Beatrix S A Siregar
5153344003
Kelas:B
FAKULTAS TEKNIK
2015
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ membuat tahapa
merias pengantin indonesia”. Terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Desi Afyanti
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Merias adalah salah satu untuk mempecantikkan diri sesorang terutama pihak
perempuan agar penampilan beda dengan biasanya terutama dalam merias pengantin. Merias
bukan sekedar pengetahuan, tetapi merias merupakan keahlian yang dimiliki seseorang agar
keahlian yang di milikinya itu dapat terlaksana dengan baik saat merias. Dalam merias kita
harus tau bagaimana sebaiknya untuk merubah wajah seseorang itu agar menjadi lebih cantik
sesuai wajah yang dimilikinya.
B. TUJUAN MASALAH
Tujuan penulis dalam memaparkan makalah ini adalah:
1. apa pengertian rias pengantin di indonesia merias pengantin
2. Perlengkapan busana dan asecoris Apa saja yang di pakai oleh pengantin dalam pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN
asecoris pengantin
Pengantin pria dan wanita pernikahaan adat gorontalo
Pengertian pakaian pengantin adat gorontalo
Dalam pakaian adat Gorontalo, ada bebrapa hiasan yang dipakai pada kedua pasangan
pengantin pria dan wanita Pakaian pengantin Wanita (Biliu)
Ada beberapa hiasan dalam Biliu yang terdiri atas:
Hiasan Kepala
1. Baya lo Boute yaitu ikat kepala yang memberikan dua pengertian:Bahwa sang Ratu
telah terikat oleh suatu tanggung jawab.Bahwa segala pemikiran sang Ratu harus
dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
2. Layi artinya bulu unggas yang diletakkan di atas ubun-ubun. Bulu unggas ini dikiaskan
pada kehalusan budi pekerti dimana hendaknya seorang Ratu harus memiliki budi
pekerti yang luhur sebagaimana kehalusan bulu-bulu unggas. Layi diberi warna merah
dan putih sebagai lambang keberanian dan kesucian.
3. Pangge Mopa artinya tangkai-tangkai rendah yang berjumlah 6 buah, diibaratkan kepada
6 orang Bubato atau Pemangku Adat yang untuk kerajaan Gorontalo terdiri dari 2 orang
Bate-bate dan WuU serta 4 orang Kimalaha yang juga menjabat sebagai Kepala
Kampung dan sebagai koordinator pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dengan gelar:
Ti Papa Ti Padengo
Ti Huawango Botu Ti BiawaO
Sedangkan untuk kerajaan Limboto adalah seorang Bate, seorang Bate lo Tuntungiyo dan 4
orang Kimalaha masingmasing:
Ti Hungayo Ti Botu
Ti Dunito Ti Ipilo
Bate-bate adalah Ketua Adat. WuU adalah Pengatur. Kimalaha adalah Koordinator
pelaksana. Bate lo Tuntungiyo adalah wakil Bate. Dalam pengertian ini sang Ratu berke-
wajiban untuk menerima pertimbangan-pertimbangan aparat adat tersebut (Bubato).
4. Pangge artinya tangkai sebanyak 4 buah yang menghiasi bagian belakang dari pada
BiliU yang artinya bahwa sang Ratu berkewajiban untuk menerima pendapat clan
nasihat dari 4 orang raja-raja bawahan yaitu untuk Kerajaan Gorontalo masing-masing:
Raja Bilinggata (Kota) Raja Wuwabu (Kabila)
Raja Hunginaa (Telaga) Raja Lupoyo (Tapa)
Sedangkan untuk Kerajaan Limboto masing-masing :
Raja Dunggala (Batudaa) Raja Tibawa (Limboto)
Raja Tomilito (Kwandang) Raja Butaiyo (Paguyaman).
5. Tuhi-tuhi artinya gafah sebanyak 7 buah yang panjangnya lebih tinggi dari yang lain.
Tuhi-tuhi diibaratkan pada 2 kerajaan yang bersaudara yaitu Hulontalo-Limutu, Limutu-
Hulontalo serta 5 kesatuan kerajaan yaitu :
Kerajaan Tuwawa Kerajaan Kerajaan
Kerajaan Limutu Hulontalo Atinggola.
Kerajaan Bulango
6. Huli : artinya belakang yang disematkan pada bahagian belakang dan terdiri dari 2
tangkai daun-daunan yang ditancapkan pada ujung kiri kanan dari balanga (rangka).
Huli diibaratkan pada dua jalur aparat adat yaitu: Pegawai Syara' dan Talenga (satuan
Pahlawan Keamanan).
7. Dungo Bitila: artinya daun bitila. Bitila adalah semacam pohon yang rimbun berdaun
besar clan buahnya dapat dimakan. Sehelai daun bitila yang tertancap pada kepala
bahagian belakang memberikan arti pengayoman sang Ratu terhadap Rakyat.
8. Huwo O: artinya rambut. Bentuknya terpotong-potong menjadi 5 bagian yang dihu-
bungkan oleh rantai antara satu dengan yang lain. Dalam penobatan seseorang Ratu di
zaman dahulu biasanya 7 potong atau 7 susun.
Adapun lima bahagian yang lazim dipakai sekarang ini diambil dari dua pengertian tentang
keharusan seseorang Ratu untuk bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian
yang.pertama diambil dari lima suku kata yaitu:
LA ALLAH
ILAHA HU
ILLA
Dalam pengertian kedua lima bahagian yaitu diambil dari lima rukun Islam yaitu:
Kalimat Syahadat Berzakat
Sholat (Sembahyang) Naik Haji.
Berpuasa
Di mana pada waktu itu Agarna Islam dinyatakan sebagai Agama Kerajaan dalam
Pemerintahan Adat di Gorontalo. Hal ini dibuktikan dengan adanya sanjak yang menyatakan
:Adati aji-ayimitila tobutoO ButoO Ayi-Ayimitila to Qurani.
9. Taya: artinya timbangan atau dacing yang biasa juga disebut Titimenga. Disamping
pada kiri kanan kepala bahagian depan di samping mata. Pengertiannya bahwa Ratu
harus berlaku adil.
Taya ini mempunyai pengertian yang sama dengan antinganting.
Lain-lain sebagai tambahan penjelasan adanya umbaiumbai yang tergantung pada baya Lo
Boute memberikan gambaran tentang berbagai masalah clan harapan rakyat yang tergantung
sangat pada kepemimpinan Ratu.
B. Hiasan pada bagian Kepala ke Bawah seperti:
1. Boo Tunggohu:Artinya baju kurung yang biasa juga disebut Galenggo. Di atas baju
ini masih digunakan lagi selapis hiasan dada yang disebut Kucubu to Du helo, yang
artinya pembalut dada~. Kucubu to duhelo ini mengisyaratkan pada Ratu agar dalam
memimpin Pemerintahan harus senantiasa menekan clan menutup nafsu amarah. Di
dalam dadanya harus mernancar sinar cinta kasih kepada rakyat, sebagaimana
bersinarnya cahaya yang menghias dada bajunya. Petu: Demikianlah pula pada kiri
kanan ujung tangan baju yaitu pada pergelangan tangan dihiasi dengan sepasang
hiasan yang disebut: Petu, yang membalut ujung lengan baju. Petu ini mengingatkan
bahwa tangan ini harus dimanfaatkan pada karya yang berguna bagi kesejahteraan
rakyat.
Selain itu di bawah Petu, dihiasi pula dengan sepasang gelang lebar yang disebut Pateda.
Gelang ini melilit rapat pada kedua pergelangan tangan yang diartikan pengekang tindakan-
tindakan yang terlanjur.
2. Wulu wawu Dehu: Artinya kalung bersusun. Pengertiannya menyadarkan sang Ratu
bahwa bila pada suatu waktu ia melakukan kesalahan maka baginya telah tersedia tali
yang akan menggantung dirinya (batang lehernya).
3. Hiasan Kuku:Artinya hanya dipakai pada jari manis dan jari kelingking dari kedua
belah tangan kiri dan kanan. Hiasan yang dipakai pada jari manis pertanda budi yang
luhur sedangkan pada jari kelingking mengingatkan Sang Ratu senantiasa
memperhatikan kepentingan rakyat kecil.
4. Alumbu atau Bide:Artinya sarung pada bagian depan kiri dan kanan terdapat hiasan
berderet teratur ke bawah. Penempatan hiasan ini mengikuti pengaturan tempat duduk
para Pejabat Kerajaan (Huhulo0 Bubato Lo Ulipu atau biasa disebut Bulita dalam
suatu musyawarah). Alumbu atau Bide ini terbuka pada bahagian depannya, tetapi di
bahagian dalam masih dipakai lagi selapis kain Uyilonuhu atau biasa juga disebut
Buluwa Lo Rahasia yang artinya peti Rahasia. Tersirat di dalam arti kata itu bahwa
Sang Ratu harus memegang rahasia jabatannya sebagaimana ia menjaga kehormatan
dirinya.
5. Bintolo Etango:Artinya ikat pinggang dan pending. Ikat pingang ini mengingatkan
hendaknya apabila makan terlalu kenyang, supaya ikat pinggang jangan sampai putus.
Dengan demikian Sang Ratu harus makan sekedarnya dalam arti hidup sederhana,
makan barang yang halal dan menghindari yang haram. Seka-ligus pending
emas/Etango yang menghiasi ikat pinggang itu tidak akan terlepas dari Sang Ratu.
2. Pakaian Pengantin Putera (Makuta)
Pengantin Putera mengenakan pakaian yang disebut Makuta atau Paluwala. Makuta
berasal dari kata Mahkota. Nama ini baru dikenal pada akhir abad ke XIX dimana
sebelumnya hanya dikenal dengan nama Paluwala yang berasal dari kata Piloluwala yang
artinya sumber. Paluwala ini hanya dipakai oleh Raja yang disebut OLONGIA, yang menjadi
sumber dari kedua kekuasaan pada waktu itu.
Telah banyak perubahan bentuk setelah Paluwala ini diganti dengan Mahkota. Dalam
Makuta antara lain tidak terdapat lagi apa yang disebut Buntali, Bako clan Dungo Ayu
(rangka, kotak clan daun-daun kayu). Hal ini tesjadi sekitar tahun 1892 dimana Pemerintah
Hindia Belanda sedikit demi sedikit mulai menyusup masuk mempengaruhi adat istiadat clan
kebudayaan Gorontalo yang antara lain ikut mempengaruhi pula bentuk Paluwala dengan
hiasan-hiasannya sebagai berikut:
1. Tudung Makuta letaknya menjulang ke atas dan terkulai ke belakang berbentuk bulu
Unggas. Sebagaimana kita ketahui bahwa bulu-bulu Unggas adalah halus dan lembut
maka sifat-sifat kehalusan yang demikian itulah diharapkan dari budi pekerti Raja. Layi
ini diletakkan menjulang ke atas melambangkan hubungan Arab ALIF yang
mengandung makna Ke Esaan Tuhan,
Pada Layi ini melekat hiasan emas yang berbentuk daun sebanyak lima clan yang memberi
pengertian lima prinsip dalam kehidupan adat istiadat Daerah Gorontalo, yaitu:
WuUdu (adat berpakaian) Tombula (membalas
Aadati (kebiasaan yang penghormatan orang lain)
sopan) Buto (hukum
Tinepo (penghargaan
sesama Umat)
Selain itu pula dihiasi dengan delapan bintang kecil yang memberi pengertian bahwa
8 Negeri di daerah Gorontalo, yaitu: Bilinggata, Hunginaa, Wuwabu, Lupoyo di Kerajaan
Gorontalo clan Dunggala, Tomilito, Tibawa, Butaiyo di Kerajaan Limboto bersama-sama
menganut lima prinsip itu. Dengan demikian maka bintang-bintang kecil itu diletakkan di
atas lima daun prinsip itu.Di bawah dari Delapan bintang ini terdapat lagi 6 buah bintang
lainnya yang dikiaskan pada 6 Rukun Iman yaitu:
1. Kepercayaan kepada Tuhan 4. Kepercayaan kepada Rasul
2. Kepercayaan kepada Malaikat 5. Kepercayaan Kepada hari Kiamat
3. Kepercayaan kepada Kitab Suci 6. Kepercayaan Kepda Takdir
Sedangkan di atas bintang-bintang kecil itu terdapat bintang besar terletak di tengah-
tengah Layi yang melambangkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Pada kiri clan kanan bahagian
depan terdapat dua hiasan berbentuk mata yang mengharuskan kepada Sang Raja untuk harus
bermata tajam memperhatikan keadaan rakyat.
Pada sekeliling sayap Makuta melilit rantai clan umbaiumbai yang memberikan
makna sebagai rakyat clan dengan segala harapan-harapannya. Sedangkan samping kiri clan
kanan sayap Makuta dihiasi dengan ular naga yang menggambarkan kewaspadaan.
Ber Takwa Doa: Pasangan daripada Makuta disebut Baju Raja dimana sebelumnya Paluwala
diganti dengan Makuta biasanya dipakai Bo0 Takuwa DaA. Bo0 artinya baju clan Takowa
berasal dari Takwa yaitu takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada Baju Raja ini yang dapat diberikan pengertian hanyalah hiasan yang melilit pada
leher dengan dua buah tali yang dilekatkan arah ke bawah yang sama pengertiannya dengan
kalung dalam pakaian BiliU. Dapat ditambahkan Baju Raja karena baju ini dirancang
bersama-sama dengan perubahan Palu wala menjadi Makuta.
1. Celana Raja: pada celana Raja disamping kiri clan kanannya dihiasi dengan seutas tali
lurus dari atas ke bawah sebagai pengertian kepada Raja untuk harus berlaku jujur kepada
rakyat. Demikian pula pemakaian sepatu dalam pasangan baju ini baru dikenal pada akhir
abad ke XIX.
2. lkat Pinggang dan Pending, sama pengertiannya dengan Bintolo clan Etango pada pakaian
BiliU.
3. Pedang:mdalam bahasa Daerah Gorontalo disebut Jambiya. Pedang kebesaran ini
dialmbangkan sebagai pertanggung jawaban Raja dalam mempertahankan clan mem-bela
kerajaan bersama rakyat yang penyematannya dirangkaikan dengan sebuah sanjak:
Bangusa Talalo (Bangsa Openu demoputi Tulalo (Lebih
dipelihara) baik berputih tulang)
Lipu Po Duluwalo (Negara dibela) Bodila moputi Baya (Dari pada
berputih muka)
Dalam pengertian yang lebih tegas mempunyai arti lebih baik berkalung tanah daripada
malu. Jambiya ini terikat dengan secarik kain berwarna merah yang mengharuskan seorang
Raja itu berani, dan berjiwa patriotisme.
a.Riasan Wajah
1. Bersihkan wajah, oleskan pelembab warna agar kulit cerah, kemudian alas bedak
sewarna kulit tipis-tipis pada wajah dan leher secara merata. Jangan lupa untuk
memberikan shading dan tint di area yang dibutuhkan.
2. Pulaskan bedak tabur secara merata ke wajah dan leher menggunakan kuas,
disambung dengan bedak padat untuk menegaskan riasan. Disambung dengan
kembali mengoleskan tint untuk mencerahkan kulit.
3. Pulaskan eyeshadow warna merah mata pada kelopak mata dan cokelat pada
perbatasan kelopak dan tulang mata, baurkan.
4. Untuk menegaskan sekaligus mencerahkan mata, pulaskan highlight warna pink muda
pada tulang mata hingga ujung alis terluar. Baurkan dengan eyeshadow.
5. Alis dibentuk melengkung indamangot sebagai ciri khas pengantin Solo Putri.
6. Jepit bulu mata dengan penjepit khusus bulu mata. Kemudian pasang bulu mata palsu,
baik untuk bagian atas maupun bawah. Setelah itu oleskan eyeliner cair agar mata
lebih tajam dan diakhiri dengan maskara agar mata lebih tajam.
7. Oleskan lipstik warna merah dengan kuas agar merata.
8. Pulaskan blush on warna merah pada pipi, dengan batas atas dua jari dari sudut mata,
batas samping luar dua jari dari telinga dan batas samping dalam dua jari dari hidung.
Sedangkan untuk batas bawah disesuaikan bentuk muka. Oleskan agak tebal, sebab
momen pengantin riasan memang harus tebal.
Cengkorongan
Caranya:
(A)- Gajahan: Ambil titik tengah di garis rambut dari tengah hidung. Kemudian buat titik di
kiri dan kanan dari titik tengah dengan jarak dua jari. Untuk titik bawahnya, diambil dari
ujung alis dengan jarak tiga jari. Kemudian dari titik-titik tersebut ditarik garis dengan bentuk
setengah bulatan telur itik.
- Penitis: Buat titik dari pangkal alis dengan jarak satu ibu jari. Kemudian ambil titik dari
gajahan dengan jarak dua setengah jari. Titik lainnya diambil dari atas pangkal telinga dengan
jarak satu jari. Tarik garis berbentuk setengah bulatan telur ayam. Buatlah untuk sisi kanan
dan kiri.
- Pengapit: Ambil titik di tengah-tengah titik gajahan dan penitis. Kemudian dari titik tengah
itu dibagi lagi kiri dan kanan. Untuk titik bawahnya, diambil dua jari dari alis. Tarik titik-titik
tersebut menjadi berbentuk bunga kantil.
- Godeg: Untuk membuat godeg harus nyambung dari penitis. Caranya, buat titik berjarak
dua jari dari sisi telinga, kemudian untuk ujungnya juga berjarak dua jari dari ujung telinga.
Sedangkan pangkal godeg ini ditarik dari titik penitis bawah, masuk satu jari ke dalam.
Kemudian tarik garis dari titik-titik tersebut dan bentuklah seperti ujung bunga turi.
(B) Cengkorongan itu kemudian diisi dengan pensil alis warna hitam dan ratakan.
b.Busana
Pakaiannya menggunakan kebaya dengan selendang atau kerudung yang diberi renda-
renda, dibordir dengan warna muda. Kebaya dan kerudung, warnanya sama. Kain kebaya
tidak boleh tembus pandang, sehingga tidak memperlihatkan pakaian dalam. Lalu memakai
peniti renteng.
c.Rias rambut dan Sanggul
1. Sisir rambut dan belah menjadi dua, yaitu bagian depan dan belakang. Untuk bagian
belakang buat kuncir dengan tinggi sekitar lima jari rapat dari garis rambut terbawah.
2. Untuk bagian depan, disasak penuh.
3. Rapikan sasakan. Untuk bagian atas dibuat rata atau tidak terlalu tinggi, sementara
untuk bagian samping atau yang disebut conthokan, lebar sempitnya disesuaikan
bentuk wajah. Kalau wajah kecil, berarti conthokan lebar, demikian pula sebaliknya.
4. Pada puncak kepala, ambil jarak tiga jari dari garis rambut dan ikat dengan lungsen
atau kunciran rambut dengan jumlah sedikit. Buhulkan.
5. Untuk kuncirannya diikatkan cemara cawang.
6. Pasang rangkaian pandan wangi yang sudah diiris tipis-tipis dan dimasukkan ke
dalam rajut panjang, di belakang sasak. Ikat dengan kencang.
7. Cemara cawang dibagi dua, kanan dan kiri. Tekuk cemara yang sudah dibagi dua itu
ke dalam, dari kiri dan kanan, bentuk seperti kupu. Sementara sisanya untuk menutupi
pandan. Biarkan pandan terlihat mengintip atau yang dinamakan mata sipit.
Kemudian, ambil lungsen dan tarik ke bawah untuk membelah sanggul menjadi
bentuk kupu. Tutup sanggul dengan rajut bulat beberapa lapis sampai rapi.
8. Pasang tutup gelung melati di atas sanggul dan dijepit dengan jepit rambut. Dan batas
sanggul ditutup dengan sisiran yang dirangkai dari melati berbentuk bando.
9. Sisi kanan bawah sanggul dipasang tiba dada, yaitu melati yang dirangkai
memanjang. Rangkaian melati disampirkan di bahu kanan.
10. Untuk sisi kiri bawah dipasangkan sintingan, yaitu rangkaian melati pendek.
11. Pasang sisir di atas gajahan dengan jarak tiga jari dari garis rambut. Kemudian di sisi
kanan dan kiri dipasang borokan dengan jarak satu jari dari garis rambut. Kemudian
letakkan sokan, yaitu rangkaian melati beberapa buah, di atas penitis.
12. Pasang penetep di tengah-tengah sanggul dan tanjungan di kiri kanan sanggup,
masing-masing tiga buah.
13. Pasang cunduk mentul sejumlah tujuh atau sembilan buah. Untuk cunduk mentul
pertama diletakkan di puncak kepala, selanjutnya berjarak dua jari, ke kiri dan kanan
hingga membentuk seperti kipas. Selanjutnya tutup tempat tusukan cunduk mentul
dengan sisiran.
2.laki-laki
b.Busana
a. Udeng Batik poteh pancot miring warna hitam tiga tingkat
Udeng ini memiliki makna bahwa udeng ini merupakan ciri khas dari Jawa Timur, bermotif
batik dan memiliki pancot.
b. Jas tutup badan ( beskap )dengan asesoris
Beskap Cak memiliki warna putih gading yang melambangkan kesucian, memiliki 5 kancing
berwarna emas yang memiliki makna arek Surabaya selalu menjunjung tinggi rukun islam.
c. Kuku macan
Pada awalnya gantungan di baju Cak adalah rantai jam dengan bendel hiasan akan tetapi
karena terlalu berat maka diganti dengan kuku macan. Kuku macan sendiri memiliki makna
kekuatan dan ketangkasan yang tak terbatas sehingga Cak menjadi pelindung yang tangguh
dan dapat dihandalkan. Kuku Macan biasanya digantungkan pada kancing kedua dari kelima
kancing baju beskap
d. Sapu tangan merah
Sapu tangan merah ditempatkan di saku sebelah kiri atas beskap kebesaran. Sapu tangan ini
melambangkan cak merupakan sosok yang penuh dengan loyalitas dan setia
e. Jarik Parikesit, Rawon atau Gringsing Wiron
Jarik merupakan salah satu lambang dari keluwesan Jawa. Selain itu dalam bertindak arek
Surabaya diharuskan untuk bisa bekerja seefektif dan seefisien mungkin tapi tetap tidak
meninggalkan aturan dan norma yang ada.
f. Terompah
Terompah merupakan salah satu unsur baju kebesaran Cak Surabaya. Terompah adalah
simbol kecerdasan, foundation, tempat berpijak, berpikir, termasuk kemudian simbol segala
yang duniawi.
Hasil akhir
1. PENGANTIN JAMBI
Para pria Jambi mengenakan lacak atau penutup kepala yang terbuat dari kain
beludru merah yang di bagian dalamnya diberi kertas karton. Pemberian kertas karton
dimaksudkan agar kain dapat ditegakan menjulang tinggi ke atas. Sebagai hiasan,
lacak umumnya akan dilengkapi dengan flora, yaitu tali runci di sisi kiri dan bungo
runci di sisi kanan. Bungo runci ini dapat berupa bunga asli maupun bunga tiruan.
Adapun untuk bajunya, para pria akan mengenakan baju kurung tanggung.
Dinamakan demikian karena baju ini memiliki lengan yang tanggung, panjangnya
lebih dari siku tapi tidak sampai ke pergelangan tangan. Penggunaan lengan semacam
ini memiliki filosofi bahwa pria Melayu Jambi harus tangkas dan cekatan saat
bekerja. Sama seperti lacak, baju kurung pun dibuat dari bahan kain beludru. Sebagai
hiasan, baju ini dilengkapi dengan sulaman benang emas dengan motif kembang
bertabur (tagapo) dan kembang melati di bagian tengah, dan motof kembang
berangkai dan pucuk rebung di bagian sisinya. Penggunaan motif sulaman benang
emas ini memiliki filosofi bahwa tanah Melayu adalah tanah yang kaya dan subur.
Sebagai celana, para pria akan menggunakan cangge atau celana biasa yang terbuat
dari bahan beludru juga. Sebagai pelengkap, sarung songket dililitkan ke pinggul.
Untuk menguatkan ikatan sarung, sabuk kuningan akan dipasang melingkar di
pinggul sekaligus sebagai tempat menyelipkan keris yang menjadi senjata tradisional
Jambi. Selain perlengkapan-perlengkapan tersebut, pakaian adat Jambi untuk pria
juga dilengkapi dengan beberapa aksesoris di antaranya tutup dada yang berbentuk
seperti bunga teratai. Gelang kilat bahu berwarna emas atau perak yang berlukiskan
naga, selendang tipis merah jambu dengan rumbai-rumbai kuning di bagian ujungnya,
serta selop sebagai alas kaki.
Hampir sama dengan pakaian pria, pakaian adat Jambi untuk wanita juga berupa
baju kurung yang terbuat dari bahan kain beludru. Teratai dada (tutup dada),
selendang, pending dan sabuk (ikat pinggang), dan selop yang dikenakan juga sama.
Akan tetapi, khusus pada wanita, sarung songket dan selendang merah dari tenunan
benang sutra biasanya juga dikenakan sebagai pelengkapnya. Sebagai mahkota atau
penutup kepala, wanita Jambi mengenakan pesangkon yang diberi hiasan logam
berwarna kuning dengan bentuk menyerupai duri pandan. Secara sederhana,
pesangkon pada kepala wanita adat Jambi dapat dilihat seperti pada gambar di
samping. Selain perlengkapan di atas, pakaian adat Jambi untuk wanita juga
dilengkapi dengan beragam aksesoris yang jumlahnya lebih banyak, mulai dari
kalung, gelang tangan, gelang kaki, hingga anting-anting.
Suku Aceh Alas atau suku Alas, adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di kabupaten
Aceh Tenggara. Suku Alas walaupun berada di provinsi Nanggroe Aceh, tapi secara sejarah
mereka lebih dekat dengan suku Gayo dan suku Singkil dan suku-suku Batak dari wilayah
provinsi Sumatra Utara. Orang Batak Alas menyebut wilayah adat pemukiman mereka
sebagai Tanah Alas. Sedangkan orang Alas menyebut diri mereka sebagai Kalak Alas atau
Ukhang Alas.
Menurut cerita dari Tanah Gayo, suku Alas merupakan pecahan dari suku Gayo, karena
nenek moyang orang Alas dikatakan berasal dari kabupaten Gayo Lues. Oleh karena itu,
orang Gayo sering menyebut suku Alas ini sebagai suku Gayo-Alas. Menurut dugaan kata
"alas" berasal dari bahasa Gayo yang berarti "tikar". Pemberian nama ini dikaitkan dengan
keadaan wilayah pemukiman orang Alas yang terbentang luas seperti tikar terkembang di
sela-sela Bukit Barisan.
1. Pembersihan
- Tuangkan susu pembersih/cream dicawan kecil yang telah tersedia, mulai pembersihan
keseluruh wajah dan leher.
- Setelah diangkat dengan tissue diberikan penyegar face tonic atau astringent sesuai
dengan jenis kulit, dituangkan pada kapas lalu ditepuk-tepuk keseluruh wajah.
2. Merias wajah
Setelah dilakukan pembersihan, wajah diberikan pelembab atau moisturizer.
Setelah itu aplikasikan alas bedak atau foundation merata keseluruh wajah dan leher.
Setelah itu berikan bedak tabur atau face powder dengan cara menepuk-nepuk atau
ditekan-tekan pada wajah dan leher secara perlahan dan merata, untuk meratakan
bedak gunakan sikat wajah atau face brush dengan arah kebawah dan kesamping.
Membentuk alis. Warna alis disesuaikan dengan warna rambut dan dibentuk sesuai
dengan bentuk wajah (melengkung indah).
Merias mata. Tidak ada ketentuan warna hanya disesuaikan dengan warna busana dan
kombinasi harus serasi dan membaur. Pada kelopak mata diberi warna terang, pada
sudut mata bagian luar diberi warna gelap, highlight diberi warna putih atau krem.
Memakai garis mata (eye liner) untuk memberi kesan mata lebih indah. Mengenakan
maskara agar bulu mata terlihat lentik dan tebal.
§ Memakai bayangan hidung.
§ Memberikan pemerah pipi atau blush on.
§ Mengenakan lipstick dan lipgloss, hendaknya dipilih warna cerah dan serasi dengan
warna pemerah pipi atau diserasikan dengan warna busana misalnya merah cerah,
oranye, pink dan lain-lain.
Motif-motif yang terdapat pada pakaian adat pernikahan ini berupa motif Embun
Bekhangkat, Pucuk Khebung, Semut Beriring, Jekhjak Pantemken, Mte Baning, Lempang
Kentang, Pgakh Anak, Bunge Mbakau, Bunge Jambu, Embun Bekhangkat Bulung Tebu,
Jalan Ular, Bunge Empat, Bunge Waluh, dan Khentape. Makna yang terkandung pada motif
ini melambangkan tatakrama, saling hormat menghormati, yang mana kehidupan penuh
dengan tantangan dan rintangan yang berliku-liku sehingga kita harus dapat membentengi
diri dengan keimanan, keIslaman, ketauhidan dan kemakrifatan.
NTT
Nusa Tenggara Timur beribukotanya Kupang, terdiri dari pulau-pulau yang memiliki
penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat dari
perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukan bermacam suku-bangsa dengan latar belakang
sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula. Di Pulau Timor misalnya didiami
oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan, Tetun (Belu), Buna, dan Kemak. Suku bangsa Kisar di
Pulau Kisar, suku bangsa Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu
terdapat suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di pulau Sabu, suku Sumba di Pulau
Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada, Ende, Lio, Sikka, dan
Larantuka di Pulau Flores.
Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading
yang dipakai pada upacara adat/perkawinan
Muti salak/kalung dan liontin dari emas
Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang
koin/sovren/ uang emas pada zaman dahulu
Anting/giwang emas bermata putih/berlian
Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita
Tata rias pengantin batak toba dimasa lampau dimana mempelai pengantin pria tak
mengenakan baju atas dan mempelai wanita mengenakan kemben hitam. Bagian bawah
pengantin mengenakan ulos ragidup. Kain ini seringkali dipakai para raja adat atau mereka
yang dituakan yang telah menyelami ragi kehidupan.
Sebagai raja dan ratu sehari para pengantin diberi kesempatan mengenakan ulos
ragidup. Mempelai pria membawa tongkat panjang panaluan juga sebagi simbol seorang raja
atau pemimpin.
Sanggul timpus
Tubuh bagian atas mengenakan kemben lalu dilapisi dua selempang kain ulos yang
dikenakan pada bahu menyilang.
Kain ulos ragidup dikenakan melilit tubuh bagian bawah dengan menggenakan ikat
pinggang gondit mas.
Mengenakan horung-horung simata ( kalung 3 warna hitam,putih,merah ) dan kalung
bijo batik dan kalung mas.
Ketampanan marapulai pun kian memikat dalam balutan rompi ditutup jas roki dan
celana panjang, berpadu kain songket dengan warna yang senada dengan busana anak daro.
Ikat pinggang keemasan hadir sebagai pengikat kain songket yang dikenakan sebagai kain
samping, dan sebilah keris terselip diantaranya. Melengkapi tampilan, kalung bulan sabik
hadir di dada melengkapi kegagahan pengantin pria, sang marapulai.
e. Telinga : Ralia
f. Lengan :-
g. Tangan : Gelang gadang, gelang manangah, gelang rago-rago
e. Tata Busana :
Bagian Atas : Kebaya brokat krem/kuning.
Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan yang harus kitablestarikann karena ini
merupakan aset bangsa indonesia salah satunya adalah pengantin tradisional yang sering x
dipandang sebelah mata karena dianggapp tidak mengikuti tren saat ini kebanyakan indonesia
Setiap adat pernikahaan di indonesia adalah suatu pranata yabg dilaksanakan berdasarkan
budaya aturan pernikahannya.melihat beragam asesoris setiap adat jelas terlihat bahwa
busana adat mewariskan keaagungan serta kejayaan raja raja di setiap suku maka kita harus
menjaga dan tetap memakai nya agar tidak hilang di makan waktu dan jaman