Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Citra ideal kecantikan perempuan telah bergeser yang semula berdiri

di atas stigma beauty inside dan inner beauty, namun saat ini pencitraan ini

bergeser menjadi beauty outside. Perempuan kini diindentikan untuk terus

mempercantik dirinya. Kecantikan seorang wanita dilihat dari tubuh yang

ramping menjulang tinggi, kaki mulus, hidung mancung, dan kulit putih bersih.

Hal ini semakin menyeret perempuan untuk memaknai kecantikan lebih dari

sekedar kecantikan dalam (inner beauty), seakan-akan sudah ketetapan

masyarakat soal kriteria-kriteria untuk menjadi perempuan yang ideal. Timbul

dari opini masyarakat akan keharusan perempuan untuk tampil cantik dan

anggapan bahwa perempuan ideal identik dengan kulit putih bersih, memicu

lahirnya kepercayaan baru bahwa jika perempuan tidak cantik dan bertubuh

ideal, maka tidak ada bagian dari tubuh yang bisa dibanggakan. Dengan

adanya wacana seperti ini, media mencoba menyebarluaskan pemikiran

mengenai kecantikan. Kondisi ini kemudian menjadi pasar yang sempurna

bagi industri kecantikan, khususnya produk perawatan wajah. Produsen

produk perawatan wajah menggunakan motif yang terdapat dalam diri

perempuan, khususnya remaja untuk mengiklankan produknya seperti

dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa pesan-pesan kita dimaksudkan

untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus menyentuh motif yang

menggerakkan atau mendorong perilaku orang lain. Oleh karena itu, iklan

1
2

suatu produk misalnya, iklan produk kecantikan selalu menampilkan model

cantik, menarik, dan populer sehingga bisa menambah kepercayaan akan

produk, yang pada akhirnya mampu “memaksa” khalayak sasaran untuk

membeli produk yang diiklankan tersebut apalagi didukung oleh pemakaian

gaya bahasa yang menjanjikan sehingga akan menambah ketertarikan para

pemirsa televisi. (Rakhmat, 1999 : 298).

Banyak orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kulit putih,

halus dan bersih. Ketika media televisi menayangkan produk diatas, maka

akan memberi efek pada khalayak. Efek yang disebabkan oleh media massa

bisa berupa kognitif, afektif, dan behavioral. Gerbner (1978) melaporkan

penulisan berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas

sosial. Ia menemukan bahwa penonton televisi kelas berat cenderung

memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa berjalan

sendirian berbahaya, dan lebih berfikir bahwa orang lebih memikirkan dirinya

sendiri. Situasi tersebut menjadikan para manager perusahaan belomba-

lomba untuk menciptakan hasil-hasil produksi dan bertugas mencari pembeli.

Sehingga timbul ide-ide mengenai bagaimana cara untuk memasarkan

produk tersebut dengan baik (As'ad, 2001)

Pemenuhan kebutuhan seseorang dengan menggunakan salahsatu


pendorong yaitu minat. Minat seseorang dalam membeli barang
memiliki berbagai kriteria diantaranya dalam pembelian produk harus
sesuai dengan keinginan dari konsumen.

Minat merawat kulit yang dirasakan para calon pembeli dipengaruhi

oleh iklan yang mampu menarik perhatian konsumen untuk membeli. Burt
3

(Munandar, 2001)menyatakan bahwa sumbangan psikolog dalam bidang

tayangan periklanan terutama mengenai daya tarik yang digunakan dengan

tujuan membujuk calon konsumen untuk membeli dengan cara

mengendalikan perhatian dan memberi kesan konsumen yang disimpan

dalam ingatan. Sehingga bila dibutuhkan produk tersebut muncullah merek

produk dari ingatanya

Wijaya dan Dharmayanti (2014) mengatakan bahwa media televisi

memiliki persentasi paling banyakdikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal

ini di perkuat dari pernyataan Nielsen Media Research bahwa 94 persen

orang indonesia lebih menyukai untuk menonton televisi dibanding menonton

media lain. Iklan televisi menjadi salah satu lahan persaingan yang

digunakan sebagai pemasaran. Terbukti selama tahun 2013 dari 58 persen

iklan ditelevisi menjadi anggaran belanja yang terbesar. Kehadiran iklan di

televisi dibuat dengan maksud untuk mempromosikan dan memperkenalkan

produk – produk baaru kepada masyarakat. Tayangan iklan di televisi

berdampak pada perubahan gaya hidup di masyarakat maupun pada

perubahan perilaku.Menonton iklan merupakan bentuk strategi dalam

memberikan atau memperkenalkan informasi mengenai produk yang

dipamerkan. Serta dapat diketahui bahwa intensitas menonton tayangan iklan

cukup mampumendorong konsumendalampembelian produk. Dorongan

konsumen dalam pembelian produk diperoleh dari aspek psikologi. Dimana

aspek psikologi ini bertujuanuntuk memunculkan timbulnya dorongan minat

dalam diri konsumensetelah melihat iklan yang ditayangkan.


4

Menurut Lucas dan Britt (2003) (Natalia, 2008) mengemukakan dorongan

minat merawat kulit dari iklan melalui beberapa aspek yaitu Perhatian,

Ketertarikan, keinginan, keyakinan, keputusan dan tindakan.Dalam

menghadapi persaingan, iklan memiliki peranan penting yang bertujuan

meningkatkan penjualan produk. Strategi iklan yang tepat akan

memberikan dampak yang efektif bagi konsumen. Berdasarkan latar

belakang masalah diatas dihasilkan bahwa tayangan iklan dan

pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah merupakan salah satu

faktor dari minat merawat kulit.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan minat merawat kulit.

2. Hubungan antara tayangan ikan di televisi dengan minat merawat kulit

pada mahasiswa.

3. Hubungan tayangan iklan di televisi dengan pengetahuan kosmetika

perawatan kulit wajah mahasiswa pendidikan tata rias mengenai minat

merawat kulit.

4. Hubungan antara pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah

dengan minat merawat kulit pada mahasiswa.

5. Hubungan tayangan iklan di televisi dengan pengetahuan kosmetika

perawatan kulit wajah secara bersama-sama dengan minat membeli

mahasiswa.
5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan oleh penulis

di atas, dan perlu dilakukan pembatasan masalah studi dan analisis untuk

mencapai saasaran yang tepat. Dengan mempertimbangkan hal tersebut

maka pokok permasalahan yang akan penulis bahas di batasi pada kajian

hubungan antara variabel tayangan iklan di televisi dengan (𝑥1 ) dan

pengetahuan kosmetika kulit wajah (𝑥2 ) sebagai variabel bebas dengan minat

merawat kulit pada mahasiswa (Y) sebagai variabel terikat.

D. Rumusan Masalah

Setelah dilakukan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di

atas, masalah pada penulisan ini yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah terapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi

dengan pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah?

2. Apakah terapat hubungan positif antara pengetahuan kosmetika

perawatan kulit wajah dengan minat merawat kulit pada

mahasiswa?

3. Apakah terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi

dan pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah secara

bersama, dengan minat merawat kulit pada mahasiswa?

E. Kegunaan Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah digambarkan pada

bagian sebelumnya, penulisan ini diharapkan bermanfaat antara lain untuk:


6

1. Pengembangan ilmu pengetahuan,halini dapat memberi wawasan

secara sistematika dan juga sebagai bahan acuan bagipenulis –

penulis selanjutnya untuk meneliti faktor – faktor lain yang

berhubungan dengan minat merawat kulit pada mahasiswa.

2. Untuk memperkuat beberapa teori yang diberkaitan dengan minat

merawat kulit pada mahasiswa terutama yang berkaitan dengan

pngetahuan kosmetika perawatan kulit wajah dan tayangan iklan di

televisi.

3. Menambah wawasan penulis tentang kajian minat merawat kulit

pada mahasiswa khususnya mahasiswa pendidikan tata rias.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

pengetahuan akan kosmetika perawatan kulit wajah dalam upaya

peningkatan kesehatan.

5. Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait dalam

peningkatan mutu iklan agar tidak hanya menampilkan

komersialisme dan aspek persuasif tapi juga aspek kognitif pada

tayangan iklan.
7

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Minat Merawat Kulit

a. Pengertian Minat

Minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian

terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari

maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam belajar

diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat

dipahami. Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak

dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan

ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.

W. S Winkel mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang

agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa

senang berkecimpung dalam bidang itu (1983 : 38), sedangkan menurut

Witherington (1985 : 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu

objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengadung sangkut

paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.

Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow&Crow yang

diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984 : 4) yaitu faktor dorongandari dalam,

faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan

emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan

dengan jasmani dan kejiwaan. Timbulnya minat dari diri seseorang juga
8

dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan

dan penghargaan dari lingkungan masyarakat dimana seseorang berada

sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang

dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu.

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah

“Suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas

tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya.

Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.

Minat dapat diartikan sebagai “Kecenderungan yang tinggi terhadap

sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang

pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T. Albertus yang

diterjemahkan Sardiman A.M, minat adalah “Kesadaran seseorang bahwa

suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung

sangkut paut dengan dirinya” (2006:32).

Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah


“Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikandiperhatikan terus-
menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut
Holland yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa “Minat
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.

Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang

yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu

mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang

erat dengan dorongan dalam diri individu yang kemudian menimbulkan

keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya.


9

Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa

senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan

memperhatikan perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang

diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari

obyek tersebut.

Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di

lingkungan secara berkelompok. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu

interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan

tersebut.Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan

adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut

dapat berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seseorang

akan hal tertentu.

Miflen, FJ & Miflen FC, (2003:114) mengemukakan ada dua faktor yang

mempengaruhi minat belajar peserta didik, yaitu :

1. Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan

2. Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat

atau lingkungan.

Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) yang

menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat

seseorang yaitu :

1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa

kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.


10

2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari

motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan

lingkungan dimana mereka berada.

3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang

dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.

Menurut Johanes yang dikutip oleh Bimo Walgito (1999:35),

menyatakan bahwa “Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat

intrinsik dan ektrinsik. Minat intrinsik adalah minat yangtimbulnya dari dalam

individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang

timbul karena pengaruh dari luar”. Berdasarkan pendapat ini maka minat

intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap. Persepsi, prestasi belajar,

bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan bekerja. Sedangkan minat

ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi

orang tua, minat orang tua, informasi, lingkungan dan sebagainya.

b. Merawat Kulit

Wajah merupakan bagian tubuh yang pertama kali dilihat saat

berhubungan dengan orang lain. Wajah yang bersih dan sehat dapat

menambah kepercayaan diri saat bertemu seseorang. Sebelum mengetahui

cara tepat dalam merawat kulit wajah agar bersih, sehat dan terbebas dari

jerawat, pertama yang penting adalah mengetahui struktur kulit wajah.

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang

menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit bersifat lentur dan menjadi
11

pertahanan tubuh pertama dalam mencegah dan mengatasi infeksi kulit, dan

berperan melindungi organ dalam tubuh dari kerusakan, termasuk sinar

ultraviolet. Kulit terdiri atas tiga lapisan utama, dimana setiap lapisan memiliki

fungsi tersendiri yang sangat penting, yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat

(dermis) dan jaringan penyambung bawah kulit (subkutis).Lebih jelasnya

mengenai struktur kulit, perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.1. Penampang Kulit


Sumber: https://www.google.com/search?q=struktur+ -gambaran-struktur-kulit-normal-b-
gambaran-kerusakan-struktur-kulit

Pada gambar di atas menunjukan Epidermis atau sering disebut juga

sebagai kulit ari, merupakan lapisan terluar dari kulit, memiliki struktur tipis

dengan ketebalan 0,07mm. Lapisan epidermis terdiri atas beberapa bagian

yaitu bagian luar yang disebut stratum korneum (lapisan tanduk), bagian
12

tengah yang disebut stratum granulosum dan bagian dalam yang disebut

lapisan malpighi.

Dermis disebut juga kulit jangat, jaringan ini lebih tebal daripada

epidermis yaitu sekitar 2,5mm. Lapisan dermis terbagi menjadi dua bagian,

yaitu lapisan papiari dan lapisan retikula. Lapisan retikular berisi banyak

struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit, terdiri atas kelenjar

sebaseous, kelenjar keringat, pembuluh darah, serat elastin, folikel rambut

dan reseptor sentuh.

“Kelenjar sebaseous ialah kelenjar kantong di dalam kulit. Bentuknya

seperti botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Kelenjar ini paling banyak

terdapat di atas kepala dan muka, sekitar hidung, mulut dan telinga.” 1Kelenjar

sebaseous menghasilkan sebum, zat semacam lilin atau semacam lemak.

Bertujuan untuk melumasi permukaan kulit. Pada orang yang jenis kulit

berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak

dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh debu, kotoran atau kosmetik,

menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan.

Pada gambar dibawah ini terlihat kelenjar sebasea yang berwarna

kuning dan disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat. Gambar di bawah

ini menunjukkan proses terjadinya penyumbatan kelenjar sebasea sehingga

terbentuk jerawat (acne).

1
Evelyn C.Pearce, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, (Jakarta: Gramedia, 2008) h.241
13

Gambar 2.2. Proses Terjadinya Jerawat


Sumber: ocw.usu.ac.id/course/download/1129.../swamedikasi_slide_jerawat.pdf

Pada lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar

keringat dan kelenjar palit. Jika kelenjar palit atau kelenjar sebasea

memproduksi minyak berlebihan maka kulit akan berminyak sehingga

menimbulkan jerawat. Pori-pori pada kulit berminyak terbuka lebar

disebabkan minyak yang dikeluarkan oleh kelenjar sebasea mendesak keluar

dari kandung rambut. Bila kotoran dari lingkungan menempel pada pori-pori,

kemudian masuk ke dalam pori-pori, terjadilah komedo dan bila infeksi maka

terjadilah jerawat.

Lapisan sub-kutis terletak dibawah dermis dan mengandunng sel-sel

lemak.Lapisan lemak ini melindungi bagian dalam organ dari trauma mekanik

dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin. Besarnya bagian

lemak sangat bergantung pada faktor keturunan, gaya hidup, diet dan

aktivitas sehari-hari.Setiap lapisan kulit ini yaitu epidermis, dermis dan


14

subkutis, kemudian membentuk fungsi kulit yang sangat penting, diantaranya

yaitu fungsi proteksi (perlindungan), fungsi absorpsi (penyerapan), fungsi

ekskresi (pengeluaran zat-zat yang tidak berguna lagi dalam tubuh) dan

fungsi termoregulasi (pengaturan suhu tubuh).

Fungsi proteksi atau perlindungan, kulit menjaga bagian dalam tubuh

terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan,

gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi. Berdasarkan lokasinya,

ketebalan kulit berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Misalnya, kulit di

telapak kaki merupakan kulit yang tebal karena berfungsi melindungi. Kulit di

bibir, dada dan paha kulit tampak lebih tipis. Hal ini terjadi karena adanya

bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan

penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.

Fungsi absorbsi atau penyerapan, Kulit yang sehat tidak mudah

menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan panas yang mudah

menguap lebih mudah diserap, begitu juga dengan larutan dan lemak.

Seperti salep, minyak dan sabun. Berbagai zat yang dioleskan kepada kulit

dapat terserap oleh tubuh melalui kulit. Zat-zat tersebut terabsorbsi melalui

folikel rambut dan melalui dinding pembuluh darah di sekitar kelenjar palit,

kemudian masuk kedalam darah.

Fungsi ekskresi (pengeluaran zat-zat yang tidak berguna lagi dalam

tubuh), kulit mempunyai kemampuan mengeluarkan hasil sisa metabolisme

tubuh sehingga kulit termasuk organ ekskresi. Fungsi ekskresi terjadi karena

adanya kelenjar keringat. Racun dan sisa-sisa metabolisme di dalam tubuh


15

bisa dibuangmelalui banyak cara, seperti melalui urine (air seni), feses (tinja),

empedu dan keringat. Jika seseorang mengalami gangguan saluran

kemihnya macet, keringatnya akan mengandung banyak racun dan sisa

metabolisme yang tidak terpakai. Akibatnya, bau keringat menjadi tidak

sedap.

Fungsi termoregulasi (pengaturan suhu tubuh), Pada suhu lingkungan

yang berubah-ubah, kulit membantu agar suhu tubuh tetap stabil. Kulit

memiliki fungsi pengatur suhu tubuh karena adanya kelenjar keringat dan

pembuluh darah kapiler di dalam kulit jangat. Pada waktu tubuh dalam

keadaan panas, pembuluh darah akan melebar dan mengeluarkan panas

dalam bentuk keringat. Jika tubuh dalam keadaan dingin, pembuluh darah

akan mengkerut dan kelenjar keringat tidak mengeluarkan keringat. Hal ini

terjadi karena untuk mengurangi pengeluaran panas dari tubuh. Untuk

mengimbangi keadaan ini, alat ekskresi yang berperan dalam keadaan ini

adalah ginjal, sehingga kita sering merasa ingin buang air kecil pada waktu

dingin.

Kulit yang indah mencerminkan bahwa pemiliknya sangat peduli akan

kesehatan pribadinya. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan manusia. “Dari berbagai

penelitian, dapat dikatakan bahwa jenis kulit wajah ada lima, yaitu kulit

berminyak, kering, normal, sensitif dan kombinasi (gabungan antara jenis

kulit normal dan jenis kulit berminyak).


16

Kulit berminyak terjadi karena terlalu aktifnya kelenjar minyak dibawah

kulit. Ciri-ciri kulit berminyak adalah kulit terasa berminyak dan mengkilat,

tekstur kulit wajah cenderung kasar dan tebal, ukuran pori-pori terlihat besar

dan jelas, mudah berjerawat dan muncul komedo.

Wajah berminyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain

gaya hidup yang tidak sehat, makanan, cuaca, genetik dan hormonal.Gaya

hidup atau pola hidup yang tidak sehat seperti mengonsumsi makanan yang

memiiki kandungan lemak jenuh tinggi ataupun sangat bersantan, dapat

meningkatkan kadar minyak didalam tubuh dan akan berdampak langsung

pada kesehatan fisik. Cuaca yang kering atau panas serta cuaca lembab

dapat menjadi penyebab kulit mengeluarkan keringat dan membuat kulit

berminyak. Semakin kulit terasa panas, tentu akan menghasilkan keringat,

kelenjar sebaseous-pun memproduksi sebum semakin banyak.

Faktor genetik atau keturunan juga turut mempengaruhi munculnya

jerawat. Apabila orangtua baik Ayah atau Ibu memiliki jenis kulit

wajahberminyak dan mudah terkena jerawat, maka kemungkinan ini juga bisa

menurun kepada anaknya. Siklus hormonal juga terjadi pada masa

menstruasi seorang wanita yang dapat menyebabkan terjadinya

jerawat.Jenis kulit berminyak membutuhkan perawatan khusus karena kulit

jenis ini mengeluarkan minyak dalam jumlah yang banyak sehingga paling

rentan terhadap masalah jerawat.


17

2. Tayangan Iklan di Televisi

Televisi berasal dari kata „tele‟ yang berarti jauh dan vision yang

berarti pemandangan. Dapat diartikan bahwa televisi adalah pemandangan

atau pandangan jauh. (Wahyuni, 2010). Media Televisi merupakan media

dalam komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan khalayak. Keunggulan televisi dibanding dengan media

massa lainnya karena bersifat audiovisual, dapat menggambarkan

kenyataan dan menyajikan kejadianatau peristiwa yang sedang

berlangsung. Televisi terdiri dari dua bagian utama yaitu pemancar dan

penerima (Riswandi, 2009). Pemancar televisi berfungsi untuk

memancarkan sinyal gambar bersamaan dengan suara sedangkan

penerimaan untuk mengubah sinyal-sinyal gambar dan suara tersebut

akan dapat didengarkan dan dilihat oleh khalayak (Setyobudi, 2006).

Fungsi televisi, yakni memberikan informasi, mendidik, membujuk dan

menghibur. Dilihat dari realita yang terjadi sekarang ini, fungsi yang lebih

dominan adalah fungsi menghibur. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD yang

menyatakan bahwa tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk

memperoleh hiburan, selanjutnya memperoleh informasi (Ardianto et al.

2012). Hal tersebut didukung dengan penelitian yang telah dilakukan

Sutopo (2013) bahwa motivasi yang mendasari masyarakat untuk

menonton televisi adalah motivasi informasi dan hiburan. Ardianto et al.

(2012) juga mengklarifikasikan beberapa karakteristik televisi, yaitu :


18

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibanding dengan media massa lainnya yaitu

sifatnya yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual).

Karena sifatnya yang audiovisual, acara-acara siaran televisi harus

dilengkapi dengan gambar.

2. Berpikir dalam gambar

Pengarah acara merupakan pihak yang bertanggung jawab atas

kelancaran televisi. Dalam menyampaikan informasi, membujuk,

mendidik, dan menghibur seorang komunikator harus dapat melakukan

berpikir dalam gambar. Dua tahap yang dilakukan , yakni: visualisasi

dan penggambaran.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Televisi memiliki pengoperasian lebih kompleks dibandingkan dengan

radio. Untuk menayangkan acara-acara siaran televisi dapat melibatkan

banyak orang, seperti : pengarah acara, produser, juru kamera,

pengarah studio.

Penyiaran televisi di Indonesia semakin berkembang. Stasiun-stasiun

televisi berlomba-lomba untuk menayangkan program yang dapat menarik

perhatian khalayak. Morissan (2010) mengemukakan bahwa program televisi,

terbagi menjadi: program informasi, dan program hiburan. Program informasi

adalah jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan informasi kepada

khalayak. Contoh siaran program informasi adalah hardnews dan softnews.


19

Program hiburan adalah jenis siaran yang bertujuan untuk menghibur

khalayak dalam bentuk drama, sinetron, musik, permainan, dan cerita.

Contoh siaran program hiburan adalah drama, music, pertunjukkan, dan

permainan. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Muda (2005) yang

menyatakan bahwa televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang

menayangkan berbagai program siaran televisi. Isiprogram siaran televisi di

klasifikasikan menjadi: news reporting, talk show, call-in show, magazine,

rural program, pendidikan, seni dan budaya, musik,sinetron/drama, film,

permainan atau kuis,komedi, dan iklan.

Stasiun televisi swasta pada era sekarang ini semakin sering

menayangkan program siaran iklan demi mendapatkan keuntungan. Menurut

data AGBNielsen Indonesia (2011) pada tahun 2011 iklan di media

meningkat menjadi 17 persen atau 33,4 triliun rupiah. Jenis iklan yang

ditayangkan di televisi adalah iklan komersial dan iklan layanan masyarakat.

Bungin (2008) menyatakan iklan layanan masyarakat adalah iklan yang

dibuat dan ditayangkan untuk tujuan sosial. Sedangkan iklan komersial

didefinsikan sebagai iklan yang dilakukan semata-mata ditujukan untuk

kegiatan komersial dengan harapan apabila iklan ditayangkan, produsen

mendapatkan keuntungan komersial dari tayangan iklan tersebut.

Nurdin (2007) dan Kuswandi (1996) menyatakan televisi sebagai

media massa, karena dapat memiliki daya jangkau luas. Televisi ditujukan

khalayak luas, siaran televisi tidak terbatas oleh ruang dan waktu, tidak ada

lagi hambatan geografis, usia, maupun tingkatan akademis khalayak. Oleh


20

karena itu khalayak televisi bersifat anonim dan heterogen. Media televisi

juga bersifat transitory atau selintas, pesan-pesan yang disampaikan hanya

dapat didengar dan dilihat sekilas. Sehingga pesan-pesan yang disampaikan

televisi harus dapat menarik, dapat disampaikan secara jelas dan dimengerti

oleh khalayak berupa pesan yang dikemas dalam bentuk iklan.

Periklanan adalah penyampaian pesan-pesan penjualan yang

diarahkan kepada masyarakat melalui cara-cara yang persuasif yang

bertujuan menjual barang, jasa atauide (Alma, 1999). Menurut Swasta dan

Irawan (1990), “periklanan merupakan bentuk presentasi dan promosi non

pribadi tentang ide, barang, dan jasa yang dibayar olehsponsor tertentu”,

Swasta, dan Irawan, (1990) menjelaskan bahwa maksud darisponsor diatas

adalah pihak-pihak yang bisa menjadi sponsor; yaitu tidak hanya perusahaan

saja, tetapi juga lembaga non laba (seperti; lembaga pemerintahan,

perguruan tinggi, dan sebagainya) dan individu-individu. Berdasarkan Kotler

(2002),“Periklanan adalah semua bentuk penyajian dan promosi

nopersonalatas ide, barang, atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan

sponsor tertentu”.Ralph S. Alexander dalam Jefkins (1997) dalam Pujiyanto

(2003) merumuskan dengan Association Marketing Association (AMA),

bahwa iklan menegaskan empat pokok batasan, yaitu; 1) penyajian gagasan

terhadap barang, yaitu suatu bentuk iklan yang ditampilkan berdasarkan

konsep produknya, 2) iklan ditujukan kepada kalayak, yaitu iklan dapat

menjangkau masyarakat kelompok besar yang dipersempit menjadi kelompok

pasar, 3) iklan mempunyai sponsor yang jelas, yaitu terciptanya iklan atas
21

pemrakarsa perusahaan yang membiayainya, 4) iklan dikenai biaya

penyajian, yaitu dalam penyebaran, penerbitan dan penayangan atas biaya

perusahaan.

Periklanan adalah bagian penting dari dari banyak strategi

pemasaran.Positioning dan komunikasi yang disampaikan melalui iklan

seringkali menentukan kejelasan dan waktu untuk usaha penjualan serta

promosilainnya.iklan tidak hanya merupakan elemen yang menentukan dari

bauran pemasaran (marketing mix) tetapi juga menghabiskan biaya yang sulit

dievaluasi. Ini disebabkan karena tidak mudah untuk menulusuri naiknya

tingkat penjualan yang terkait dengan keputusan beriklan.(Sumarwan, dkk

2013: 345).

Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan

kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai

pemenuhan kepuasannya. Agar iklan berhasil merangsang tindakan pembeli,

menurut Djayakusumah (1982) dalam Pujiyanto (2003) setidaknya harus

memenuhi kriteria AIDCDA yaitu: Attention : mengandung daya tarik, Interest:

mengandung perhatian dan minat, Desire : memunculkan keinginan untuk

mencoba atau memiliki, Conviction: menimbulkan keyakinan terhadap

produk, Decision: menghasilkan kepuasan terhadap produk, Action:

mengarah tindakan untuk membeli. Berdasarkan konsep AIDCDA, promosi

periklanan harus diperlukan pengetahuan yang cukup tentang pola perilaku,

kebutuhan, dan segmen pasar. Konsep tersebut diharapkan konsumen dapat

melakukan pembelian berkesinambungan.


22

Segala daya upaya iklan dengan gaya bahasa persuasinya berusaha

membuat konsumen untuk mengkonsumsi, yang tidak memperdulikan status

sosialnya. Menurut Kotler (2002), karena banyaknya bentuknya dan

penggunaannya periklanan, sangat sulit untuk membuat generalisasi yang

merangkum semuanya. Namun, sifat-sifat berikutnya dapat diperhatikan :

1. Presentasi umum, memberikan semacam kabsahan pada produk dan

menyarankan yang terstandardisasi.

2. Tersebar luas, periklanan adalah media yang berdaya sebar luas yang

memungkinkan penjual megulang pesan berkali-kali.

3. Ekspresi yang lebih kuat, memberikan peluang untuk mendramatisasi

perusahaan yang produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan

warna yang penuh seni.

4. Tidak besifat pribadi, audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan

atau menaggapi.

Adapun tujuan dalam periklanan menurut Kotler (1997) adalah

sebagai berikut:

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”informasi”. Biasanya


dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis
produk, tujuannya untuk membentuk permintaan pertama.
2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”Persuasif” Penting
dilakukan dalam tahap kompetitif. Tujuannya untuk membentuk
permintaan selektif untuk suatu merek tertentu.Periklanan
menjalankan sebuah fungsi ”Pengingat” Iklan pengingat sangat
penting bagi produk yang sudah mapan. Bentuk iklan yang
berhubungan dengan iklan ini adalah iklan penguat (Inforcement
advertising) yang bertujuan meyakinkan pembeli sekarang bahwa
mereka telah melakukan pilihan yang benar.
23

Menurut Bendixen (1993), untuk melakukan pendekatan kepada

kosumen dan agar pesan mudah diterima, perlu juga digunakan daya tarik

(appeals). Daya tarik yang digunakan dalam pesan iklan harus memiliki tiga

karakteristik :

1. Daya tarik itu berarti (meaningfull), yaitu menunjukkan manfaat


yang membuat konsumen lebih menyukai atau lebih tertarik
pada produk itu.
2. Daya tarik itu harus khas/berbeda (distinctive), harus
menyatakan apa yang membuat produk lebih baik dari produk-
produk pesaing.
3. Pesan iklan itu harus dapat dipercaya. Yang ketiga ini memang
tidaklah mudah karena pada umumnya banyak konsumen
yang meragukan kebenaran iklan.

Iklan yang berarti pesan yang menawarkan suatu produk yang

ditujukan kepada masyarakat melalui suatu media (Kasali, 1995) dalam

Pujiyanto (2003). Iklan merupakan sarana komunikasi terhadap produk yang

disampaikan melalui berbagai media dengan biaya pemrakarsa agar

masyarakat tertarik untuk menyetujui dan mengikuti (Pujiyanto, 2003). Iklan

merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik

minat khalayak, orisinal, serta memilikikarakteristik tertentu dan persuasif

sehingga para konsumen atau khalayak secara suka rela terdorong untuk

melakukan sesuatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan pengiklan

(Jefkins, 1997) dalam Pujiyanto (2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo, dan Mudiantono (2005).

Upaya meningkatkan kinerja pemasaran dapat secara optimal dicapai apabila

perusahaan memiliki keunggulan bersaing. Untuk memperoleh keunggulan

bersaing, perusahaan membutuhkan pengetahuan mengenai segmentasi


24

pasar, periklanan, dan ekuitas merek. Hasil dari penelitian ini adalah adanya

pengaruh yang signifikan antara variabel periklanan terhadap kinerja

pemasaran.

Menurut Wells, Burnett, dan Moriarty (1995) dalam Dwityanti (2008),

melalui iklan, orang dapat mempunyai opini yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap produk yang diiklankan. Selain itu mereka juga

mengatakan bahwa iklan mampu menciptakan daya tarik yang dapat

membuat produk yang diiklankan menjadi menarik bagi konsumen. Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Kopalle dan Lehman (1995) dalam Navarone

(2003) tentang pengaruh pengiklanan terhadap kesuksesan produk,

dinyatakan bahwa pengaruh pengiklanan dapat menarik minat merawat kulit

konsumen, serta menumbuhkan prioritas membeli konsumen dan pembelian

ulang konsumen. Sebuah iklan itu harus berani menawarkan suatu

kreativitas, agar dimata konsumen terlihat berbeda atau unik dari iklan-iklan

yang lainnya dan dalam penyampaian pesan pun harus jelas dan terarah.

Dan agar dapat menciptakan daya tarik tersendiri terhadap produk yang di

iklankan tersebut, sehingga akan terciptanya minat konsumen untuk membeli

produk tersebut.

3. Pengetahuan Kosmetika

Pengetahuan didefinisikan sebagai akumulasi pengalaman yang

dimiliki seorang manusia. Menurut Munir pengetahuan dapat diartikan

sebagai suatu sistem yang bersifat mengembangkan proses berpikir

(rasional) dengan tujuan menyusun teori-teori tentang hubungan sebab


25

akibat (kausalitas). Sedangkan William F.Ogbum dan Meyer F.Nimkoff

mendefinisikan pengetahuan sebagai berikut :

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil


penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (beliefs), takhyul (superstitions), dan penerangan-
penerangan yang keliru (misinformations).

Menurut Benjamin Bloom, kecakapan berpikir pada manusia dapat

dibagi dalam 6 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Tingkatan terendah adalah pengetahuan yang

menekankan pada proses mental dalam menghafal atau mengingat kembali

dan mnegungkapkan kembali informasi-informasi secara tepat sesuai dengan

apa yang telah mereka peroleh sebelumnya.

Disisi lain, Robert M.Gagne mengemukakan bahwa pengetahuan

adalah kerangka informasi mengenai fakta-fakta yang tersusun secara teratur

sehingga mempunyai arti atau makna dan dapat diterapkan. Pengetahuan

tersebut tersimpan dalam ingatan dan dapat digali atau dapat kembali pada

saat dibutuhkan. Oleh karena itu, pengetahuan terbentuk setelah seseorang

melakukan pengamatn melalui alat-alat inderanya terhadap berbagai

fenomena lingkungannya. Seseorang mengelola berbagai pengalaman yang

diperoleh dalam lingkup kognitif menjadi sesuatu informasi yang tersusun

secara teratur dan bermakna serta tersimpan dalam memori.

Mohammad Adiany mendefinisikan pengetahuan sebagai berikut :

Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan


terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,
persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dari alam sekitarnya.
26

Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,


dan pikiran-pikiran.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Sedangkan William F. Ogbum

dan Meyer F. Nimkoff dalam Soerjono Soekanto mengemukakan :

Penegtahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil


penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan
kepercayaan (beliefs), takhyul (superstition), dan penerangan-
penerangan yang keliru (misinformations).

Seseorang mendapatkan penegtahuan dilakukan melalui proses yang

diawali indera pengamatan yang sifatnya hanya mengisi kepuasan darn

keinginan untuk tahu. Berdasarkan tujuannya pengetahuan dikategorikan

menjadi tiga, yaitu : (1) kategori kognitif; (2) afektif; dan (3) psikomotorik,

pada kategori kognitif orang hanya dituntut dalam segi kemampuan secara

individual terhadap dunia yang ada disekitarnya yaitu pengembangan

intelektual atau mental.

Dalam bukunya Soekidjo menjelaskan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyaienam tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam penegtahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja unut mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari
27

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2) Pemahaman (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisi (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

sesuatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

memebedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.


28

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk keada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Peilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan tentang kosmetika dapat membantu dalam menentukan

kosmetika yang akan digunakan. Konsumen haruslah selektif dalam memilih

produk kosmetika agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih kosmetik

sehingga dampak negatif dari penggunaan kosmetika dapat dihindarkan.

Kosmetika merupakan kebutuhan yang penting peranannya dalam bidang

kecantikan untuk keindahan tubuh manusia. Peraturan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tentang Persyaratan

Teknis Kosmetika (2011:2) menjelaskan bahwa:

Bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian


luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar) atau gigi, membrane mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau
memperbaiki badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
29

Kosmetika yang beredar di pasaran sangat beragam baik merek, jenis,

kegunaannya, maupun warna dan bentuknya, sehingga sering

membingungkan para konsumen dalam pemilihan kosmetik. Tranggono

(2007:8) mengatakan bahwa “penggolongan kosmetik menurut

penggunaanya bagi kulit terbagi dalam 2 jenis yaitu: (1) kosmetik perawatan

kulit (skin-care cosmetic), merupakan kosmetika untuk memelihara, merawat

dan mempertahankan kondisi kulit (2) kosmetik riasan (dekoratif atau make

up), merupakan kosmetika untuk memperindah wajah”. Kosmetika

merupakan salah satu produk yang digunakan rutin dan terus-menerus

dikalangan wanita dan pria disegala usia. Salah satu pengguna kosmetika

adalah kalangan muda yang menempuh pendidikan diperguruan tinggi yang

disebut juga mahasiswi. Mahasiswi sebagai konsumen yang menggunakan

produk kosmetika tentulah karena adanya daya tarik kosmetika yang

dibelinya. Dengan harapan semua produk kosmetika tersebut bisa membuat

penampilan menjadi cantik dan menarik. Namun keinginan untuk

berpenampilan menarik dengan kosmetika tidak diikuti dengan pengetahuan

yang memadai tentang produk kosmetika akibatnya terkadang penggunaan

kosmetika justru memberikan efek negatif bagi kulit.

Kosmetika perawatan kulit wajah maupun kosmetika riasan wajah dapat

memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap kulit jika

kurang baik bahan-bahan serta cara pengolahannya. Hayatunnufus

(2009:37-38) menjelaskan akibat atau pengaruh yang ditimbulkan kosmetika

terhadap kulit ada dua macam yakni:


30

(1) pengaruh positif, pemakaian kosmetika diharapkan kulit menjadi


bersih, sehat dan segar serta menjadi lebih muda. Hal ini akan
dapat dicapai dengan cara pemilihan kosmetika yang tepat sesuai
dengan jenis kulit dan teknik/cara pemakaian yang tepat serta
teratur dan
(2) pengaruh negatif, pengaruh negatif sangat tidak diharapkan dan
tidak diinginkan terjadi, karena akan menimbulkan kelainan-
kelainan pada kulit, mungkin saja kulit menjadi gatal-gatal,
kemerahan, bengkak-bengkak ataupun timbul noda-noda hitam.

Sekarang ini telah banyak produk kosmetika yang beredar di pasaran

dengan berbagai macam merek dan bentuk.

B. Penelitian Relevan

1. Salah satu penelitian yang relevan dan mendukung adalah penelitian

yang telah dilakukan Astuti (2013) bahwa perilaku konsumsi yang

ditunjukkan oleh ibu rumah tangga selalu berlebihan tidak berdasarkan

apa yang dibutuhkan. Mereka membeli barang berdasarkan atas

kesukaan dan ketertarikan terhadap model barang,

mempertimbangkan harga bukan mempertimbangkan manfaat,

pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan, mengkonsumsi barang

dengan harga yang tinggi untuk meningkatkan rasa percaya diri,

menjaga status, dan menjaga gengsi.

2. Penelitian mengenai pengaruh iklan terhadap minat merawat kulit juga

dilakukan oleh Yuliadi (2008), variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kualitas produk, harga dan kualitas pelayanan.

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah pelanggan kartu

berbayar XL. Kemudian teknik analis data yang digunakan adalah


31

analisis regresi. Hasil menunjukkan bahwa variabel bebas seperti

kualitas produk, harga dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan

terhadap minat merawat kulit.

3. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan Resti Melda (2007),

menyatakan bahwa persepsi terhadap iklan, persepsi terhadap

produk, persepsi terhadap merek secara bersama – sama

mempunyai hubungan yang signifikan dalam membentuk minat

merawat kulit konsumen terhadap iklan.

4. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Dwi Febri (2010) yang

membahas tentang“Pengaruh iklan sabun mandi terhadap minat

beli mahasiswi managemen Universitas Malang” menjelaskan bahwa

variabel bebas yang digunakan adalah kualitas produk, harga dan

kualitas pelayanan. Penelitian ini menggunakan sampel 100

responden dengan teknik random sampling. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama – sama dapat

mempengaruhi minat merawat kulit konsumen.

C. Kerangka Teoritik

1. Hubungan Tayangan Iklan di Televisi dengan Pengetahuan

Kosmetika Perawatan Kulit Wajah

Periklanan banyak yang dirancang untuk mempromosikan dan

memperkenalkan produk – produk baru dari suatu masyarakat

kemasyarakat lain, seringkali ini menyebabkan perubahan radikal

dalam gaya hidup, pola perilaku masyarakat dan lain sebagainya,


32

misalnya adopsi makanan cepat saji, pakaian kasual atau

kesehatan dan produk kecantikan (Sutandang, 2005:23).Jika

meluangkan waktu mengamati iklan – iklan yang muncul atau saat

menyelingi acara ditelevisi, sebagian besar diantaranya hampir

dipastikan berisi iklan produk perawatan kecantikan untuk wanita.

Produsen kosmetik menggunakan motif yang terdapat dalam diri

wanita atau keunggulan dari produk tersebut untuk mengiklankan

produknya. Menurut Schifman (2004:62) menjelaskan bahwa

pesan-pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka

kita harus menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong

perilaku konsumen. Oleh karena itu banyak perusahaan yang

memproduksi kosmetik dengan berbagai macam inovasi produk

dengan kualitas tinggi. Dalam upaya pemenuhan

kebutuhannya, seseorang akan memilih produk yang dapat

memberikan kepuasan tertinggi. Secara khusus faktor – faktor yang

menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda,

tetapi secara umum faktor seperti atribut produk itu sendiri, harga

dari produk dan cara untuk mendapatkan produk sering kali menjadi

pertimbangan.

2. Hubungan Pengetahuan Kosmetika Perawatan Kulit Wajah

dengan Minat merawat kulit Mahasiswa

Perilaku konsumtif adalah perilaku yang ditunjukkan dengan

mengkonsumsi barang atau jasa bukan berdasarkan kebutuhan atau


33

manfaat dari komoditi tersebut tetapi lebih kepada keinginan. Hasil

penelitian yang dilakukan Wagner (2009) menunjukkan bahwa perilaku

konsumtif disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah

keterdedahan terhadap media massa. Salah satu media massa yang

memiliki pengaruh kuat bagi khalayak adalah televisi.

3. Hubungan Tayangan Iklan di Televisi dengan Pengetahuan

Kosmetika Perawatan Kulit Wajah dengan Minat merawat kulit

Mahasiswa

Iklan di televisi bisa menjadi sarana bagi khalayak untuk

mendapatkan informasi mengenai produk, seperti harga dan

keunggulan produk, dan juga sebagai sarana hiburan untuk khalayak.

Iklan juga dapat mendorong perilaku konsumtif. Hasil-hasil penelitian

menunjukkan bahwa iklan mendorong perilaku konsumtif karena

keputusan khalayak untuk membeli suatu produk atau jasa tidak

secara rasional terutama masyarakat perkotaan. Dampak tayangan

iklan bisa dikaji dengan menggunakan kerangka keterkaitan antara

variabel.Hal ini karena kemunculan dampak iklan televisi tergantung

pada penilaian mereka terhadap tayangan iklan tersebut. Penilaian

dalam hal ini ditentukan oleh kekuatan iklan yang mampu

mempengaruhi khalayak. Penilaian khalayak terhadap tayangan iklan

komersial dikaji dengan menggunakan variabel kualitas tayangan

iklan.Kemunculan dampak iklan televisi di kalangan khalayak juga

diduga berhubungan dengan pengetahuan kosmetika terhadap


34

tayangan iklan komersial televisi dan penilaian khalayak terhadap

tayangan iklan televisi tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir, dapat di kemukakan

hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi dengan

pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah

2. Terdapat hubungan positif antara pengetahuan kosmetika perawatan

kulit wajah dengan minat merawat kulit

3. Terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi dan

pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah dengan minat merawat

kulit.
35

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini aalah untuk mengetahui

hubungan positif antara:

1. Tayangan iklan di televisi dengan pengetahuan kosmetika

perawatan kulit wajah.

2. Tayangan iklan di televisi dengan minat merawat kulit pada

mahasiswa.

3. Pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah dengan minat

merawat kulit pada mahasiswa.

4. Tayangan iklan di televisi dan pengetahuan kosmetika perawatan

kulit wajah dengan minat merawat kulit pada mahasiswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Program Studi S1 Pendidikan Tata Rias

Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta pada angkatan 2017 semester

103.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September – Desember 2018.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kuantitatif asosiatif dengan

menggunakan teknik atau model analisis korelasi multipel.Penelitian ini dapat

dikatakan menggunakan data kuantitatif karena data yang digunakan

berbentuk angka dan data kuantitatif yang diangkatkan (skoring). Penelitian

asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

35
36

antara dua variabel atau lebih (Sofyan Siregar, 2014:7).Dengan demikian

dapat didefinisikan bahwa penelitian kuantitatif asosiatif adalan pelitian yang

menggunakan data berbentuk angka yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan dua variabl atau lebih. Data kuantitatif dapat dikelompokn menjadi

dua, yang pertama data diskrit yaitu daa yang diperoleh ari hasil menghitung

atau membilang data ii sering disebut data nomina, sedangkan yang kedua

adalah data kontinum yaitu data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang

dikelompokan menjadi tiga yaitu data ordinal, interval, dan rasio.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei

dnegan teknik korelasional untuk memperoleh informassi tentang masing –

masing variabel yang berhubungan satu sama lain. Penelitian survei adalah

penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus)

terhadap variabel yang diteliti. Ada tiga variabel yang di teliti yaitu: variabel

bebas idependent variabelterdiri dari dua variabel yaitu: Tayangan iklan di

Televisi (𝑋1 ) dan Pengetahan Kosmetika perawatan kulit wajah (𝑋2). Variabel

terikat atau dependent variabelyaitu: minat merawat kulit pada mahasiswa

(Y). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau

kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2001). Berkaitan dengan

penelitian ini, variabel penelitian yang terdiri dari variabel dependen dan

variabel independen diuraikan sebagai berikut :


37

1) Variabel dependen (Y) adalah variabel yang menjadi pusat

perhatian peneliti. Dalam script analysis, nuansa sebuah

masalah tercermin dalam variabel dependen. Hakekat sebuah

masalah (the nature of a problem) mudah terlihat dengan

mengenali berbagai variabel dependen yang digunakan dalam

sebuah model. Variabilitas dari atau atas faktor inilah yang

berusaha untuk dijelaskan oleh seorang peneliti (Ferdinand,

2006). Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan

adalah minat beli.

2) Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen. Baik yang pengaruhnya positif maupun

yang pengaruhnya negatif. Dalam script analysis, akan terlihat

bahwa variabel yang menjelaskan mengenai jalan atau cara

sebuah masalah dipecahkan adalah tidak lain variabel-variabel

independen (Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini, variabel

independen yang digunakan adalah kualitas produk, daya tarik

iklan, dan harga.

Hubungan ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

𝑋1

𝑋2
38

Keterangan:
Tayangan iklan di Televisi (𝑋1 )
Pengetahan Kosmetika perawatan kulit wajah (𝑋2)
Minat merawat kulit pada mahasiswa (Y)
Model kausal di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.(𝑋1 ) → (𝑋2)

Artinya bahwa variabel 𝑋1 berhubungan dengan variabel 𝑋2 dengan

kata lain tayangan iklan berhubungan dengan pengetahuan kosmetika.

2.(𝑋2 ) → (Y)

Artinya bahwa variabel 𝑋2 berhubungan dengan variabel Y dengan

kata lain pengetahuan kosmetika berhubungan dengan minat merawat kulit

pada mahasiswa.

3.(𝑋1 ). (𝑋2) →(Y)

Artinya bahwa variabel .(𝑋1 ). (𝑋2) berhubungan dengan variabel Y

dengan kata lain tayangan iklan di televisi dan pengetahuan kosmetika

berhubungan dengan minat merawat kulit pada mahasiswa.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk

peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang

menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai

sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi target

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pendidikan tata rias angkatan


39

2017 di fakultas teknik universitas ngeri jakarta. Untu lebijelasnya

berikut data jumlah siswa dan kelas.

No. Kelas Jumlah Siswa


REGULER
1. S1 Pendidikan Tata Rias 56
2. D3 Pendidikan Tata Rias 20
NON REGULER
1. S1 Pendidikan Tata Rias 40
2. D3 Pendidikan Tata Rias 10
JUMLAH 126

2. Sampel

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota

populasi.Subset ini di ambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin

kita meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu kita membentuk

sebuah perwakilan yang disebut sampel (Ferdinand, 2006).Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan nonprobality sampling, yaitu teknik pengambilan ampel yang

tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

2014:67).Sampel penelitian iniadalah sampling Sistematis, yatu jenis

smpel yang teknik pengambilannya berdasarkan urutan anggota

popuasi sesuai dengn nomer urut absensi alam tiap kelas.


40

Oleh sebab itu penulis menggunakan teknik pengambilan sampel

yang dirumuskan oleh Widiyanto, (2008):

𝑵
n=
𝟏+𝑵 𝒆𝟐
Dimana
n: sampel
N: populasi
𝑒 2 : margin kesalahan (0,05)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang

digunakan adalah 23 mahasiswa sebagaisampel penelitian.

E. Teknik Pemngambilan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi dua macam yaitu :

1. Kuesioner

Kuesioner atau daftar pertanyaan merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan-pertanyaan

yang sifatnya tertutup dan harus diisi oleh responden dengan cara

memilih salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan terbuka,

misalnya menanyakan nama responden, tempat tinggal responden,

usia responden. Dan menggunakan pertanyaan tertutup, yaitu

meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang telah

disediakan dari setiap pertanyaan. Dalam penelitian ini, pertanyaan-

pertanyaan tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1 sampai 10


41

untuk mendapatkan data yang bersifat interval, dan diberi nilai sangat

tidak setuju atau sangat setuju. Contoh kategori agree-disagree scale:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sangat Tidak Setuju Sangat setuju

2. Studi Kepustakaan

Merupakan pengumpulan data dengan tujuan untuk mengetahui

berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian, diantaranya berasal dari buku, majalah,

jurnal, ataupun berbagai literatur yang relevan dengan penelitian ini.

3. Instrumen Minat merawat kulit

a. Definisi Konseptual

Minat adalah keenderungan responden untuk bertindak sebelum

benar – benar dilaksanakan.

b. Definisi Operasinal

Sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek

atau mengambil tindakan yangberhubungan dengan pembelian

yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan

pembelian.

c. Jenis Insrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel minat merawat

kulit pada mahasiswa adalah Instrumen Tes. Menurut Arikunto

(2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat


42

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau

kelompok.

d. Pengujian Validitas

Pengujian validitas item-item pertanyaan dalam kuesioner

bertujuan mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar

mengukur konsep-konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini

dengan tepat. Butir-butir pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

dan dipadukan dengan penjabaran atas definisi teoritis dari

variabel yang digunakan dalam penlitian ini. Hal ini memberikan

dukungan bahwa butir-butir pengukuran yang dijadikan indikator

konstruk terbukti memiliki validitas isi (content validity) yaitu butir-

butir pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang mencukupi

dan representative yang telah sesuai dengan konsep teoritis

(Cooperdan Schindler, 2006: 318).

4. Instrumen Tayangan Iklan Televisi

a. Definisi Konseptual

Peyampaian pesan-pesan penjualan yang diarahkan kepada

masyarakat melalui cara-cara persuasif yang bertujuan menjual

barang, jaa atau ide.


43

b. Definisi Operasinal

Tayangan iklan di televisi adalah skor yang diperoleh responden

terhadap tayangan iklan di televisi setelah mengisi kuesioner yang

terdiri dari 35 butir pertanyaan dengan empat alternatif jawaban

yang dikembangkan dengan skala likert dengan pembobotan

terhadap pilihan jawaban pertanyaan sangat setuju = , setuju = 3,

tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju = .

Instrumen penelitian diukur melalui dimensi empati.

c. Kisi – kisi Instrumen

d. Jenis Insrumen

Jenis instrumen yang digunakan untuk mengukr efektifitas

tayangan iklan di televisi adalah jenis istrumen kuesioner.Bentuk

kuesioner dibuat menggunakan skla bertingkat.


44

e. Pengujian Validitas

Soekdjo Notoatmojo mendefinisikan validitas sbbagai suatuindeks

yang menujukan alatukur itu benar – benar mengukur apa yang di

ukur.

5. Instrumen Pengetahuan Kosmetika

a. Definisi Konseptual

Dalam penelitian inni merupakan pengetahuan mahasiswa tentng

kosmetika perawatan kulit wajah meliputi definisi, sifat, jenis,

golongan, manfaat, kebutuhan.

b. Definisi Operasinal

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk

digosokan, dilekatkan, dituangkan, dipercikan, disemprotkan

pada, dimasukan ke dalam, dipergunakan pada badan atau

bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,

memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan

tidak termasuk goongan obat.

c. Kisi – kisi Instrumen


45

d. Jenis Insrumen

Instrumen yang digunakan untuk menilai pengetahuan kosmetika

mahasiswa adalah instrumen jenis kuesioner. Bentuk kuesioner

yang dibuat sebagai instrumen menggunakan skala Guttman, yaitu

kuesioner yang dilengkapi denganua pilihan jawaban yaitu bena

dan salah.

e. Pengujian Validitas

Instrumen yang dibuat peneeliti diperiksa oleh duaorang dosen

pembimbing dan kemudin dilakukan pengujian validitas oleh dua

orang ahli.

F. Teknik Analisis Data

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berkaitan dengan

hubungan antara variabel-variabel penelitian ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan. Menurut Sugiyono (2013:

206) yang dimaksud dengan analisis data adalah sebagai berikut :

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh


responden terkumpul.Kegiatan dalam analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden
menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden
menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.”

Dalam melakukan analisis data diperlukan data yang akurat yang

nantinya akan digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data

yang akan dianalisis merupakan data hasil pendekatan survey lapangan.

Untuk menganalisis data deskriptif dari masing-masing variabel dengan


46

menggunakan skor ideal sedangkan untuk analisis asosiatif. Peneliti

menggunakan metode asosiatif untuk melihat hubungan kausal (sebab-

akibat) antara variabel bebas (penyebab munculnya variabel terikat) dengan

variabel terikat (menjadi akibat karena adanya variabel bebas).Analisis ini

digunakan untuk membahas data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka.

Analisis data penelitian dilakukan dengan prosedur statistik

menggunakan SPSS for Windows.Analisis data kuantitatif difokuskan pada

analisis deskriptif,hubungan antar variabel.

1. Analisis Deskriptif:

Dilakukan untuk mendeskripsikan keragaan karakteristik

responden, keterdedahan iklan, penilaian responden tentang iklan,

dan perilaku konsumtif. Beberapa prosedur statistika yang

digunakan meliputi : rataan, standar deviasi, nilai maksimum dan

minum, serta frekuensi dan distribusi.

2. Analisis Hubungan:

Dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

penelitian, dengan menggunakan prosedur korelasi Rank-Spearman

dan Chi-Square sebagai berikut:

a. Uji korelasi Rank-Spearman

Uji Rank-Spearman digunakan untuk melihat

keterhubungan antar variabel dependen dengan variabel

independen, diutamakan skala ordinal. Rank-Spearman

untuk menguji hubungan keterdedahan terhadap


47

tayanganiklan televisi dengan penilaian terhadap tayangan

iklan, dan mengidentifikasi faktor perilaku konsumtif. Rumus

Rank-spearman sebagai berikut :

Keterangan :
rs= rank-Spearman
di = determinan
n = jumlah data atau sampel

b. Uji korelasi Chi-square:

Uji Chi-square digunakan untuk melihat keterhubungan

antar variabel mengandung variabel skala nominal, yaitu

menguji hubungan variabel karakteristik individu, dengan

variabel keterdedahan terhadap tayangan televisi.

Rumus chi square sebagai berikut:

Keterangan :

X2= Chi Squareobservasi


O= frekuensi observasi
E = frekuensi harapan

Contingency Coefficient digunakan untuk mengetahui

kuatnya hubungan antar variabel dengan data nominal.

Rumus Contingency Coefficient sebagai berikut:


48

Keterangan:
Cc= Contingency coefficient
Χ2= Chi kuadrat
n = banyaknya observasi

Korelasi dapat menghasilkan angka positif atau negatif.

Korelasi yang menghasilkan angka positif menunjukan

hubungan yang searah antara dua vaeriabel yang diuji

sedangkan korelasi yang menghasilkan angka negative

menunujukkan hubungan yang tidak searah antar dua

variabel yang diuji . Kriteria tingkat keeratan hubungan yang

diungkapkan Guilford (1956) dalam Rakhmat (2005):

<,20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali

0,20-0,40 : Hubungaan rendah tetapi pasti

0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti

0,70-0,90 : Hubungan yang tinggi; kuat

>0,90 :Hubungan yang sangat tinggi;kuat sekali,

dapat diandalkan

G. Hipotesis Statistika

Berdasarkan kerangka berpikir maka dapatdiajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama:

𝑯𝟎: 𝝆𝒀𝟏 ≤ 𝟎

𝑯𝟏: 𝝆𝒀𝟏 > 0


49

𝑯𝟎: tidak terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi

dengan pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah pada

mahasiswa

𝑯𝟏: terdapat hubungan positif antara tayangan antara tayangan

iklan di televisi dengan pengetahuan kosmetika perawatan kulit

wajah pada mahasiswa

2. Hipotesis kedua:

𝑯𝟎: 𝝆𝒀𝟑 ≤ 0

𝑯𝟏: 𝝆𝒀𝟑 > 0

𝑯𝟎: tidak terdapat hubungan positif antara pengetahuan kosmetika

perawtan kulit wajah dengan minat merawat kulit pada mahasiswa

𝑯𝟏: terdapat hubungan positif antara pengetahuan kosmetika

perawtan kulit wajah dengan minat merawat kulit pada mahasiswa

3. Hipotesis ketiga:

𝑯𝟎: 𝑹𝒀𝟏𝟐 ≤ 0

𝑯𝟏: 𝑹𝒀𝟏𝟐 > 0

𝑯𝟎: tidak terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi

dan pengetahuan kosmetika perawtan kulit wajah dengan minat

merawat kulit pada mahasiswa

𝑯𝟏: terdapat hubungan positif antara tayangan iklan di televisi dan

pengetahuan kosmetika perawtan kulit wajah dengan minat

merawat kulit pada mahasiswa


50

Keterangan:

𝑯𝟎: Hipotesis Nol

𝑯𝟏: Hipotesis Alternatif

𝝆𝒀𝟏 : korelasi antara tayangan iklan di televisi dengan minat

merawat kulit

𝝆𝒀𝟐 : korelasi antara pengetahuan kosmetika perawatan kulit wajah

dengan minat merawat kulit

𝑷𝑹𝒀𝟏𝟐 : korelasi antara tayangan iklan ditelevisidan pengetahuan

kosmetika perawatan kulit wajah secara bersama - sama dengan

minat merawat kulit pada mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai