Anda di halaman 1dari 7

RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA

JL D.I PANJAITAN NO 243 KENDARI


TELP 0401 – 3196433 / FAX 0401 3195954
Email rsu.hatimulia@yahoo.co.id

HAK TANGGUNG JAWAB PASIEN


Nomor : /KEB/RSUA/XII/2016
Tanggal : 12 Januari 2018
Tentang : Panduan meminta pendapat lain (Second Opinion)

BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
1. Opini medis adalah pendapat, pikiran atau pendirian dari seorang
dokter atau ahli medis terhadap suatu diagnosa, terapi dan
rekomendasi medis lain terhadap penyakit seseorang.
2. Meminta pendapat lain (second opinion) adalah pendapat medis yang
diberikan oleh dokter lain terhadap suatu diagnosa atau terapi maupun
rekomendasi medis lain terhadap penyakit yang diderita pasien.
Mencari pendapat lain bisa dikatakan sebagai upaya penemuan sudut
pandang lain dari dokter kedua setelah pasien mengunjungi atau
berkonsultasi dengan dokter pertama. Second opinion hanyalah istilah
karena dalam realitanya dilapangan, kadang pasien bisa jadi menemui
lebih dari dua dokter untuk dimintakan pendapat medisnya.
Meminta pendapat lain atau second opinion juga diatur dalam
undang-undang no.44 tahun 2009 tentang rumah sakit, bagian empat
pasal 32 poin H tentang hak pasien, disebutkan bahwa “setiap pasien
memiliki hak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik
didalam maupun di luar rumah sakit”.
BAB II
RUANG LINGKUP
B. RUANG LINGKUP
Perbedaan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit oleh dokter
sering terjadi dibelahan dunia manapun. Di Negara yang paling maju
dalam bidang kedokteran pun, para dokter masih saja sering terjadi
perbedaan dalam diagnosis maupun proses terapi, sehingga
menimbulkan keraguan pada pasien dan keluarganya. Begitu juga di
Indonesia, perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati
penderita adalah hal yang biasa terjadi.
Perbedaan dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaan
mungkin tidak menjadi masalah serius bila tidak menimbulkan
konsekuensi yang berbahaya dan merugikan bagi penderita. Tetapi
bila hal itu menyangkut kerugian biaya yang besar dan ancaman
nyawa maka harus lebih dicermati.
Sehingga sangatlah penting bagi pasien dan keluarga untuk
mendapatkan second opinion dokter lain tentang permasalahan
kesehatannya sehingga mendapatkan hasil pelayanan kesehatan yang
maksimal.
Dengan semakin meningkatnya informasi dan teknologi maka
semakin terbuka wawasan ilmu pengetahuan dan informasi tentang
berbagai hal dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam pengetahuan
masyarakat tentang wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan
kesehatannya. Informasi yang sepotong-sepotongatau salah dalam
menginterpretasikan informasi seorang pasien akan berakibat pasien
atau keluarganya merasa tindakan dokter salah atau tidak sesuai
standar. Hal ini juga membuat pasien dan keluarganya
mempertahankan informasi yang didapat tanpa mempertimbangkan
masukan dari dokter tentang fakta yang sebenarnya terjadi.
1. Pentingnya second opinion untuk pasien adalah :
a. Kesalahan diagnosis dan penatalaksanaan pengobatan dokter sering
terjadi dibelahan dunia manapun, termasuk di Indonesia.
b. Perbedaan pendapat para dokter dalam mengobati penderita adalah
hal yang biasa terjadi, dan hal ini mungkin tidak menjadi masalah
serius bila tidak menimbulkan konsekuensi yang berbahaya dan
merugikan bagi penderita.
c. Second opinion dianjurkan bila menyangkut ancaman nyawa,
kerugian biaya atau dampak finansial yang besar.
2. Permasalahan kesehatan yang memerlukan second opinion :
a. Keputusan dokter tentang tindakan operasi, apalagi yang akan
membuat perubahan anatomis permanen pada tubuh pasien dan
tindakan operasi lainnya.
b. Keputusan dokter tentang pemberian obat jangka panjang lebih dari 2
minggu, misalnya pemberian obat TBC jangka panjang, pemberian
antibiotika jangka panjang dan pemberian obat-obat jangka panjang
lainnya.
c. Keputusan dokter dalam pemberian obat yang sangat mahal : baik
obat minum, antibiotika, susu mahal atau pemberian imunisasi yang
sangat mahal.
d. Kebiasaan dokter memberikan terlalu sering antibiotika berlebihan
pada kasus yang tidak seharusnya diberikan : seperti infeksi saluran
nafas, diare, muntah, demam virus, dan sebagainya. Biasanya dokter
memberikan diagnosis infeksi virus tetapi selalu diberi antibiotika.
e. Keputusan dokter dalam pemeriksaan laboratorium dengan biaya
sangat besar.
f. Keputusan dokter tentang suatu penyakit yang berulang diderita
misalnya : penyakit tifus berulang.
g. Keputusan diagnosis dokter yang meragukan : biasanya dokter
tersebut menggunakan istilah “gejala” seperti gejala tifus, gejala
ADHD, gejala demam beradarah, gejala usus buntu. Atau diagnosis
autis ringan, ADHD ringan dan gangguan perilaku lainnya.
h. Ketika pasien didiagnosa penyakit serius seperti kanker, maka pasien
pun biasanya diizinkan meminta pendapat lain.
i. Keputusan pemeriksaan dan pengobatan yang tidak
direkomendasikan oleh institusi kesehatan nasional atau internasional
: seperti pengobatan dan terapi bioresonansi, terapi antibiotika yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan indikasi.
3. Dalam rangka membantu pasien untuk mendapatkan second opinion,
RS perlu memberikan beberapa pertimbangan kepada pasien atau
keluarga sebagai berikut :
a. Second opinion sebaiknya didapatkan dari dokter yang sesuai
kompetensinya atau keahliannya.
b. Rekomendasi atau pengalaman keberhasilan pengobatan teman atau
keluarga terhadap dokter tertentu dengan kasus yang sama sangat
penting untuk dijadikan referensi. Karena, pengalaman yang sama
tersebut sangatlah penting dijadikan sumber referensi.
c. Carilah informasi sebanyak-banyaknya di internet tentang
permasalahan kesehatan tersebut. Jangan mencari informasi
sepotong-sepotong, karena seringkali akurasinya tidak dipertanggung
jawabkan.
d. Carilah sumber informasi internet dari sumber yang kredibel seperti :
WHO, CDC, IDAI, IDI atau organisasi resmi lainnya.
e. Bila keadaan emergensi atau kondisi tertentu maka keputusan second
opinion juga harus dilakukan dalam waktu singkat.
f. Mencari second opinion diutamakan kepada dokter yang dapat
menjelaskan dengan mudah, jelas, lengkap dan dapat diterima dengan
logika. Dokter yang beretika tidak akan pernah menyalahkan
keputusan dokter sebelumnya atau tidak akan pernah menjelekkan
pendapat doktersebelumnya atau menganggap dirinya paling benar.
g. Bila melakukan second opinion sebaiknya tidak menceritakan
pendapat dokter sebelumnya, agar dokter terakhir tersebut dapat
obyektif dalam menangani kasusnya, kecuali dokter tersebut
menanyakan pengobatan yang sebelumnya pernah diberikan atau
pemeriksaan yang telah dilakukan.
h. Bila sudah memperoleh informasi tentang kesehatan jangan
menggurui dokter yang anda hadapi karena informasi yang anda
dapat belum tentu benar. Tetapi sebaiknya anda diskusikan informasi
yang anda dapat dan mintakan pendapat dokter tersebut tentang hal
itu.
i. Bila pendapat lain dokter tersebut berbeda, maka biasanya penderita
dapat memutuskan salah satu keputusan berdasarkan argumen yang
dapat diterima secara logika. Dalam keadaan tertentu disarankan
mengikuti advis dari dokter yang terbukti terdapat perbaikan
bermakna dalam perjalanan penyakitnya. Bila hal itu masih
membingungkan tidak ada salahnya melakukan pendapat ke tiga.
Biasanya dengan berbagai pendapat tersebut penderita akan dapat
memutuskannya. Bila pendapat ketiga tersebut masih sulit dipilih
biasanya kasus yang dihadapi adalah kasus yang sangat sulit.
j. Keputusan second opinion terhadap terapi alternati sebaiknya tidak
dilakukan karena pasti terjadi perbedaan pendapat dengan
pemahaman tentang kasus yang berbeda dan latar belakang keilmuan
yang berbeda.
k. Kebenaran ilmiah di bidang kedokteran tidak harus berdasarkan
senioritas dokter atau gelar yang disandang. Tetapi berdasarkan
kepakaran dan landasan pertimbangan ilmiah berbasis bukti
penelitian di bidang kedokteran (Evidance Base Medicine).
BAB III
TATA LAKSANA

C. TATA LAKSANA
Second opinion atau mencari pendapat lain yang berbeda adalah
merupakan hak seorang pasien dalam memperoleh jasa pelayanan
kesehatannya. Hak yang dipunyai pasien ini adalah hak mendapatkan
pendapat lain (second opinion) dari dokter lainnya. Untuk
mendapatkan pelayanan optimal, pasien tidak usah ragu untuk
mendapatkan “second opinion” tersebut. Memang biaya yang akan
dikeluarkan akan menjadi banyak, tetapi paling tidak bermanfaat
untuk mengurangi resiko kemungkinan komplikasi atau biaya lebih
besar lagi yang akan dialaminya. Misalnya, pasien sudah
direncanakan operasi caesar atau operasi usus buntu tidak ada
salahnya melakukan permintaan pendapat dokter lain.
Dalam melakukan “second opinion” tersebut sebaiknya
dilakukan terhadap dokter yang sama kompetensinya. Misalnya,
tindakan operasi caesar harus minta “second opinion” kepada sesama
dokter kandungan bukan kedokter umum. Bila pemeriksaan
laboratorium yang dianjurkan dokter sangat banyak dan mahal, tidak
ada salahnya minta pendapat ke dokter lain yang kompeten.
Hak pasien untuk meminta konsultasi tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek
(SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.
Manfaat yang bisa didapatkan dari second opinion adalah pasien lebih
teredukasi mengenai masalah kesehatan yang dihadapinya. Terdapat
kondisi yang meragukan bagi pasien pada saat meminta pendapat
lain, misalnya ketika dokter pertama menyarankan operasi, tidak
mengherankan jika pendapat dari dokter lain akan berbeda, oleh
karena setiap penyakit memiliki gejala klinis yang berbeda ketika
hadir di ruang periksa sehingga mempengaruhi keputusan dokter.
Untuk mendapatkan second opinion, pasien dan keluarganya
menghubungi perawat atau langsung kepada dokter yang merawatnya
kemudian mengemukakan keinginannya untuk mendapatkan
pendapat lain atau second opinion. Dokter yang merawat
berkewajiban menerangkan kepada pasien dan keluarganya hal yang
perlu dipertimbangkan dalam mendapatkan second opinion (terdapat
dalam panduan ini). Apabila keputusan mengambil pendapat lain
telah disepakati, maka formulir permintaan pendapat lain (second
opinion) diisi oleh pasien atau walinya dan diketahui oleh dokter
(DPJP) serta saksi.
BAB IV
DOKUMENTASI

D. DOKUMENTASI
1. Panduan hak dan kewajiban pasien
2. Formulir permintaan pendapat lain (second opinion)

Ditetapkan di : Kendari
Pada tanggal : 07 januari 2018
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM HATI MULIA

dr. Hj. SUHARTINI, Sp.OG

Anda mungkin juga menyukai