Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN HIPERTENSI TERHADAP PENCABUTAN GIGI

DI PUSKESMAS TABANAN II

OLEH:
Drg. TRI TRESNASIH UTAMI
NIP. 196801211994022002

UPTD PUSKESMAS TABANAN II


DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN
TAHUN 2013

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page i


LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

KAJIAN HIPERTENSI TERHADAP PENCABUTAN GIGI DI


PUSKESMAS TABANAN II

OLEH :

Drg. TRI TRESNASIH UTAMI

Mengetahui Penulis
Kepala Puskesmas Tabanan II

dr. I Wayan Panca drg. Tri Tresnasih Utami


NIP. 19641201 1990031011 NIP. 19680121 1994022002

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page ii


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya Karya Tulis Ilmiah dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya. Laporan ini dibuat sebagai bukti dari kegiatan pengkajian
terhadap kasus kasus “ KAJIAN HIPERTENSI TERHADAP PENCABUTAN
GIGI”, disamping itu kegiatan ini juga untuk menambah dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah saya miliki.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari dukungan moril maupun materiil
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini pula saya mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. I Wayan Panca, selaku Kepala Puskesmas Tabanan II.
2. Semua dokter, perawat, bidan dan Staf Puskesmas Tabanan II.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat kami
sebutkan satu per satu, yang telah membimbing kami hingga laporan ini
selesai tepat waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
maupun dalam penulisan laporan ini.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat semua pihak yang
berkepentingan dan masyarakat umum serta tenaga medis yang bergerak dibidang
pelayanan kesehatan.

Tabanan, 26 Desember 2013

Drg. Tri Tresnasih Utami


Nip.196801211994022002

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page iii


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
DAFTAR BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4


2.1 Definisi Hipertensi....................................................................... 4
2.2 Etiologi Hipertensi....................................................................... 5

BAB III METODOLOGI .............................................................................. 12

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 16


BAB V PEMBAHASAN .............................................................................. 20
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 27
5.1 Simpulan....................................................................................... 27
5.2 Saran ............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 29

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page iv


Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit tekanan darah tinggi dalam istilah medis disebut hipertensi salah satu
masalah kesehatan yang paling banyak diderita diseluruh dunia. Penyakit ini
sering disebut “silent killer” karena dapat berakibat fatal dan berujung kepada
kematian namun tidak menunjukan gejala yang khas / berat sehingga banyak
penderita yang tidak menyadarinya.

Prevalensi hipertensi di Indonesia pun cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan


Dasar (Riskesdas) 2007 sebagian besar kasus hipertenssi di masyarakat belum
terdiagnosis. Dari pengukuran tekanan darah pada subyek berusia 18 tahun keatas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% namun hanya 7,2%
diantara nya yang sudah mengetahui memiliki hipertensi, dan hanya 0,4% kasus
yang terkontrol (minum obat hipertensi).

Dalam kondisi normal tekanan darah saat jantung memompa darah (tekanan
sistolik) adalah <120 mmHg sementara tekanan darah saat jantung istrahat
(tekanan diastolic) adalah <80 mmHg. Pada penderita hipertensi terjadi
peningkatan darah secara abnormal yaitu tekanan sistolik >140 mmHg dan
diastolic >90 mmHg yang ditemukan pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat / tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama


(pesisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(jantung koroner), otak (stroke), bahkan pendarahan setelah pencabutan gigi.
Sampai saat ini hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Kasus
hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 1


pasien dengan prevalensi yang cukup tinggi yaitu sebesar 25,8% sesuai dengan
data Riskesdas 2013.

Seringkali seseorang tidak menyadari dirinya mengalami hipertensi dan


baru mengetahui setelah dia mengunjungi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan
kesehatannya. Oleh karena itu disinilah dokter gigi bisa berperan serta untuk
menemukan penderita hipertensi yang tidak menyadari bila dirinya menderita
hipertensi dan padat mengarahkannya untuk mendapatkan pengobatan yang
sesuai.

Bila pada penderita hipertensi dilakukan pencabutan gigi dapat beresiko


terjadi perdarahan yang lebih lama setelah pencabutan ggi selesai untuk itulah
selalu dilakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dewasa yang akan
melakukan tindakan pencabutan gigi.
Pada penderita hipertensi yang termasuk tahap I dan tahap II masih
memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
pndarahan yang terjadi setelah pencabutan gigi relative masih dapat terkontrol
(Little, 1997). Pada penderita hipertensi tahap III sebaiknya dirujik terlebih dahulu
ke bagian peyakit dalam agar pasien dapt dipersiapkan sebelum tindakan
pencabutan gigi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang sebelumnya maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Bagaimana penanganan pasien dengan indikasi
pencabutan gigi yang menderita hipertensi di Puskesmas Tabanan II.

1.3 .Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari dibuatnya karya tulis ini adalah untuk menambah
pengetahuan atau pun informasi kesehatan yang dapat dijadikan pertimbangan
dalam mengambil langkah-langkah dalam penanganan pasien difasilitas kesehatan
yang ada.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 2


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui penanganan kasus Hipertensi dan pencabutan gigi

1.4. Manfaat
Bagi penulis bermanfaat menambah ilmu pengetahuan tentang hipetensi dan
kaitannya dengan bidang kedokteran gigi serta sebagai pemenuhan persyaratan
kenaikan pangkat kejenjang berikutnya.
Bagi masyarakat dan instansi terkait dapat memberikan gambaran mengenai
penanganan pasien dengan indikasi pencabutan gigi yang menderita hipertensi.
Bagi penulis lainnya sebagai acuan untuk menulis dan meneliti kasus yang serupa.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.


Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan
resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup.
Besar isi sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik
vena. Resistensi perifer memakai gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri
dan arterio) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh
tonus otot polos arteri dan artenol dan elastisitas dinding pembuluh darah
(Ganiswara, 1995 : 50)

Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan sekali pengukuran,


kecuali bila tekanan darah diastolic (TDD) ≥ 120 mmHg dan atau tekanan darah
sistolik (TDS) ≥ 210 mmHg. Pengukuran pertama harus dikofirmasi pada
sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu
(tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut. Diagnose hipertensi ditegakkan
bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD ≥ 90
mmHg dan atau TDS ≥ 140 mmHg (Ganiswara, 1995 : 316)

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The sevent Joint National


Commihee On Prevention Detection Evaluation and Treatment Of High Blood
Pressure (JNC 7)

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Distolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 4


Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99

Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100

Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua


golongan yaitu :

Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat


sekitar 90%-95% kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah
multi faktor terdiri dari faktor genetic dan lingkungan. Faktor keturunan
bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler
dalam keluarga. Faktor predisposisi genetic ini dapat berupa sensitifitas
terhadap natrium reaktivitas vaskuler (terhadap vasokan strikso) dan
resistensi insulin (Setiawati dan Bustami, 1995 : 315-342)

Hipertensi Sekunder atau Renal

Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya


penyakit lain (terhadap sekitar 5%-10% kasus) penyebabnya antara lain
hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokin,
kelainan saraf pusat, obat-obat, dan lain-lain.

Patogenesis

Pada geneatri pathogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit


berbeda dengan yang terjadi di dewasa muda. Faktor yang berpesan pada
geniatri adalah : Penurunan kadar rennin karena menurunya jumlah nfron
akibat proses menua. Penurunan elastisitas pembuluh darah penifer akibat
proses menua akan mengingkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang
pada akhirnya akan mengakibatkan hipertensi.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 5


Sistolik saja (ISH : Insolated Systolic Hypertension). (Damuojo dan
Mantono, 2006 : 45)
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala
(Mansjoer, 2001). Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah
beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari
sebelum tidur, dan nyeri ini biasanya hilang setelah bangun ( Tan dan
Raharja, 2001). Pada survey hipertensi di Indonesia tercatat berbagai
keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah,
telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, mudah lelah, sakit kepala, dan
mata berkunang-kunang. Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi
hipertensi seperti : gangguan penglihatan, gangguan neologi, gagal jantung,
dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai. Timbulnya gejala
tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu segera
dituntaskan. (Susalit et al, 2001 : 453-472)

Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah


yang terjadi pada pengukuran yang berulang. Joint National Committee VII
menuliskan diagnosa hipertensi ditegakkan berdasarkan sekurang-
kurangnya dua kali pengukran tekanan darah pada saat yang berbeda.
Pengukuran pertaman harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan
lagi dalam waktu sampai beberapa minggu (tergantung dari tingginya
tekanan darah tersebut). Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dari
pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata tekanan darah
diastolic ≥ 90 mmHg dan atau tekanan darah sisstolik ≥ 140 mmHg
diagnosa hipertensi boleh langsung ditegakkan bila tekanan sistolik ≥ 210
mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 120 mmHg (Ganiswara, 1995 :
317).

Terapi Hipertensi

Pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya


morbilitas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi, ini berarti tekanan

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 6


darah harus diturunkan sehingga tidak menggangu fungsi ginjal, otak,
jantung maupun kualitas hidup

Tetapi hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non
farmakologi (berupa obat) dan terapi farmakologi (dengan obat)
Terapi non farmakologi : ditunjukan untuk menurunkan tekanan darah
pasien dengan jalan memperbaiki pola hidup pasien. Tetapi ini sesuai untuk
segala jenis hipertensi. Modifikasi pola hidup terbukti dapat menurunkan
tekanan darah, seperti pada kasus obesitas dengan diet asupan kalium,
kalsium, natrium, alcohol dan rokok melakukan kegiatan fisik (Chobanian
et al, 2003)

Terapi farmakologi dengan obat-obatan anti hipertensi

Obat-obat Antihipertensi

Semua obat antihipertensi bekerja pada salah satu atau lebih dari
empat tempat control anatomis dan efek tersebut terjadi dengan
mempengaruhi mekanisme normal regulasi tekanan darah. Obat-obatan
antihipertensi yang sering digunakan dapat dilihat pada table berikut :

Tabel. 2 Golongan Obat Antihipertensi


No Obat Antihipertensi Contoh Obat (Generik)

1.
Diuretik

 Diuretik kuat Furosemid, Torsemid

 Diuretik hemat kalium Bumetamid


Spimorolakton, Hidrolortiazid,
 Diuretic thiazid
Indapamid, Metolazol

2. Propanolol, Atenolol,
Beta Bloker
Bisoporol

3. Doxazosin, Prazosin,
Alfa Bloker
Terazosin

4. Amlodipin, Diltiazem,
Antagonis Kalsium
Nifedipin

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 7


5. Kaptopil, Enalapsil, Lisinopril
ACE Thibitor
6. Klonidin, Metildopa
Obat antihipertensi kerja sentral
7. Losartan Kalium, Valsartan
Antagonis reseptor Angiotensin II
8. Hidralazin, Dihidralazin
Vasodilator
Monoksidil

Komplikasi Hipertensi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu tekanan darah
(TD) diastolic ≥ 130 mmHg atau kenaikan tekanan darah yang terjadi mendadak
dan tinggi.

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang sering terjadi adalah
terjadi pada mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina,
gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Juga sering dijumpai kasus
pendarahan yang lebih lama setelah pencabutan gigi. Pada hipertensi berat gagal
jantung sering dijumpai, juga perdarahan pada otak yang dapat mengakibatkan
kematian.
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigu
dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin dengan
baik antara dokter gigu dari pasien diharapkan menjadi tenang dan nyaman. Selain
itu prosedur perawtan yang memerlukan waktu lama mungkin dapat dibagi
menjadi beberapa sisi supaya pasien tidak duduk terlalu lama di dental chair.

Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami


perdarahan pasca pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat bius jyang
digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan
lama) yang berefek menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah
semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil
dan terjadinya perdarahan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan tekanan
darah sebelum tindakan pecabutan dilakukan. Jika tekanan darah pasien tinggi
pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam
terlebih dahulu untuk mengontrol tekanan darahnya.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 8


Obat-obatan antihipertensi dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut.
Beberapa jenis obat menyebabkan mulut kering dan menimbulkan perubahan
sensasi pengecapan. Obat lainnyan seperti Ca-channelblockers menyebabkan
pembesaran dan pembekakan gusi. Kurangnya volume air liur pada mulut yang
kering dapat menyulitkan saat bicara dan mengganggu serta mempermudah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Dengan demikian selain control dengan rutin ke
ahli penyakit dalam, pasien penderita hipertensi juga perlu mengontrol kesehatan
rongga mulut secara rutin ke dokter gigi.

Penderita Hipertensi yang masuk dalam tahap I dan tahap II masih


memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
perdarahan yang terjadi pasca pencabutan relatif masih dapat terkontrol (Little,
1997). Pada penderita hipertensi dengan tahap II sebaiknya di rujuk terlebih
dahulu ke bagian penyakit dalam agar pasien dapat dipersiapkan sebelum
tindakan.

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu


macam golongan obat, misalnya: golongan obat anti hipertensi (mis: captopril)
dan golongan obat diuretik.

2.2 Resiko-resiko yang dapat terjadi pada pencabutan gigi penderita


hipertensi

1. Resiko akibat Anestesi lokal pada penderita hipertensi

Larutan anestesi lokal yang sering dipakai untuk pencabutan gigi adalah
lidokain yang dicampur dengan adrenalin dengan dosis 1:80.000 dalam setiap cc
larutan. Konsentrasi adrenalin tersebut dapat dikatakan relatif rendah, bila
dibandingkan dengan jumlah adrenalin endogen yang dihasilkan oleh tubuh saat
terjadi stres atau timbul rasa nyeri akibat tindakan invasif. Tetapi bila terjadi
injeksi intravaskular maka akan menimbulkan efek yang berbahaya karena dosis
adrenalin tersebut menjadi relatif tinggi. Masuknya adrenalin ke dalam pembuluh
darah bisa menimbulkan: takikardi, stroke volume meningkat, sehingga tekanan
darah menjadi tinggi. Resiko yang lain adalah terjadinya ischemia otot jantung
yang menyebabkan angina pectoris, bila berat bisa berakibat fatal yaitu infark
myocardium. Adrenalin masih dapat digunakan pada penderita dengan hipertensi

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 9


asal kandungannya tidak lebih atau sama dengan 1:200.000. Dapat juga digunakan
obat anestesi lokal yang lain, yaitu Mepivacaine 3% karena dengan konsentrasi
tersebut mepivacaine mempunyai efek vasokonstriksi ringan, sehingga tidak perlu
diberikan campuran vasokonstriktor.

2. Resiko akibat ekstraksi gigi pada penderita hipertensi

Komplikasi akibat pencabutan gigi adalah terjadinya perdarahan yang sulit


dihentikan. Perdarahan bisa terjadi dalam bentuk perdarahan hebat yang sulit
berhenti saat dilakukannya tindakan pencabutan gigi, atau bisa berupa oozing
(rembesan darah) yang membandel setelah tindakan pencabutan gigi selesai.

Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari


kitalakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan
komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu
waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi, antara lain :

1. Pencabutan gigi, merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan


jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut
dibatasi oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit
dengan adanya gerakan dari lidah dan rahang bawah.

2. Terdapat pula hal yang dapat membahayakan tindakan tersebut


yaituadanya hubungan antara rongga mulut dengan pharynk, larynx dan
oeshophagus.Lebih lanjut daerah mulut selalu dibasahi oleh saliva dimana
terdapat berbagaimacam jenis mikroorganisme yang terdapat pada tubuh
manusia.

3. Tindakan pencabutan gigi merupakan tindakan yang dapat menimbulkan


bahaya bagi penderita, dasar pembedahan harus dipahami, walaupun
sebagian besar tindakan pencabutan gigi dapat dilakukan ditempat praktek

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 10


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. KERANGKA KONSEP

PENCABUTAN GIGI
HIPERTENSI

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non-eksperimental).


Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik yaitu suatu metode
penelitian yang menganalisis dinamika korelasi antara variabel (Notoatmojo, 2005).
Sedangkan pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional
yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekaligus pada satu waktu antara variabel
bebas dengan variabel terikat (Notoatmojo, 2005).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kasus Hipertensi pada pasien yang akan mencabut
giginya di wilayah Puskesmas Tabanan II dari bulan Juli sampai dengan bulan Nopember
2013.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan
merupakan operasional dari konsep agar dapat diteliti secara emperis atau ditentukan
tingkatnya (Setiadi, 2007).

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 11


1) Variabel bebas (variable independent) merupakan variable yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Hipertensi
2) Variabel tergantung (variabel dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah Pencabutan Gigi

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana


caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel (setiadi, 2007).

Tabel 3 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

N Variabel Definisi Operasional Alat Pengumpulan


o Data

1 Hipertensi Hipertensi adalah penyakit yang Data Rekam Medik


terjadi akibat peningkatan tekanan pasien Kuesioner
darah. Tekanan darah (TD)
ditentukan oleh dua faktor utama
yaitu curah jantung dan resistensi
perifer

2 Pencabutan Pencabutan gigi, merupakan suatu Kuisioner


gigi tindakan pembedahan yang
melibatkan jaringan tulang dan
jaringan lunak dari rongga mulut,
tindakan tersebut dibatasioleh bibir
dan pipi dan terdapat faktor yang
dapat mempersulit dengan
adanyagerakan dari lidah dan rahang
bawah.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 12


Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita Hipertensi yang akan
mencabut gigi di Puskesmas Tabanan II.

3.5.2 Sampel
Menurut Notoatmojo (2002) Sampel adalah bagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang ditelitidan dianggap mewakili seluruh populasi.

3.5.3 Jumlah Dan Besar Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005). Sampel yang diambil adalah
keseluruhan populasiya itu sebanyak 10 orang .

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu upaya untuk memprediksi data dan


menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan mendapatkan data
yang siap untuk disajikan (Notoatmojo, 2005).

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah melalui cara :

1) Editing
Pada Editing kegiatannya adalah mengecek kelengkapan jawaban dari
responden

3.7.2 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dan diolah. Pada
penelitian ini teknik analisa data yang digunakan antara lain :

1. Analisa univariat, adalah analisis yang berfungsi untuk menganalisis variabel


bebas dan variabel terikat yang ada secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui karakteristik dari subyek
penelitian. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Teknik analisa yang dipakai dalam penelitian ini dengan Analitikdeskriptif .

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 13


Menurut Arikunto 2006, hasil penelitian di sajikan dalam bentuk table distribusi,
frekuensi, kemudian diinterpretasikan atas data dalam bentuk presentase
kemudian diinterpretasikan.

- 1 – 25 % = sebagian kecil
- 26 – 49 % = hampir setengahnya
- 50 % = setengahnya
- 51 – 75 % = sebagian besar
- 76 – 99 % = hampir semua
- 100 % = seluruhnya

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 14


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di UPTD Puskesmas Tabanan II, Kecamatan


Tabanan, Kabupaten Tabanan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Tabanan
II, Jumlah penduduk di wilayahnya sebanyak 19.648 jiwa. Batas wilayah di
sebelah utara berbatasan dengan desa Buruan Kecamatan Penebel, Sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan marga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Dajan Peken kecamatan Tabanan, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Riang
Gede Kecamatan Penebel. Wilayah kerja Puskesmas Tabanan II terdiri dari Desa
Subamia,Desa Denbantas, Desa Tunjuk, desa Wanasari, Sesandan.

Berdasarkan catatan pada catatan medic dan data riil penderita Hipertensi
dengan pencabutan gigi pada bulan Juli hingga November 2013 di wilayah kerja
Puskesmas Tabanan II terdapat 10 orang responden yang menderita Hipertensi
dengan pencabutan gigi dari berbagai pencetus.

4.1.2 Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan setelah dilakukan


identifikasi terhadap subjek maka dapat disajikan hasil penelitian secara terperinci
seperti pada tabel dibawah ini:

1 ) Data Umum

Distribusi responden berdasarkan umur

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 15


Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan umur di Wilayah Puskesmas Tabanan
II bulan Juli sampai November 2013.

No Umur Jumlah Presentase


1 40 – 45 tahun 1 10
2 46 – 50 tahun 3 30
3 51 – 55 tahun 4 40
4 > 55 tahun 2 20
Jumlah 10 100

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden sebagian besar responden


umur 51 - 55 tahun yaitu sebanyak dimana 4orang ( 40% ), dan yang paling
sedikit berada pada umur 40 - 45 tahun sebanyak 1 orang (10%).

( 2) Distribusi responden menurut Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Wilayah


Puskesmas Tabanan II bulan Juli - Nopember i 2013.

No Pendidikan Frekuensi Presentase


1 SD 2 20
2 SMP 2 20
3 SMA 3 30
4 Perguruan Tinggi 3 30
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel 4.2 tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA
yaitu sebanyak 3 orang ( 30%), dan perguruan tinggi 3 orang (30%) dan yang
paling sedikit pada tingkat SD dann SMP masing 2 orang (20%).
( 3 ) Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 16


Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Wilayah
Puskesmas Tabanan II bulan Juli sampai Nopember 2013

No Pekerjaan Frekuensi Prosentase


1 Petani 2 20
2 Buruh 2 20
3 Wiraswasta 3 30
4 PNS 3 30
Jumlah 10 100

Sumber : Data sekunder

Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden yang terbanyak sebagai


wiraswasta 3 orang ( 30%) dan PNS ( Pemerintah) hanya selebihnya sebagai
buruh dan petani..

2 ) Data Khusus
Hasil Pengamatan Terhadap Subjek Penelitian sesuai dengan Variabel Penelitian.

( 1 ) Beberapa faktor determinan yang berkaitan dengan terjadinya kasus


pencabutan gigi dengan hipertensi

Tabel 4.4 Faktor determinan menurut penyebab Hipertensi pada pasien


pencabutan gigi

No Etiologi Jumlah %
1 Prehipertensi 2 20
2 Hipertensi Tk.I 7 70
4 Hipertensi Tk 2 1 10

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 17


Jumlah 10 100

Sumber : Data Anamnesa

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa faktor hipertensi tingkat 1


merupakan prosentase paling besar yaitu sebanyak 7 orang (70%)

Tabel 4.5 Faktor determinan menurut penyebab Hipertensi dengan


pencabutan gigi

No Faktor Etiologi Pencabutan gigi dengan Hipertensi Total

Tidak dengan Dengan


pencabutan gigi pencabutan gigi
F % 5 % F %

1 Prehipertensi 0 0 2 20 2 20

2 Hipertensi Tk.I 0 0 7 70 7 70

3 Hipertensi Tk 2 1 10 0 0 1 10
Jumlah 10 10 90 10 100

Pada tabel diatas dapat digambarkan bahwa sebagian besar pasien sebanyak
7 orang (70%) yang karena faktor Hipertensi tingkat 1 dapat dilakukan
pencabutan gigi, hanya 1 orang saja (10%) responden yang termasuk kategori
hipertensi tingkat 2 yang tidak dilakukan pencabutan gigi dan dikonsulkan ke
dokter ahli penyakit dalam.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 18


BAB V
PEMBAHASAN

Pada data table 4.5 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien
yang menderita hipertensi dapat melakukan pencabutan gigi.Hal ini disebabkan
karena hipertensi bukanlah mutlak kontra indikasi pencabutan gigi. Pada pasien
prehipertensi dan hipertensi tingkat 1 dapat dilakukan pencabutan gigi dengan
mempertimbangkan jenis anastesi lokal yang dipakai, dan di anjurkan untuk melakukan
kontrol berikutnya.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 19


Obat anastesi local untuk pencabutan gigi pada penderita hipertensi bisa
dipakai mepivacaine atau lidokain non adrenalia. Tanpa adrenalia karena adrenalia
merupakan vasokaustriktor membuat pembuluh darah mengecil sehingga tekanan
darah menjadi lebi tinggi. Adrenalin juga menyebabkan jantung lebih banyak
memompa darah sehingga tekanan darah akan semakin tinggi. Lidokain waktu
kerjanya lebih singkat dibandingkan mepivocaine.

Obat obatan antihipertensi dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut.


Beberapa jenis obat menyebabkan mulut kering dan menimbulkan peubahan
sensasi pengecapan. Obat lainnyan seperti Ca-channelblockers menyebabkan
pembesaran dan pembekakan gusi. Kurangnya volume air liur pada mulut yang
kering dapat menyulitkan saat bicara dan mengganggu serta mempermudah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Dengan demikian selain kontrol dengan rutin ke
ahli penyakit dalam, pasien penderita hipertensi juga perlu mengontrol kesehatan
rongga mulut secara rutin ke dokter gigi.

Pada penderita hipertensi yang masuk dalam tahap I masih


memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
pendarahan yang terjadi setelah pencabutan gigi relative masih dapat terkontrol
(Little, 1997)

Pada penderita hipertensi dengan tahap II sebaiknya dirujuk terlebih


dahulu kebagian penyakit dalam agar dapat dipersiapkan sebelum tindakan

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu


macam golongan obat, misalnya golongan obat antihipertensi (misalnya captopil)
dan golongan obat diuretic.

Penatalaksanaan Perawatan Gigi dan Mulut Pasien Hipertensi


Secara umum, tujuan pengobatan dan penglolaan hipertensi adalah untuk
menurunkan resiko morbiditas dan mortalitas. Secara khusus dalam perawatan

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 20


bidang kedokteran gigi adalah untuk mengembangkan dan memberikan perawatan
yang sesuai dengan kondisi fisik dan emosi pasien. Tindakan yang dilakukan
hendaknya tidak membuat pasien merasa cemas karena dapat meningkatkan
tekanan darah pasien.

Pengelolaan pasien hipertensi memerlukan rencana perawatan atau


strategi tertentu untuk menjaga kestabilan tekanan darah ketika tindakan terutama
tindakan yang memerlukan anestesi lokal yang mngandung vasokonstriktor. Dua
strategi yang dapat diterapkan yaitu, strategi preventif dan kuratif.

A. Strategi Preventif

Strategi ini meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah


pasien selama perawatan maupun selama tindakan preventif kedokteran gigi
seperti kontrol plak, flouridasi, dll. Tindakan preventif yang efektif yaitu dengan
menghilangkan penyebab meningkatnya tekanan darah pasien seperti pemilihan
anestesi, bahan anestesi, dan kontrol kecemasan. Tindakan preventif lainnya,
antara lain:

Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan


Pemberian sedatif peroral membantu mengurangi kecemasan. Sedatif peroral yang
digunakan adalah benzodiazepine 5 mg, diminum malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum tindakan. Penggunaan sedasi Nitrous oxide menurunkan tekanan darah
sistol-diastole hingga 5-10 mmHg. Pemilihan waktu perawatan gigi. Kenaikan
tekanan darah pada pasien hipertensi sering terjadi saat bangun pagi, mencapai
puncak pada tengah hari, kemudian menurun di sore hari, sehingga waktu yang
dianjurkan untuk melakukan perawatan adalah sore hari. Penggunaan anestesi
lokal akan lebih baik dibandingkan anestesi umum.
Pemberian anestesi harus pelan dan hindari penyuntikan intravascular.

Dalam hubungan pasien hipertensi dengan tindakan perawatan


menggunakan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor, harus diingat

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 21


bahwa bahan vasokonstriktor pada anestesi lokal bermacam-macam. Noradrenalin
dan levonordefrin merupakan kontraindikasi untuk pasien hipertensi. Sedangkan
adrenalin lebih aman digunakan karena tidak akan meningkatkan tekanan darah
secara dramatis
.
B. Strategi Kuratif

Penerapan strategi ini disesuaikan dengan kondisi kondisi fisik dan


kemampuan emosi pasien untuk menerima dan merespon terhadap perawatan
yang diberikan. Keadaan pasien ini diklasifikasikan menurut status resiko pasien
menjadi ASA I, II, III, IV, dan V.

Perawatan Bedah Mulut Pasien Hipertensi

Banyak komplikasi yang dapat terjadi pada pasien hipertensi. Oleh


karena itu, sebelum melakukan tindakan bedah, sebaiknya pasien konsultasi
dahulu dengan dokter penyakit dalam yang merawat penderita. Jika keadaan
pasien memungkinkan untuk dilakukan tindakan pembedahan, maka segala
kondisi yang menimbulkan kecemasan atau stress sebaiknya dihilangkan.
Penggunaan obat penenang sehari sebelumnya dianjurkan. Apabila keadaan pasien
sudah lebih tenang, pembedahan dapat dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa
tekanan darah pasien saat tindakan harus dalam keadaan tensi yang terkontrol.
Jika perlu, upaya pembedahan dilakukan dam bentuk tim karena selain ada
hipertensi esensial, kemungkinan pasien juga menderita hipertensi sekunder yang
merupakan komplikasi penyakit lain.

Faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain:

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 22


1. Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan


lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi

2. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur,


jenis kelamin, dan ras. Umur bertambah menyebabkan terjadinya hipertensi.
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi daripada wanita. Di Amerika Prevalensi
hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang kulit putih.

3. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan Hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah


konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres, dan
pengaruh lain ( merokok, minum alkohol, minum obat-obatan ).

Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop high blood pressure), antara lain dengan cara sebagai
berikut :

1. Mengurangi konsumsi garam


2. Menghindari kegemukan (obesitas)
3. Membatasi konsumsi lemak
4. Olahraga teratur
5. Makan banyak buah dan sayuran segar

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 23


6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
7. Latihan relaksasi atau meditasi
8. Berusaha membina hidup yang positif

Pentingnya Memeriksakan Tekanan Darah sebelum Mencabut Gigi

Sebelum pencabutan gigi pentingnya pengukuran tekanan darah karena :

Untuk kepentingan anastesi. Apabila seseorang memiliki tekanan darah


tinggi (hipertensi) maka tidak dilakukan pencabutan karena obat anastesi
Smengandung lidokain yang kontraindikasi terhadap pasien hipertensi.Untuk
keselamatan pasien. Jika pasien hipertensi dilakukan pencabutan maka pasien
akan mengalami pendarahan yang hebat dan tidak menutup kemungkinan pasien
akan mengalami syok.

Jadi, Sebelum anda mencabut gigi sebaiknya perlu dilakukan


pemeriksaan tekanan darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tekanan darah
anda sebelum dilakukan pencabutan gigi. Apabila tekanan darah anda tinggi,
pencabutan gigi tidak bisa dilakukan, karena apabila seseorang tekanan darahnya
tinggi, aliran darah juga tinggi sehingga jika dilakukan pencabutan akan timbul
pendarahan yang hebat, dan tidak menutup kemungkinan anda akan mengalami
syok. Jadi, sebelum melakukan pencabutan gigi, hendaknya periksakan tekanan
darah anda terlebih dahulu.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 24


BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pasien yang menderita hipertensi dapat dilakukan pencabutan gigi. Hal


ini disebabkan hipertensi bukanlah mutlak kontra indikasi pencabutan gigi. Pada
pasien prehipertensi dan hipertensi tingkat 1 dapat dilakukan pencabutan gigi dengan
mempertimbangkan jenis anastesi lokal yang dipakai, dan di anjurkan untuk melakukan
kontrol berikutnya.

Pada penderita hipertensi dengan tahap II sebaiknya dirujuk terlebih


dahulu kebagian penyakit dalam agar dapat dipersiapkan sebelum tindakan .

Pengobatan pada pasien hipertensi biasanya digunakan lebih dari satu


macam golongan obat, misalnya golongan obat antihipertensi (misalnya captopil)
dan golongan obat diuretic.

Obat obatan antihipertensi dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut.


Beberapa jenis obat menyebabkan mulut kering dan menimbulkan peubahan
sensasi pengecapan. Obat lainnyan seperti Ca-channelblockers menyebabkan
pembesaran dan pembekakan gusi. Kurangnya volume air liur pada mulut yang
kering dapat menyulitkan saat bicara dan mengganggu serta mempermudah
pertumbuhan bakteri dan jamur. Dengan demikian selain control dengan rutin ke
ahli penyakit dalam, pasien penderita hipertensi juga perlu mengontrol kesehatan
rongga mulut secara rutin ke dokter gigi. Fakta ini memberikan gambaran bahwa
factor hipertensi sebagai factor dominan yang mana erat kaitannya dengan kasus
berisikonya pencabutan gigi.

Pada penderita hipertensi yang masuk dalam tahap I dan tahap II masih
memungkinkan untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi karena resiko
pendarahan yang terjadi setelah pencabutan gigi relative masih dapat terkontrol
(Little, 1997).

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 25


Obat anastesi local untuk pencatatan gigi pada penderita hipertensi bisa
dipakai mepivacaine atau lidokain non adrenalia. Tanpa adrenalia karena adrenalia
merupakan vasokaustriktor membuat pembuluh darah mengecil sehingga tekanan
darah menjadi lebi tinggi. Adrenalin juga menyebabkan jantung lebih banyak
memompa darah sehingga tekanan darah akan semakin tinggi. Lidokain waktu
kerjanya lebih singkat dibandingkan mepivocaine.

Sebelum anda mencabut gigi sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan


tekanan darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tekanan darah anda sebelum
dilakukan pencabutan gigi. Apabila tekanan darah anda tinggi, pencabutan gigi
tidak bisa dilakukan, karena apabila seseorang tekanan darahnya tinggi, aliran
darah juga tinggi sehingga jika dilakukan pencabutan akan timbul pendarahan
yang hebat, dan tidak menutup kemungkinan anda akan mengalami syok. Jadi,
sebelum melakukan pencabutan gigi, hendaknya periksakan tekanan darah anda
terlebih dahulu.

5.2 Saran

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan yang banyak dikunjungi masyarakat


hendaknya dilengkapi dengan alat pengukur tekanan darah yang berkualitas baik
dimasing masing poli. Karena alat ini sangat penting dan sering digunakan juga
oleh dokter gigi.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 26


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. Survei kesehatan rumah tangga. Studi morbiditas dan
disabilitas,Studi pola penyakit. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1997.

Natinal Institutes of Health. Primary preventiob of hypertension. U.S. Departement of


health and human services. 1993. Available from URL :
http:/www.nhlbi.nih.gov/health/prof/h eart/hbp/pphbp.htm

WHO. Guidelines for management of hypertension Geneva: WHO;1999. Available from


URL: http:/www.who.int/ncd/cvd/ht_guide.h tml.

Psaty BM, Smith NL, Siscovick DS, Koepsell TD, Weiss NS, Heckbert with
antihypertensive therapies used as first-line agents: a systematic review and metaanalysis.
JAMA
1997;277:739-45.

Law MR, Frost CD, Wald NJ. By how much does dietary salt reduction lower blood
pressure? Analysis of observation data among population. Br Med J 1991;302:811-5.

Schnall PC, Pieper C, Schwartz JE, Karasek RA, Schussel Y, Devereux RB et al. The
relationship between job strains, workplace, diastolic blood pressure, and left ventricular
mass. JAMA 1990;263:1929-35.

Levy D, Larson MG, Vasan RS, Kannel WB. Ho KK. The progression from hypertension
to congestive heart failure. JAMA 1996;275:1557-1562.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 27


Klungel OH, Hekcbert SR, Longstreth Jr WT, Furberg CD, Kaplan RC, Smith NL et al.
Antihypertensive drug therapies and the risk of ischemic stroke. Arch Intern Med
2001;161:37 43.

Kajian hipertensi terhadap pencabutan gigi Page 28

Anda mungkin juga menyukai