YOGYAKARTA
Dosen Pengampu: Dr. Jenny Sista Siregar, M.Hum
Oleh:
Dania Nurazizah (1516617018)
Hanifa Noor Qalby (1516617043)
B. Sejarah
Pada zaman dulu, busana dan tata rias paes ageng Keraton Yogyakarta dan
Solo hanya boleh dikenakan oleh kerabat raja. Untuk di Yogyakarta, baru pada
masa Sultan HB IX atau tahun 1940, masyarakat umum diijinkan memakai
busana ini dalam upacara pernikahan.
Sri Sultan mengizinkan Paes Ageng untuk digunakan masyarakat umum
dengan alasan supaya Paes Ageng tetap diingat dan tetap lestari. Mengingat
Paes Ageng adalah tata rias dan busana pengantin keraton yang mengandung
sarat makna dan nilai pendidikan moral bangsa, etika/tata krama, dan ungguh-
ungguh yang sangat mulia untuk disebar dan dilestarikan sebagai salah satu
kekayaan budaya Indonesia.
C. Tujuan
Mahasiswa dapat:
1. Melakukan diagnosa wajah
2. Melakukan aplikasi make up decorative
3. Melakukan pembuatan sanggul
4. Melakukan pemasangan kain dodotan dan aksesoris
D. Keselamatan Kerja
1. Kesehatan
Bersih ruangan
Sirkulasi udara
Bebas bau badan dan mulut agar tidak mengganggu suasana kerja
Kebersihan tangan dan kuku pribadi
2. Keselamatan kerja
Melakukan kerja sesuai prosedur
Tertib dalam pengoperasian alat
Tertib dalam pemilihan alat dan kosmetik
Hindari pemakaian alat rusak
Memeriksa instalasi alat listrik untuk memastikan baik
Posisi kerja nyaman, baik bagi klien maupun customer
Kembalikan alat, bahan, dan lenan pada tempatnya semula bila selesai
E. Persiapan
1. Persiapan pribadi:
- Mengenakan pakaian kerja yang rapih
- Memberikan sentuhan make-up
- Tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan
- Sanitasi tangan
- Gunakan sepatu datar yang nyaman
- Menjaga bau badan dan mulut
2. Persiapan klien:
- Klien di persilahkan duduk di tempat yang telah di sediakan dan di tanyakan
keperluannya kemudian di ajak berkomunikasi
- Mencatat data atau mendiagnose pelanggan hasil wawancara
- Membuka perhiasan klien dan menyimpan di tempat yang aman.
- Klien berambut panjang, bersih, dan mudah diatur
Tata rias wajah pengantin corak Paes Ageng memiliki ciri khas pada bentuk
alis menjangan ranggah, jahitan mata, dan hiasan pada dahi. Ekspresi wajah pada
corak ini digambarkan sebagai wanda luruh yang berarti raut wajah yang tenang.
Ekspresi wanda luruh pada rias wajah pengantin merupakan simbol atas bentuk paes
yang melengkung ke bawah. Hal ini bermakna bahwa seorang wanita harus memiliki
sifat lembut dan menunduk/tumungkul (jawa), karena sifat kelembutan yang terpancar
menjadi jiwa seorang wanita yang berbudi luhur (wanita kang utomo)
Makna Paes adalah upaya untuk mempercantik diri agar dapat membuang
jauhjauh perbuatan buruk dan menjadi orang sholeh dan dewasa
Penunggul/pinunjul, mengandung sesuatu yang paling tinggi, paling besar dan paling
baik. Makna ini mengandung harapan agar kedun mempelai dapat menjadi manusia
yang sempurna dan ditinggikan derajatnya.
Pengapit, simbol atas keseimbangan kehidupan bermakna sebagai pendamping kanan
dan kiri. Pendamping kanan berfungsi sebagai pemomong yang setia dan selalu
mengingatkan melalui suara hati agar tetap kuat dan teguh iman.
Penitis, berbentuk seperti pucuk daun sirih namun lebih kecil dari penunggul yang
mengambarkan gunung/ meru yang merupakan simbol kearifan hidup ini memiliki
makna agar harapan kedua mempelai pengantin diapit mencapai tujuan yang tepat.
Godeg, simbol atas asal usul manusia, dari mana ia berasal dan kemana akan kembali.
Alis menjangan ranggah membuat pengantin menjadi merabu, merabu berasal dari
kata Prabu. Prabu adalah sosok raja yang berwibawa dan gagah, sehingga pengantin
yang menggunakan alis menjangan ranggah akan terlihat berwibawa.
Cithak, merupakan simbol dari sebuah pagar atau penutup perbuatan jahat yang
dilakukan oleh orang lain kepada pengantin. Cihtak bermakna untuk memagari
kelemahan manusia yang terletak pada panca indra agar tidak mudah diperdaya oleh
kekuatan jahat.
Prada dan ketep, berfungsi sebagai keindahan dan pengisi bidang paes yang berwarna
hitam dan emas.
Jahitan mata, merupakan simbol untuk memperjelas penglihatan agar berfungsi
sebagai penyaring agar dapat melihat secara jelas. Mampu membedakan hal yang baik
dan yang buruk kemudian dinalar dengan akal pikiran dan dapat dijadikan pegangan
yang kuat selama hidup
H. Busana Pengantin
Busana yang digunakan antara lain:
Dodot/Kampuh: melambangkan yang pada mulanya belum banyak tahu
(remaja) menjadi serba tahu dan sempurna (dewasa).
Cinde.
Kain batik yang melekat erat
Pelengkap:
Buntal sebagai perlengkapan busana pengantin wanita dan pria terdiri dari
rangkaian bunga seperti: bunga patramenggolo, bunga kamboja, daun kroton,
daun pandan dan pupus daun pisang yang di satukan dengan seutas tali. Makna
di dalam keraton dan masyarakat tidak mengalami perubahan yakni sebagai
simbol dari cinta kasih yang menyatu dalam ikatan
Ikat pinggang pada pengantin wanita dinamakan pending/slepe, sedangkan
untuk pengantin pria disebut lonthongan.
Pengantin wanita menegenakan dodot atau kampuh dengan ragam perhiasan
gemerlap seperti Klat Bahu Naga, kalung susun tiga, gelang bumbungan/kono,
sepasang cincin, pending, bros pada uket cinde, serta selop tutup beludru
bersulam benang emas.
1. Alat Sanggul
N NAMA ALAT KEGUNAAN GAMBAR
O.
1. Sisir Besar Untuk merapihkan
rambut
2. Bahan Sanggul
NO. NAMA BAHAN KEGUNAAN GAMBAR
1. Karet Rambut Untuk mengikat rambut
3. Kosmetika Sanggul
NO. NAMA KEGUNAAN GAMBAR
KOSMETIKA
1. Hair Spray Untuk memperkuat
sasakan dan
merapihkan rambut
2. Pomade Untuk styling rambut