Anda di halaman 1dari 6

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN


PERKOTAAN (PBB-P2) DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH KOTA TANGERANG

Aulia Fitri Rahdania*, Budi Ispriyarso, F.C. Susila Adiyanta


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : aulia.rahdania@ymail.com

ABSTRAK

Penerbitan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah berdampak pada dialihkannya Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-
P2) dari Pajak Pusat ke Pajak Daerah. Bertambahnya jenis Pajak Daerah berpengaruh terhadap
jumlah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, adanya peningkatan penerimaan pajak daerah
maka penerimaan Pendapatan Asli Daerah juga bertambah. Kota Tangerang menetapkan peralihan
PBB-P2 menjadi Pajak Daerah sejak Januari 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pelaksanaan pemungutan PBB-P2 setelah menjadi pajak daerah di Kota tangerang dan untuk
mengetahui kontribusi PBB-P2 terhadap penerimaan PAD Kota Tangerang.

Kata Kunci: Pajak Bumi dan Bangunan, Pendapatan Asli Daerah, Kontribusi

ABSTRACT

The issuance of Law No. 28 Year 2009 on Regional Taxes and Levies impact on the
transfer of land and building tax Rural and Urban Areas of Central Taxes to Local Taxes.
Increasing Local Tax types affect the amount of local revenue from the sector of local taxes, an
increase in local tax revenue, the acceptance of Local Revenue also increased. Kota Tangerang
set switchover and Building Tax Rural and Urban became Local Tax since January 2014. The
purpose of this study to determine the implementation of land and building tax collection Rural
and Urban after becoming a local tax in the city of Tangerang, and to determine the contribution
of land and building tax Rural and Urban Areas the acceptance of the original income area of
Tangerang City.

Keywords: property tax, locally-generated revenue, contribution

I. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 28


Pajak daerah merupakan salah satu Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
sumber pendapatan daerah yang dan Retribusi Daerah mulai berlaku
penting guna membiayai pelaksanaan tanggal 1 Januari 2010. Pengaturan
pemerintahan daerah dan pengalihan PBB sektor Perdesaan
dilaksanakan berdasarkan prinsip dan Perkotaan menjadi pajak daerah.
demokrasi, pemerataan dan keadilan, Pasal 2 ayat (2) huruf j, bahwa Pajak
peran serta masyarakat, dan Daerah dan Retribusi Daerah
akuntabilitas dengan memperhatikan (PDRD) perdesaan dan perkotaan
potensi daerah. 1 merupakan salah satu jenis Pajak
Daerah yang dikelola oleh
1
Erly Suandy, Hukum Pajak,
Kabupaten/Kota. Pasal 180 angka 5
(Jakarta: Salemba Empat, 2005), halaman
Undang-Undang PDRD dengan
236. peraturan pelaksanaan mengenai
perdesaan dan perkotaan masih tetap
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

berlaku sampai dengan tanggal 31


Desember 2013, sepanjang belum II. METODE PENELITIAN
ada Peraturan Daerah tentang PBB Penelitian ini dilakukan dengan
yang terkait dengan perdesaan dan menggunakan pendekatan yang
perkotaan. Pajak Bumi dan bersifat empiris. Metode pendekatan
Bangunan sektor Perdesaan dan ini digunakan untuk memecahkan
Perkotaan menjadi Pajak Daerah permasalahan penelitian dengan
yang dikelola oleh Kabupaten/Kota meneliti data sekunder terlebih
paling lambat tahun 2014. dahulu untuk kemudian dilanjutkan
Berdasarkan Peraturan dengan mengadakan penelitian
Daerah Kota Tangerang No 8 Tahun terhadap data primer di lapangan,
2014 tentang Perubahan atas atau terhadap masyarakat.2
Peraturan Daerah No 7 Tahun 2010 Spesifikasi penelitian yang
tentang Pajak Daerah, salah satu digunakan yaitu deskriptif analitis,
sumber PAD yaitu Pajak bumi dan yaitu menggambarkan obyek yang
bangunan pedesaan dan perkotaan. diteliti secara analitis dengan
Adapun pajak bumi dan bangunan menghubungkan teori dan
pedesaan dan perkotaan adalah pajak perundang-undangan yang berkaitan.
atas bumi dan/atau bangunan yang Penelitian ini menggambarkan
dimiliki, dikuasai, dan/atau peraturan perundang-undangan yang
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau berlaku dikaitkan dengan teori
Badan, kecuali kawasan yang hukum dan praktek hukum positif
digunakan untuk kegiatan usaha yang menyangkut permasalahan di
perkebunan, perhutanan, dan atas.3 Metode analisis yang
pertambangan. digunakan adalah analisis kualitatif,
Pajak Bumi dan Bangunan yaitu data yang diperoleh, kemudian
pedesaan dan perkotaan seharusnya disusun secara sistematis, untuk
cukup potensial untuk selanjutnya dianalisis secara
mempengaruhi peningkatan kualitatif, untuk mencapai kejelasan
Pendapatan Asli Daerah Kota masalah yang dibahas.
Tangerang, dikarenakan pajak bumi Data yang disajikan berupa data
dan bangunan pedesaan dan tulisan dan data tabel berdasarkan
perkotaan merupakan jenis pajak dari hasil penelitian.
yang memiliki jumlah wajib pajak
yang paling besar.
Bertolak dari uraian latar
belakang masalah di atas, maka
penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut: 2
Soerjono Soekanto, Pengantar
1. Bagaimana Pelaksanaan Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986),
Pemungutan PBB-P2 setelah hal. 6.
menjadi Pajak Daerah di Kota
3
Tangerang? Ronny Hanitijo Soemitro,
2. Bagaimana Kontribusi PBB P2 Metodologi Penelitian Hukum Dan
bagi Penerimaan PAD di Kota Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990)
Tangerang? hal. 98.
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

III. HASIL PENELITIAN DAN Berdasarkan Peraturan


PEMBAHASAN Bersama Menteri Keuangan dan
Hal yang paling fundamental Menteri Dalam Negeri Nomor
dalam Undang-undang No 28 Tahun 15/PMK.07/2014 Nomor 10 Tahun
2009 adalah dialihkannya Bea 2014 tentang Tahapan Persiapan dan
Perolehan Hak atas Tanah dan Pelaksanaan Pengalihan PBB-P2
Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi sebagai Pajak Daerah, antara lain: 5
dan Bangunan Perdesaan dan 1. Tahap persiapan
Perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak Tahap persiapan terdiri dari
daerah.4 Pada awalnya PBB-P2 peraturan daerah, struktur
merupakan pajak yang proses organisasi dan tata kerja, sumber
administrasinya dilakukan oleh daya manusia, sarana dan
pemerintah pusat sedangkan seluruh prasarana, kerjasama dengan
penerimaannya dibagikan ke daerah pihak terkait, antara lain KPP
dengan proporsi tertentu. Pratama, Perbankan, Kantor
Berdasarkan Pasal 180 angka Pertanahan, dan Notaris/PPAT
5 Undang-undang No 28 Tahun 2. Tahap pelaksanaan
2009, masa transisi pengalihan PBB- Tahap pelaksanaan terdiri dari
P2 menjadi pajak daerah adalah sejak penyuuhan, pelayanan,
tanggal 1 Januari 2010 sampai pendaftaran wajib pajak,
dengan 31 Desember 2013. Selama pemeriksaan, pendataan dan
masa transisi tersebut, daerah yang verifikasi objek PBB,
telah siap dapat segera melakukan pendistribusian SPPT PBB,
pemungutan PBB-P2 dengan terlebih pembayaran pajak, pemungutan
dahulu menetapkan Peraturan daerah pajak, sanksi hukum, dan
(Perda) tentang PBB-P2 sebagai pengawasan pemungutan PBB.
dasar hukum pemungutan. Pemungutan PBB-P2 adalah
Mulai 1 Januari 2014, Pajak upaya yang dilakukan oleh Dinas
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Pelayanan PBB dan BPHTB Kota
Perkotaan (PBB-P2) Kota Tangerang Tangerang untuk meningkatkan PAD
tidak lagi dikelola oleh Direktorat khususnya penerimaan dari PBB-P2
Jenderal Pajak (DJP) melainkan dan supaya dapat mengurangi jumlah
sudah dikelolah sepenuhnya oleh tunggakan hutang pajak oleh wajib
Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB pajak.
Kota Tangerang . Dalam hal imi, Terdapat perubahan-
Dinas Pelayanan PBB dan BPHTB perubahan yang terjadi dalam proses
sebagai instansi pelaksana pemungutan PBB-P2 setelah menjadi
pemungutan PBB telah menerapkan Pajak Daerah, antara lain Perubahan
sistem Official Assessment. yang terjadi adalah pada objek pajak,
sebelum menjadi Pajak Daerah objek
pajak PBB adalah seluruh bumi dan
4
Boediarso Teguh Widodo,
5
Pedoman Umum Pengelolaan PBB P2, Wawancara dengan Bapak Agus
(Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Nur Cahyo , Seksi Pendataan PBB Dinas
Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Pelayanan PBB dan BPHTB Kota
Keuangan, 2014), halaman 1 Tangerang, 20 September 2015
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bangunan. Akan tetapi setelah dialihkan ke Pemerintah Daerah.


menjadi pajak daerah, yang menjadi Sebelum adanya peralihan PBB ke
objek pajak PBB adalah bumi Pajak Daerah, PBB merupakan pajak
dan/atau bangunan, kecuali kawasan bagi hasil antara pusat, provinsi, dan
yang digunakan untuk kegiatan usaha kabupaten / kota, sehingga kabupaten
perkebunan, perhutanan, dan / kota hanya menerima64,8% dari
pertambangan. Perubahan juga total penerimaan PBB. Setelah
terjadi pada tarif pemungutan PBB. peralihan PBB, persentase yang
Ketika PBB dikelola oleh Pemerintah diterima oleh daerah adalah 100%
Pusat tarif pemungutan PBB dari seluruh penerimaan PBB. Hal ini
maksimal adalah 0,5%, sedangkan akan berdampak positif bagi
tarif pemungutan PBB setelah Keuangan Daerah, karena adanya
dikelola oleh daerah maksimal peralihan ini akan menambah jumlah
adalah 0,3%. Selain tarif peunguta penerimaan daerah khususnya pada
PBB, Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sektor Pendapatan Asli Daerah.
yang sebelumnya ditetapkan sebesar Undang-Undang Nomor 32
40% apabila NJOP ≥ Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Rp.1.000.000.000,00 dan 20% Daerah yang dalam
apabila NJOP < Rp.1.000.000.000,00 perkembangannya dirubah menjadi
, setelah adanya peralihan PBB maka Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Nilai Jual Kena Pajak tersebut sudah 2014 tentang Pemerintahan Daerah
tidak diberlakukan. Nilai Jual Objek menjelaskan bahwa Struktur
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
juga mengalami perubahan, sebelum pajak daerah, retribusi daerah, dan
dialihkan NJOPTKP maksimal lain-lain pendapatan daerah yang
adalah Rp. 12.000.000,- sedangkan sah. Setiap struktur tersebut memiliki
setelah dialihkan NJOPTKP berubah jumlah kontribusi yang berbeda
menjadi paling rendah Rp. terhadap Pendapatan Asli daerah
10.000.000,- dan paling tinggi adalah setiap tahun. Kontribusi terbedar
Rp. 24.000.000,-. pajak daerah terhadap PAD terjadi
Formula penghitungan nilai pada tahun 2014. Hal itu tidak
PBB sebelum dialihkan adalah terlepas dari adanya peralihan PBB-
besarya tarif PBB yakni 0,5% dikali P2 dari pajak pusat ke pajak daerah
dengan besaran NJKP (20% atau yang secara otomatis menambah
40%) lalu dikalikan dengan selisih jumlah penerimaan pajak daerah.
antara NJOP dan NJOPTKP, Seperti yang telah dijelaskan
sedangkan formula yang digunakan sebelumnya bahwa peralihan PBB-
untuk penghitugan nilai PBB setelah P2 mulai di terapkan di Kota
dialihkan menjadi pajak daerah Tangerang tahun 2014, sehingga
adalah tarif PBB yakni maksimal kontribusi PBB-P2 terhadap PAD
0,3% dikalikan dengan selisih NJOP Kota Tangerang baru dapat diketahui
dan NJOPTKP. mulai tahun 2014. Hal ini disebabkan
Perubahan peralihan ini pada tahun-tahun sebelumnya PBB-
diharapkan mampu menambah P2 masih merupakan bagi hasil
penerimaan daerah karena seluruh
Tahun Pajak Daerah PBB-P2 Kontribusi(%)
kewenangan mengenai PBB
2014 1.061.473.878.786,00 256.604.353.010,00 20,38
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

antara Pemerintah Pusat dan Bumi dan Bangunan Peresaan dan


pemerintah Daerah sehingga angka Perkotaan dalam peningkatan
penerimaan PBB-P2 termasuk di Pendapatan Asli Daerah Kota
dalam Pendapatan Transfer dan tidak Tangerang di peroleh kesimpulan
mempengaruhi PAD. sebagai berikut :
Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang
Tahun PAD PBB-P2 Kontribusi(%)
1. Pelaksanaan Pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan
2014 1.258.788.809.993,00 256.604.353.010,00 20,38 dan Perkotaan setelah menjadi
Pajak Daerah di Kota Tangerang
Kota Tangerang
Jumlah kontribusi PBB-P2 menerapkan peralihan Pajak
bagi penerimaan PAD Kota Bumi dan Bangunan Perdesaan
Tangerang terbilang cukup kecil Perkotaan menjadi Pajak Daerah
karena hanya berkontribusi sebesar ini mulai tanggal 1 Januari 2014.
20,38% dari total penerimaan PAD. Dalam pelaksanaan pemungutan
Kecilnya kontribusi tersebut PBB-P2 di Kota Tangerang
disebabkan karena jumlah Dinas PBB dan BPHTB
penerimaan PBB yang masuk ke melakukan beberapa tahap, yaitu
pajak daerah hanya dari 2 sektor : penyuuhan, pelayanan,
yakni perdesaan dan perkotaan. pendaftaran wajib pajak,
Persentase tersebut juga dipengaruhi pemeriksaan, pendataan dan
oleh kontribusi struktur lain verifikasi objek PBB,
khususnya dari pajak-pajak yang pendistribusian SPPT PBB,
termasuk dalam struktur pajak daerah pembayaran pajak, pemungutan
sebagai penyumbang terbesar bagi pajak, sanksi hukum, dan
PAD Kota Tangerang. Untuk pengawasan pemungutan PBB.
mengetahui kontribusi masing- Pemungutan Pajak Bumi dan
masing pajak di dalam pajak daerah Bangunan Perdesaan dan
dapat dilihat dalam tabel berikut: Perkotaan setelah menjadi Pajak
Kontribusi PBB-P2 terhadap PAD Kota Tangerang Daerah terdapat beberapa
perubahan, yakni objek PBB
Jumlah penerimaan PBB-P2 yang di pungut, tarif
pada tahun 2014 adalah pemungutan PBB, NJKP dan
256.604.353.010,00 dan NJOPTKP, formula
berkontribusi sebesar 24,17% penghitungan PBB dan jumlah
terhadap pajak daerah. Jumlah persentase yang diterima daerah.
penerimaan dan kontribusi PBB-P2 2. Kontribusi Pajak Bumi dan
terhadap pajak daerah membuktikan Bangunan bagi Penerimaan
adanya keuntungan yang diterima Pendapatan Asli Daerah Kota
daerah dengan adanya peralihan Tangerang
PBB-P2 dari Pajak Pusat ke Pajak Kontribusi terbesar bagi
Daerah. Pendapatan Asli Daerah Kota
Tangerang setiap tahun di
IV. KESIMPULAN berikan oleh pajak daerah.
Berdasarkan hasil dari Kontribusi terbesar pajak daerah
penelitian tentang Peranan Pajak terhadap PAD terjadi pada tahun
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

2014 yakni sebesar 84,83%. Hal


tersebut tidak terlepas dari Tjahjono, Achmad dan Muhammad
adanya peralihan PBB-P2 yang Fakhri Husein, Perpajakan,
mulai diterapkan di Kota UPP AMP YKPN,
Tangerang mulai tahun 2014. Yogyakarta, 2005.
Kontribusi PBB-P2 terhadap
PAD Kota Tangerang pada Widodo, Boediarso Teguh, Pedoman
tahun 2014 adalah 20,38% dan Umum Pengelolaan PBB-P2,
PBB-P2 menjadi penyumbang Kementrian Keuangan
terbesar kedua dengan kontribusi Republik Indonesia
sebesar 24,17% terhadap pajak Direktorat Jendral Pajak
daerah, sedangkan kontribusi Perimbangan Keuangan,
terbesar pertama merupakan Jakarta, 2014.
BPHTB yang memiliki
kontribusi terhadap pajak daerah Peraturan Perundang-Undangan
sebesar 33,15%.
Undang-Undang Negara Republik
V. DAFTAR PUSTAKA Indonesia 1945.
Buku Literatur
Agung, Mulyo, Perpajakan Wawancara
Indonesia Dasar-Dasar Bapak Agus Nur Cahyo , Seksi
Perpajakan Indonesia Dasar- Pendataan PBB Dinas
dasar Perpajakan dan PPh Pelayanan PBB dan BPHTB
Wajib Pajak Orag Pribadi, Kota Tangerang, 20
Lentera Ilmu Indonesia, September 2015
Jakarta 2011.Soemitro,
Rohmad, Pajak Bumi dan
Bangunan, Eresco, Bandung,
1989.

Soekanto, Soerjono, Pengantar


Penelitian Hukum, UI Press,
Jakarta 1986.

Soemitro, Rohmad, Pajak Bumi dan


Bangunan, Eresco, Bandung,
1989.

Soemitro, Ronny Hanitijo,


Metodologi Penelitian
Hukum Dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta,1990.

Suandy, Erly, Hukum Pajak,


Salemba Empat, Jakarta,
2005.

Anda mungkin juga menyukai