gejala. Mereka biasanya mengeluhkan batuk atau tersedak atau sensasi abnormal
menempel makanan di belakang tenggorokan atau dada bagian atas ketika mereka
mencoba menelan, namun, beberapa kasus bisa dengan keluhan yang sangat
minimal atau bahkan tidak ada keluhan (misalnya, pada mereka dengan aspirasi
diam).7
14
Refleks muntah yang ditimbulkan oleh menyentuh mukosa faring dengan
spatula lidah. Pengujian untuk refleks muntah sangat membantu, tetapi
tidak adanya refleks muntah tidak selalu menunjukkan bahwa pasien tidak
mampu menelan dengan aman. Memang, banyak orang dengan tidak ada
refleks muntah memiliki kemampuan menelan yang normal, dan beberapa
pasien dengan disfagia memiliki refleks muntah yang normal.
Auskultasi servikal menjadi bagian dari evaluasi klinis pasien disfagia.
Menilai kekuatan dan kejelasan suara, waktu episode apneic, dan
kecepatan menelan.
Menilai fungsi pernafasan juga sangat penting. Jika kekuatan pernapasan
batuk atau kliring tenggorokan tidak memadai, risiko aspirasi meningkat.
Langkah terakhir dalam pemeriksaan fisik adalah pengamatan langsung
dari tindakan menelan. Minimal, menonton pasien sementara dia minum
air. Jika memungkinkan, menilai makan pasien berbagai tekstur makanan.
Sialorrhea, inisiasi menelan tertunda, batuk, atau kualitas suara serak
basah atau mungkin menunjukkan masalah. Setelah menelan, mengamati
pasien selama 1 menit atau lebih untuk melihat apakah respon batuk
tertunda hadir.
5. Disfagia Orofaringeal
15
Disfagia orofaringeal (Oropharyngeal dysphagia/OPD) terjadi ketika
mekanisme orofaringeal dalam proses menelan yang, dalam keadaan normal
menjamin perjalanan lengkap bolus dari mulut ke kerongkongan dan secara
bersamaan melindungi jalan napas, menjadi terganggu. Aspirasi pneumonia,
malnutrisi, dan kualitas hidup berkurang dapat terjadi akibat OPD. Walaupun
terdapat banyak penyebab OPD, kecelakaan serebrovaskular merupakan penyebab
kasus terbanyak, dan pneumonia aspirasi merupakan penyebab umum kematian
pada pasien ini. Kondisi neurologis lain seperti penyakit Parkinson bertanggung
jawab atas sejumlah kasus OPD, dengan gangguan miopati dan lesi struktural
yang menjadi sebagian besar penyebab lainnya. Meskipun segudang penyebab
OPD, hasil akhir patofisiologis jatuh ke salah satu dari dua kategori yang saling
terkait: 1) kelainan transfer bolus, dan 2) kelainan perlindungan jalan napas.
Kelainan transfer bolus dapat dikelompokkan lagi ke dalam yang disebabkan oleh:
1) Kegagalan pompa orofaringeal, 2) gangguan koordinasi oral/faring, dan 3)
obstruksi aliran keluar faring.9
16
Gangguan menelan dapat terjadi pada ketidaknormalan setiap organ yang
berperan dalam proses menelan. Dampak yang timbul akibat ketidaknormalan
fase oral antara lain: 5
17
menelan: sebelum, selama, atau setelah menelan, menghindari makan bersama
orang lain, berat badan menurun dan pneumonia berulang.9
6. Disfagia Esofageal
Akalasia. Hal ini terjadi ketika otot esophagus bawah (sfingter) tidak
benar-benar rileks untuk membiarkan makanan masuk ke lambung. Otot-
otot di dinding esofagus sering lemah juga. Hal ini dapat menyebabkan
regurgitasi makanan belum tercampur dengan isi perut, kadang-kadang
menyebabkan untuk membawa makanan kembali ke dalam tenggorokan.
18
Proses penuaan. Dengan usia, kerongkongan cenderung kehilangan
beberapa kekuatan otot dan koordinasi yang diperlukan untuk mendorong
makanan ke dalam perut.
19
menelan. Ini mungkin terkait dengan alergi makanan, tetapi sering tidak
ada penyebab yang ditemukan.
20
BAB IV
KESIMPULAN
Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otot-otot menelan dan
gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung.
Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau
tekanan jiwa yang berat yang dikenal sebagai globus histerikus.
DAFTAR PUSTAKA
21
1. Paik, Nam-Jong. 2018. Dysphagia. Diunduh dari dari
http://emedicine.medscape.com/article/324096-overview#showall.
7. Jalil, Ala Abdel. 2015. Approach to the Patient with Dyshpagia. South
Carolina: The American Journal of Medicine. Vol. 128 no. 10.
8.
22
23