Anda di halaman 1dari 2

SOP

GIGITAN SERANGGA

No. Dokumen : 440/ /SOP-


UKP/PKMKUTAWARINGIN Ditetapkan
No.Revisi :- Kepala Puskesmas Kutawaringin
PUSKESMAS
Tanggal Terbit : 20 April 2017
KUTAWARINGIN
Halaman : 2 Halaman dr.Ma’mun Arifin
Terbit ke : 1 (Satu) NIP. 196610071999031003
Reaksi gigitan serangga (insect bite reaction) adalah reaksi hipersensitivas atau
alergi pada kulit akibat gigitan (bukan terhadap sengatan/ string), dan kontak
1. Pengertian dengan serangga. Gigitan hewan serangga, misalnya oleh nyamuk, lalat, dan
kutu yang dapat menimbulkan reaksi peradangan yang bersifat lokal sampai
sistemik.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menangani gigitan serangga.

Keputusan Kepala UPT Pelayanan Kesehatan Kecamatan Kutawaringin No.


3. Kebijakan 440/006/SK/UPTDYANKES Kebijakan Pelayanan Klinis Di Puskesmas
Kutawaringin
Buku Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
4. Referensi Berdasarkan Permenkes No.5 Tahun 2014.

1. Kartu rekam medis pasien


2. Stetoskop
5. Alat dan Bahan 3. Termometer
4. Tensimeter

1. Petugas menyapa pasien


2. Petugas menanyakan apakah nama dan tanggal lahir sesuai dengan yang
tertera di buku rekam medis dan kertas resep
3. Petugas menanyakan keluhan pasien: gatal, rasa tidak nyaman, nyeri,
kemerahan, nyeri tekan, hangat atau bengkak pada daerah tubuh yang
digigit. Reaksi lambat dapat terjadi 10-14 hari setelah gigitan berlangsung,
berupa gatal seluruh tubuh, urtikaria, dan angioedema, serta dapat
berkembang menjadi suatu ansietas, disorientasi, kelemahan, keram perut,
muntah, pusing, sinkop bahkan hipotensi dan sesak napas, serta serum
sickness seperti meliputi demam, malaise, sakit kepala, urtikaria,
6. Langkah- limfadenopati, dan poliartritis.
langkah 4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik: urtika dan papul di tempat gigitan
dikelilingi zona eritematosa; di bagian tengah tampak titik (punktum) bekas
tusukan/ gigitan, kadang hemoragik, atau menjadi kehitaman; bekas garukan
karena gatal; dapat timbul gejala sistemik seperti takipneu, stridor, wheezing,
bronkospasme, hiperaktif peristaltik dan dapat disertai tanda-tanda hipotensi
ortostatik. Pada reaksi lokal yang parah dapat timbul eritema generalisata,
urtikaria, atau dema pruritos, sedangkan bila terdapat reaksi sistemik
menyeluruh, dapat diikuti dengan reaksi anafilaksis.
5. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yang spesifik.
6. Petugas mendiagnosa.
7. Petugas memberikan terapi:
a. Kondisi akut terutama angioedema dapat terjadi obstruksi saluran napas,
diberikan epinefrin sub kutan.
b. Kondisi stabil diberikan antihistamin oral CTM 3x4 mg dan topikal
kortikosteroid betametasone atau hidrokortison 2 kali sehari.
8. Petugas mengedukasi pasien mengenai pemberian obat secara teratur,
menggunakan pakaian panjang, dan lain-lain.
9. Petugas merujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua bila kondisi semakin
memburuk yaitu bertambahnya eritema, timbul bula, atau disertai gejala
sistemik atau komplikasi.

7. Rekaman Historis No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl mulai berlaku


perubahan

Anda mungkin juga menyukai