Kekayaan cakrawala budaya Tatar Sunda tak hanya termasyur lewat Tata Rias
Pengantin dan busana yang khas, namun juga upacara pernikahan adatnya yang
unik dan penuh makna. Dahulu prosesi pernikahan adat hanya dilaksanakan oleh
para bangsawan atau ningrat dilingkungan tembok istana. Belakangan, budaya
merambah keluar tembok istana lewat para abdi dan punggawa. Ketika zaman
kerajaan sudah pudar, adat budaya itu sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Dengan perkembangan kebudayaan dan kemajuan tehnologi, Tata Rias dan Busana
Pengantin Sunda telah banyak berubah dibandingkan zaman dulu, namun garis
besar upacara dan makna riasan tetap sama.
Saat ini kita mengenal adanya Tata Rias Pengantin dan model Busana Pengantin
Sunda yang telah dikukuhkan, diantaranya Sunda Putri, Sunda Siger, Soreang
Endah, Santana Inten Kedaton Galuh Ciamis, Keprabon Inten Kedaton Galuh
Ciamis, Cirebon Kebesaran, Cirebon Pangeranan, Abah-abah Bondan Cirebon,
Sumedang larang, Garut Kebesaran RA. Lasminingrat dan lainnya. Dari sisi
pendidikan, keterampilan seorang perias harus diuji kemampuannya dalam merias
pengantin tersebut melalui uji kompetensi. Oleh karena itu Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan Provinsi dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan upaya pembakuan. Penggalian Tata
Rias Pengantin serta busana pengantin tidak terlepas dari peran Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata sebagai wadah pelestarian budaya bangsa.
Bogor pada zaman dahulu merupakan pusat sebuah kerajaan yaitu Kerajaan
Pajajaran, setara dengan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya, pada saat
zamannya itu sudah memiliki Tata Rias dan Busana Pengantin nya. Melihat dari
silsilah tersebut sudah sepantasnya kalau Kota Bogor pun memiliki model
pengantin yang khas dan dibakukan.
Penggalian Tata Rias dan Busana Pengantin Khas kota Bogor ini telah lama
dilakukan oleh HARPI MELATI DPC Kota Bogor. Berkat saran dari Ketua Harpi DPD
Jawa Barat, Ibu Hj. Euis Bain, M.Pd. Dipl. Cidesco, upaya penggalian ini
mendapat bantuan dari Saudara Kannu Professional Make Up Artis dan
Narasumber Nasional Tata Rias Pengantin dan Saudara Oke, pemerhati busana
daerah yang berdomisili di Kota Bogor.
Setelah melalui serangkaian diskusi dan musyawarah diantaranya dengan Pelindung
Harpi Melati Kota Bogor, Ibu Hj. Fauziah Diani Budiarto, pada tanggal 05 Mei 2013
berlanjut 26 Februari 2014 bersama beberapa budayawan dan sejarawan Bogor
diantaranya Bapak Herman dan Bapak Eman Sulaeman, Bapak Siswaya dari
Batik Bogor “Tradisiku”, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Budaya serta
mengacu pada sejarah Tatar Sunda, khususnya Kerajaan Pakuan Pajajaran, kami
Sepakat menamai Pengantin khas Bogor adalah “SEKAR KANCANA PAKUAN”
Seiring berkembangnya waktu, kini tata rias pengantin Sunda telah banyak
mengalami perkembangan diselaraskan dengan nuansa busana, sehingga
terlihat semakin kaya dan menarik.
c. Ronce Bunga
i. Kalung Muncang Sari
ii. Omyok Keris, 5 untai (5 dara), tiap untai 12 gendul+kantil
putih, gunungan keris 9-10 cm dengan cincin 12 gendul 5 dara.
Busana Pengantin untuk perempuan adalah kain dan kebaya. Kain adalah sehelai
bahan berukuran 225 X 100 cm, terbuat dari batik , dilukis dan dipakai dari batas
pinggul sampai tumit. Sedangkan kebaya adalah sebuah blus berbahan beludru
berlengan panjang yang dipakai disebelah luar kain.
Warna “Ungu” merupakan gabungan dari 4 warna dan mengandung arti, Putih
memiliki arti dasar dari jiwa manusia yang suci dan tulus, Kuning berarti kebesaran
dan keagungan, Merah memiliki arti berani atau tidak takut terhadap apapun atau
berati pula kemurkaan dari luapan emosi dan amarah dan Hitam berarti kejahatan
dari kegelapan hati yang suci.
Dapat disimpulkan bahwa warna Ungu memiliki arti sifat-sifat yang ada dalam
manusia yang sebetulnya berjiwa suci, tulus serta berani, namu terkadang
keberanian yang berlebihan dapat menimbulkan kemurkaan dari luapan emosi dan
amarah yang pada akhirnya, manusia tersebut bisa melakukan kejahatan yang
diliputi kegelapan didalam hati.
Batik asli kota Bogor mempunyai motif yang banyak mengandung filosofi, kain batik
“ Motif Ragen Panganten”, digunakan untuk pengantin wanita, yang mempunyai
arti “Pasangan” yaitu menjadikan sepasang-sepasang
(Sunda-sajodo-sajodo/pelakeun papasangan.
“Banyak Ngantrang” adalah suatu nama tertinggi untuk pakaian seorang raja, yang
saat itu digunakan oleh Prabu Siliwangi saat menjadi “Sri Baduga”, yaitu acara
penobatan sebanyak dua kali (pertama saat penobatan di Kawali kedua saat
penobatan di Bogor).
Motif batik Pakuan Pajajaran “Banyak Ngantrang” mempunyai warna dasar kain
ungu, Warna Ungu ini sebagai lambang Dunia Pajajaran.
Motif ini mempunyai ciri khas yang cukup menonjol, yaitu “Manuk Julang”,
berwarna Emas/Coklat perlambang burung yang mempunyai jelajah jauh dan
terbang tinggi serta species burung purba (hanya terdapat di Ujung Kulon dan Hutan
Sancang), “Kembang Cangkok Wijayakusumah” merupakan lambang bunga
seorang ratu, berwarna pink, merah atau putih serta tergambar “Kembang Loa”
yang berasal dari Pohon Loa yang mempunyai warna merah, “Kembang
Kacapiring”, merupakan tanaman hias yang pada waktu itu selalu dipakai untuk
menghiasi Bale Gede (Pendopo Kerajaan Pajajaran)
b. Perhiasan
i. Siger terdiri atas :
1. Bagian atas siger terdiri atas 3 lempengan daun
muncang yang melambangkan tiga sifat Dewa, yaitu
keabadian, kemandirian, dan keadilan.
2. Bagian bawah siger berderet “Nyiyan Samida”, yang
bermakna melestarikan hutan tutupan yang ditanami
kayu Samida untuk upacara ngahiyangkeun.
3. Bagian tengah siger terpasang bunga Teratai bermata
ungu, yang melambangkan Talaga Rena Mahawijaya.
4. Permata Berjajar dibagian depan siger, yang
melambangkan “ngabalay”, yaitu memperkeras jalan
dengan batu-batuan, untuk membuat parit pertahanan
sepanjang 3 Km pada tebing Sungai Cisadane, yaitu
nu nyusup na Pak Wan, yang mengandung arti
melindungi serangan dari luar.
ii. Kalung Permata (colleir)
iii. Bros rante susun 3
iv. Gelang bermata 1 pasang
v. Giwang Panjang
vi. Kembang Tanjung, sebanyak 17 buah, berfilosofi mayoritas
penduduk kota Bogor adalah muslim, sehingga dalam
menjalankan shalat lima waktu terdapat 17 rakaat.
vii. Cincin 1 pasang
b. Perhiasan
KEPRABON :
i. Mahkota sesuai yang dipakai Sri Baduga Maharaja dan pada
bagian tengah depan bermata ungu,
ii. Kalung emas
iii. Sepasang Binggel Kana (gelang emas)
iv. Benten motif daun muncang
v. Sebentuk Cincin bermata keunguan
vi. Keris sebagai lambang ksatria dan historis kepahlawanan.
MEMBUAT SANGGUL
1. Nama sanggul
a. Gelung nyungcung
b. Sasakan membulat diatas daun telinga
c. Memasang cemara dengan jarak 8 jari dari anak rambut depan
2. Memasang Kembang untuk sanggul
a. Mayangsari adalah bunga rangkaian bunga kecil pendek (tidak
menyentuh bahu) yang dipasang dibelakang telinga sebelah kiri.
b. Mangle Susun adalah rangkaian bunga panjang yang dipasang di
belakang telinga sebelah kanan, menjuntai sebatas pinggang.
c. Mangle Pasung adalah hiasan bunga yang berjumlah 5 dipasang
dibelakang sanggul diberi intiran melati pepeujitan/ usus-ususan lebih
kurang 45 cm, diberi ujung kantil
d. Pinti adalah roncean seperti bando dipasang di depan.
3. Memasang perhiasan sanggul
a. Siger dipasang dibawah anak rambut depan 3 jari diatas alis
b. 17 kembang tanjung memutari sanggul nyungcung
c. 1 panetep dipasang pada bagian depan atas sanggul menghadap
keatas.
MERONCE BUNGA
1. Elar
2. Muncang sari
3. Pastir (Pasung & Intir ujung kantil)
TATA RIAS PENGANTIN KOTA BOGOR
“SEKAR KANCANA PAKUAN”
NORMA PENILAIAN UJIAN PRAKTIK
Kesalahan Mutlak
a. Tidak menggunakan alas bedak dan bedak.
b. Tidak membuat alis
c. Perona/bayangan mata bukan emas, ungu dan krem.
Warna bayangan mata terbalik
d. Tanpa Perona pipi
e. Tanpa perona bibir
f. Tanpa godeg/godeg menghadap kebelakang.
g. Tanpa seureuh tumbal berbentuk turih wajit.
Seureuh tumbal dibuat dari pencil/stiker berwarna hijau.
Cara Melaksanakan
a. Menyisir rambut
1. Rambut disisir dan dibagi
2. Rambut disasak
3. Membentuk jabing diatas daun telinga
4. Memasang cemara dengan jarak 8 jari dari anak rambut depan dan
dibuat sanggul nyungcung tanpa isi (subal)
5. Untuk mengetatkan dapat digunakan harnal dan jepit rambut tetapi
tidak boleh kelihatan.
6. Memasang hairnet
b. Memasang kembang untuk sanggul
1. Mayangsari dipasang dibelakang telinga sebelah kiri, 3 untai (3 dara),
5 gendul + kantil putih..
2. Mangle Susun dipasang di belakan telinga sebelah kanan, menjuntai
sebatas pinggang, 7 untai (5 dara), 20 gendul + kantil putih.
3. Pastir (Pasung Intir) berjumlah 5 dipasang dibelakang sanggul diberi
intiran melati Peupeujitan/usus lebih kurang 45 cm, diberi ujung kantil
Putih
4. Elar dipasang di depan.
c. Memasang Perhiasan
1. Siger dipasang dibawah anak rambut depan 3 jari diatas alis
2. 17 kembang tanjung memutari sanggul nyungcung
3. 1 panetep dipasang pada bagian depan atas sanggul menghadap
keatas.
Kesalahan Mutlak
a. Rambut tidak tersasak
b. Tidak membuat sanggul langsung diatas kepala.
c. Sanggul diisi dengan rajut pandan sebagai subal.
d. Bukan sanggul nyungcung.
e. Tidak memakai bunga hidup
f. Bunga bukan melati
g. Tanpa memakai salah satu ronce mangle pastir/mangle
susun/mayangsari/elar.
h. Mangle susun letaknya terbalik (berda disebelah kiri)
i. Tanpa mahkota
j. Tanpa Kembang tanjung
k. Tanpa panetep.
.
Kesalahan Tidak Mutlak
a. Rambut kurang rapih
b. Jabing tidak simetris
c. Sanggul kurang simetris, tetapi masih serasi
d. Jumlah Pastir kurang dari 5 dan intir kependekan
e. Mangle susun kependekan
f. Elar dibuat dengan dasar daun pisang/gedebog pisang
g. Siger terlalu pendek atau tinggi
h. Kembang tanjung kurang dari 17
Kesalahan Mutlak
a. Tidak memakai kain bermotif lereng Kijang Kujang berwarna dasar kuning
jahe berpolet ungu dan berprada.
b. Membelitkan kain arah kekiri
c. Kebaya bukan dari bahan brokat dan tidak berwarna ungu muda
d. Kebaya memakai beff
e. Selop hiitam bermote
f. Tanpa perhiasan keseluruhan
g. Tanpa bross
.
Kesalahan Tidak Mutlak
a. Memakaikan kain motif terbalik
b. Pingiran kain kelihatan diluar
c. Memakai kain kedodoran/bagian dalam terlihat dari luar
d. Perhiasan tidak lengkap
a. Bros bukan rantai hanya memakai 1
b. Cincin hanya 1
c. Gelang hanya 1
Kesalahan Mutlak
Tidak membuat salah satu susunan (roncean) bunga yang diujikan
Bedak Asam : Bedak yang terbuat dari tepung beras dan rempah-rempahan
Benten : Ikat pinggang yang terbuat dari logam
Camara : Cemara
Disakralkan : Yang diagungkan
Ditaratas : di pasang dengan cara ditaburkan/ dipasang dengan cara tabur
Dodot : Wiron
Durai : Biasanya untuk rambut panjang yang dilipat tanpa ikatan
Gelung Nyungcung : Sanggul yang mengerucut ke atas
Godeg : biasanya pas di depan telinga laki-laki tumbuh rambut-rambut/ cambang
Jas Takwa : Jas berkerah tinggi di bagian leher
Kabaya : Kebaya
Kanekes Ciparahiyangan : Suatu daerah di Banten, Baduy
Karuk : Kuncup
Kembang Kacapiring : Bunga Kacapiring yang berwarna putih dan harum baunya
Kentring Manik Mayang Sunda : Nama Permaisuri Prabu Siliwangi yang ke-2
Ngabalay : Menanam batu untuk suatu jalan dengan maksud merperkeras jalan
Ngahiangkeun : Dalam pengertian positif; yaitu sukma yang kembali berpadu
dengan zat asalnya.
Ngajeler Paeh : Seperti ikan mati
Nu Nyusup na Pakwan : Menjaga agar tidak ada serangan yang bisa masuk ke
daerah Pakuan
Nyian Samida : Hutan yang pada zaman dahulu berada di daerah Rancamaya
Pageuh Maneuh : Seia Sekata
Silih Asah – Silih Asuh : Saling Menyayangi, saling mengasihi
Sinjang : Kain panjang bermotif batik
Talaga Rena Mahawijaya : Danau yang bernama Rena Mahawijaya.
Benteng Katimang : ikat pinggang bermanik semotif ornament jas
Kewer: hiasan pinggang yang dipasang disebelah kanan depan menjuntai
kebawah
Sarangka Keris: hiasan yang dipasang disebelah kiri depan menjuntai kebawah
serta berlubang untuk tempat keris
Bendo: tutup kepala bermotif batik sesuai corak dan warna dan batik yang untuk
bagian bawah
Stagen: Ikat pinggang pinggang dari kain cinde untuk mengetatkan kain/batik
Karset: kalung berbentuk tali bandang untuk npengantin pria
Kembang tanjung: bunga imitasi emas berbentuk bunga tanjung yang dipasang
memutari sanggul nyungcung
Wiru: Lipatan kain didepan kain batik
Mangle susun: rangkaian bunga melati dipasang di belakan telinga sebelah kanan,
menjuntai sebatas pinggang.
Muncang: kemiri.
Elar: roncean melati berbentuk rol yang dipakai dibagian depan sanggul
Mayang sari: Rangkaian bunga kecil pendek dipasang disebelah kiri dibelakang
telinga
Pastir: pasung intir, roncean melati berbentuk kerucut yang diberi intiran peupeujitan
sepanjang 45 cm dan berujung kantil putih.
Pepeujitan: Rocean melati usus-usuan