Anda di halaman 1dari 14

TATA RIAS PENGANTIN KOTA BOGOR

“SEKAR KANCANA PAKUAN”


Suku Sunda adalah orang yang turun temurun menggunakan bahasa ibu bahasa
Sunda. Berasal dari daerah Jawa Barat dan alamnya sering disebut Tanah
Pasundan atau Tatar Sunda.

Tanah Pasundan atau Bumi Parahyangan menyimpan kekayaan budaya yang


tersebar di berbagai daerah wilayahnya. Setiap wilayah Parahyangan melahirkan
nilai tradisi yang berbeda satu sama lainnya. Hampir tiap daerah memiliki tradisi
berpakaian yang berkaitan erat dengan adat istiadat setempat, termasuk pakaian
pengantinnya. Adat pernikahan Sunda Bandung, misalnya memiliki sedikit berbeda
dengan Sumedang, Cirebon, Ciamis, Banten, atau pun Tasikmalaya. Walaupun
demikian selalu ada benang merah yang menggoreskan garis besar yang sama.

Kekayaan cakrawala budaya Tatar Sunda tak hanya termasyur lewat Tata Rias
Pengantin dan busana yang khas, namun juga upacara pernikahan adatnya yang
unik dan penuh makna. Dahulu prosesi pernikahan adat hanya dilaksanakan oleh
para bangsawan atau ningrat dilingkungan tembok istana. Belakangan, budaya
merambah keluar tembok istana lewat para abdi dan punggawa. Ketika zaman
kerajaan sudah pudar, adat budaya itu sudah dikenal luas oleh masyarakat.

Dengan perkembangan kebudayaan dan kemajuan tehnologi, Tata Rias dan Busana
Pengantin Sunda telah banyak berubah dibandingkan zaman dulu, namun garis
besar upacara dan makna riasan tetap sama.

Saat ini kita mengenal adanya Tata Rias Pengantin dan model Busana Pengantin
Sunda yang telah dikukuhkan, diantaranya Sunda Putri, Sunda Siger, Soreang
Endah, Santana Inten Kedaton Galuh Ciamis, Keprabon Inten Kedaton Galuh
Ciamis, Cirebon Kebesaran, Cirebon Pangeranan, Abah-abah Bondan Cirebon,
Sumedang larang, Garut Kebesaran RA. Lasminingrat dan lainnya. Dari sisi
pendidikan, keterampilan seorang perias harus diuji kemampuannya dalam merias
pengantin tersebut melalui uji kompetensi. Oleh karena itu Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pendidikan Provinsi dan
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan upaya pembakuan. Penggalian Tata
Rias Pengantin serta busana pengantin tidak terlepas dari peran Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata sebagai wadah pelestarian budaya bangsa.

Bogor pada zaman dahulu merupakan pusat sebuah kerajaan yaitu Kerajaan
Pajajaran, setara dengan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sriwijaya, pada saat
zamannya itu sudah memiliki Tata Rias dan Busana Pengantin nya. Melihat dari
silsilah tersebut sudah sepantasnya kalau Kota Bogor pun memiliki model
pengantin yang khas dan dibakukan.

Penggalian Tata Rias dan Busana Pengantin Khas kota Bogor ini telah lama
dilakukan oleh HARPI MELATI DPC Kota Bogor. Berkat saran dari Ketua Harpi DPD
Jawa Barat, Ibu Hj. Euis Bain, M.Pd. Dipl. Cidesco, upaya penggalian ini
mendapat bantuan dari Saudara Kannu Professional Make Up Artis dan
Narasumber Nasional Tata Rias Pengantin dan Saudara Oke, pemerhati busana
daerah yang berdomisili di Kota Bogor.
Setelah melalui serangkaian diskusi dan musyawarah diantaranya dengan Pelindung
Harpi Melati Kota Bogor, Ibu Hj. Fauziah Diani Budiarto, pada tanggal 05 Mei 2013
berlanjut 26 Februari 2014 bersama beberapa budayawan dan sejarawan Bogor
diantaranya Bapak Herman dan Bapak Eman Sulaeman, Bapak Siswaya dari
Batik Bogor “Tradisiku”, Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Budaya serta
mengacu pada sejarah Tatar Sunda, khususnya Kerajaan Pakuan Pajajaran, kami
Sepakat menamai Pengantin khas Bogor adalah “SEKAR KANCANA PAKUAN”

TATA RIAS WAJAH, SANGGUL DAN RONCEAN MELATI


A. Pengantin Wanita
Pada zaman dahulu, calon pengantin perempuan selalu didandani dengan
pulasan bedak asam, Saripohaci, gerusan gambir atau atal yang warnanya
agak kekuning-kuningan dengan perona mata hijau. Pemerah bibir digunakan
buah Galinggem atau bibir asli merah akibat makan sirih aslinya dan dibuat
mengkilat dengan ulasan minyak Pale. Alis dibentuk dengan cara dikerik
natural tanpa menggunakan pencil alis, sementara untuk yang beralis sangat
tipis atau gundul, diulaskan Rengasu, yaitu arang kerikan dari pantat/bujur
teko dicampur sedikit minyak kelapa. Cat kuku dibuat dari daun kembang
pacar.

Seiring berkembangnya waktu, kini tata rias pengantin Sunda telah banyak
mengalami perkembangan diselaraskan dengan nuansa busana, sehingga
terlihat semakin kaya dan menarik.

a. Tata Rias Wajah Pengantin “Sekar Kancana Pakuan”


i. Setelah mengulaskan pelembab dan alas bedak pada bagian
wajah dan leher secara halus, sapukan bedak tabur
kekuningan secara merata keseluruh bagian wajah, dimasa
lalu warna kuning dipercaya pengantin yang cantik adalah
yang berkulit kuning langsat.
ii. Pembentukan alis menjadi tahapan penting dalam
memperkuat karakter wajah, bentuklah alis “ngajeler paeh”
agak melengkung. Pembentukan alis tidak boleh patah, tidak
terlalu tebal, ujungnya runcing tidak terlalu naik atau terlalu
bawah, dengan warna alis coklat kehitaman.
iii. Baurkan kelopak mata dengan perona mata berwarna emas
dan ke atas sudut berwarna ungu (warna kebangsawanan)
dengan highlight warna cream, memakai celak mata berwarna
hitam dan hijau.
iv. Pasanglah bulu mata palsu agar tampak lentik dan mata
terlihat ekspresif dan beriak maskara.
v. Baurkan perona pipi kecoklatan sebagai Shading pada tulang
pipi, hidung dan rahang, Gunakan perona pipi warna
terang/putih sebagai highlight dibawah mata, tulang hidung
dan dagu dan diatas Shading baurkan baurkan perona pipi
yang senada dengan warna eye shadow
vi. Gunakan pelembab bibir apabila kulit bibir kering dan pecah-
pecah, bingkai bibir dengan pencil bibir dan ulaskan perona
bibir warna pink keunguan

vii. Pasang sirih tumbal, daun sirih yang digunting membentuk


wajik dan ditempelkan diantara alis mata, merupakan simbol
kepercayaan orang zaman dulu untuk menangkal
penyakit/tolak bala.
viii. Bentuk godeg, yang merupakan rambut-rambut pendek yang
tumbuh natural dekat cuping telinga, godeg ditarik kebelakang
telinga dan dibiarkan natural.

b. Tata Rias Rambut Pengantin “Sekar Kancana Pakuan”


i. Rambut disisir dan disasak membulat di atas daun telinga,
dibuat ‘gelung nyungcung’ dari cemara dengan mengambil
simbol dari prasasti Batutulis.
ii. Ditaratas ku Kembang Tanjung sebanyak 17 buah, yang
berfilosofi mayoritas penduduk kota Bogor adalah muslim,
sehingga dalam menjalankan shalat lima waktu terdapat 17
rakaat.
iii. Puncak atas depan sanggul di pasangkan panetep emas
mengahadap keatas, yang berarti dalam kehidupan selalu
berkeketetapan hati dan manunggal dengan yang diatas, yaitu
Allah SWT.
iv. 5 buah mangle pasung yang diberikan intiran, dipasang
dibawah gelung yang melambangkan 5 bangunan keraton,
yaitu Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati.

c. Ronce Bunga Pengantin


Menurut keterangan dari para perias pengantin Sunda di
Parahiyangan, dulunya bunga yang dironce untuk riasan pengantin
Sunda tradisional dibuatkan dari bunga pepaya gandul, disusun
memakai benang, lalu dipasangkan di sekeliling sanggul.

Seiring dengan kemajuan budaya, bunga pepaya digantikan bunga


sedap malam dan melati

Ronce bunga melati karuk (kuncup) Pengantin “Sekar Kancana


Pakuan” :

i. Mayangsari adalah bunga rangkaian bunga kecil pendek (tidak


menyentuh bahu) yang dipasang dibelakang telinga sebelah
kiri, melambangkan harapan tidak adanya perselisihan kelak
antara suami istri.
3 untai (3 dara), 5 gendul + 1 kantil putih
ii. Mangle Susun adalah rangkaian bunga panjang yang
dipasang di belakan telinga sebelah kanan, menjuntai sebatas
pinggang. Melambangkan kerapihan dalam menyusun rencana
pekerjaan rumah tangga.
7 untai (5 dara), 20 gendul sampai ke pinggang + kantil putih
iii. Pastir (pasung intir), hiasan bunga berbentuk kerucut yang
berjumlah 5, dipasang dibelakang sanggul diberi intiran melati
pepejitan lebih kurang 45 cm, diberi ujung Kantil putih
melambangkan shalat 5 waktu dan rundaian rambut belakang
dimasa lalu .
iv. Elar adalah roncean bungaseperti rol dipasang didepan
sanggul, melambangkan kesucian seorang gadis.
B. Pengantin Pria
a. Tata Rias Wajah Pengantin Pria Sekar Kancana Pakuan”
Rias wajah saulas/samar-samar:
i. Oleskan Alas bedak disesuaikan dengan warna kulit secara
tipis.
ii. Sapukan Bedak samar-samar
iii. Rapihkan alis dengan menggunakan sikat kecil, untuk yang
rambutnya tipis berikan pencil alis dan rapihkan.
iv. Oleskan perona bibir samar-samar tanpa bingkai pensil bibir

b. Tata Rias Rambut Pengantin Pria


Rambut belakang diurai dibawah bahu (Keprabon)
Rambut pendek disisir rapih (Putri & uji kompetensi/Komersil)

c. Ronce Bunga
i. Kalung Muncang Sari
ii. Omyok Keris, 5 untai (5 dara), tiap untai 12 gendul+kantil
putih, gunungan keris 9-10 cm dengan cincin 12 gendul 5 dara.

BUSANA & PERHIASAN


Seperti dimasa lalu, warna busana pengantin telah ditentukan putih atau hitam saja,
berkaitan dengan kepercayaan dari daerah Banten. Ini karena kepercayaan yang
digunakan untuk merias pengantin Sunda terutama berasal dari Sunda Kenekes
Ciparahiyangan di gunung karang Banten. Didekat daerah Baduy terdapat sebuah
sungai yang bernama Ciparahyangan. Airnya sangat bening, sehingga para
pengantin wanita didaerah itu diharuskan memakai warna putih yang menandakan
kesuciannya tidak bernoda. Menurut kepercayaan didaerah tersebut, bila Rama
datang pengantin akan akan bercahaya cantik sekali. Warna hitam menunjukan
bahwa kedua pengantin bertekad sehidup semati, tidak akan ternoda oleh orang lain,
tetap setia (pageuh maneuh) dan silih asih, silih asah, silih asuh (saling mengasihi,
saling mengasuh dan saling mendidik.

Busana Pengantin untuk perempuan adalah kain dan kebaya. Kain adalah sehelai
bahan berukuran 225 X 100 cm, terbuat dari batik , dilukis dan dipakai dari batas
pinggul sampai tumit. Sedangkan kebaya adalah sebuah blus berbahan beludru
berlengan panjang yang dipakai disebelah luar kain.

Busana Pengantin Bogor “ Sekar kancana Pakuan”, menggunakan bahan bludru


berwarna ungu. “Warna Ungu” menurut “Abah Dasep Arifin” dan “Almh Ibu Tien
Asikin (Ma’ Ageung)” merupakan warna khas Bogor, yang sejarahnya berasal
dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Berawal dari kesukaan dan kegemaran istri dari
Prabu Siliwangi II, yaitu “Kentring Manik Mayang Sunda” terhadap warna “Ungu”
yang pada akhirnya dijadikan warna khas Kerajaan Pakuan Pajajaran yang sudah
disakralkan.

Warna “Ungu” merupakan gabungan dari 4 warna dan mengandung arti, Putih
memiliki arti dasar dari jiwa manusia yang suci dan tulus, Kuning berarti kebesaran
dan keagungan, Merah memiliki arti berani atau tidak takut terhadap apapun atau
berati pula kemurkaan dari luapan emosi dan amarah dan Hitam berarti kejahatan
dari kegelapan hati yang suci.

Dapat disimpulkan bahwa warna Ungu memiliki arti sifat-sifat yang ada dalam
manusia yang sebetulnya berjiwa suci, tulus serta berani, namu terkadang
keberanian yang berlebihan dapat menimbulkan kemurkaan dari luapan emosi dan
amarah yang pada akhirnya, manusia tersebut bisa melakukan kejahatan yang
diliputi kegelapan didalam hati.

Batik asli kota Bogor mempunyai motif yang banyak mengandung filosofi, kain batik
“ Motif Ragen Panganten”, digunakan untuk pengantin wanita, yang mempunyai
arti “Pasangan” yaitu menjadikan sepasang-sepasang
(Sunda-sajodo-sajodo/pelakeun papasangan.

Motif batik Pakuan Pajajaran “Ragen Panganten” mempunyai warna dasar


“Kuning Jahe”, dengan ciri-ciri bergambar daun Puring yang bermakna sebagai
Pengiring (Sunda, Ngiring-ngiring daun Puring), Kembang Cangkok Wijayakusumah
bermakna kembangnya seorang Ratu dan Kembang Muncang dilambangkan
sebagai yang sudah mekar.

“Banyak Ngantrang” adalah suatu nama tertinggi untuk pakaian seorang raja, yang
saat itu digunakan oleh Prabu Siliwangi saat menjadi “Sri Baduga”, yaitu acara
penobatan sebanyak dua kali (pertama saat penobatan di Kawali kedua saat
penobatan di Bogor).

Motif batik Pakuan Pajajaran “Banyak Ngantrang” mempunyai warna dasar kain
ungu, Warna Ungu ini sebagai lambang Dunia Pajajaran.
Motif ini mempunyai ciri khas yang cukup menonjol, yaitu “Manuk Julang”,
berwarna Emas/Coklat perlambang burung yang mempunyai jelajah jauh dan
terbang tinggi serta species burung purba (hanya terdapat di Ujung Kulon dan Hutan
Sancang), “Kembang Cangkok Wijayakusumah” merupakan lambang bunga
seorang ratu, berwarna pink, merah atau putih serta tergambar “Kembang Loa”
yang berasal dari Pohon Loa yang mempunyai warna merah, “Kembang
Kacapiring”, merupakan tanaman hias yang pada waktu itu selalu dipakai untuk
menghiasi Bale Gede (Pendopo Kerajaan Pajajaran)

Motif batik Pakuan Pajajaran “Ragen Panganten” dan “Banyak Ngantrang”,


hingga saat ini belum diijinkan digunakan bagi Pengantin masyarakat umum, maka
untuk uji kompetensi dan komersil dapat digunakan kain batik khas Bogor
“Tradisiku”. Sinjang bermotif “Lereng Kujang Seling Kijang” yang didesain Bapak
Siswaya dan telah dipatenkan sebagai corak batik Kota Bogor berwarna cream,
bugur, dan prada emas.

A. Busana dan Perhiasan Pengantin Wanita Pengantin “ Sekar Kancana


Pakuan” :
a. Busana :
KEPRABON
i. Kain batik “ Motif Ragen Panganten”, diwiru dengan jumlah
ganjil, letak wiru kira-kira 3 (tiga) jari dari batas pusar kekanan
(menghadap kekanan)
ii. Stagen
iii. Memakai longtorso warna krem atau hitam.
iv. Kebaya Kebaya Sartika berlidah tanpa bef dengan panjang
10 cm di bawah lutut, berbahan beludru berwarna ungu tua
dengan manik berwarna keemasan disekeliling kebaya,
bermotif Daun Muncang, Daun Puring dan Bunga Teratai,
yang melambangkan keagungan Kerajaan Pajajaran.
v. Alas kaki, menggunakan selop tertutup bertumit tinggi yang
serasi dengan warna kain, pembakuan berbahan dasar bludru
bermanik emas.
PUTRI (Uji Kompetensi & Komersil)
i. Kain batik “Motif Lereng Kujang Seling Kijang”, diwiru
dengan jumlah ganjil, letak wiru kira-kira 3 (tiga) jari dari batas
pusar kekanan (menghadap kekanan)
ii. Stagen
iii. Longtorso/ bustier sewarna kebaya
iv. Kebaya Kebaya Sartika berlidah tanpa bef dengan panjang
10 cm di bawah lutut, berbahan brokat berwarna ungu muda
dengan manik berwarna senada dan keemasan diseluruh
bagian kebaya.
v. Alas kaki, menggunakan selop tertutup bertumit tinggi,
bermanik yang serasi dengan warna dan bahan kebaya brokat
kebaya.

b. Perhiasan
i. Siger terdiri atas :
1. Bagian atas siger terdiri atas 3 lempengan daun
muncang yang melambangkan tiga sifat Dewa, yaitu
keabadian, kemandirian, dan keadilan.
2. Bagian bawah siger berderet “Nyiyan Samida”, yang
bermakna melestarikan hutan tutupan yang ditanami
kayu Samida untuk upacara ngahiyangkeun.
3. Bagian tengah siger terpasang bunga Teratai bermata
ungu, yang melambangkan Talaga Rena Mahawijaya.
4. Permata Berjajar dibagian depan siger, yang
melambangkan “ngabalay”, yaitu memperkeras jalan
dengan batu-batuan, untuk membuat parit pertahanan
sepanjang 3 Km pada tebing Sungai Cisadane, yaitu
nu nyusup na Pak Wan, yang mengandung arti
melindungi serangan dari luar.
ii. Kalung Permata (colleir)
iii. Bros rante susun 3
iv. Gelang bermata 1 pasang
v. Giwang Panjang
vi. Kembang Tanjung, sebanyak 17 buah, berfilosofi mayoritas
penduduk kota Bogor adalah muslim, sehingga dalam
menjalankan shalat lima waktu terdapat 17 rakaat.
vii. Cincin 1 pasang

B. Busana dan Perhiasan Pengantin Pria:


Akibat pengaruh agama Islam yang masuk ke Jawa Barat di abad ke 14
orang Sunda berpendapat bahwa baju yang terbuka tidak pantas (bagian
dada terlihat dari luar) maka pria Sunda berubah menjadi “Jas Takwa” dan
berkembang lagi di abad 17, ketika tentara Mataram menyerang Belanda di
Batavia, banyak tentara yang menetap di Karawang dan Cirebon serta
Sukabumi dan Bandung, sehingga pakaian pengantin pria Sunda kembali
terpengaruh budaya Jawa (jas takwa kembali terbuka namun bagian
dalamnya menggunakan rompi putih berkancing emas)

a. Busana Pengantin Pria kota Bogor


KEPRABON:
i. Menggunakan “Jas Takwa terbuka” beludru berwarna ungu
tua dengan manik berwarna keemasan disekeliling jas dan
tangan, bermotif Daun Muncang, Daun Puring dan Bunga
Teratai disertai rompi dibagian dalam berwarna putih dan
berkancing emas yang melambangkan kesucian.
ii. Memakai celana panjang bemanik emas dibagian bawah
bermotif sama dengan atasan.
iii. Kain batik “Motif Banyak Ngantrang” dibentuk dodot
setengah lingkaran.
iv. Alas kaki, menggunakan selop tertutup bernahan beludru yang
serasi dengan Jas Takwa.

PUTRI (Uji Kompetensi & Komersil)


i. Menggunakan “Jas Takwa Terbuka” beludru berwarna ungu
muda dengan manik disekeliling jas dan tangan senada dan
emas, disertai rompi dibagian dalam berwarna putih dan
berkancing emas yang melambangkan kesucian.
ii. Kain panjang bermotif “Lereng Kujang Seling Kijang” sama
dengan wanita.
iii. Stagen (ikat pinggang dibagian dalam untuk mengetatkan
kain)
iv. Benteng Katimang (ikat pinggang bermanik semotif ornament
jas)
v. Kewer (hiasan pinggang yang dipasang disebelah kanan
depan menjuntai kebawah)
vi. Sarangka Keris (hiasan yang dipasang disebelah kiri depan
menjuntai kebawah serta berlubang untuk tempat keris)
vii. Bendo (tutup kepala bermotif batik sesuai corak dan warna
dan batik yang untuk bagian bawah)
viii. Alas kaki, menggunakan selop tertutup bermanik yang serasi
dan sewarna dan sebahan dengan Jas.

b. Perhiasan
KEPRABON :
i. Mahkota sesuai yang dipakai Sri Baduga Maharaja dan pada
bagian tengah depan bermata ungu,
ii. Kalung emas
iii. Sepasang Binggel Kana (gelang emas)
iv. Benten motif daun muncang
v. Sebentuk Cincin bermata keunguan
vi. Keris sebagai lambang ksatria dan historis kepahlawanan.

PUTRI ( Uji Kompetensi & Komersil ) :


i. Bros satu buah dipasang pada bendo bagian depan diatas
cocondong
ii. Karset (kalung panjang emas seperti tali bandang)
iii. Sebuah bros untuk dipasang di dada
iv. Sepasang Binggel Kana (gelang emas)
v. Sebentuk Cincin bermata keunguan
vi. Keris sebagai lambang ksatria dan historis kepahlawanan.

Demikianlah makalah Tata Rias Pengantin Bogor “SEKAR KANCANA PAKUAN”


kami sampaikan, menjadi salah satu Tata Rias Pengantin Nusantara.

Bogor, 13 Maret 2014


R.A Kanas Kosasih K. S.E, M.ht & Harpi Melati DPC Kota Bogor
TATA RIAS PENGANTIN KOTA BOGOR
“SEKAR KANCANA PAKUAN”
MATERI UJI KOMPETENSI
MERIAS WAJAH
1. Bersihkan area mata dan bibir dengan make up remover
2. Lanjutkan dengan cleansing milk di seluruh area wajah dan leher
3. Ringkaskan pori-pori dengan toner
4. Pelembab wajah
5. Alas Bedak
Kekuning-kuningan
6. Foundation warna gelap untuk shading dalam dan terang untuk
highlight/bawah mata
7. Bedak
Kekuning-kuningan ( bedak tabur, bedak padat, bedak shimmer )
8. Alis
Melengkung indah meruncing pada ujung alis, berwarna coklat tua
9. Pemulas mata
a. Eye shadow base
b. Emas pada kelopak mata
c. Ungu dan hitam pada sudut mata
d. krem untuk Highlight
10. Celak
Hitam dan Hijau
11. Maskara
Hitam
12. Bulu Mata Natural
a. Atas
b. Bawah
13. Pemerah pipi
a. Kecoklatan utk shading (tulang pipi, rahang dan hidung)
b. Putih utk highlight (dibawah mata, tulang hidung, dagu)
c. Diatas Shading baurkan baurkan perona pipi yang senada dengan
warna eye shadow (samar-samar)
14. Pemerah Bibir
a. Pelembab bibir apabila kulit bibir kering
b. Bingkai bibir dengan pencil bibir
c. Perona bibir warna pink keunguan
d. Lip gloss sewarna dengan perona bibir
15. Membuat godeg
Anak rambut ditarik kebelakang telinga dan dibiarkan natural.
16. Membuat turih wajit
Sirih tumbal dari daun sirih berbentuk belah ketupat simetris.

MEMBUAT SANGGUL
1. Nama sanggul
a. Gelung nyungcung
b. Sasakan membulat diatas daun telinga
c. Memasang cemara dengan jarak 8 jari dari anak rambut depan
2. Memasang Kembang untuk sanggul
a. Mayangsari adalah bunga rangkaian bunga kecil pendek (tidak
menyentuh bahu) yang dipasang dibelakang telinga sebelah kiri.
b. Mangle Susun adalah rangkaian bunga panjang yang dipasang di
belakang telinga sebelah kanan, menjuntai sebatas pinggang.
c. Mangle Pasung adalah hiasan bunga yang berjumlah 5 dipasang
dibelakang sanggul diberi intiran melati pepeujitan/ usus-ususan lebih
kurang 45 cm, diberi ujung kantil
d. Pinti adalah roncean seperti bando dipasang di depan.
3. Memasang perhiasan sanggul
a. Siger dipasang dibawah anak rambut depan 3 jari diatas alis
b. 17 kembang tanjung memutari sanggul nyungcung
c. 1 panetep dipasang pada bagian depan atas sanggul menghadap
keatas.

MEMAKAIKAN KEBAYA DAN PERLENGKAPANNYA


1. Memakaikan kain batik khas bogor “tradisiku” corak lereng kijang kujang
berprada “emas-ungu”
2. Memasang Longtorso/ bustier sewarna kebaya
3. Memakai kebaya berwarna ungu dari bahan brokat, ungu dihiasi payet warna
ungu dan emas.
4. Model kebaya sartika panjang, 15 cm dibawah lutut, berlidah tanpa bef.
5. Memakai selop bertumit tinggi senada kebaya dan berpayet ungu dan emas.
6. Menggunakain kalung “Colleir”
7. 3 buah bros rante.
8. Cincin Emas 2 buah
9. Gelang Emas 2 buah
10. Giwang 1 pasang.

MERONCE BUNGA
1. Elar
2. Muncang sari
3. Pastir (Pasung & Intir ujung kantil)
TATA RIAS PENGANTIN KOTA BOGOR
“SEKAR KANCANA PAKUAN”
NORMA PENILAIAN UJIAN PRAKTIK

MATA UJIAN MERIAS WAJAH


Cara Melaksanakan
a. Memberikan wajah krem pembersih yang disesuaikan dengan jenis kulit dan
diberikan penyegar.
b. Memberikan alas bedakpada wajah, leher, telinga, bagian yang terlihat,
bedak diratakan dengan sikat muka (face brush), dengan hasil riasan wajah
kekuni ng-kuningan.
c. Membuat alis
1. Alis dibentuk melengkung indah meruncing pada ujung alis.
2. Alis berwarna coklat tua
d. Membuat riasan mata:
Bayangan mata sesuai warna busana, emas pada kelopak mata, ungu dan
hitam pada sudut mata dibaurkan dengan highlight krem dibawah alis.
e. Memakai bulu mata palsu atas dan bawah.
f. Memakai Celak (sipat mata/eyeliner) warna hitam dan hijau
g. Mengoleskan maskara hitam
h. Membuat bayangan hidung Natural
i. Memberikan perona pipi kecoklatan utk shading (tulang pipi, rahang dan
hidung), putih untuk highlight (dibawah mata, tulang hidung, dagu), diatas
shading baurkan baurkan perona pipi yang senada dengan warna eye
shadow (samar-samar).
j. Memberikan perona bibir, pelembab bibir apabila kulit bibir kering, bingkai
bibir dengan pencil bibir, perona bibir warna pink keunguan, lip gloss sewarna
dengan perona bibir
k. Membuat godeg dan turih wajit
1. Godeg arahnya melengkung kedalam, ujungnya tidak tertutup
2. Turih wajit (sirih tumbal), harus dibuat dari daun sirih berbentuk belah
ketupat simetris dan dipasang diantara dua ketinggian alis.

Kesalahan Mutlak
a. Tidak menggunakan alas bedak dan bedak.
b. Tidak membuat alis
c. Perona/bayangan mata bukan emas, ungu dan krem.
Warna bayangan mata terbalik
d. Tanpa Perona pipi
e. Tanpa perona bibir
f. Tanpa godeg/godeg menghadap kebelakang.
g. Tanpa seureuh tumbal berbentuk turih wajit.
Seureuh tumbal dibuat dari pencil/stiker berwarna hijau.

Kesalahan Tidak Mutlak


a. Tidak melakukan pembersihan dan penyegaran.
b. Hasil riasan wajah tidak kekuning-kuningan
c. Bedak tidak rata.
Tangan dan kaki tidak diberi bedak.
d. Tidak memakai bulu mata palsu
e. Tidak memakai sipat/eyeliner
f. Tidak memakai maskara
g. Tidak membuat bayangan hidung
h. Perona pipi terlalu mencolok dan tidak rata
i. Godeg terlalu besar
j. Seureuh tumbal terlalu besar/kecil
Seureuh tumbal kurang berbentuk belah ketupat.

MATA UJIAN MEMBUAT SANGGUL


a. Dibenarkan jika sanggul dibuat dari rambut sendiri
b. Pemasangan bunga menggunakan bunga asli (Melati)
c. Perhiasan Pengantin keemasan

Cara Melaksanakan
a. Menyisir rambut
1. Rambut disisir dan dibagi
2. Rambut disasak
3. Membentuk jabing diatas daun telinga
4. Memasang cemara dengan jarak 8 jari dari anak rambut depan dan
dibuat sanggul nyungcung tanpa isi (subal)
5. Untuk mengetatkan dapat digunakan harnal dan jepit rambut tetapi
tidak boleh kelihatan.
6. Memasang hairnet
b. Memasang kembang untuk sanggul
1. Mayangsari dipasang dibelakang telinga sebelah kiri, 3 untai (3 dara),
5 gendul + kantil putih..
2. Mangle Susun dipasang di belakan telinga sebelah kanan, menjuntai
sebatas pinggang, 7 untai (5 dara), 20 gendul + kantil putih.
3. Pastir (Pasung Intir) berjumlah 5 dipasang dibelakang sanggul diberi
intiran melati Peupeujitan/usus lebih kurang 45 cm, diberi ujung kantil
Putih
4. Elar dipasang di depan.
c. Memasang Perhiasan
1. Siger dipasang dibawah anak rambut depan 3 jari diatas alis
2. 17 kembang tanjung memutari sanggul nyungcung
3. 1 panetep dipasang pada bagian depan atas sanggul menghadap
keatas.

Kesalahan Mutlak
a. Rambut tidak tersasak
b. Tidak membuat sanggul langsung diatas kepala.
c. Sanggul diisi dengan rajut pandan sebagai subal.
d. Bukan sanggul nyungcung.
e. Tidak memakai bunga hidup
f. Bunga bukan melati
g. Tanpa memakai salah satu ronce mangle pastir/mangle
susun/mayangsari/elar.
h. Mangle susun letaknya terbalik (berda disebelah kiri)
i. Tanpa mahkota
j. Tanpa Kembang tanjung
k. Tanpa panetep.
.
Kesalahan Tidak Mutlak
a. Rambut kurang rapih
b. Jabing tidak simetris
c. Sanggul kurang simetris, tetapi masih serasi
d. Jumlah Pastir kurang dari 5 dan intir kependekan
e. Mangle susun kependekan
f. Elar dibuat dengan dasar daun pisang/gedebog pisang
g. Siger terlalu pendek atau tinggi
h. Kembang tanjung kurang dari 17

MATA UJIAN MEMAKAIKAN KEBAYA DAN PERLENGKAPANNYA


Melaksanakan
a. Memakaikan kain dengan motif lereng Kijang Kujang berwarna dasar kuning
jahe berpolet ungu dan berprada.
b. Memakaikan kebaya Sartika berlidah tanpa bef panjang 15 cm dibawah lutut,
berbahan brokat berwarna ungu muda berpayet senada dan emas.
c. Memakai longtorso/bustier sewarna kebaya.
d. Memakai selop tutup bertumit tinggi warna senada kebaya dan bermanik
e. Memakai perhiasan
1. Kalung bermata pendek“Colleir”
2. Bros susun rante, 3 buah.
3. Cincin Emas 2 buah
4. Gelang Emas 2 buah
5. Giwang 1 pasang

Kesalahan Mutlak
a. Tidak memakai kain bermotif lereng Kijang Kujang berwarna dasar kuning
jahe berpolet ungu dan berprada.
b. Membelitkan kain arah kekiri
c. Kebaya bukan dari bahan brokat dan tidak berwarna ungu muda
d. Kebaya memakai beff
e. Selop hiitam bermote
f. Tanpa perhiasan keseluruhan
g. Tanpa bross
.
Kesalahan Tidak Mutlak
a. Memakaikan kain motif terbalik
b. Pingiran kain kelihatan diluar
c. Memakai kain kedodoran/bagian dalam terlihat dari luar
d. Perhiasan tidak lengkap
a. Bros bukan rantai hanya memakai 1
b. Cincin hanya 1
c. Gelang hanya 1

MATA UJIAN MERONCE BUNGA


Melaksanakan
a. Membuat Elar
b. Membuat Muncang sari
c. Membuat Pastir (Pasung & Intir berujung kantil putih) 1 buah

Kesalahan Mutlak
Tidak membuat salah satu susunan (roncean) bunga yang diujikan

Kesalahan Tidak Mutlak


Salah satu (roncean) bunga yang diujikan belum selesai
DAFTAR ISTILAH

Bedak Asam : Bedak yang terbuat dari tepung beras dan rempah-rempahan
Benten : Ikat pinggang yang terbuat dari logam
Camara : Cemara
Disakralkan : Yang diagungkan
Ditaratas : di pasang dengan cara ditaburkan/ dipasang dengan cara tabur
Dodot : Wiron
Durai : Biasanya untuk rambut panjang yang dilipat tanpa ikatan
Gelung Nyungcung : Sanggul yang mengerucut ke atas
Godeg : biasanya pas di depan telinga laki-laki tumbuh rambut-rambut/ cambang
Jas Takwa : Jas berkerah tinggi di bagian leher
Kabaya : Kebaya
Kanekes Ciparahiyangan : Suatu daerah di Banten, Baduy
Karuk : Kuncup
Kembang Kacapiring : Bunga Kacapiring yang berwarna putih dan harum baunya
Kentring Manik Mayang Sunda : Nama Permaisuri Prabu Siliwangi yang ke-2
Ngabalay : Menanam batu untuk suatu jalan dengan maksud merperkeras jalan
Ngahiangkeun : Dalam pengertian positif; yaitu sukma yang kembali berpadu
dengan zat asalnya.
Ngajeler Paeh : Seperti ikan mati
Nu Nyusup na Pakwan : Menjaga agar tidak ada serangan yang bisa masuk ke
daerah Pakuan
Nyian Samida : Hutan yang pada zaman dahulu berada di daerah Rancamaya
Pageuh Maneuh : Seia Sekata
Silih Asah – Silih Asuh : Saling Menyayangi, saling mengasihi
Sinjang : Kain panjang bermotif batik
Talaga Rena Mahawijaya : Danau yang bernama Rena Mahawijaya.
Benteng Katimang : ikat pinggang bermanik semotif ornament jas
Kewer: hiasan pinggang yang dipasang disebelah kanan depan menjuntai
kebawah
Sarangka Keris: hiasan yang dipasang disebelah kiri depan menjuntai kebawah
serta berlubang untuk tempat keris
Bendo: tutup kepala bermotif batik sesuai corak dan warna dan batik yang untuk
bagian bawah
Stagen: Ikat pinggang pinggang dari kain cinde untuk mengetatkan kain/batik
Karset: kalung berbentuk tali bandang untuk npengantin pria
Kembang tanjung: bunga imitasi emas berbentuk bunga tanjung yang dipasang
memutari sanggul nyungcung
Wiru: Lipatan kain didepan kain batik
Mangle susun: rangkaian bunga melati dipasang di belakan telinga sebelah kanan,
menjuntai sebatas pinggang.
Muncang: kemiri.
Elar: roncean melati berbentuk rol yang dipakai dibagian depan sanggul
Mayang sari: Rangkaian bunga kecil pendek dipasang disebelah kiri dibelakang
telinga
Pastir: pasung intir, roncean melati berbentuk kerucut yang diberi intiran peupeujitan
sepanjang 45 cm dan berujung kantil putih.
Pepeujitan: Rocean melati usus-usuan

Anda mungkin juga menyukai