Anda di halaman 1dari 3

Mengubah Kesedihan Menjadi Kebahagiaan

Oleh Sam Edy Yuswanto*

Judul Buku : Bersedihlah Saat Hidupmu Begitu Jauh dari Allah


Penulis : Syafaat Selamet
Penerbit : Mizania
Cetakan : I, Desember 2015
Tebal : 210 halaman
ISBN : 978-602-1337-77-6

Bersedih bukan hal yang dilarang dalam syariat Islam. Bersedih adalah
termasuk hal yang lumrah dan manusiawi dengan catatan. Selama kita mampu
menjadikan kesedihan tersebut sebagai sarana introspeksi diri. Kemudian segera
bangkit dari keterpurukan dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa bersedih atau menangisi perguliran
waktu yang sia-sia atas amalan yang berkualitas merupakan karakternya orang
saleh. Habisnya jatah usia tanpa disertai amal saleh merupakan kerugian besar
bagi seorang hamba Allah.
Bahkan, kerugian atas perguliran waktu yang habis sia-sia itu tidak hanya
dirasakan oleh kaum mukmin, tapi juga dirasakan oleh semua orang. Gambaran
manusia yang merasakan kerugian dalam menyikapi perguliran waktu
diungkapkan secara indah dalam firman Allah Swt., Surat Al-‘Ashr ayat 1-3;
“Demi waktu (yang singkat). Sesungguhnya semua manusia berada dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta orang-orang
yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran” (hal 11-12).
Jika digolongkan, ada dua kategori kesedihan. Pertama, kesedihan
negatif, yakni kesedihan yang hadir dengan keputusasaan (frustrasi). Kesedihan
ini mendorong ke arah perilaku yang tak diharapkan oleh ajaran Islam yang
membawa pada kehilangan spirit atau semangat hidup.
Kedua, kesedihan positif, yakni kesedihan yang diridhai Allah Swt. Artinya,
kesedihan yang hadir dalam diri orang yang beriman karena kemampuannya
mengontrol diri untuk menempatkan makna kesedihan sesuai dengan ketentuan-
Nya.
Berduka, menangis, atau bersedih merupakan emosi alamiah. Semua itu
dapat menjadi “obat” penyeimbang rasa karena membawa efek ketenangan. Bila
kita mampu menyikapi kesedihan dengan ketenangan jiwa, niscaya akan
melahirkan rasa syukur.
Kekurangan, kehilangan, ataupun musibah yang menimpa manusia pada
hakikatnya memiliki makna yang dalam dan hikmah tersembunyi. Kesedihan
yang bisa menggiring pada rasa syukur inilah yang diharapkan dalam Islam (hal
18-19).
Keagungan akhlak seseorang dapat tercermin dari seberapa kuat ia
menanggung penderitaan dan kesedihan yang menimpanya. Kekuatan jiwa
seseorang merupakan ciri kepribadiannya yang tangguh. Rasulullah Saw.
merupakan sosok yang kerap mengalami penderitaan tetapi beliau kuat menahan
rasa kesedihannya, misalnya ketika beliau ditinggalkan oleh orang-orang
terkasihnya.
Ketika gempuran pemboikotan dari seluruh keluarga besar suku Quraisy
(kecuali keluarga Hasyim) belum usai, datang kesedihan hati yang lain karena
pembela utama dakwahnya, sang paman, Abu Thalib, meninggal dunia. Disusul
kemudian wafatnya Khadijah, istri tercinta.
Kesedihan beliau berada di puncaknya dan disebut Ammul Huzni (tahun
dukacita). Meskipun bersedih, akan tetapi Rasulullah dapat mengontrol
kesedihannya dengan baik dan sesuai tempatnya (hal 51-52). Orang yang
kesedihannya tidak berlarut-larut akan membuatnya bangkit dari segala
keterpurukan.
Orang yang kesedihannya disertai jiwa yang positif dan mental tangguh
akan membuatnya memiliki kekuatan di alam bawah sadarnya. Kesedihan
memang banyak sekali macamnya. Terkadang, datangnya kesedihan karena
tekanan dari pihak luar.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dunia ini ada orang baik dan orang
buruk. Maka, jangan heran bila ada yang memuji dan ada juga yang mendengki
bahkan membenci apa yang kita lakukan. Alangkah lebih baiknya bila energi-
energi negatif yang berasa dari luar tersebut kita tangkal dengan energi positif
berupa sifat optimistis.
Sehingga, kesedihan yang berasal dari segala kekecewaan akan
membuahkan kekuatan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya dan membuat kita
mampu bangkit menjadi sosok yang lebih survive dalam menjalani kehidupan ini
(hal 69).
Melalui buku inspiratif ini, penulis mengajak kita untuk mengubah
kesedihan menjadi sebuah energi positif yang akan mengantarkan kita meraih
kebahagiaan hidup.

*Penulis lepas bermukim di Kebumen.

Anda mungkin juga menyukai