Anda di halaman 1dari 2

i

RINGKASAN

Izmiko Jumadil Rahman, Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya, Juli 2018, Penentuan Lokasi Pos Pemadam Kebakaran di Kota
Kupang, Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Faly Usman, ST., MT. dan Dadang Meru Utomo,
ST., MURP

Kota Kupang merupakan merupakan pusat kegiatan perekonomian di wilayah


Provinsi NTT. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya pembangunan gedung-
gedung bertingkat, pertokoan dan perkantoran di Kota Kupang. Maraknya
pembangunan yang terjadi akan menambah tingkat resiko terjadi kebakaran. Bahaya
kebakaran selalu mengancam karena kebakaran dapat terjadi kapan saja dan tak ada
yang bisa memprediksikannya (Saraswati, 2017). Badan Penaggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kota Kupang mencatat dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017,
telah terjadi 276 bencana kebakaran yang terjadi di Kota Kupang dengan total kerugian
akibat kebakaran mencapai Rp 85,138 miliar.
Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah, ditemukan bahwa jumlah pos
pemadam pemadam kebakaran di Kota Kupang masih minim yaitu berjumlah 1 (satu)
pos pemadam kebakaran yang berpengaruh terhadap jangkauan pos pemadam sehingga
penanggulangan kebakaran terlambat. Jumlah pos pemadam kebakaran yang tidak
sebanding dengan kebutuhan akan pelayanannya mengakibatkan upaya penanggulangan
menjadi terhambat dan terlambat. (M. Bagir, 2009). Keterlambatan pemadam
kebakaran akan mengakibatkan kerugian yang semakin besar.
Analisis yang digunakan adalah analisis resiko bencana untuk mengetahui
tingkat resiko kebakaran gedung dan permukiman di Kota Kupang dengan
mempertimbangkan parameter bahaya dan kerentanan. Parameter kerentanan terbagi
kembali dalam kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan ekonomi. Seluruh
parameter tersebut dihitung dengan sistem skoring. Hasil akhir dari proses skoring
adalah klasifikasi tingkat risiko bencana kebakaran permukiman. Tingkat risiko
bencana dibagi menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu risiko tinggi, risiko sedang, dan risiko
rendah. Analisis berikutnya merupakan analisis deskriptif untuk menjelaskan pelayanan
pemadam kebakaran dalam melayani Kota Kupang. Selain itu, digunakan pula analisis
jaringan untuk mengetahui skala pelayanan pos pemadam kebakaran dalam waktu 5
menit. Analisis berikutnya merupakan analisis overlay. Analisis overlay digunakan
untuk mencari lokasi optimal untuk penambahan pos pemadam kebakaran agar dapat
melayani daerah dengan tingkat resiko kebakaran sedang dan tinggi.
Berdasarkan hasil analisa risiko bencana terdapat 5 kelurahan yang memiliki
tingkat resiko kebakaran tinggi dengan total luas 889 Ha dan 12 kelurahan yang
memiliki tingkat resiko kebakaran sedang dengan total luas 2.624 Ha. Saat ini Kota
Kupang memiliki 1 pos pemadam kebakaran atau sekitar 5,9% dari kebutuhan pos
pemadam dan 6 buah armada mobil pemadam kebakaran atau sekitar 15% dari
kebutuhan armada yang dibutuhkan. Dibutuhkan 17 pos pemadam kebakaran dan 40
unit mobil armada kebakaran untuk memenuhi standar kebutuhan di Kota Kupang.
Dibutuhkan penambahan pos pemadam kebakaran sebanyak 4 pos pemadam kebakaran
untuk dapat melayani daerah yang masuk dalam wilayah dengan tingkat resiko
kebakaran sedang dan tinggi dalam waktu 5 menit.
Kata kunci: Partisipasi Masyarakat, Kawasan Cagar Budaya, Pelestarian Pusaka.

i
ii

RINGKASAN

Izmiko Jumadil Rahman, Department of Urban and Regional Planning, Faculty of


Engineering Brawijaya University, July 2018, Determination of Fire Station Location in
Kupang City, Supervisor: Dr. Eng. Faly Usman, ST., MT. dan Dadang Meru Utomo, ST.,
MURP

Kupang City is the center of economic activity in the province of NTT. This can
be seen from the increasingly construction of high-rise buildings, shops and offices in
the city of Kupang. The rise of development will increase the risk of fire. Fire hazards
are always threatening because fires can happen anytime and no one can predict it
(Saraswati, 2017). Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Kupang City
recorded from 2015 to 2017, there have been 276 fires that occurred in Kupang City
with total losses due to fire reached Rp 85.138 billion.
Problem identification in this research is found that number of fire stations in
Kupang city is still minimal, that is 1 (one) fire station that influence to the outreach of
fire station so that fire handling is too late. The number of fire stations that are not
proportional to the need for their services leads to a delayed and late handling effort.
(M. Bagir, 2009). The delay in firefighting will result in greater losses.
The analysis used in this study is disaster risk analysis to determine the level of
risk of fire disaster in Kupang City by considering hazard and vulnerability parameters.
Vulnerability parameters are redistributed in physical vulnerability, social vulnerability
and economic vulnerability. All parameters are calculated by the scoring system. The
final result of the scoring process is the classification of the risk level of fire disaster.
The level of disaster risk is divided into 3 (three) classes, namely high risk, medium
risk, and low risk. The next analysis is a descriptive analysis to explain the fire service
in serving Kupang City. In addition, network analysis is also used to find out the scale
of postal fire service within 5 minutes. The next analysis is overlay analysis. Overlay
analysis is used to find the optimal location for adding fire station to serve areas with
medium and high fire risk.
Based on the results of disaster risk analysis, there are 5 urban villages with high
fire risk with total area of 889 Ha and 12 urban villages with medium fire risk level with
total area of 2,624 Ha. Currently Kupang City has 1 fire station or about 5.9% of the
needs of the fire station and 6 fleets of fire trucks or about 15% of the required fleet
needs. It takes 17 fire stations and 40 units of fire fleet cars to meet the needs standards
in Kupang City. It takes 4 fire station to be able to serve in areas with high and medium
fire risk within 5 minutes.
.

ii

Anda mungkin juga menyukai