Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAMBING PERANAKAN

ETTAWA JANTAN YANG DIBERI PAKAN BERBEDA

Suparman1, Harapin Hafid2, La Ode Baa2


1)
Alumnus Prodi Peternakan PPs UHO
2)
Staf Pengajar Fakultas Peternakan UHO
email : suparman77ptk@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan mengkaji pertumbuhan dan produksi kambing peranakan Ettawa
jantan yang diberi pakan berbeda. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan
April 2016, di Kelurahan Ranomentaa Kecamatan Toari Kabupaten Kolaka. Sebanyak 12 ekor
kambing peranakan Ettawa jantan dengan kisaran umur 4-6 bulan yang di tempatkan pada 12
kandang individu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap 3 perlakuan
dengan 4 ulangan. Perlakuan 1 (P1) (100% daun murbei), P2 (50% daun murbei, 50% daun
gamal) dan P3 (100% daun gamal). Parameter yang diamati adalah PBB, bobot potong, bobot
dan persentase karkas, bobot dan persentase non karkas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Rata-rata PBB P3 (26,98 g/hari) berbeda nyata (P<0,05) dengan P2 (22,83 g/hari) dan P1 (22,42
g/hari), akan tetapi P2 dan P1 tidak berbeda nyata. Sejalan dengan rataan bobot potong yaitu
dari tertinggi ke terendah P3 (13,29 Kg), P2 (11,21 Kg) dan P1 (10,37 Kg). diikuti rataan bobot
karkas yang berpengaruh nyata (P<0,05) akibat perlakuan. Rataan bobot karkas P1 (4,17 Kg),
P2 (4,24 Kg) dan P3 ((5,38 Kg). Sedangkan pada Rataan persentase karkas berpengaruh tidak
nyata (P>0,05) akibat perlakuan dengan kisaran 38,43-39,43%. Begitu pula dengan bobot non
kakas dan persentase non karkas dengan kisaran rata-rata 50,73-55,09. Pemberian pakan murbei
dan gamal berpengaruh nyata pada PBB, bobot potong dan bobot karkas tetapi tidak
berpengaruh terhadap persentase karkas, bobot non karkas dan persentase karkas.
Kata Kunci : Pertumbuhan, Produksi Kambing PE Jantan, Daun Gamal dan Daun Murbei.

Abstract
This study aimed to analyze the growth and productivity of male bred Ettawa goats that
are fed with different animal feeds. The study was conducted for 4 months, from January to
April 2016, at the village of Ranomentaa in the sub district of Toari, Kolaka regency. The used
involved 12 male bred Ettawa goats, aging between 4-6 months and placed in 12 individual
cages. The study used the Complete Randomized Design with 3 treatments and 4 repetitions,
including Treatment 1 (P1), P2 (50% of mulberry leaves, 50% of gliricidia leaves), and P3
(100% of gliricidia leaves). Parameters under observation in the study were increase of body
weight (PBB), weight of slaughtered animal, weight and percentage of carcass, weight and
percentage of non-carcass. Results of the study showed that the average of PBB of P3 (26.98
g/day) was significantly different (P<0.05) from P2 (22.83 g/day) and P1 (22.42 g/day), whereas
P2 and P1 were not significantly different. This was in line with the average of slaughtered
animal weight from the highest to the lowest, namely P3 (13.29 kg), P2 (11.21 kg), and P1
(10.37 kg), followed by the average of carcass weight which was significantly affected (P<0.05)
by the treatment. The average of carcass weight was P1 (4.17 kg), P2 (4.42 kg), and P3 (5.38
kg), whereas the average of carcass percentage had no significant different (P<0.05) due to the
treatment with the range of 38.43–39.43%. Similarly, the weight and percentage of non-carcass
were within the range of 50.73–55.09%. Based on the results of this study, it could be
concluded that while feeding goats with gliricidia and mulberry leaves had a significant effect
on the increase of body weight, weight of slaughtered animal, and weight of carcass, it had no
significant effect on carcass percentage, weight of non-carcass, and percentage of carcass.
Keywords: gliricidia leaves, mulberry leaves, growth and productivity of male PE goats

1 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


PENDAHULUAN (environment) dan pengelolaan
Ternak kambing merupakan salah (management) (Hafid dkk., 2003).
satu jenis ternak yang memiliki prospek Usaha budidaya ternak kambing
pengembangan yang cukup baik dalam peranakan Ettawa merupakan salah satu
menyuplai kebutuhan daging. Salah komoditi unggulan di Kabupaten
satu jenis ternak kambing yang cocok Kolaka khususnya di Kecamatan Toari,
untuk dikembangkan adalah kambing karena masyarakatnya sudah banyak
Peranakan Ettawa. Kambing Peranakan yang merasakan manfaat usaha beternak
Ettawa adalah salah satu kambing lokal kambing peranakan Ettawa sebagai
di Indonesia dengan populasi yang usaha dalam menambah penghasilan
cukup tinggi dan tersebar luas, saat ini pendapatan petani ternak. Berdasarkan
populasi ternak kambing Peranakan potensi sumberdaya alam Kecamatan
Ettawa terbanyak di Sultra adalah di Toari tersebut, dimana terdapat pula
Kabupaten Kolaka, sebesar 15.123 ekor banyaknya pakan alami yang tersedia
(Dinas Pertanian, Holtikultura dan seperti daun gamal dan daun murbei
Peternakan, 2015). sehingga dalam melakukan usaha
Faktor jenis kelamin sangat peternakan kambing peranakan Ettawa
berpengaruh terhadap performa bisa diarahkan pada pola pemeliharaan
produksi ternak yang disebabkan oleh secara intensif. Atas dasar
adanya pengaruh terhadap jaringan pemikiran tersebut, maka penelitian
tubuh sekaligus mempengaruhi ini bertujuan untuk mengkaji
pertumbuhan maupun persentase karkas pengaruh pemberian pakan yang
ternak serta jenis kelamin menyebabkan berbeda terhadap pertumbuhan dan
perbedaan laju pertumbuhan pada jenis produksi kambing peranakan Ettawa
kelamin, selanjutnya pada umur yang jantan.
sama ternak jantan biasanya tumbuh
lebih cepat dibandingkan ternak betina, MATERI DAN METODE
selain itu kandungan nutrisi pakan juga 1. Materi
ikut berpengaruh terhadap bobot badan Penelitian ini dilaksanakan
maupun persentase karkas dan non selama 4 bulan yaitu mulai pada bulan
karkas. Mulyono (2000) Januari sampai bulan April 2016,
mengemukakan bahwa pakan hijauan bertempat di Kelurahan Ranomentaa
mengandung zat gizi yang dapat Kecamatan Toari Kabupaten Kolaka.
menentukan pertumbuhan, reproduksi Penelitian ini menggunakan 12 ekor
dan kesehatan ternak. Pakan hijauan kambing peranakan Ettawa jantan
segar yang baik adalah bila dengan kisaran umur 4-6 bulan yang di
komposisinya diatur antara yang tempatkan pada 12 kandang individu.
mengandung protein rendah dan protein Bahan yang digunakan adalah pakan
tinggi. Produktivitas ternak (daun gamal dan daun murbei), air,
dicerminkan oleh pertumbuhan yang garam, dan obat-obatan. Peralatan yang
pesat dan dapat diukur melalui digunakan dalam penelitian ini adalah
pertambahan bobot badan dan kandang metabolis (kandang individu),
persentase karkas yang dihasilkan tempat pakan, tempat minum, parang,
(Hafid, 2002). timbangan digital, timbangan berat
Pertambahan bobot badan ternak badan, skop, ember, baskom, meter pita,
sangat dipengaruhi oleh jenis ternak cutter, gergaji besi, pisau, parang,
(breed), jenis kelamin (sex), umur kantong plastik, tali rafia dan meja
(age), faktor lingkungan pemotongan.

2 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


2. Metode
3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan yang digunakan pada
dengan 2 tahap yaitu tahap pertama penelitian ini adalah Rancangan Acak
pemeliharaan dan tahap kedua Lengkap (RAL) 3 perlakuan dengan
pemotongan. Sebelum dilakukan 4 ulangan. Perlakuan 1 (P1) (100%
pemeliharaan terlebih dahulu daun murbei), P2 (50% daun murbei,
melakukan persiapan termasuk ternak 50% daun gamal) dan P3 (100% daun
yang digunakan dibiasakan selama gamal). Parameter yang diamati dalam
kurang lebih 1 minggu berturut-turut, penelitian adalah : bobot badan, bobot
dikarenakan ternak kambing berasal potong, bobot karkas, persentase karkas
dari peternakan rakyat yang dan persentase non karkas
pemeliharaan dan pakan yang diberikan
berbeda dengan yang diberikan pada
saat penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemberian pakan alami dilakukan
Berdasarkan penelitian yang telah
3 kali sehari yaitu pada pagi jam 08.00
dilakukan pada kambing Peranakan
WITA, pada siang jam 13.00 WITA dan
Ettawa (PE) jantan yang diberi pakan
sore jam 16.00 WITA, sedangkan air
berbeda menunjukkan adanya pengaruh
minum dan diberikan secara adlibitum.
sangat nyata (P<0,01) terhadap
Penimbangan bobot badan
konsumsi bahan kering (BK),
dilakukan setiap 2 minggu
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
selama 3 bulan untuk mengetahui
pertambahan bobot badan (PBB) harian
pertambahan bobot badan
akan tetapi tidak berpengaruh nyata
kambing.
(P>0,05) terhadap kecernaan bahan
kering dan konversi pakan (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi BK, Pertambahan Bobot Badan Harian dan Konversi
Pakan Kambing PE Jantan yang Diberi Pakan Berbeda.

Perlakuan Nilai
Parameter Ket.
P1 P2 P3 S
Konsumsi BK (g/hari) 246,91c 272,42b 294,91a 0,001 **
PBB (g/hari) 22,83b 22,42b 26,98a 0,021 *
Konversi Pakan 10,83 12,36 11,04 0,210 tn
Kecernaan BK (%) 39,82 40,40 41,23 0,615 tn

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata
(P<0,05),**= Berpengaruh sangat nyata (P<0,01), * = Berpengaruh nyata
(P<0,05), tn = tidak nyata (P>0,05)

3 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


Hasil uji jarak berganda Duncan bobot badan sangat dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa konsumsi BK kualitas dan kuantitas pakan, hal ini
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) yang dimaksud adalah penilaian
antar perlakuan. Rata-rata konsumsi BK pertambahan bobot badan ternak
tertinggi pada P3 (294,91 g/hari) dan sebanding dengan ransum yang
terendah pada P1 (246,91 g/hari). Hal dikonsumsi.
ini menunjukkan bahwa pemberian Rata-rata PBB harian berkisar
pakan yang berbeda yaitu P1 (murbei antara 22,42–26,98 g/hari lebih rendah
100%), P2 (murbei 50%+gamal 50%) dari penelitian Purbowati dkk. (2006),
dan P3 (gamal 50%) mampu bahwa penampilan kambing PE dengan
memberikan tingkat palatabilitas yang pemberian pakan hijauan gamal
berbeda pada ternak kambing PE. ditambahkan dengan pakan hijauan lain
Dijelaskan oleh Church dan Pond menghasilkan pertambahan bobot badan
(1988) bahwa salah satu faktor yang 188,10 g/ekor/hari. PBB yang rendah
mempengaruhi konsumsi adalah dapat disebabkan oleh ketersediaan
palatabilitas jenis pakan yang diberikan. nutrien yang dapat dikonversi menjadi
Selain itu tingkat konsumsi juga daging.
dipengaruhi oleh cita rasa, tekstur, Konversi pakan pada penelitian
bentuk dan nilai nutrisi dari pakan yang ini tidak berbeda nyata (P>0,05) akibat
diberikan. Hal ini sesuai dengan perlakuan. Rata-rata konversi pakan
pendapat Kamalidin et al. (2012) dan berkisar antara 10,83-12,36 yang artinya
Yulistiani et al. (2010) bahwa butuh pakan sekitar 10 sampai 12 kg
perbedaan jenis dan bentuk bahan pakan pakan untuk menaikkan 1 kg bobot
yang menyusun ransum dapat badan. Hal ini menunjukkan bahwa
menimbulkan perbedaan tingkat penggunaan pakan tersebut kurang
palatabilitas yang pada akhirnya efisien bila dibandingkan dengan
menyebabkan perbedaan jumlah pakan pendapat Ginting (2004) yang
yang dikonsumsi oleh ternak. menyebutkan bahwa konversi pakan
Ditambahkan oleh Anggorodi (1994) pada domba atau kambing adalah 6,38-
bahwa palatabilitas pakan secara 8,02.
kualitatif dipengaruhi oleh sifat fisik Tingginya konversi pakan
pakan yang meliputi bentuk, bau, rasa disebabkan oleh tingkat konsumsi yang
dan tekstur. tinggi dengan kecernaan yang relatif
Berdasarkan sidik ragam rendah sehingga mengasilkan PBB yang
menunjukkan bahwa perlakuan jenis rendah pula. Tingkat kecernaan BK
pakan berbeda berpengaruh nyata pada penelitian ini berkisar antara
(P<0,05) terhadap pertambahan bobot 39,82%–41,23% artinya kecernaan BK
badan (PBB) (Tabel 4). Rata-rata PBB dari tiap pakan tidak mencapai 50%
menunjukkan bahwa P3 (26,98 g/hari) yang disebabkan oleh tekstur dan nilai
berbeda nyata (P<0,05) dengan P2 nutrisi dari pakan, rendahnya persentase
(22,83 g/hari) dan P1 (22,42 g/hari), kecernaan BK tersebut akibat dari
akan tetapi P2 dan P1 tidak berbeda tinggat degradasi pakan yang berbeda
nyata. Perbedaan PBB tersebut yang disebabkan oleh kandungan serat
diakibatkan oleh tingkat konsumsi BK kasar dan lignin pada hijauan. Perry et
yang berbeda pula, selain itu juga dapat al. (2003) menjelaskan bahwa bahan
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang mengandung serat kasar
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang tinggi akan menurunkan nilai
Nurasih (2005) bahwa pertambahan kecernaan zat-zat makanan lainnya

4 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


karena untuk mencerna serat kasar deoxynojirimycin (DNJ) pada murbei
diperlukan banyak energi. bekerja memperlambat laju
Tabel 1, menunjukkan bahwa metabolisme dan hidrolisis nutrien
pemberian pakan yeng berbeda dalam tubuh ternak (Setiawan et al.,
berpengaruh tidak nyata (P>0,05) 2015). Ditambahkan oleh Breitmeier
terhadap kecernaan BK. Hal ini (1997) dan Arai et al. (1998) bahwa
disebabkan oleh kandungan zat senyawa DNJ dapat menghambat
antinutrisi yang terdapat pada murbei hidrolisis oligosakarida menjadi
dan gamal, yaitu senyawa tanin pada monomer-monomernya dan juga dapat
gamal dan senyawa 1-deoxynojirimycin menghambat hidrolisis karbohidrat
(DNJ) pada murbei (Saptono, 1995 dan menjadi monosakarida.
Oku et al., 2006). Berdasarkan penelitian yang
Adanya kandungan tanin pada telah dilakukan pada ternak kambing
gamal dapat berikatan dengan protein Peranakan Ettawa (PE) jantan yang
pakan dan juga dinding sel diberikan pakan berbeda murbei dan
mikroorganisme sehingga menurunkan gamal menunjukkan adanya
ketersediaan mikroorganisme yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap
berfungsi untuk mendegradasai pakan di pertambahan bobot badan (PBB) harian,
dalam rumen. Hal ini didukung oleh bobot potong dan bobot karkas akan
Jayanegara dan Sofyan (2008) bahwa tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
tanin dapat berikatan dengan dinding sel terhadap Persentase Karkas, Bobot Non
mikroorganisme dan dapat menghambat Karkas dan Persentase Non Karkas
pertumbuhan mikroorganisme atau (Tabel 2).
aktivitas enzim. Sedangkan senyawa 1-

Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan, Bobot Potong, Bobot Karkas,


Persentase Karkas, Bobot Non Karkas dan Persentase Non Karkas
Kambing PE Jantan dengan Pemberian Pakan Berbeda.

Perlakuan Nilai
Parameter Ket.
P1 P2 P3 S
PBB (g/hari) 22,83b 22,42b 26,98a 0,021 *
Bobot potong (Kg) 10,37b 11,21b 13,29a 0,041 *
Bobot Karkas (Kg) 4,17b 4,24b 5,38a 0,028 *
Persentase Karkas (%) 39,07 38,43 39,43 0,958 tn
Bobot Non Karkas (Kg) 5,76 6,20 7,50 0,079 tn
Persentase Non Karkas (%) 50,73 55,09 54,39 0,810 tn

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata
(P<0,05),* = Berpengaruh nyata (P<0,05), tn = tidak nyata (P>0,05)

5 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


Berdasarkan sidik ragam pada perlakuan P3 yakni dengan
menunjukkan bahwa PBB berpengaruh pemberian pakan 100% gamal dan
nyata (P<0,05) akibat perlakuan (Tabel rataan terendah pada perlakuan P1
1). Rata-rata PBB menunjukkan bahwa yakni pemberian 100% murbei. Hal ini
P3 (26,98 g/hari) berbeda nyata menunjukkan bahwa penambahan jenis
(P<0,05) dengan P2 (22,83 g/hari) dan pakan alami yang berbeda sampai taraf
P1 (22,42 g/hari), akan tetapi P2 dan P1 100% berpengaruh nyata terhadap
tidak berbeda nyata. Perbedaan PBB peningkatan bobot potong kambing
tersebut diakibatkan oleh tingkat Peranakan Ettawa jantan.
konsumsi BK yang berbeda pula, selain Salah satu faktor yang
itu juga dapat dipengaruhi oleh kualitas mempengaruhi berat potong adalah
dan kuantitas pakan. Hal ini sesuai konsumsi pakan. Adanya pengaruh
dengan pendapat Parakkasi (1999), yang nyata (P<0,05) diantara ketiga
bahwa salah satu faktor yang perlakuan tersebut diduga karena pakan
mempengaruhi pertambahan bobot yang diberikan mempunyai kualitas
badan adalah pakan, semakin tinggi yang berbeda. Bobot potong juga
jumlah pakan yang dikonsumsi, dipengaruhi oleh pertumbuhan kambing
semakin tinggi pula laju pertumbuhan selama pemeliharaan. Salah satu yang
ternak. Ditambahkan oleh (Nurasih, mempengaruhi pertumbuhan adalah
2005) bahwa pertambahan bobot badan konsumsi bahan kering. Pertumbuhan
sangat dipengaruhi oleh kualitas dan yang baik juga menghasilkan bobot
kuantitas pakan, hal ini yang dimaksud potong yang baik pula, demikian
adalah penilaian pertambahan bobot sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan
badan ternak sebanding dengan ransum pernyataan Agnihorti et al. (2006)
yang dikonsumsi. bahwa ternak dengan pemberian hanya
Rata-rata PBB harian berkisar pakan hijau tanpa penambahan complete
antara 22,42–26,98 g/hari lebih rendah feed, tetap akan berpengaruh terhadap
dari penelitian Purbowati dkk. (2006), berat potong.
bahwa penampilan kambing PE dengan Kambing Peranakan Ettawa
pemberian pakan hijauan gamal dengan pemberian pakan alami yang
ditambahkan dengan pakan hijauan lain berbeda memberikan pengaruh nyata
menghasilkan pertambahan bobot badan (P<0,05) terhadap bobot karkas ditiap
188,10 g/ekor/hari. PBB yang rendah perlakuan. Rataan bobot karkas yang
dapat disebabkan oleh ketersediaan diperoleh selama penelitian P1 (100%
nutrien yang dapat dikonversi menjadi murbei) sebesar 4,17 Kg, P2 (50%
daging. Perry et al. (2003) menjelaskan murbei dan 50% gamal) sebesar 4,24
bahwa bahan pakan yang mengandung Kg dan P3 (100% gamal) sebesar 5,38
serat kasar yang tinggi akan Kg. Rataan bobot karkas tertinggi pada
menurunkan nilai kecernaan zat-zat perlakuan P3 yakni dengan pemberian
makanan lainnya karena untuk pakan 100% gamal dan rataan terendah
mencerna serat kasar diperlukan banyak pada perlakuan P1 yakni pemberian
energi. 100% murbei. Adanya perbedaan
Rataan bobot potong yang pemberian pakan alami terhadap
diperoleh selama penelitian, yaitu P1 kelompok perlakuan, sehingga dapat
(100% murbei) sebesar 10,37 Kg, P2 menyebabkan pengaruh terhadap
(50% murbei dan 50% gamal) sebesar peningkatan bobot potong dimana bobot
11,21 Kg, dan P3 (100% gamal) sebesar potong merupakan salah satu faktor
13,29 Kg. Rataan berat potong tertinggi yang mempengaruhi perbedaan pada

6 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


bobot karkas. Dugaan ini sesuai dengan pakan dalam rumen. Perry et. al. (2003)
pendapat Rianto et al., (2006) bahwa menjelaskan bahwa bahan pakan yang
salah satu faktor yang mempengaruhi mengandung serat kasar yang tinggi
bobot karkas adalah bobot potong, akan menurunkan nilai kecernaan zat-
semakin tinggi bobot potong, maka zat makanan lainnya karena untuk
semakin tinggi pula bobot karkas yang mencerna serat kasar diperlukan banyak
diperoleh energi sehingga dapat mempengaruhi
Soeparno (2009) menyatakan persentase karkas.
bahwa variasi berat karkas maupun Pemberian pakan alami yang
komposisi karkas sebagian besar berbeda pada kambing peranakan
didominasi oleh berat tubuh. Ettawa jantan, menunjukkan pengaruh
Ditambahkan oleh Nusi (2011), setiap tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot non
kenaikan bobot potong selalu diikuti karkas pada setiap perlakuan. Bobot
dengan kenaikan berat karkas, yang non karkas yang diperoleh ini sejalan
dapat diartikan bahwa kenaikan bobot dengan bobot potong yang dihasilkan,
potong berhubungan dengan yaitu semakin tinggi bobot potong,
pertumbuhan dan perkembangan dari maka bobot non karkas yang dihasilkan
bagian tubuh atau karkas. juga cenderung bertambah. Adapun
Rataan persentase karkas yang rataan bobot non karkas dapat diperoleh
diperoleh selama penelitian P1 (100% dengan pembagian bobot non karkas
murbei) sebesar 39,07%, P2 (50% (kulit, kepala, kaki, hati, limpa, paru-
murbei dan 50% gamal) sebesar 38,43% paru, trakhea, jantung, testis, lemak
dan P3 (100% gamal) sebesar 39,43%. omental, ekor dan jeroan).
Rata-rata persentase karkas pada Faktor yang mempengaruhi
penelitian ini lebih rendah dari bobot non karkas pada kambing
penelitian Agnihorti et al. (2006) yang peranakan Ettawa jantan adalah
memperoleh rata-rata persentase karkas konsumsi pakannya yang berbeda
sebesar 43-46% pada kambing yang dengan pakan bahan kering. Hal ini
diberikan complete feed, namun pada diperkuat dengan pernyataan (Berg dan
penelitian ini hanya diberi perlakuan Butterfield, 2005) bahwa faktor yang
dengan menggunakan pakan hijauan dapat mempengaruhi produksi non
tanpa penambahan konsentrat. karkas seekor ternak adalah
Kenyataan ini menunjukkan dengan pertumbuhan dan nutrisi.
pemberian pakan hijau berbasis lokal Berdasarkan Tabel 1.
meskipun memiliki level protein dan Menunjukkan bobot dan persentase non
energi pakan yang berbeda berpengaruh karkas kambing PE jantan yang diberi
besar terhadap bobot potong, dan tidak pakan alami murbei dan gamal tidak
berpengaruh terhadap persentase karkas berpengaruh nyata (P>0,05) dengan
sehingga masih dapat dimaksimalkan kisaran rata-rata 50,73-55,09%. Hasil
dengan pakan tambahan yang lebih penelitian ini sesuai dengan hasil
ekonomis sehingga dapat memenuhi penelitian Hudallah dkk. (2007) bahwa
kebutuhan ternak dan meningkatkan persentase non karkas berkisar antara
kualitas karkas. Berdasarkan analisis 53,05-55,58%. Ditambahkan oleh
sidik ragam ketiga perlakuan tersebut Adiwinarti dkk. (1999) yang
tidak berbeda nyata (P>0,05) diduga menyatakan bahwa persentase non
akibat dari anti nutrisi yang terdapat karkas adalah 57% dari persentase
pada daun gamal dan daun murbei yang keseluruhan.
menghambat kecernaan dan degradasai

7 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


KESIMPULAN maltose and maltooligosacharida
hydrolysis of human intestinal
Berdasarkan hasil penelitisn glucoamylase-maltase in rabbit
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hearts. American Heart
pemberian pakan berbeda murbei dan Association, Inc, 97:1290-1297.
gamal berpengaruh nyata pada Dinas Pertanian, Holtikultura dan
pertambahan bobot badan, bobot potong Peternakan Kolaka, 2015. Data
dan bobot karkas akan tetapi tidak Populasi Ternak Kambing
berpengaruh nyata terhadap persentase Kabupaten Kolaka. Kolaka.
karkas, bobot non karkas dan persentase Ginting S.P., A. Tarigan, R. Hutasoit,
non karkas. D. Yulistiani. 2014. Referensi,
kecernaan dan karakteristik
DAFTAR PUSTAKA fermentasi rumen beberapa
spesies murbei pada kambing.
Agnihorti, M.K., V. Rajumar and T.K. JITV Vol. 19 (3) : 176 – 183.
Duta. 2006. Effect of feeding Hafid, H., 2002. Pengaruh umur
complete rations with variable kronologis terhadap proporsi
protein and energy levels prepared organ dalam ternak kambing.
using by-products of pulses and Majalah Ilmiah Agriplus. Fak.
oilseeds on carcass characteristic, Pertanian Unhalu, Edisi No. 34
meat and meat ball quality of Tahun XII Mei 2002. Kendari.
goats. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Hafid, H., Nuraini dan A. Syam, 2003.
19 : 1437 – 1449 Studi tentang Karakteristik Karkas
Adiwinarti R, Lestari C.M.S, Purbowati Kambing Lokal yang Berasal dari
E, Riyanto E dan Prawoto J.A. Pola Pemeliharaan Tradisional.
1999. Karateristik karkas dan non Jurnal Penelitian Mimbar
karkas domba yang diberi pakan Akademik. Lembaga Penelitian
tambahan limbah industry kecap Unhalu. Kendari.
dengan aras yang berbeda. Jurnal Hudallah C.M.S, Lestari E, dan
pengembangan peternakan tropis. Purbowati. 2007. Persentase
24 (4) : 137-145. Karkas dan Non- Karkas Domba
Anggorodi, R. 1994. Imu Makanan
Lokal Jantan dengan Metode
Ternak. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta Pemberian Pakan yang Berbeda.
Arai, M, S. Minatoguchi, G. Takemura, Di dalam Darmono dkk,
Y. Uno, T. Kariya, H. Takatsu, T. penyunting. Akselerasi Agribisnis
Fujiwara, M. Higashioka, Y. Peternakan Nasional melalui
Yoshikuni and H. Fujiwara. 1998. Pengembangan dan Penrapan
N-Methyl-1-deoxynojirimycin IPTEKS Prosidding Seminar
(MOR-14), an α-glucosidase
Nasional Teknologi Peternakan
inhibitor, markedly reduced
infarct size in rabbit hearts. J. dan Veteriner ; hlm 487-494.
Anim Sci 97:1290-1297. Jayanegara, A., dan A. Sofyan. 2008.
Berg, R. T. and R. M. Butterfield, 1976. Penentuan Aktivitas
New Concepts of Cattle Growth. BiologisTanin Beberapa Hijauan
Sydney University Press. Sydney. secara in vitro
Breitmeier, D. 1997. Acarbose Menggunakan‘Hohenheim Gas
and 1. deoxynojirimycin inhibit Test” dengan Polietilen Glikol

8 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016


sebagaiDeterminan. Media Purbowati, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti,
Peternakan Vol. 31 No. 1. S.P.S. Budhi dan W. Lestariana.
Bogor.Institut Pertanian Bogor. 2006. Komposisi kimia otot
Mulyono, S., 2000. Teknik Pembibitan Longissimus dorsi dan Biceps
Kambing dan Domba Edisi 2. PT. femoris domba lokal jantan yang
Penebar Swadaya, Jakarta. dipelihara di pedesaan pada bobot
Nurasih, E., 2005. Kecernaan Zat potong yang berbeda. J. Animal
Makanan dan Efisiensi Pakan Production
pada Kambing Peranakan Ettawa Rianto, E., E. Lindasari dan E.
yang Mendapat Ransum dengan Purbowati. 2006. Proporsi daging,
Sumber Serat Berbeda. Skripsi. tulang dan lemak karkas Domba
Fakultas Peternakan. Institut Ekor Tipis jantan yang mendapat
Pertanian Bogor. Bogor. pakan tambahan dedak padi
Nusi, M. 2011. Penggunaan tongkol dengan aras yang berbeda. J.
jagung dalam complete feed dan Livestok Prod. 8(1) : 28 – 33.
undergraded protein terhadap Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi
konsumsi nutrien, pertambahan Daging. Cetakan V. Gajah Mada
bobot badan, kualitas dan kualitas University Perss. Yogyakarta.
daging sapi peranakan ongole. Yulistiani, D., 2010. Effect of Mulberry
Tesis. Program Pascasarjana. (Morus alba) Foliage
Fakultas Peternakan Universitas Supplementation on Sheep Feed
Gajah Mada. Yogyakarta. with Rice Straw. Disertasi.
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Makanan dan Universiti Putra Malaysia,
Ternak Ruminansia. UI Press. Malaysia.
Jakarta.
Perry, T. W., A. E. Cullison and R. S.
Lowrey, 2003. Feed & Feeding.
6nd Ed. Pearson Edication, Inc.
Upper Saddle River. New Jersey.
Pond, W. G., and D. C. Church, 1988.
Basic Animal Nutrition and
Feeding, 5nd Ed. John Willey and
Sons. New York.

9 JITRO VOL.3 NO.3 September 2016

Anda mungkin juga menyukai