Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH TUTORIAL CASE 4

“Dermatitis Atopik“

Tutorial D4

Verosa Siregar 131.0211.002


M. Fahman Al-Ghifari 131.0211.079
Gita Kristy Saraswati 131.0211.164
Putri Wulandari 131.0211.056
Sekar Putri Andini 131.0211.175
Kartika Yulianti 131.0211.028
Khairunnisa Adawiyah 131.0211.084
Astri Dwi Hartari 131.0211.202
Nurani Akbari 131.0211.134
M. Fajar Bhayrulli 131.0211.039
Damas Hendriansyah 131.0211.185

Universitas Pembangunan Nasional


“VETERAN” Jakarta
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus keempat
dalam blok Dermato-Muskulo-Skeletal yaitu tentang Dermatitis Atopi yang didiskusikan
sejak tanggal 11 Mei 2015 sampai 13 Mei 2015.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Asyukri atas segala pengarahan,
bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial. Terima kasih juga
kepada kelompok tutorial D-4 atas kerjasamanya mulai dari proses pembahasan hingga
pembuatan makalah ini.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus keempat ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.

Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 13 Mei 2015

Penulis
Halaman 1

Seorang anak laki laki, umur 2 tahun diantar ibunya berobat ke poliklinik dengan
keluhan utama bercak kemerahan disertai bruntus bruntus pada kedua pipi, lipat siku, lipat
lutut yang terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga merasa gatal hilang timbul.
Gatal semakin bertambah bila pasien berkeringat dan banyak debu. Ibu dan kakak pasien
memiliki riwayat asma.

Halaman 2

Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : CM
 Tanda Vital : Berat badan 14 kg, tinggi badan 75 cm

Nadi 100 x/menit, teratur, isi cukup

Napas 20 x/menit, teratur, kedalamn cukup

TD 120/80 mmHg

Suhu Axila 35,60 C

 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik -/-
 THT : Normotia, deviasi septum (-), faring hiperemis (-)
 Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak membesar
 Thoraks : Jantung-paru :DBN
 Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), kuku tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Dermatologis
Status dermatologikus:
Pada kedua pipi, lipat siku, dan lipat lutut, ditemukan lesi makula dan papul
eritematosa disertai vesikel dan skuama halus. Pada kedua pipi tampak erosi dan
krusta serosa. Kulit tampak mengering, pitiriasis alba (+), keratosis pilaris (+) pada
kedua siku, Dennie-Morgan infraorbital (+).

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkap dan urine lengkap dalam batas normal

Kadar IgE total : 572 IU/mL

Kadar IgE spesifik tungau debu rumah +3

EPILOGE

Dokter mendiagnosis bahwa An. HR menderita dermatitis atopik.

Ia diberikan terapi berupa:

 Antihistamin: CTM 3 x ¼ tablet sehari prn


 Krim Kortikosteroid: Krim Betametason Valerat 0,1%, 2 x sehari atau krim Desonide
0,05%, 2 x sehari
 Pelembab: Urea 10%

EDUKASI:

 Ibu pasien diberi penjelasan tentang penyakit anaknya, kemungkinan penyebab /


pencetus dan pentingnya upaya untuk menghindarinya, perjalanan penyakit, jenis dan
cara penggunaan obat yang benar
 Mandi menggunakan sabun bayi
 Memotong kuku pasien dan dianjurkan jangan menggaruk supaya kulitnya tidak lecet
 Ibu pasien diminta segera mengganti baju pasien bila berkeringat dan menjaga
kebersihan rumah
 Pasien diminta datang kontrol 1 minggu kemudian untuk menilai hasil pengobatan
dan efektivitas / efek samping obat
 Uji tusuk kulit direncanakan pada pasien bila tidak ada lesi dan pasien tidak minum
antihistamin minimal 3 hari

Setelah beberapa hari terapi kulitnya membaik.


Learning Progress Report

1. TERMINOLOGI

2. PROBLEM
a. An. Laki laki ( 2 tahun ), KU: Bercak kemerahan disertai bruntus bruntus pada
kedua pipi, lipat siku, lipat paha
b. RPS :
Gatal sejak 1 minggu yang lalu
Gatal hilang timbul
Semakin bertambah jika berkeringat dan banyak debu
c. RPK :
Ibu dan kakak psien memiliki riwayat asma
d. Px. Fisik :
KU : Sakit ringan, CM
Nadi dan nafas :Meningkat
Status dermatologis:
Pada kedua pipi, lipat siku, dan lipat lutut, ditemukan lesi makula dan papul
eritematosa disertai vesikel dan skuama halus. Pada kedua pipi tampak erosi dan
krusta serosa. Kulit tampak mengering, pitiriasis alba (+), keratosis pilaris (+)
pada kedua siku, Dennie-Morgan infraorbital (+).
e. Px. Penunjang :
IgE total meningkat dan disertai adanya IgE spesifik tungau debu +3

3. HIPOTESIS
a. Dermatitis Atopik
b. Dermatitis kontak alergika

4. MORE INFO
5. I DONT KNOW
a. Dermatitis ekzim
 Dermaitis kontak iritan
 Dermatitis kontak alergika
 Dermatitis atopik
 Dermatitis numularis
 Liken simpleks kronik / neurodermatitis
 Napkin eczema
b. Lesi eritro-skuamosa
 Psoriasis vulgaris
 Dermatitis Seboroik
 Pitiriasis rosea
c. Kelainan kelenjar sebasea dan ekrin
 Akne vulgaris ringan
 Akne vulgaris sedang-berat
 Hidradenitis supuratifa
 Dermatitis perioral
 Miliaria

6. Learning Issues
a. Definisi
b. Insidensi
c. Faktor pencetus
d. Gambaran klinis
e. Diagnosis (Anamnesis, Px. Fisik, Px. Penunjang)
f. Differensial Diagnosis
g. Patogenesis
h. Patofisiologi
i. Tatalaksana
j. Pencegahan dan edukasi
k. Tatalaksana
l. Komplikasi
m. Prognosis
DERMATITIS KONTAK IRITAN

A. Definisi
Penyakit iritasi pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan iritan dari luar.
Reaksi peradangan non imunologi.

B. Epidemiologi
 Dapat mengenai semua umur
 Frekuensi sama antara pria dan wanita

C. Etiologi
 Bahan yang bersifat iritan
Merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak, lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit
– Bahan pelarut
– Deterjen
– Minyak pelumas
– Asam
– Alkali
 Faktor yang mempengaruhi
– Lama kontak
– Intensitas
– Adanya oklusi
– Gesekan dan trauma fisik
D. Klasifikasi

E. Manifestasi Klinis
F. Diagnosis
Anamnesa
a. DKI akut
Lebih mudah diketahui, karena munculnya cepat sehingga penderita
masih ingat penyebabnya
b. DKI kronis
 Timbulnya lambat
 Mempunyai variasi gambaran klinis yang luas
 Sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi
 Diperlukan uji tempel
Lokalisasi
Seluruh permukaan tubuh dapat terkena
Efloresensi
– Eritema numular sampai plakat
– Vesikel, bula, erosi numular hingga plakat
Histopatologis
– DKI akut
• Dermis
– Terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuklear di sekitar
pembuluh darah dermis bagian atas
• Epidermis
– Terjadi eksositosis diikuti spongiosis, edema intrasel, dan
terjadi nekrosis epidermal
– Dapat menimbulkan vesikel/bula, yang berisi limfosit dan
neutrofil

G. Tatalaksana
Non farmakologi
a. Menghindari pajanan bahan iritan
b. Edukasi pemakaian APD
Farmakologi
Pengobatan bergantung jenis iritan
 Jika penyebabnya asam kuat, maka dilakukan pencucian dengan air,
kemudian basa dan natrium bikarbonat
 Setelah dicuci, diberi salep/ krim kortikosteroid
- Topikal
Kortikoseroid topikal (hidrokortison)
- Sistemik
Kortikosteroid (prednison) 40-60 mg/hari pada orang dewasa

DERMATITIS KONTAK ALERGI

A. Definisi
Adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses
sensitisasi
Penyebab : kontak dengan alergen
 Biasanya berupa bahan logam berat, kosmetik, bahan perhiasan, obat-
obatan,karet,dll

B. Epidemiologi
 Dapat terjadi pada semua umur
 Frekuensi sama pada pria & wanita

C. Faktor Predisposisi
 Dapat terjadi pasa semua bangda
 Kebersihan yang kurang mempermudah timbulnya penyakit
 Lingkungan berpengaruh besar terhadap timbulnya penyakit (pekerjaan dgn
ling.basah, tempat-tempat lembap/panas, pemakaian alat-alat yg salah)
D. Manifestasi Klinis
Lokalisasi : dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
Efloresensi:
 Eritema numular-plakat
 Papula & vesikel berkelompok disertai erosi numular-plakat
 Terkadang hanya berupa makula hiperpigmentasi & skuama halus

E. Pemeriksaan Penunjang
 Skin prick test

Menurut Bousquet (2001)

 0  tidak ada reaksi


 1+  diameter bentol 1mm
 2+  diameter bentol 1-3mm
 3+  diameter bentol 3-5mm
 4+  diameter bentol 5mm disertai eritema

 Patch test

Menurut The International Contact Dermatitis Research Group (ICDGA)

 +?  reaksi meragukan, hanya eritema


 +  reaksi lemah(non vesikuler), eritema, infiltrasi, papula
 ++  reaksi positif kuat(vesikuler), erite,a, infiltrasi, papula, edematous
 +++ - reaksi positif sangat kuat, ulseratif /bula
 (-)  reaksi negatif
F. Diagnosis Banding
 Dermatofitosis
Biasanya berbatas tegas, pinggir aktif & bagian tengah terjadi penyembuhan
 Dermatitis seboroika
Biasanya pada tempat seboroik dengan kelainan khas berupa skuama berminyak
warna kekuningan
 Kandidiasis
Biasanya dengan lokalisasi yg khas. Eritema, erosi & ada lesi satelit

G. Tatalaksana
Umum  menghindari faktor penyebab
Khusus:
1. Sistemik
 Antihistamin
 Kortikosteroid
2. Topikal
 Lesi basah : kompres KMnO4 1/5000
 Lesi kering  hidrokortison 1-2%

DERMATITIS ATOPIK

A. Definisi
Dermatitis
– Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan faktor endogen
– Menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama , likenifikasi) dan keluhan gatal
Atopi
– Istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya
– Contoh: asma bronkial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik
Dermatitis atopik
– Dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya
sendiri ataupun keluarganya

B. Epidemiologi
 Bayi: 2 bulan-2 tahun
 Anak:3-10 tahun
 Dewasa:13-30 tahun
 Daerah panas dan lembab

C. Etiologi
 Faktorial
o Faktor genetik (kromosom 5q31-33)
o Lingkungan
o Penurunan fungsi sawar kulit
o imunologik
 Faktor resiko
o Higiene yang kurang akan memperberat penyakit

D. Perubahan Sistemik
 Sintesis IgE meningkat
 IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat (makanan, aeroalergen,
mikroorganisme, toksin bakteri, autoalergen)
 Ekspresi CD23 (reseptor IgE berafinitas rendah) pada sel B dan monosit
meningkat
 Pelepasan histamin dan basofil meningkat
 Respon hipersensitivitas lambat terganggu
 Eosinofilia
 Sekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat
 Sekresi IFN gama oleh sel TH1 menurun (menghambat sintesis IgE)
 Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat
 Kadar CAMP phospodiesterase monosit meningkat, disertai peningkatan IL-10
dan PGE2 (menghambat IFN gama)
E. Manifestasi Klinis
 Kelainan dimulai dengan:
o Eritema
o Papul-papul
o Vesikel sampai erosi dan likenifikasi
 Penderita tampak gelisah, gatal, dan sakit berat

F. Klasifikasi
1. Dermatitis atopik infantil (Usia 2 bulan sampai 2 tahun)
Lesi bermula di wajah (dahi,pipi)
Lesi berupa:
a. Eritema
b. Papulo vesikel yang halus
c. Karena gatal digaruk
d. Pecah dan eksudatif
e. Terbentuk krusta
Lesi dapat meluas ke tempat lain yaitu ke skalp, leher, pergelangan tangan, lengan
dan tungkai
2. Dermatitis atopik anak (Usia 2 sampai 10 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil atau timbul sendiri
Efloresensi:
a. Lesi lebih kering tidak begitu eksudatif
b. Lebih banyak papul
c. Likenifikasi
d. Sedikit skuama
Lokalisasi:
 lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, bagian fleksor, kelopak mata,
leher, dan jarang diwajah
Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk, sehingga dapat terjadi erosi,
likenifikasi, dan infeksi sekunder

3. Dermatitis atopik pada remaja dan dewasa


Dapat berupa plak papular eritematosa dan berskuama/plak likenifikasi yang gatal
Remaja
Lokalisasi di lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata
Dewasa
a. Sering mengenai tangan dan pergelangan tangan
b. Bibir (kering, pecah, bersisik)
c. Kadang erupsi meluas, dan dapat mengalami likenifikasi
Cenderung menurun setelah usia 30 tahun
G. Diagnosis

Lokalisasi
– Bayi
• Kedua pipi
• Kepala
• Lipat siku
• Lipat lutut
– Anak
• Tengkuk
• Lipat siku
• Lipat lutut
– Dewasa
• Tengkuk
• Lipat siku
• Lipat lutut
• Punggung kaki
Efloresensi

– Bayi

Eritema berbatas tegas, papul/ vesikel miliar diserai erosi dan eksudasim dan
krusta

– Anak

Tidak eksudatif, papul miliar, dan likenifikasi

– Dewasa

Kering, hiperpigmentasi, likenifikasi

Pemeriksaan laboratorik

– Dermatografisme putih

• Untuk melihat perubahan dari rangsangan goresan terhadap kulit

– Percobaan asetilkolin

• Disuntikan asetilkolin secara IC

• Orang normal

– Tampak hiperemi

• Penderita dermatitis atopik

– Menimbulkan vasokontriksi kulit yang tampak sebagai garis


pucat selama satu jam

H. Diagnosa Banding

Dermatitis kontak

 Lokalisasi sesuai tempat kontaktan


 Lesi berupa papul miliar dan erosive
Dermatitis numularis

 Biasanya pada orang dewasa


 Eksudatif
 Lokalisasi di ekstremitas inferior
 Bentuk lesi
 Tidak ada stigmata atopik

I. Penegakan Diagnosa

Harus mempunyai kondisi kulit gatal/ laporan orangtuanya bahwa anaknya suka
menggaruk
Ditambah 3/ lebih kriteria
– Riwayat terkenanya lipatan kulit (termasuk pipi anak usia <10 tahun)
– Riwayat asma bronkial/hay fever (riwayat penyakit atopi pada keluarga
tingkat pertama dari anak dibawah 4 tahun)
– Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhir
– Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (dermatitis pada pipi/dahi dan
anggota badan bagian luar anak < 4tahun)
– Awitan dibawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak dibawah 4 tahun)

J. Tatalaksana
Non farmakologi
a. Hindari faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinis
b. Menjauhi alergen pencetus
c. Hindari pemakaian bahan yang merangsang
Farmakologi
o Sistemik
 Antihistamin golongan H1, untuk mengurangi gatal dan
sebagai penenang
 Kortikosteroid, jika gejala klinis berat dan sering
mengalami kekambuhan
 Antibiotik (eritromisin, tetrasiklin), jika ada infeksi
sekunder
o Topikal
 Bayi
 Kortikosteroid ringan (krim hidrokortison 1-1,5%)
 Anak dan dewasa
 Kortikosteroid kuat, betametason dipropionat 0,05%
 Deksametason 0,25%
 Asam salisilat 1-3% dalam salep dikombinasikan
untuk efek yang lebih kuat

DERMATITIS NUMULARIS

A. Definisi
Peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan faktor endogen yang menimbulkan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan likenfikasi) dan keluhan gatal
yang cenderung residif menjadi kronis

B. Epidemiologi
 Lebih sering pada orang dewasa
 Lebih sering pada pria drpd wanita
 Biasanya pada usia 55-65 tahun
 Biasanya juga bs terjadi pd wanita di usia 15-25

C. Etiologi
 Stafilokokus dan mikrokokus
 Bisa terjadi karena alergi nikel, krom,kobal dan pula iritasi dengan wol dan
sabun
 bisa karena trauma juga
 Stress emosional dan minuman yg mengandung alkohol yg menyebabkan
eksserbasi
 Lingkungan dengan kelembaban rendah
D. Manifestasi Klinis

 Gatal yang sangat hebat

 Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel

 Lesi tsb dpt membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping

membentuk satu lesi karakterisktik seperti uang logam(coin), eritamatosa,


sedikit edematosa dan berbatas tegas

 Lesi dapat menjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan

 Lokasi:

Tungkai bawah, badan, lengan dan punggung tangan

E. Diagnosis
ANAMNESA
 Gatal sangat, berulang dan waktu malam, kadang-kadang bervariasi gatalnya
 Anamnesis atopi lebih sering pada wanita muda dengan gambaran ditangan

GEJALA KLINIS
 Lokasi tersering bagian ekstremitas sisi ekstenso
Pada wanita lebih sering mengenai ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah
Ada 3 pola :
1. DN pada tangan dan lengan
2. DN pada tungkai dan badan
3. DN kering Tampak lesi plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm vesikel
berdinding tipis pada dasar eritematus.
 Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf
Kulit sekitarnya normal tetapi kadang-kadang kering.
 Penyembuhan ditengah dapat ada membentuk anular
 Plak kronis kering, berskuama dan likenifikasi
 Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis
numular

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Patch test
 Dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis
kontak. Di India 50% Patch Test positif dengan colophony, mitrafurozon,
neomisin sulfat dan nikel sulfat
 IgE serum normal
 Histo PA : gambarannya dermatitis berbeda sesuai stadiumnya, akut, subakut
dan kronis

F. Diagnosa Banding
 Dermatitis kontak
 Dermatitis atopik
 Neurodermatitis sirkumskripta
 Dermatomikosis

G. Terapi
 Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
 Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
term glukokortikoid, takrolimus atau pimekrolimus
 Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1:10.000.
 Jika ada infeksi bakteri, diberikan antibiotik secara sistemik
 Kortikosteroid hny untuk kasus yg berat dan refrakter dlm jangka panjang
 Pruritus dpt diobati dengan antihistamin gol H1, misalnya hidroksisilin HCL
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

A. Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta (Liken simplex chronicus) adalah suatu kelainan yang
sangat gatal dan kronis yang ditandai dengan satu atau lebih plak yang likenifikasi
yaitu kulitnya menebal dan permukaan kulitnya seperti kulit pohon

B. Epidemiologi
 Biasanya pada dewasa terutama diusia 30-50 tahun, wanita lebih sering terkena
 Dapat pada anak-anak tersering pada anak laki-laki. Pada anogenital sering
dijumpai krg lbh 6,5% populasi dan 10-35% pada kelainan di vulva
 Di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo tahun
2006 insidens 1,26%, terbanyak 25-44 tahun 40,51%, wanita 56,96%, tidak ada
pada anak-anak. Tahun 2007 insidens 1,35%, terbanyak 25-44 tahun 34,17%,
laki-laki 53,16%, anak-anak 7,59%

C. Etiologi
Di sebabkan oleh karena :
1. Gosokan dan garukan karena gatal :
- refleksi klinis gesekan (rubbing) adalah likenifikasi
- refleksi klinis garukan (scratching) adalah eksoriasi
2. Ada hubungan dengan kelainan atopik 26-75% ,tetapi dapat sekunder penyakit
kulit iritan lainnya
3. Faktor lingkungan, yaitu panas,keringat, dan iritasi berhubungan dengan daerah
anogenital
4. Faktor stres emosi/ depresi
Neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan seperti dopamin, serotonin atau
peptid opioid mengubah persepsi gatal melalui alur spinal yang kebawah.
Kelainan obsesif-kompulsif juga berhubungan dengan penyakit ini.
D. Diagnosis
ANAMNESA
• Gatal sangat adalah keluhan utama, bersifat paroksimal, terus menerus atau
sporadik
• Gosokan dan garukan secara sadar sampai rasa nyeri atau tidak sadar sewaktu
malam
• Gatal menjadi sangat bila berkeringat, panas atau iritasi pakaian dan sewaktu
stres psikis
• Ada anamnesis atopik

GEJALA KLINIS

• Lokasi tersering mengenai kepala, leher belakang (terutama wanita) maupun


leher samping, lutut, ekstremitas sisi ekstensor dan daerah anogenital (tersering
dilabia minora dan skrotum). Paha dalam atas dapat terkena

• Penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang jelas (likenifikasi), plak


berskuama dengan eksoriasi. Bila kronis berwarna hiper atau hipo-pegmentasi
Biasanya hanya 1 plak saja, kadang-kadang lebih dan satu sisi.

• Pada pasien dengan dermatitis atopik, kelainan likenifikasi dan kering. Pada
yang non atopik tanda-tanda kulitnya dan penyakit sistemik yang mendasar atau
limfadenopati, limfoma dapat ada.

• Papul keratotik kering dan papul garukan besar disebut prurigo nodularis suatu
respons garukan berulang-ulang

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tidak ada yang khas

• Bila ada atopi tampak Eosinofilia ringan sampai sedang dan IgE meningkat

• KOH dan kultur untuk melihat ada tidaknya infeksi yang mendasarinya

• Hispo PA Jarang diperlukan, kecuali bila ada penyakit yang mendasarinya

• Patch test : tidak perlu


E. Diagnosa Banding
• Sangat mirip :
Penyakit perforasi, liken planus hipertropik, pempigoid nodularis, aktinik
prurigo dan multiple keratoakantoma.
• Dipertimbangkan
Skabies nodular, dermatitis herpetifomis.

F. Tatalaksana
MENGURANGI INFLAMASI
Terbaik adalah pemakaian kortikosteroid topikal atau oral :
- Steroid topikal potensi rendah hidrokortison 1-2% untuk bayi dan anak
- Anak besar mendekati dewasa Steroid potensi menengah Triamsinolon 0,1%
Dewasa
Topikal:
1. Steroid potensi tinggi : Klobetasol salep
 lebih efektif dan aman pada jangka pendek daripada steroid potensi rendah
jangka lama
 Cukup pemakaian 2-3 minggu

2. Dapat salep Betamethason dipropionat kombinasi asam salisilat 3-5%/ bebat


tertutup
3. Injeksi kortikosteroid Triamisinolon A IAID pada lesinya 1 minggu sekali
4. Takrolimus salep cukup efektif
5. Pada daerah anogenital
 Jangan memakai bentuk gel, lotion, kombinasi asam salisilat dan
 Jangan memakai takrolimus, pimekrolimus oleh karena dapat iritasi

Steroid Sistemik

Bila pemakaian steroid topikal beberapa minggu tidak efektif :


1. Tablet Prednison 40 mg/ hari-7 hari, diikuti 20 mg/ hari-7 hari

2. Triamsinolon 80 mg Inj IM

Photokemoterapi PUVA untuk yang sulit sembuh


MEMUTUSKAN SIKLUS GATAL-GATAL

Antihistamin oral :

• Hydroxyzine 10-25 mg diberikan 2 jam sebelum tidur. Dosis dinaikkan setelah 5-


7 hari sampai berhenti menggaruk malam, biasanya perlu dosis 25-75mg cukup
malam hari.
Paling efektif memakai antihistamin yang berefek sedative dan antiansitas

Antihistamin topikal:
Doxepin 5% krim (antihistamin H1 & H2) 5,6,9 dioleskan 3-4 x/ hari sampai
maksimal 8 hari. Hati-hati reaksi iritasi bila terlalu sering diberikan dapat rasa
terbakar, tersengat, ngantuk dan mulut kering. Efek samping dapat terjadi bila
dioleskan lebih 10% luas tubuh atau pemberian lebih 8 hari

Bila gatal pada hari kerja (pagi-sore) maka diberikan :


Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) paling efektif terutama bila ada
kelainan obsesiv compulsive
- Tablet Citalopram 20 mg tiap pagi, bila diperlukan dapat dinaikkan 60 mg5,8
- Pilihan lain5 tab. Fluoxetine, paroxetin atau Sertraline. Efek sampingya lebih sering.

Konsul ke psychotherapist

G. Prognosis
Keduanya perjalanan penyakitnya kronis dan kambuh-kambuh, mandi dengan sabun
pH netral dapat menjarangkan kambuh.
NAPKIN ECZEMA

A. Definisi
- Merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan
munculnya ruam di area popok
- Biasa disebut diaper rash, nappy rash, diaper dermatitis atau ruam popok

B. Epidemiologi
- 10-20% diaper rash dijumpai pada praktek sp.Anak di amerika
- 7-35% dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan

C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Diaper Rash adalah:
• Kelembaban kulit
• Air seni dan kotoran serta
• Jamur/kuman

D. Manifestasi Klinis
KULIT
- Didapatkan bercak makula eritematus pada area anogenital ( skrotum dan penis
pada laki-laki, labia dan vagina pada perempuan) yang biasanya ditutupi dengan
popok yang semakin lama semakin membesar dan bisa meluas sampai lipatan
paha
- Diaper rash yang disertai dengan infeksi candida didapatkan satelite
papule/pustula
E. Diagnosis
ANAMNESA
 Anamnesa umum
 Riwayat penggunaan popok/riwayat kontak
 Jenis bahan
 Penyebab lain selain popok
 Riwayat alergi

PEMERIKSAAN FISIK

 Didapatkan bercak makula eritematus pada area anogenital yang biasanya


ditutupi dengan popok

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 KOH

Budding yeast cell, Blastospora = blatoconodia, Pseudohyphae, dan Hyphae

 Kultur : SDA mycobiotic/mycosel

 Histo PA

F. Diagnosa Banding
- Seborrhoeic dermatitis
- Atopic dermatitis
- Psoriasis
- Syndrome malabsorpsi

G. Tatalaksana
- Mengentikan pemakaian popok
- Diaper cream, sepertu oetroleum jelly
- Zinc oxide based ointment
- Bila disertai dengan infeksi candida, perlu digunakan antifungal : miconazole,
ketoconazole, nystatin.
- Bila dikombinasikan dengan hydrocortisone 1% untuk mengurangi antiinflamasi
PSORIASIS VULGARIS

A. Definisi
Penyakit kulit kronik residif dengan lesi khas berupa bercak bercak eritema berbatas
tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis lapis berwarna putih mengkilat

B. Epidemiologi
- Dewasa muda
- Laki laki = wanita
- Kulit putih > kulit berwarna
- Lebih banyak pada daerah dingin dan musim hujan
- Diturunkan secara autosomal dominan

C. Etiologi
Belum jelas,
• Faktor genetik
Tipe 1 :Familial (HLA-B13, B17, Bw57, Cw6)
Tipe 2 :Non-familial (HLA-B27 & Cw2)
• Faktor imunologis
Limosit T, Sel Langerhans, Sel keratinosit

D. Faktor Predisposisi
- Infeksi lokal
- Gangguan metabolik
- Stress emosional
- Kehamilan
- Trauma (fenomena KÖBNER)
- Obat (β-adrenergic blocking agent, litium, antimalaria, penghentian KS
mendadak)
- Alkohol dan merokok
E. Manifestasi Klinis
• Gatal ringan,
• Predileksi:
- Kulit kepala,
- Perbatasan daerah tsb dengan muka,
- Ekstremitas bagian ekstensor terutama siku,lutut,dan daerah lumbosakral
• Kelainan kulit :
- Bercak eritema yang meninggi dgn skuama diatasnya,
- Skuama berlapis-lapis,kasar dan putih spt mika,
- Transparan skuamanya
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,Auspitz,dan kobner . Dahulu tanda tsb
khas namun sekarang tidak khas .
 Fenomena tetesan lilin,
Skuama yang berubah warnanya menjadi putihpada goresan,
 Fenomena Auspitz,
Tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis,
 Fenomena kobner/ reaksi isomorfik

F. Diagnosis
• Predileksi tempatnya,
• Efloresensi/sifat-sifatnya
• Gambaran histopatologi
- Menunjukkan akantontosis,papilomatosis
- Hilangnya stratum granulosum,
- Hiperkeratosis,
- Ditemukam infiltrat sel PMN
• Px. pembantu / lab
Bertujuan menganalisis penyakit psoriasi,seperti px darah rutin,kimia darah,gula
darah kolesterol dan asam urat

G. Diagnosis Banding
• Dermatitis seboroik
Menunjukkan kulit yg benrminyak tanpa skuama yg berlapis-lapis,
• Lues stadium II
Skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam hari,
• Pitiriasis rosea
Berjalan subakut,skuama tidak berlapis-lapis

H. Komplikasi
 Dapat menyerang sendi,menimbulkan arthritis rosea,
 Psoriasis pustulosa,
 Psoriasis eritroderma

I. Tatalaksana
Pengobatan sistemik
- Kortikosteroid  30-60mg,tappering off
- Obat sitotoksik  metotreksat
2,5-5mg/hari selama 14 hari
- DDS (diaminofenilsulfon)
2x 100 mg sehari
- Siklosporin  imunosupresif
dosis 6 mg/kgbb
Pengobatan Topical

- Preparat ter : fosil,kayu,batubara


konsentrasi 2-5%
- Antralin
kekurangannya mewarnai kulit dan pakaian,
konsentrasi 0,2-0,8% dalam pasta/salep
- Kortikosteroid
kombinasi dgn as salisilat 3%
- PUVA
Kombinasi dengan psoralen dan sinar uv 0,6 mg/kgbb
Diberikan po 2 jam sebelum disinar denagn sinar uv

DERMATITIS SEBOROIK

A. Definisi
Peradangan kulit pada daerah yang banyak megandung kelenjar sebasea

B. Epidemiologi
 Biasanya pada orang dewasa,
 Lebih sering pada pria

C. Etiologi
 Diduga akibat aktivitas kelenjar sebacea yang meningkat,
 Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakitdengan infeksi
oleh bakteri / pityrosporum ovaleyang merupakan flora normal kulit manusia
D. Faktor Predisposisi
 Pada semua bangsa,
 Lebih sering pada orang-orang yg banyak memeakan lemak dan minum alkohol,
 Biasanya meningkat pada iklim dingin,
 Cenderung meningkat pada orang yang stress emosional,
 Yang menyebabkan kulit menjadi lembab dan maserasi akan tetapi mudah
menimbulkan penyakit

E. Manifestasi Klinis
 Eritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan,
 Batas kurang tegas,
 Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema
dan krusta2 yang tebal,
 Pada yang berat adanya bercak berskuama,berminyak disertai eksudasi dan
kruta berat/tebal

F. Diagnosis
Lokalisasi :
Tempat2 yang banyak mengandung kelenjar palit misal kulit kepala, belakang
telinga dll.
Efloresensi :
- Makula eritematosa yang ditutupi oleh apula2 miliar berbatas tak tegas,
- Skuama halus putih berminyak,
- Kadang2 ditemuakan erosi dengan krusta mengering berwarna kekuningan
Gambaran histopatologi
Pada epidermis dapatditemukan parakeratosis fokal dengan abses munro,
Pada deermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah dipuncak stratum papilaris
disertai serbukan sel-sel neutrofil dan monosit
Px pembantu / lab
- Px mikroflora dari kulit kepala
- Menentukan indeks mitosos pada kulit kepla yang berketombe
G. Diagnosis Banding
 Psoriasis,
 Tinea barbae,
 Tinea kapitis

H. Tatalaksana
Non farmakologi
- Fx predisposisi hendaknya diperhatikan

Farmakologi
- Pengobatan sistemik
 Kortikosteroid 20-30 mg sehari
 Isotretinoin 0,1-0,3 mg/kgbb/hari
 Ketokonazol 200mg/hari
 Anti histamin

- Pengobatan topikal

Cuci rambut dengan selenium sulfida atau larutan salisisl 1%

Ter, misalnya likuor karbonas detergents 2-5% krim pragmenter

I. Prognosis
- Sukar disembuhkan,
- Baik apabila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan
PITIRIASIS ROSEA

A. Definisi
Erupsi papuloskuamosa akut yang agak sering di jumpai .morfologi khas berupa makula
eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh
skuama halus

B. Epidemiologi
- Menyerang semua umur,
- Frequensi yang sama pada pria dan wanita
- Terutama uang susia 15-40 th
- Perempuan >> pria

C. Etiologi
- Belum diketahui
- Banyak cara infeksinya yg blm diketahui,
- Ada tentang mengemukakan penyebabnya karena virus

D. Faktor Predisposisi
- Tidak mengenal ras dan etnik,
- Banyak pada musim hujan,
- Lebih sering terjadi pada cuaca dingin,
- Keturunan tidak pengaruh,
- Kebersihan / higine tidak pengaruh

E. Manifestasi Klinis
- Gatal ringan,
- Skuama halus,
- Lesi pertama (herald patch)
- Umumnya dibadan,
- Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi 1
F. Diagnosis
Lokalisasi dapat tersebar diseluruh tubuh,terutama pada tempat yang tertutup
pakaian,
Efloresensi
- Makula eritematosa aular dan soliter,
- Berbentuk lonjong dengan tepi hampir tidak nyata tinggi dan bagian central
bersisik,agak berkeringat
- Kadang2 menyerupai pohon cemara

Gambaran histoplotologi

- Tidak spesifik,

- Pd epidermis ditemukan spongiosis dan vesikel diatas lapisan malpighi dan


subkornea, serta parakeratosis

Px lab

- Karena dapat menyerupai sifilis stad 1 ,perlu dilakukan uji serologis,

- Px kerokan kulit dengan KOH 10%

G. Tatalaksana
Sistemik
- Anti gatal spt klortrime 3x1 tab
- Roborantia (vit b12) 1000 mg/hari
Topikal
Bedak kocok yang mengandung as salisilt 2% / mentol 1 %
AKNE VULGARIS

A. Definisi
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebasea. Ditandai dg adaknya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista.
Klasifikasi
- Akne vulgaris : akne tropikalis, akne fulminal, pioderma fasiale, akne
mekanika, dll
- Akne venenata akibat kontaktan : akne kosmetika, pomade acne, akne klor,
akne akibat kerja, akne deterjen
- Akne komedonal akibat agen fisik : solar comedones, akne radiasi

B. Etiologi
Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit

C. Epidemiologi
 Umumnya dewasa muda
 Wanita lebih banyak daripada pria

D. Faktor Predisposisi
 Kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna
 Makanan yang mengandung lemak
 Kelembapan & temperatur tinggi
 Kebersihan yang buruk
 Faktor keturunan
 Hormon androgenik lebih mudah menimbulkan akne
 Pemakaian kosmetika yang bersifat komedogenik
 Faktor kejiwaan/kelelahan
E. Manifestasi Klinis
Lokasi
 Wajah
 Dada
 Punggung
 Lengan atas bagian luar

Efloresensi

Papula, pustula, nodus / kista miliar – lentukular, white head / black head

F. Pemeriksaan Penunjang
 px. Ekskoheleasi sebum  masa padat seperti lilin atau seperti nasi yang
diujungnya berwarna hitam.
 Px. Kadar lipid  kadar as. Lemak bebas meningkat
 Px. Terhadap mikroorganisme Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis , Pityrosporum ovale

G. Klasifikasi

1. Ringan, bila :
- beberapa lesi tidak meradang pd 1 predileksi.
- sedikit lesi tak meradang di beberapa predileksi
- sedikit lesi meradang di 1 predileksi
2. Sedang, bila :
- banyak lesi tidak meradang pd 1 predileksi
- beberapa lesi tak meradang di > 1 predileksi
- beberapa lesi meradang pd 1 predileksi
- sedikit lesi meradang pd > 1 predileksi
3. Berat, bila :
- banyak lesi meradang pd 1 predileksi
- banyak lesi meradang pd > 1 predileksi

Catatan :

Sedikit : < 5

Beberapa : 5-10

Banyak : >10

Tidak meradang : komedo putih, komedo hitam, papul

Meradang : pustul, nodul, kista

H. Diagnosis Banding
 Erupsi akneformis
Biasanya berupa papula, vesikel berkelompok, lokalisasi seluruh tubuh
 Akne rosasea
Lebih merah dan khas, daerah hidung dan pipi
 Folikulitis
Biasanya disertai nyeri, tidak ada komedo tapi ada pustula miliar

I. Tatalaksana
Umum :
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum : diet rendah lemak dan
perawatan kulit,
2. Menghindari faktor pencetus :
 hidup teratur sehat
 penggunan kosmetik secukupnya
 menjauhi terpacunya kelenjar minyak
 menghindari polusi debu
3. Memberikan informasi pd penderita

Khusus
Sistemik :
 tetrasiklin 3-4x/hari 250mg
 Vitamin A 3x10.000U/hari
 Spiramisin 150-300mg/hari selama 7 hari
Topikal :
 Sulfur 2-10%
 Asam salisilat 3-5%eritromisin 1% dlm larutan
 Klindamisin 1% salep/krim

HIDRADENITIS SUPPURATIVA

A. Definisi
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh Staphylococcus aureus.
Hidradenitis supurativa (HS) adalah suatu keadaan kronik, yaitu infeksi kelenjar
apokrin yang berhubungan dengan axilla dan regio anogenital.

B. Epidemiologi
 Umur : pada usia dewasa
 Jenis kelamin :
- Wanita > pria
- Wanita sering di daerah axilla
- Pria sering di daerah perianal
C. Etiologi
a. Faktor genetik
b. Infeksi bakteri (Staphylococcus aureus dan staphylococcus-coagulase-
negatif )

D. Faktor Resiko
 Dapat terjadi pada semua ras
 Daerah tropis
 Frekuensi tinggi pada negara 2 musim
 Kebersihan
 Terlalu banyak keringat
 Obesitas

E. Manifestasi Klinis
 Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah akil
balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma dan mikrotrauma(
pemakaian deodorant, pemotongan rambut ketiak)
 Gatal & nyeri
 Ruam berupa nodus (0,5-2 cm).
 Gejala konstitusi : demam, malaise
 Pada peradangan yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang
multipel.
 Tempat predileksi paling sering mengenai daerah ketiak, lipat paha & perianal.
 Leukositosis
F. Stadium
 Stadium primer
berupa abses yang berbatas tegas, tanpa bekas luka dan tanpa adanya saluran
sinus.
 Stadium sekunder
berupa terbentuknya saluran sinus dengan bekas luka akibat bekas garukan serta
abses yang berulang.
 Stadium tersier
menunjukkan lesi yang menyatu, terbentuknya skar, serta adanya inflamasi dan
discharge saluran sinus.

G. Diagnosis
Kriteria diagnostik hidradenitis supurativa menurut the 2nd International Conference
on Hidradenitis supurativa, March 5, 2009, San Francisco, CA US adalah:
1. Lesi yang khas : nodul yang nyeri, ‘blind boils’ pada lesi yang
akut; abses, sinus, skar dan tombstone serta komedo terbuka
pada lesi sekunder
2. Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal paha, perineum
dan regio perianal, bokong, dan area lipatan infra mammae dan
intermammae
3. Kronik dan berulang
Semua kriteria harus terpenuhi untuk diagnosis yang tepat.

H. Pemeriksaan Penunjang
 Tes laboratorium
leukositosis, peningkatan sedimentasi eritrosit dan peningkatan C-Reaktif
Protein (CRP). Jika tanda infeksi cukup jelas, dapat dilakukan kultur bakteri
dengan sampel yang diambil pada lesi.
 Histopatologi
obstruksi kelenjar apokrin oleh keratin, dilatasi duktus dan tubulus kelenjar,
infiltrasi PMN intraglandular, fase akhir – hiperplasia pseudoepitelioma
I. Tatalaksana
 Hidradenitis supurativa bukan hanya infeksi, dan antibiotik sistemik hanya bagian
dari program perawatan. Digunakan kombinasi dari:
 Glukokortikoid intralesional.
 Operasi.
 Antibiotik oral.
 Isotretinoin.

Lesi akut
Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi.
Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada dinding lesi.
Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.

Kasus kronik residif

 Antibiotik oral :
Erythromycin (250-500 mg qid)
Tetracycline (250-500 mg qid)
Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi kering atau kombinasi dengan
clindamycin 300 mg 2x sehari atau rifampin 300 mg 2x sehari.
Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam penelitian singkat.
Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat membantu
Dapson telah digunakan dan memberi hasil yang baik.
 Kortikosteroid:
Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan terdapat tanda inflamasi yang berat.
Dengan dosis 70 mg perhari untuk 2-3 hari dan tapering off selama 2 minggu.
 Isotretionin oral:
Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik digunakan pada stadium akut
untuk mencegah sumbatan folikular dan kemudian kombinasi dengan eksisi
bedah. Isotreinoin tidak dapat diberikan pada ibu hamil.

J. Prognosis
Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi dengan pemberian antibiotik
jangka panjang, tetapi banyak juga yang membutuhkan tindakan bedah plastik.
Diperlukan peningkatan hygiene untuk mencegah kekambuhan
DERMATITIS PERIORAL

A. Definisi
Peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar
hidung)dari wajah.
Bentuk efloresensi berupa papul-papul eritomatosa yang mengalami pustulasi, erupsi
yang kronik berbatas tegas, dan dapat berupa squama yang eksematosa pada wajah.

B. Epidemiologi
 wanita dengan usia antara 20-45 tahun
 jarang dialami oleh laki-laki tapi saat ini mulai sering timbul karena banyak
laki-laki yang mulai memakai kosmetik.
 Dermatitis perioral sangat jarang terjadi, bisa ada kecenderungan kambuh pada
orang yang sebelumnya pernah mengalaminya.

C. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya dermatitis perioral:
1. Sinar UV
2. Obat
3. Kosmetik
4. Faktor mikrobiologi
5. Faktor hormonal

D. Gejala Klinis
 timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan eritematosa yang ukurannya 1-2
mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan nasolabial, dan daerah
periorbital
 umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau pada bibir atas dan
menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan
diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang
masih normal, penderita mengeluh gatal dan rasa seolah terbakar.
 Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan
bisa saja tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa bulan dan bahkan
bertahun-tahun

E. Diagnosis
 Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, gambaran klinis dan distribusi lesi
 Diagnosis kunci adalah lokasi pada bibir dan daerah lipatan nasolabial dan ada
pemicu seperti alergi terhadap sinar matahari, acne, rosasea, infeksi dermodex,
kandidiasis, jamur, pityrosporum, penggunaan pasta gigi yang mengandung
flouride tinggi, penggunaan kortikosteroid (elocon, lotrisene, lidex, termovate
sering pula dipicu oleh kortikosteroid untuk tetes hidung dan pemakaian cream
moisturizer.
 Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik saja,
tidak ada pemeriksaan penunjang yang specifik.

F. Diagnosis Banding
 Rosacea
 Akne vulgaris
 Dermatitis seboroik
G. Tatalaksana
Farmakologi
untuk terapi sistemik dapat diberikan antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg
2x1 hari selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa
diberikan minocyclin 50-100 mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun
berikan erithromycin, zithromax atau biaxin.
Non-Farmakologi
Berikan informasi pada penderita bahwa sewaktu-waktu penyakit ini dapat
kambuh lagi. Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka
tidak boleh digosok dengan kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang
menggunakan moisturizer dan cream.

H. Prognosis
Ad Bonam apabila penanganannya baik.
MILIARIA

A. Definisi
Suatu dermatitis yang timbul akibat tersumbatnya saluran-saluran kelenjar keringat .
Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai adanya vesikel milier

B. Epidemiologi
 Umur : semua umur
 Jenis kelamin : wanita = pria

C. Etiologi
Tersumbatnya saluran keringat , karena :
- Timbul jika udara panas dan lembab
- Pengaruh pakaian yang tidak menyerap keringat
- Bakteri

D. Faktor Resiko
 Ras : tidak berpengaruh
 Daerah panas dengan kelembaban tinggi
 Insiden tinggi pada musim panas
 Kebersihan – kotor – infeksi sekunder
 Lingkungan

E. Manifestasi Klinis
1. Miliaria kristalina
- Keringat dapat keluar sampai S.korneum
- Vesikula menyerupai titik2 embun(1-2mm) terutama pada badan setelah
banyak keringat
- Vesikula bergerombol tanpa tanda radang
- Vesikula – pecah – karena trauma obstruksi yang terjadi diantara lapisan
stratum korneum
- Asimptomatis
2. Miliaria rubra
- Keringat merembes ke dalam epidermis
- Terdapat pada badan dan tempat2 tekanan atau gesekan pakaian
- Vesiko-papula dengan eritema di sekitarnya
- Gatal, pedih – infeksi sekunder – impetigo, furunkulosis terutama pada
anak
- Obstruksi terjd pula diantara lapisan2 epidermis, tapi lebih dalam dari
stratum korneum

3. Miliaria profunda
- Obstruksi terletak diantara perbatasan epidermis dan dermis
- Biasanya timbul setelah miliaria rubra
- Papul putih, keras berukuran 1-3mm terutama pada badan dan ekstremitas
- Tidak gatal dan tidak ada eritema
F. Pemeriksaan Penunjang
 pH kulit
 Histopatologi :
- M.kristalina : (-)
- M.rubra : infiltrat limfosit perivaskular dan vasodilatasi PD di permukaan
dermis
- M.profunda : sal. Kelenjar keringat pecah pada dermis bagian atas dengan atau
tanpa infiltrasi sel radang

G. Diagnosis Banding
 Prurigo
 Gigitan serangga
 folikulitis

H. Tatalaksana
 Sistemik :
- Antibiotik jika inf.sekunder
- Antihistamin
 Topikal :
Bedak salisil 2% atau lotio kummerfeldi
DAFTAR PUSTAKA

 Ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI


 Saripati penyakit kulit

Anda mungkin juga menyukai