“Dermatitis Atopik“
Tutorial D4
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus keempat
dalam blok Dermato-Muskulo-Skeletal yaitu tentang Dermatitis Atopi yang didiskusikan
sejak tanggal 11 Mei 2015 sampai 13 Mei 2015.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Asyukri atas segala pengarahan,
bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial. Terima kasih juga
kepada kelompok tutorial D-4 atas kerjasamanya mulai dari proses pembahasan hingga
pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus keempat ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
Halaman 1
Seorang anak laki laki, umur 2 tahun diantar ibunya berobat ke poliklinik dengan
keluhan utama bercak kemerahan disertai bruntus bruntus pada kedua pipi, lipat siku, lipat
lutut yang terasa gatal sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga merasa gatal hilang timbul.
Gatal semakin bertambah bila pasien berkeringat dan banyak debu. Ibu dan kakak pasien
memiliki riwayat asma.
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
Tanda Vital : Berat badan 14 kg, tinggi badan 75 cm
TD 120/80 mmHg
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-,sklera ikterik -/-
THT : Normotia, deviasi septum (-), faring hiperemis (-)
Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak membesar
Thoraks : Jantung-paru :DBN
Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), kuku tidak ada kelainan
B. Pemeriksaan Dermatologis
Status dermatologikus:
Pada kedua pipi, lipat siku, dan lipat lutut, ditemukan lesi makula dan papul
eritematosa disertai vesikel dan skuama halus. Pada kedua pipi tampak erosi dan
krusta serosa. Kulit tampak mengering, pitiriasis alba (+), keratosis pilaris (+) pada
kedua siku, Dennie-Morgan infraorbital (+).
Pemeriksaan Penunjang
EPILOGE
EDUKASI:
1. TERMINOLOGI
2. PROBLEM
a. An. Laki laki ( 2 tahun ), KU: Bercak kemerahan disertai bruntus bruntus pada
kedua pipi, lipat siku, lipat paha
b. RPS :
Gatal sejak 1 minggu yang lalu
Gatal hilang timbul
Semakin bertambah jika berkeringat dan banyak debu
c. RPK :
Ibu dan kakak psien memiliki riwayat asma
d. Px. Fisik :
KU : Sakit ringan, CM
Nadi dan nafas :Meningkat
Status dermatologis:
Pada kedua pipi, lipat siku, dan lipat lutut, ditemukan lesi makula dan papul
eritematosa disertai vesikel dan skuama halus. Pada kedua pipi tampak erosi dan
krusta serosa. Kulit tampak mengering, pitiriasis alba (+), keratosis pilaris (+)
pada kedua siku, Dennie-Morgan infraorbital (+).
e. Px. Penunjang :
IgE total meningkat dan disertai adanya IgE spesifik tungau debu +3
3. HIPOTESIS
a. Dermatitis Atopik
b. Dermatitis kontak alergika
4. MORE INFO
5. I DONT KNOW
a. Dermatitis ekzim
Dermaitis kontak iritan
Dermatitis kontak alergika
Dermatitis atopik
Dermatitis numularis
Liken simpleks kronik / neurodermatitis
Napkin eczema
b. Lesi eritro-skuamosa
Psoriasis vulgaris
Dermatitis Seboroik
Pitiriasis rosea
c. Kelainan kelenjar sebasea dan ekrin
Akne vulgaris ringan
Akne vulgaris sedang-berat
Hidradenitis supuratifa
Dermatitis perioral
Miliaria
6. Learning Issues
a. Definisi
b. Insidensi
c. Faktor pencetus
d. Gambaran klinis
e. Diagnosis (Anamnesis, Px. Fisik, Px. Penunjang)
f. Differensial Diagnosis
g. Patogenesis
h. Patofisiologi
i. Tatalaksana
j. Pencegahan dan edukasi
k. Tatalaksana
l. Komplikasi
m. Prognosis
DERMATITIS KONTAK IRITAN
A. Definisi
Penyakit iritasi pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan iritan dari luar.
Reaksi peradangan non imunologi.
B. Epidemiologi
Dapat mengenai semua umur
Frekuensi sama antara pria dan wanita
C. Etiologi
Bahan yang bersifat iritan
Merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak, lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit
– Bahan pelarut
– Deterjen
– Minyak pelumas
– Asam
– Alkali
Faktor yang mempengaruhi
– Lama kontak
– Intensitas
– Adanya oklusi
– Gesekan dan trauma fisik
D. Klasifikasi
E. Manifestasi Klinis
F. Diagnosis
Anamnesa
a. DKI akut
Lebih mudah diketahui, karena munculnya cepat sehingga penderita
masih ingat penyebabnya
b. DKI kronis
Timbulnya lambat
Mempunyai variasi gambaran klinis yang luas
Sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi
Diperlukan uji tempel
Lokalisasi
Seluruh permukaan tubuh dapat terkena
Efloresensi
– Eritema numular sampai plakat
– Vesikel, bula, erosi numular hingga plakat
Histopatologis
– DKI akut
• Dermis
– Terjadi vasodilatasi dan sebukan sel mononuklear di sekitar
pembuluh darah dermis bagian atas
• Epidermis
– Terjadi eksositosis diikuti spongiosis, edema intrasel, dan
terjadi nekrosis epidermal
– Dapat menimbulkan vesikel/bula, yang berisi limfosit dan
neutrofil
G. Tatalaksana
Non farmakologi
a. Menghindari pajanan bahan iritan
b. Edukasi pemakaian APD
Farmakologi
Pengobatan bergantung jenis iritan
Jika penyebabnya asam kuat, maka dilakukan pencucian dengan air,
kemudian basa dan natrium bikarbonat
Setelah dicuci, diberi salep/ krim kortikosteroid
- Topikal
Kortikoseroid topikal (hidrokortison)
- Sistemik
Kortikosteroid (prednison) 40-60 mg/hari pada orang dewasa
A. Definisi
Adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses
sensitisasi
Penyebab : kontak dengan alergen
Biasanya berupa bahan logam berat, kosmetik, bahan perhiasan, obat-
obatan,karet,dll
B. Epidemiologi
Dapat terjadi pada semua umur
Frekuensi sama pada pria & wanita
C. Faktor Predisposisi
Dapat terjadi pasa semua bangda
Kebersihan yang kurang mempermudah timbulnya penyakit
Lingkungan berpengaruh besar terhadap timbulnya penyakit (pekerjaan dgn
ling.basah, tempat-tempat lembap/panas, pemakaian alat-alat yg salah)
D. Manifestasi Klinis
Lokalisasi : dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
Efloresensi:
Eritema numular-plakat
Papula & vesikel berkelompok disertai erosi numular-plakat
Terkadang hanya berupa makula hiperpigmentasi & skuama halus
E. Pemeriksaan Penunjang
Skin prick test
Patch test
G. Tatalaksana
Umum menghindari faktor penyebab
Khusus:
1. Sistemik
Antihistamin
Kortikosteroid
2. Topikal
Lesi basah : kompres KMnO4 1/5000
Lesi kering hidrokortison 1-2%
DERMATITIS ATOPIK
A. Definisi
Dermatitis
– Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan faktor endogen
– Menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema,
papul, vesikel, skuama , likenifikasi) dan keluhan gatal
Atopi
– Istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang
mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya
– Contoh: asma bronkial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik
Dermatitis atopik
– Dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya
sendiri ataupun keluarganya
B. Epidemiologi
Bayi: 2 bulan-2 tahun
Anak:3-10 tahun
Dewasa:13-30 tahun
Daerah panas dan lembab
C. Etiologi
Faktorial
o Faktor genetik (kromosom 5q31-33)
o Lingkungan
o Penurunan fungsi sawar kulit
o imunologik
Faktor resiko
o Higiene yang kurang akan memperberat penyakit
D. Perubahan Sistemik
Sintesis IgE meningkat
IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat (makanan, aeroalergen,
mikroorganisme, toksin bakteri, autoalergen)
Ekspresi CD23 (reseptor IgE berafinitas rendah) pada sel B dan monosit
meningkat
Pelepasan histamin dan basofil meningkat
Respon hipersensitivitas lambat terganggu
Eosinofilia
Sekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat
Sekresi IFN gama oleh sel TH1 menurun (menghambat sintesis IgE)
Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat
Kadar CAMP phospodiesterase monosit meningkat, disertai peningkatan IL-10
dan PGE2 (menghambat IFN gama)
E. Manifestasi Klinis
Kelainan dimulai dengan:
o Eritema
o Papul-papul
o Vesikel sampai erosi dan likenifikasi
Penderita tampak gelisah, gatal, dan sakit berat
F. Klasifikasi
1. Dermatitis atopik infantil (Usia 2 bulan sampai 2 tahun)
Lesi bermula di wajah (dahi,pipi)
Lesi berupa:
a. Eritema
b. Papulo vesikel yang halus
c. Karena gatal digaruk
d. Pecah dan eksudatif
e. Terbentuk krusta
Lesi dapat meluas ke tempat lain yaitu ke skalp, leher, pergelangan tangan, lengan
dan tungkai
2. Dermatitis atopik anak (Usia 2 sampai 10 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil atau timbul sendiri
Efloresensi:
a. Lesi lebih kering tidak begitu eksudatif
b. Lebih banyak papul
c. Likenifikasi
d. Sedikit skuama
Lokalisasi:
lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan, bagian fleksor, kelopak mata,
leher, dan jarang diwajah
Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk, sehingga dapat terjadi erosi,
likenifikasi, dan infeksi sekunder
Lokalisasi
– Bayi
• Kedua pipi
• Kepala
• Lipat siku
• Lipat lutut
– Anak
• Tengkuk
• Lipat siku
• Lipat lutut
– Dewasa
• Tengkuk
• Lipat siku
• Lipat lutut
• Punggung kaki
Efloresensi
– Bayi
Eritema berbatas tegas, papul/ vesikel miliar diserai erosi dan eksudasim dan
krusta
– Anak
– Dewasa
Pemeriksaan laboratorik
– Dermatografisme putih
– Percobaan asetilkolin
• Orang normal
– Tampak hiperemi
H. Diagnosa Banding
Dermatitis kontak
I. Penegakan Diagnosa
Harus mempunyai kondisi kulit gatal/ laporan orangtuanya bahwa anaknya suka
menggaruk
Ditambah 3/ lebih kriteria
– Riwayat terkenanya lipatan kulit (termasuk pipi anak usia <10 tahun)
– Riwayat asma bronkial/hay fever (riwayat penyakit atopi pada keluarga
tingkat pertama dari anak dibawah 4 tahun)
– Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhir
– Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (dermatitis pada pipi/dahi dan
anggota badan bagian luar anak < 4tahun)
– Awitan dibawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak dibawah 4 tahun)
J. Tatalaksana
Non farmakologi
a. Hindari faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinis
b. Menjauhi alergen pencetus
c. Hindari pemakaian bahan yang merangsang
Farmakologi
o Sistemik
Antihistamin golongan H1, untuk mengurangi gatal dan
sebagai penenang
Kortikosteroid, jika gejala klinis berat dan sering
mengalami kekambuhan
Antibiotik (eritromisin, tetrasiklin), jika ada infeksi
sekunder
o Topikal
Bayi
Kortikosteroid ringan (krim hidrokortison 1-1,5%)
Anak dan dewasa
Kortikosteroid kuat, betametason dipropionat 0,05%
Deksametason 0,25%
Asam salisilat 1-3% dalam salep dikombinasikan
untuk efek yang lebih kuat
DERMATITIS NUMULARIS
A. Definisi
Peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen dan faktor endogen yang menimbulkan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama dan likenfikasi) dan keluhan gatal
yang cenderung residif menjadi kronis
B. Epidemiologi
Lebih sering pada orang dewasa
Lebih sering pada pria drpd wanita
Biasanya pada usia 55-65 tahun
Biasanya juga bs terjadi pd wanita di usia 15-25
C. Etiologi
Stafilokokus dan mikrokokus
Bisa terjadi karena alergi nikel, krom,kobal dan pula iritasi dengan wol dan
sabun
bisa karena trauma juga
Stress emosional dan minuman yg mengandung alkohol yg menyebabkan
eksserbasi
Lingkungan dengan kelembaban rendah
D. Manifestasi Klinis
Lesi tsb dpt membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke samping
Lokasi:
E. Diagnosis
ANAMNESA
Gatal sangat, berulang dan waktu malam, kadang-kadang bervariasi gatalnya
Anamnesis atopi lebih sering pada wanita muda dengan gambaran ditangan
GEJALA KLINIS
Lokasi tersering bagian ekstremitas sisi ekstenso
Pada wanita lebih sering mengenai ekstremitas atas termasuk tangan sisi bawah
Ada 3 pola :
1. DN pada tangan dan lengan
2. DN pada tungkai dan badan
3. DN kering Tampak lesi plak seukuran uang koin kira-kira 1-3 cm vesikel
berdinding tipis pada dasar eritematus.
Fase akut lesi warna merah gelap, bentuk polimorf
Kulit sekitarnya normal tetapi kadang-kadang kering.
Penyembuhan ditengah dapat ada membentuk anular
Plak kronis kering, berskuama dan likenifikasi
Diskoid eksudatif dan dermatitis likinoid merupakan variasi dermatitis
numular
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Patch test
Dilakukan pada kasus rekalsitran kronis untuk menyingkirkan dermatitis
kontak. Di India 50% Patch Test positif dengan colophony, mitrafurozon,
neomisin sulfat dan nikel sulfat
IgE serum normal
Histo PA : gambarannya dermatitis berbeda sesuai stadiumnya, akut, subakut
dan kronis
F. Diagnosa Banding
Dermatitis kontak
Dermatitis atopik
Neurodermatitis sirkumskripta
Dermatomikosis
G. Terapi
Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat
term glukokortikoid, takrolimus atau pimekrolimus
Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan larutan
permanganas kalikus 1:10.000.
Jika ada infeksi bakteri, diberikan antibiotik secara sistemik
Kortikosteroid hny untuk kasus yg berat dan refrakter dlm jangka panjang
Pruritus dpt diobati dengan antihistamin gol H1, misalnya hidroksisilin HCL
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
A. Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta (Liken simplex chronicus) adalah suatu kelainan yang
sangat gatal dan kronis yang ditandai dengan satu atau lebih plak yang likenifikasi
yaitu kulitnya menebal dan permukaan kulitnya seperti kulit pohon
B. Epidemiologi
Biasanya pada dewasa terutama diusia 30-50 tahun, wanita lebih sering terkena
Dapat pada anak-anak tersering pada anak laki-laki. Pada anogenital sering
dijumpai krg lbh 6,5% populasi dan 10-35% pada kelainan di vulva
Di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo tahun
2006 insidens 1,26%, terbanyak 25-44 tahun 40,51%, wanita 56,96%, tidak ada
pada anak-anak. Tahun 2007 insidens 1,35%, terbanyak 25-44 tahun 34,17%,
laki-laki 53,16%, anak-anak 7,59%
C. Etiologi
Di sebabkan oleh karena :
1. Gosokan dan garukan karena gatal :
- refleksi klinis gesekan (rubbing) adalah likenifikasi
- refleksi klinis garukan (scratching) adalah eksoriasi
2. Ada hubungan dengan kelainan atopik 26-75% ,tetapi dapat sekunder penyakit
kulit iritan lainnya
3. Faktor lingkungan, yaitu panas,keringat, dan iritasi berhubungan dengan daerah
anogenital
4. Faktor stres emosi/ depresi
Neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan seperti dopamin, serotonin atau
peptid opioid mengubah persepsi gatal melalui alur spinal yang kebawah.
Kelainan obsesif-kompulsif juga berhubungan dengan penyakit ini.
D. Diagnosis
ANAMNESA
• Gatal sangat adalah keluhan utama, bersifat paroksimal, terus menerus atau
sporadik
• Gosokan dan garukan secara sadar sampai rasa nyeri atau tidak sadar sewaktu
malam
• Gatal menjadi sangat bila berkeringat, panas atau iritasi pakaian dan sewaktu
stres psikis
• Ada anamnesis atopik
GEJALA KLINIS
• Pada pasien dengan dermatitis atopik, kelainan likenifikasi dan kering. Pada
yang non atopik tanda-tanda kulitnya dan penyakit sistemik yang mendasar atau
limfadenopati, limfoma dapat ada.
• Papul keratotik kering dan papul garukan besar disebut prurigo nodularis suatu
respons garukan berulang-ulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Bila ada atopi tampak Eosinofilia ringan sampai sedang dan IgE meningkat
• KOH dan kultur untuk melihat ada tidaknya infeksi yang mendasarinya
F. Tatalaksana
MENGURANGI INFLAMASI
Terbaik adalah pemakaian kortikosteroid topikal atau oral :
- Steroid topikal potensi rendah hidrokortison 1-2% untuk bayi dan anak
- Anak besar mendekati dewasa Steroid potensi menengah Triamsinolon 0,1%
Dewasa
Topikal:
1. Steroid potensi tinggi : Klobetasol salep
lebih efektif dan aman pada jangka pendek daripada steroid potensi rendah
jangka lama
Cukup pemakaian 2-3 minggu
Steroid Sistemik
2. Triamsinolon 80 mg Inj IM
Antihistamin oral :
Antihistamin topikal:
Doxepin 5% krim (antihistamin H1 & H2) 5,6,9 dioleskan 3-4 x/ hari sampai
maksimal 8 hari. Hati-hati reaksi iritasi bila terlalu sering diberikan dapat rasa
terbakar, tersengat, ngantuk dan mulut kering. Efek samping dapat terjadi bila
dioleskan lebih 10% luas tubuh atau pemberian lebih 8 hari
Konsul ke psychotherapist
G. Prognosis
Keduanya perjalanan penyakitnya kronis dan kambuh-kambuh, mandi dengan sabun
pH netral dapat menjarangkan kambuh.
NAPKIN ECZEMA
A. Definisi
- Merupakan salah satu bentuk dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan
munculnya ruam di area popok
- Biasa disebut diaper rash, nappy rash, diaper dermatitis atau ruam popok
B. Epidemiologi
- 10-20% diaper rash dijumpai pada praktek sp.Anak di amerika
- 7-35% dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan
C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Diaper Rash adalah:
• Kelembaban kulit
• Air seni dan kotoran serta
• Jamur/kuman
D. Manifestasi Klinis
KULIT
- Didapatkan bercak makula eritematus pada area anogenital ( skrotum dan penis
pada laki-laki, labia dan vagina pada perempuan) yang biasanya ditutupi dengan
popok yang semakin lama semakin membesar dan bisa meluas sampai lipatan
paha
- Diaper rash yang disertai dengan infeksi candida didapatkan satelite
papule/pustula
E. Diagnosis
ANAMNESA
Anamnesa umum
Riwayat penggunaan popok/riwayat kontak
Jenis bahan
Penyebab lain selain popok
Riwayat alergi
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
KOH
Histo PA
F. Diagnosa Banding
- Seborrhoeic dermatitis
- Atopic dermatitis
- Psoriasis
- Syndrome malabsorpsi
G. Tatalaksana
- Mengentikan pemakaian popok
- Diaper cream, sepertu oetroleum jelly
- Zinc oxide based ointment
- Bila disertai dengan infeksi candida, perlu digunakan antifungal : miconazole,
ketoconazole, nystatin.
- Bila dikombinasikan dengan hydrocortisone 1% untuk mengurangi antiinflamasi
PSORIASIS VULGARIS
A. Definisi
Penyakit kulit kronik residif dengan lesi khas berupa bercak bercak eritema berbatas
tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis lapis berwarna putih mengkilat
B. Epidemiologi
- Dewasa muda
- Laki laki = wanita
- Kulit putih > kulit berwarna
- Lebih banyak pada daerah dingin dan musim hujan
- Diturunkan secara autosomal dominan
C. Etiologi
Belum jelas,
• Faktor genetik
Tipe 1 :Familial (HLA-B13, B17, Bw57, Cw6)
Tipe 2 :Non-familial (HLA-B27 & Cw2)
• Faktor imunologis
Limosit T, Sel Langerhans, Sel keratinosit
D. Faktor Predisposisi
- Infeksi lokal
- Gangguan metabolik
- Stress emosional
- Kehamilan
- Trauma (fenomena KÖBNER)
- Obat (β-adrenergic blocking agent, litium, antimalaria, penghentian KS
mendadak)
- Alkohol dan merokok
E. Manifestasi Klinis
• Gatal ringan,
• Predileksi:
- Kulit kepala,
- Perbatasan daerah tsb dengan muka,
- Ekstremitas bagian ekstensor terutama siku,lutut,dan daerah lumbosakral
• Kelainan kulit :
- Bercak eritema yang meninggi dgn skuama diatasnya,
- Skuama berlapis-lapis,kasar dan putih spt mika,
- Transparan skuamanya
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin,Auspitz,dan kobner . Dahulu tanda tsb
khas namun sekarang tidak khas .
Fenomena tetesan lilin,
Skuama yang berubah warnanya menjadi putihpada goresan,
Fenomena Auspitz,
Tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis,
Fenomena kobner/ reaksi isomorfik
F. Diagnosis
• Predileksi tempatnya,
• Efloresensi/sifat-sifatnya
• Gambaran histopatologi
- Menunjukkan akantontosis,papilomatosis
- Hilangnya stratum granulosum,
- Hiperkeratosis,
- Ditemukam infiltrat sel PMN
• Px. pembantu / lab
Bertujuan menganalisis penyakit psoriasi,seperti px darah rutin,kimia darah,gula
darah kolesterol dan asam urat
G. Diagnosis Banding
• Dermatitis seboroik
Menunjukkan kulit yg benrminyak tanpa skuama yg berlapis-lapis,
• Lues stadium II
Skuama berwarna coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam hari,
• Pitiriasis rosea
Berjalan subakut,skuama tidak berlapis-lapis
H. Komplikasi
Dapat menyerang sendi,menimbulkan arthritis rosea,
Psoriasis pustulosa,
Psoriasis eritroderma
I. Tatalaksana
Pengobatan sistemik
- Kortikosteroid 30-60mg,tappering off
- Obat sitotoksik metotreksat
2,5-5mg/hari selama 14 hari
- DDS (diaminofenilsulfon)
2x 100 mg sehari
- Siklosporin imunosupresif
dosis 6 mg/kgbb
Pengobatan Topical
DERMATITIS SEBOROIK
A. Definisi
Peradangan kulit pada daerah yang banyak megandung kelenjar sebasea
B. Epidemiologi
Biasanya pada orang dewasa,
Lebih sering pada pria
C. Etiologi
Diduga akibat aktivitas kelenjar sebacea yang meningkat,
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakitdengan infeksi
oleh bakteri / pityrosporum ovaleyang merupakan flora normal kulit manusia
D. Faktor Predisposisi
Pada semua bangsa,
Lebih sering pada orang-orang yg banyak memeakan lemak dan minum alkohol,
Biasanya meningkat pada iklim dingin,
Cenderung meningkat pada orang yang stress emosional,
Yang menyebabkan kulit menjadi lembab dan maserasi akan tetapi mudah
menimbulkan penyakit
E. Manifestasi Klinis
Eritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan,
Batas kurang tegas,
Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema
dan krusta2 yang tebal,
Pada yang berat adanya bercak berskuama,berminyak disertai eksudasi dan
kruta berat/tebal
F. Diagnosis
Lokalisasi :
Tempat2 yang banyak mengandung kelenjar palit misal kulit kepala, belakang
telinga dll.
Efloresensi :
- Makula eritematosa yang ditutupi oleh apula2 miliar berbatas tak tegas,
- Skuama halus putih berminyak,
- Kadang2 ditemuakan erosi dengan krusta mengering berwarna kekuningan
Gambaran histopatologi
Pada epidermis dapatditemukan parakeratosis fokal dengan abses munro,
Pada deermis terdapat pelebaran ujung pembuluh darah dipuncak stratum papilaris
disertai serbukan sel-sel neutrofil dan monosit
Px pembantu / lab
- Px mikroflora dari kulit kepala
- Menentukan indeks mitosos pada kulit kepla yang berketombe
G. Diagnosis Banding
Psoriasis,
Tinea barbae,
Tinea kapitis
H. Tatalaksana
Non farmakologi
- Fx predisposisi hendaknya diperhatikan
Farmakologi
- Pengobatan sistemik
Kortikosteroid 20-30 mg sehari
Isotretinoin 0,1-0,3 mg/kgbb/hari
Ketokonazol 200mg/hari
Anti histamin
- Pengobatan topikal
I. Prognosis
- Sukar disembuhkan,
- Baik apabila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan
PITIRIASIS ROSEA
A. Definisi
Erupsi papuloskuamosa akut yang agak sering di jumpai .morfologi khas berupa makula
eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan lipatan kulit serta ditutupi oleh
skuama halus
B. Epidemiologi
- Menyerang semua umur,
- Frequensi yang sama pada pria dan wanita
- Terutama uang susia 15-40 th
- Perempuan >> pria
C. Etiologi
- Belum diketahui
- Banyak cara infeksinya yg blm diketahui,
- Ada tentang mengemukakan penyebabnya karena virus
D. Faktor Predisposisi
- Tidak mengenal ras dan etnik,
- Banyak pada musim hujan,
- Lebih sering terjadi pada cuaca dingin,
- Keturunan tidak pengaruh,
- Kebersihan / higine tidak pengaruh
E. Manifestasi Klinis
- Gatal ringan,
- Skuama halus,
- Lesi pertama (herald patch)
- Umumnya dibadan,
- Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi 1
F. Diagnosis
Lokalisasi dapat tersebar diseluruh tubuh,terutama pada tempat yang tertutup
pakaian,
Efloresensi
- Makula eritematosa aular dan soliter,
- Berbentuk lonjong dengan tepi hampir tidak nyata tinggi dan bagian central
bersisik,agak berkeringat
- Kadang2 menyerupai pohon cemara
Gambaran histoplotologi
- Tidak spesifik,
Px lab
G. Tatalaksana
Sistemik
- Anti gatal spt klortrime 3x1 tab
- Roborantia (vit b12) 1000 mg/hari
Topikal
Bedak kocok yang mengandung as salisilt 2% / mentol 1 %
AKNE VULGARIS
A. Definisi
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebasea. Ditandai dg adaknya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista.
Klasifikasi
- Akne vulgaris : akne tropikalis, akne fulminal, pioderma fasiale, akne
mekanika, dll
- Akne venenata akibat kontaktan : akne kosmetika, pomade acne, akne klor,
akne akibat kerja, akne deterjen
- Akne komedonal akibat agen fisik : solar comedones, akne radiasi
B. Etiologi
Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit
C. Epidemiologi
Umumnya dewasa muda
Wanita lebih banyak daripada pria
D. Faktor Predisposisi
Kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna
Makanan yang mengandung lemak
Kelembapan & temperatur tinggi
Kebersihan yang buruk
Faktor keturunan
Hormon androgenik lebih mudah menimbulkan akne
Pemakaian kosmetika yang bersifat komedogenik
Faktor kejiwaan/kelelahan
E. Manifestasi Klinis
Lokasi
Wajah
Dada
Punggung
Lengan atas bagian luar
Efloresensi
Papula, pustula, nodus / kista miliar – lentukular, white head / black head
F. Pemeriksaan Penunjang
px. Ekskoheleasi sebum masa padat seperti lilin atau seperti nasi yang
diujungnya berwarna hitam.
Px. Kadar lipid kadar as. Lemak bebas meningkat
Px. Terhadap mikroorganisme Propionibacterium acnes, Staphylococcus
epidermidis , Pityrosporum ovale
G. Klasifikasi
1. Ringan, bila :
- beberapa lesi tidak meradang pd 1 predileksi.
- sedikit lesi tak meradang di beberapa predileksi
- sedikit lesi meradang di 1 predileksi
2. Sedang, bila :
- banyak lesi tidak meradang pd 1 predileksi
- beberapa lesi tak meradang di > 1 predileksi
- beberapa lesi meradang pd 1 predileksi
- sedikit lesi meradang pd > 1 predileksi
3. Berat, bila :
- banyak lesi meradang pd 1 predileksi
- banyak lesi meradang pd > 1 predileksi
Catatan :
Sedikit : < 5
Beberapa : 5-10
Banyak : >10
H. Diagnosis Banding
Erupsi akneformis
Biasanya berupa papula, vesikel berkelompok, lokalisasi seluruh tubuh
Akne rosasea
Lebih merah dan khas, daerah hidung dan pipi
Folikulitis
Biasanya disertai nyeri, tidak ada komedo tapi ada pustula miliar
I. Tatalaksana
Umum :
1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum : diet rendah lemak dan
perawatan kulit,
2. Menghindari faktor pencetus :
hidup teratur sehat
penggunan kosmetik secukupnya
menjauhi terpacunya kelenjar minyak
menghindari polusi debu
3. Memberikan informasi pd penderita
Khusus
Sistemik :
tetrasiklin 3-4x/hari 250mg
Vitamin A 3x10.000U/hari
Spiramisin 150-300mg/hari selama 7 hari
Topikal :
Sulfur 2-10%
Asam salisilat 3-5%eritromisin 1% dlm larutan
Klindamisin 1% salep/krim
HIDRADENITIS SUPPURATIVA
A. Definisi
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh Staphylococcus aureus.
Hidradenitis supurativa (HS) adalah suatu keadaan kronik, yaitu infeksi kelenjar
apokrin yang berhubungan dengan axilla dan regio anogenital.
B. Epidemiologi
Umur : pada usia dewasa
Jenis kelamin :
- Wanita > pria
- Wanita sering di daerah axilla
- Pria sering di daerah perianal
C. Etiologi
a. Faktor genetik
b. Infeksi bakteri (Staphylococcus aureus dan staphylococcus-coagulase-
negatif )
D. Faktor Resiko
Dapat terjadi pada semua ras
Daerah tropis
Frekuensi tinggi pada negara 2 musim
Kebersihan
Terlalu banyak keringat
Obesitas
E. Manifestasi Klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah akil
balik sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma dan mikrotrauma(
pemakaian deodorant, pemotongan rambut ketiak)
Gatal & nyeri
Ruam berupa nodus (0,5-2 cm).
Gejala konstitusi : demam, malaise
Pada peradangan yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, dan sinus yang
multipel.
Tempat predileksi paling sering mengenai daerah ketiak, lipat paha & perianal.
Leukositosis
F. Stadium
Stadium primer
berupa abses yang berbatas tegas, tanpa bekas luka dan tanpa adanya saluran
sinus.
Stadium sekunder
berupa terbentuknya saluran sinus dengan bekas luka akibat bekas garukan serta
abses yang berulang.
Stadium tersier
menunjukkan lesi yang menyatu, terbentuknya skar, serta adanya inflamasi dan
discharge saluran sinus.
G. Diagnosis
Kriteria diagnostik hidradenitis supurativa menurut the 2nd International Conference
on Hidradenitis supurativa, March 5, 2009, San Francisco, CA US adalah:
1. Lesi yang khas : nodul yang nyeri, ‘blind boils’ pada lesi yang
akut; abses, sinus, skar dan tombstone serta komedo terbuka
pada lesi sekunder
2. Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal paha, perineum
dan regio perianal, bokong, dan area lipatan infra mammae dan
intermammae
3. Kronik dan berulang
Semua kriteria harus terpenuhi untuk diagnosis yang tepat.
H. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium
leukositosis, peningkatan sedimentasi eritrosit dan peningkatan C-Reaktif
Protein (CRP). Jika tanda infeksi cukup jelas, dapat dilakukan kultur bakteri
dengan sampel yang diambil pada lesi.
Histopatologi
obstruksi kelenjar apokrin oleh keratin, dilatasi duktus dan tubulus kelenjar,
infiltrasi PMN intraglandular, fase akhir – hiperplasia pseudoepitelioma
I. Tatalaksana
Hidradenitis supurativa bukan hanya infeksi, dan antibiotik sistemik hanya bagian
dari program perawatan. Digunakan kombinasi dari:
Glukokortikoid intralesional.
Operasi.
Antibiotik oral.
Isotretinoin.
Lesi akut
Nodul: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesi.
Abses: triamcinolon (3-5 mg/ml) intralesional pada dinding lesi.
Antibiotik topikal : tetracycline dan clindamycin.
Antibiotik oral :
Erythromycin (250-500 mg qid)
Tetracycline (250-500 mg qid)
Minocycline (100 mg 2x sehari) hingga lesi kering atau kombinasi dengan
clindamycin 300 mg 2x sehari atau rifampin 300 mg 2x sehari.
Zinc salt, dosis tinggi (90mg), telah terbukti efektif dalam penelitian singkat.
Metronidazol pada kasus dengan discharge berbau dapat membantu
Dapson telah digunakan dan memberi hasil yang baik.
Kortikosteroid:
Prednisone dapat diberikan jika nyeri dan terdapat tanda inflamasi yang berat.
Dengan dosis 70 mg perhari untuk 2-3 hari dan tapering off selama 2 minggu.
Isotretionin oral:
Tidak digunakan pada infeksi berat tapi baik digunakan pada stadium akut
untuk mencegah sumbatan folikular dan kemudian kombinasi dengan eksisi
bedah. Isotreinoin tidak dapat diberikan pada ibu hamil.
J. Prognosis
Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan kondisi dengan pemberian antibiotik
jangka panjang, tetapi banyak juga yang membutuhkan tindakan bedah plastik.
Diperlukan peningkatan hygiene untuk mencegah kekambuhan
DERMATITIS PERIORAL
A. Definisi
Peradangan pada kulit yang mengenai daerah perioral dan lipatan nasolabialis (sekitar
hidung)dari wajah.
Bentuk efloresensi berupa papul-papul eritomatosa yang mengalami pustulasi, erupsi
yang kronik berbatas tegas, dan dapat berupa squama yang eksematosa pada wajah.
B. Epidemiologi
wanita dengan usia antara 20-45 tahun
jarang dialami oleh laki-laki tapi saat ini mulai sering timbul karena banyak
laki-laki yang mulai memakai kosmetik.
Dermatitis perioral sangat jarang terjadi, bisa ada kecenderungan kambuh pada
orang yang sebelumnya pernah mengalaminya.
C. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya dermatitis perioral:
1. Sinar UV
2. Obat
3. Kosmetik
4. Faktor mikrobiologi
5. Faktor hormonal
D. Gejala Klinis
timbulnya erupsi berbatas tegas yang persisten dan eritematosa yang ukurannya 1-2
mm berbentuk papul dan pustula didaerah perioral, lipatan nasolabial, dan daerah
periorbital
umumnya terdistribusi dan diawali pada daerah dagu atau pada bibir atas dan
menyebar disekitar mulut, membentuk daerah kecil berbatas kemerahan dan
diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang
masih normal, penderita mengeluh gatal dan rasa seolah terbakar.
Gejala-gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu dan
bisa saja tiba-tiba sembuh, hal ini bisa terjadi selama beberapa bulan dan bahkan
bertahun-tahun
E. Diagnosis
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis, gambaran klinis dan distribusi lesi
Diagnosis kunci adalah lokasi pada bibir dan daerah lipatan nasolabial dan ada
pemicu seperti alergi terhadap sinar matahari, acne, rosasea, infeksi dermodex,
kandidiasis, jamur, pityrosporum, penggunaan pasta gigi yang mengandung
flouride tinggi, penggunaan kortikosteroid (elocon, lotrisene, lidex, termovate
sering pula dipicu oleh kortikosteroid untuk tetes hidung dan pemakaian cream
moisturizer.
Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik saja,
tidak ada pemeriksaan penunjang yang specifik.
F. Diagnosis Banding
Rosacea
Akne vulgaris
Dermatitis seboroik
G. Tatalaksana
Farmakologi
untuk terapi sistemik dapat diberikan antibiotik seperti tetrasiklin 250-500 mg
2x1 hari selama 2-3 bulan jika penderita alergi terhadap tetrasiklin bisa
diberikan minocyclin 50-100 mg 2X1. Untuk anak-anak kurang dari 10 tahun
berikan erithromycin, zithromax atau biaxin.
Non-Farmakologi
Berikan informasi pada penderita bahwa sewaktu-waktu penyakit ini dapat
kambuh lagi. Disarankan untuk menggunakan sabun yang lembut dan luka
tidak boleh digosok dengan kasar. Selama menjalani terapi pasien dilarang
menggunakan moisturizer dan cream.
H. Prognosis
Ad Bonam apabila penanganannya baik.
MILIARIA
A. Definisi
Suatu dermatitis yang timbul akibat tersumbatnya saluran-saluran kelenjar keringat .
Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai adanya vesikel milier
B. Epidemiologi
Umur : semua umur
Jenis kelamin : wanita = pria
C. Etiologi
Tersumbatnya saluran keringat , karena :
- Timbul jika udara panas dan lembab
- Pengaruh pakaian yang tidak menyerap keringat
- Bakteri
D. Faktor Resiko
Ras : tidak berpengaruh
Daerah panas dengan kelembaban tinggi
Insiden tinggi pada musim panas
Kebersihan – kotor – infeksi sekunder
Lingkungan
E. Manifestasi Klinis
1. Miliaria kristalina
- Keringat dapat keluar sampai S.korneum
- Vesikula menyerupai titik2 embun(1-2mm) terutama pada badan setelah
banyak keringat
- Vesikula bergerombol tanpa tanda radang
- Vesikula – pecah – karena trauma obstruksi yang terjadi diantara lapisan
stratum korneum
- Asimptomatis
2. Miliaria rubra
- Keringat merembes ke dalam epidermis
- Terdapat pada badan dan tempat2 tekanan atau gesekan pakaian
- Vesiko-papula dengan eritema di sekitarnya
- Gatal, pedih – infeksi sekunder – impetigo, furunkulosis terutama pada
anak
- Obstruksi terjd pula diantara lapisan2 epidermis, tapi lebih dalam dari
stratum korneum
3. Miliaria profunda
- Obstruksi terletak diantara perbatasan epidermis dan dermis
- Biasanya timbul setelah miliaria rubra
- Papul putih, keras berukuran 1-3mm terutama pada badan dan ekstremitas
- Tidak gatal dan tidak ada eritema
F. Pemeriksaan Penunjang
pH kulit
Histopatologi :
- M.kristalina : (-)
- M.rubra : infiltrat limfosit perivaskular dan vasodilatasi PD di permukaan
dermis
- M.profunda : sal. Kelenjar keringat pecah pada dermis bagian atas dengan atau
tanpa infiltrasi sel radang
G. Diagnosis Banding
Prurigo
Gigitan serangga
folikulitis
H. Tatalaksana
Sistemik :
- Antibiotik jika inf.sekunder
- Antihistamin
Topikal :
Bedak salisil 2% atau lotio kummerfeldi
DAFTAR PUSTAKA