Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN


NOMOR 02 TAHUN 2012
TENTANG
Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olah Raga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MERANGIN,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah
dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian
daerah;
b. Bahwa dalam rangka memenuhi perkembangan kebijakan nasional dan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan diberlakukannya
undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah, maka peraturan daerah kabupaten merangin Nomor 06 Tahun 2000
tentang retribusi tempat rekreasi dan olah raga tidak sesuai lagi sehingga
perlu diganti;
c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 156 ayat (1) undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, perlu
ditetapkan dengan peraturan daerah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu ditetapkan peraturan daerah tentang retribusi
tempat rekreasi dan olahraga;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukaan Daerah
Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II
Tanjung Jabung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor
50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755);
;
3. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2000
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro
Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3969);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MERANGIN
dan
BUPATI MERANGIN
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN TENTANG RETRIBUSI


TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Merangin.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Merangin.
4. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan Daerah
Kabupaten Merangin.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan Daerah.
6. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga adalah Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Merangin.
7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Merangin.
8. Dinas pengelolaan keuangan dan Aset daerah kabupaten Merangin yang
selanjutnya disingkat DPKAD.
9. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
10. Badan Usaha adalah suatu bentuk usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan,
firma, kongsi, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk
badan lainnya.
11. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh
Pemerintah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya
dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
12. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga yang selanjutnya disebut
Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat rekreasi
pariwisata dan olah raga yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah.
13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi, Dinas atau Badan yang menurut
peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi.
14. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
SPdORD adalah Surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk
melaporkan data objek retribusi sebagai dasar perhitungan dan
pembayaran retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang-
Undangan.
15. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas
waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu
dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang
terutang.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat
SKRDLB, adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi yang lebih besar dari
pada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
18. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,
dan mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka
pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah
berdasarkan peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.
19. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi
daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
20. Surat tagihan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah
surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi adminisrasi berupa
bunga dan atau denda.

B A B II
NAMA, OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Pasal 2

Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga dipungut retribusi atas
pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olahraga yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan tempat rekreasi, parawisata, dan olahraga
yang disediakan,dimiliki, dan atau dikelola Pemerintah Daerah.
(2) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Tempat Rekreasi / Wisata :
1). Arboretum Rio Alif Dusun Mudo;
2). Bukit Tiung ;
3). Dam Betuk Tambang Baru;
4) Danau Pauh Jangkat;
5) Danau Depati Empat Jangkat;
6) Goa Tiangko Sungai Manau;
7) Goa Singayau;
8) Air Terjun sigerincing;
9) Teluk Unang Sakti;
10) Dam Sesah;
11) Air Pana Gerou, dan
12) Air Terjun Telun Perentak.
b. Tempat Olah Raga
1). Arung Jeram Batang Merangin;
c. Sarana Pariwisata/Usaha Jasa Wisata
1). Kereta Api Wisata
2). Musium
3). Buaiyan Keliling
4) Sepeda Air Wisata
5) Perahu Tempek Wisata
6) Los Niaga
7) Lapak Niaga PKL dan
8) WC Umum
d. Kendaraan Masuk Kawasan Wisata

(3) Yang tidak termasuk objek Retribusi adalah Pelayanan tempat Rekreasi,
Pariwisata dan Olah Raga yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh
pemerintah,BUMN,BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 4
Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi, Dinas atau Badan yang menggunakan
fasilitas tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga.

B A B III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga digolongkan sebagai retribusi
Jasa Usaha.

B A B IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi pemanfaatan tempat
rekreasi, pariwisata dan olah raga.

BAB V
PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi tempat
rekreasi dan olah raga dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan yang layak
apabila dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
B A B VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(1) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai
dengan pemanfaatan masing-masing tempat rekreasi pariwisata dan olah
raga sebagai berikut :
BESARNYA RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
a. Tempat Pariwisata
1). Arboetum Rio Alif Rp.7.000,-/Org Per 1x Masuk
2). Bukit Tiung Rp.6.000,-/Org Per 1x Masuk
3). Dam Betuk Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
4). Danau Pauh Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
5). Danau Deputi Empat Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
6). Goa Tiongko Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
7). Goa Sengayau Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
8). Air Terjun Segerincing Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
9). Tluk Wang Sakti Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
10). Dam Sesah Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
11). Air Panas Grow dan Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
12). Air Terjun Perentak. Rp.5.000,-/Org Per 1x Masuk
b. Tempat Olah Raga
1). Pemakaian Kawasan Rp.250.000,-/P 1xLintas Rute
Rute Lintas Arung Jeram erahu

c. Sarana Pariwisata/Usaha Jasa


Wisata
1). Kereta Api Wisata Rp.5.000,-/Org 1x Putaran Rute
2). Musium Rp.2.000,-/Org 1xPutaran Rute
3). Buaian Keliling Rp.5.000,-/Org 5 Menit
4). Sepeda Air Wisata Rp.5.000,-/Org 1x Putaran
5). Perahu Tempek Wisat Rp.5.000,-/Org 1x Putaran
6). Los Niaga Rp. 350,-/Org Per M2/Hari
7). Lapak Niaga PKL dan Rp. 250,-/Org Per M2 /Hari
8). W.C Temapat Wisata Rp.1.000,-/Org

d. Kendaraan Masuk Kawasan


wisata.
1). Kendaraan roda Lebih
Rp.7.000,-/Ken
dari 4
2). Kendaraan Roda 4 dan
3). Kendaraan Roda 2

(2). Tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan terhadap
pemanfaatan dalam upaya kegiatan pengembangan serta pembinaan atlet
daerah dan pemanfaatan oleh siswi-siswi Kabupaten Merangin.
(3). Tarif Retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dapat ditinjau kembali
untuk paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(4). Peninjauan kembali tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan dengan memperhatikan indek harga dan perkembangan keadaan
perekonomian.
(5). Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan
dengan Peraturan Bupati
.
B A B VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9

Retribusi yang tehrutang dipungut daerah tempat pelayanan penyediaan tempat


rekreasi, pariwisata dan olah raga diberikan.

B A B VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10

Masa retribusi adalah jangka waktu subjek retribusi untuk mendapatkan


pelayanan, fasilitas dan/atau memperoleh manfaat dari Pemerintah Daerah

B A B IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 11

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD;


(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas,
benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya;
(3) Ketentuan Lebih Lanjut mengenai bentuk, isi serta tata cara pengisian dan
penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.

BABX
PRINSIP PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 12
(1) Prinsip dan saran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan
secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
B A B XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.


(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat berupa karcis, kupon atau kartu langganan
(4) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetor
secara bruto ke kas Daerah.

B A B XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulan dari besarnya retribusi yang terutang yang tidak atau
kurang bayar dan ditagih dengan STRD.

B A B XIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15

(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.


(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
sejak diterbitkannya dan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan .
(3) Ketentuan Lebih Lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran dan
tempat pembayaran retribusi diatur Peraturan Bupati.

B A B XIV
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16

(1) Penagihan Retribusi tehrutang berdasarkan SKRD dan didahului surat


teguran.
(2) Pengeluaran surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan
setelah 30 (tiga puluh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(3) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah surat Teguran Wajib Retribusi harus
melunasi retribusi yang terhutang.
(4) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan
inisiatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.

B A B XV
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KADALUARSA
Pasal 17

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, menjadi kadaluarsa setelah


melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya
retribusi, kecuali wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah.
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tertangguh jika:
a. Diterbitkan surat teguran atau surat paksa ; dan/atau
b. Ada pengakuan utang retribusi wajib retribusi, baik langsung maupun tidak
langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, kadaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat
teguran tersebut.
(4) Pengakuan hutang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan
masih mempunyai hutang retribusi dan belum melunasinya kepada
Pemerintah Daerah.
(5) Pengakuan hutang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 18
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kadaluarsa dapat dihapus.

(2) Bupati menetapkan penghapusan piutang retribusi Daerah yang sudah


kadaluarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan keputusan Bupati.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan
inisiatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.

B A B XVI

INSENTIF PEMUNGGUTAN
Pasal 19
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberikan insentif
atas dasar pencapaian kinerja.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati.

B A B XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 20
(1) Selain penyidik pejabat kepolisian Negara Republik indonesia, pejabat
pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Dispora dapat diberikan
kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan
dalam peraturan daerah ini;

(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ;

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau


laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar
keterangan atau laporan tersebut lebih lengkap dan jelas.
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana retribusi daerah tersebut.da/atau
c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah.

(3) penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :


a. Menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi daerah agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk bahan bukti pembukuan, pencatatan
dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada
huruf e pasal ini;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi
Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
j. Menghentikan Penyidikan; dan
k. Melakukan tindakan lainnya yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana dibidang Retribusi menurut Hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan;

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan
dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut
umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor
8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

B A B XVIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 21
(1) Wajib retribusi yang tidak melakukan kewjibannya sehingga merugikan
keungan Daerah diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terhutang yang
tidak/kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan


Negara.

B A B XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat peraturan Daerah ini mulai berlaku, peraturan Daerah kabupaten
Merangin Nomor 06 Tahun 2000 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga,
(Lembaran Daerah Kabupaten MeranginTahun 2000 Nomor 06), dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku..

Pasal 23
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Merangin.

Ditetapkan di Bangko
Pada tanggal 2012
BUPATI MERANGIN

NALIM

Diundangkan di Bangko
Pada tanggal 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MERANGIN

A. KHAFID MOEIN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2012 NOMOR........
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN
NOMOR TAHUN 2010

TENTANG
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA

I. PENJELASAN UMUM

Peraturan daerah ini adalah penjabaran dari Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun
2001 dimana Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga merupakan salah satu jenis Retribusi
Daerah, dimana dalam Kabupaten Merangin potensi ini sangat mendukung, untuk itu perlu digali
dan dikembangkan dalam upaya meningkatan penerimaan daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1 Cukup Jelas.
Pasal 2 Cukup Jelas.
Pasal 3 Cukup Jelas.
Pasal 4 Cukup Jelas.
Pasal 5 Cukup Jelas.
Pasal 6 Cukup Jelas.
Pasal 7 Cukup Jelas.
Pasal 8 Cukup Jelas.
Pasal 9 Cukup Jelas.
Pasal 10 Cukup Jelas.
Pasal 11 Cukup Jelas.
Pasal 12 Cukup Jelas.
Pasal 13 Cukup Jelas.
Pasal 14 Cukup Jelas.
Pasal 15 Cukup Jelas.
Pasal 16 Cukup Jelas.
Pasal 17 Cukup Jelas.
Pasal 18 Cukup Jelas.
Pasal 19 Cukup Jelas.
Pasal 20 Cukup Jelas.
Pasal 21 Cukup Jelas.
Pasal 22 Cukup Jelas.
Pasal 23 Cukup Jelas.
Pasal 24 Cukup Jelas.
Pasal 25 Cukup Jelas.
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PARIWISATA SENI DAN BUDAYA
KABUPATEN MERANGIN

NOMOR : 556/ 150/ PARSENIBUD/ 2005

TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA PELELANGAN/ PEMILIHAN DAN PENGADAAN LANGSUNG
MITRA KERJA SEBAGAI PENGELOLA OBJEK WISATA DAM BETUK KECAMATAN TABIR
KABUPATEN MERANGIN.

KEPALA KANTOR PARIWISATA SENI DAN BUDAYA KABUPATEN MERANGIN

Menimbang : Bahwa untuk meningkatkan pendapatan asli Daerah Kabupaten Merangin


khususnya dari sektor Pariwisata subsektor pengelolaan objek wisata Dam
Betuk, Kec. Tabir maka dipandang perlu peningkatan pengelolaan objek
wisata melalui pengadaan mitra kerja Pemerintah Kabupaten Merangin cq
Kantor Pariwisata Kabupaten Merangin. Pengadaan mitra kerja dimaksud
selanjutnya diikat dengan kontrak kerja sama yang pengadaannya melalui
proses pelelangan , untuk itu perlu dibentuk panitia pelelangan/ pemilikan
dan pengadaan langsung.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingakt II Tanjung Jabung
(Lembaran Negara Tahun 1965 nomor 50) dengan mengubah Undang-
Undang nomor 12 tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom
Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah ( Lembaran Negara Tahun
1956 nomor 25);
2. Undang-Undang nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan;
3. Undang –Undang nomor 28 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan
Negara yang bersih dan Bebas Dari KKN ( Lembaran Negara Tahun
1990 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419 )
4. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3909).
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. KEPMENDAGRI Nomor 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Pengeloaan Barang Daerah.
7. Peraturan Derah Kabpaten Merangin Nomor 4 Tahun 2004 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas- Dinas Kabupaten, Lembaran Daerah
Kabupaten Merangin Tahun 2004 Nomor 2 Seri D
8. Berakhirnya Kontrak Kerja Pengelolaan Objek Wisata Dam Betuk
dengan Saudari Nurhabibah, tanggal 31 Agusus 2005

Memperhatikan : Hasil kesepakatan Internal dengan Instansi terkait dilingkungan Pemerintah


Daerah Kabupaten Merangin, tanggal 14 Juni 2005

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PARSENIBUD KAB. MERANGIN


TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PELELANGAN/ PEMILIHAN DAN
PENGADAAN LANGSUNG MITRA KERJA SEBAGAI PENGELOLA ODTW
DAM BETUK KECAMATAN TABIR KAB. MERANGIN
PERTAMA : Membentuk Panitia Pelelangan/Pemilihan dan Pengadaan langsung mitra
kerja sebagai pengelola ODTW Dam Betuk Tahun 2005/ 2006 dengan
susunan sebagai berkut :
1. Ketua/ Anggota : Syafei Rauf, BA
: Kasi ODTW Kantor Pariwisata Kab. Merangin
2. Sekretaris/ Anggota : R. Simatupang
: Staf ODTW Kantor Pariwisata Kab. Merangin
3. Anggota-anggota : 1. Zainul, SH
Kasi Perundang - undangan dan
Pengembangan Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kab. Merangin
2. Dedy Herlambang, SH
Kasi Perundang-undangan Bagian Hukum
Setda Merangin
3. Fredi Yusman
Staf Promosi Kanpar Senibud Kab. Merangin

KEDUA : Panitia Pelelangan mempunyai tugas sebagai berikut :


1. Membuat, menyusun dan menetapkan :
a. Recana kerja dan syarat (RKS) Mitra Kerja yang bersifat
umum dan bersifat tehnis.
b. Tata cara penilaian pelelangan /pemilihan dan pengadaan
langsung .
c. Syarat-syarat perserta pelelangan /pemilihan dan
pengadaan langsung.
d. Perkiraan harga yang di kalkulasikan dengan APBD 2005.
2. Mengadakan Pengumuman mengenai pelelangan/ pemilihan dan
pengadaan langsung
3. Mengudang peserta yang sudah mendaftarkan ke Kantor Pariwisata
Seni dan Budaya Kabupaten Merangin
4. Memberikan penjelasan mengenai dokumen lelang/ pemilihan dan
pengadaa langsung termasuk memberikan penjelasan RKS dan
membuat Berita Acara Hasil Penjelasan Pekerjaan
5. Mengadakan/ melaksanakan pembukaan dokumen penawaran dan
Membuat Berita Acara Hasil Pembukaan Dokumen Penawaran
6. Mengadakan Penelitian/ Penilaian dan Menetapkan calon pemenang
serta Membuat Berita Acara Hasil Pelelangan/ Pemilihan dan
Pengadaan Langsung
7. Membuat laporan pertangguangjawaban mengenai hasil pelelangan
kepada Bupati Merangin

KETIGA : Masa kerja panitia berakhir setelah pemenang pelelangan/pemilihan dan


pengadaan langsung di tunjuk dan di tetapkan.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan-
apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan di
perbaiki kembali sebagaimana mestinya

Ditetapkan Di :Bangko
Pada Tanggal : 12 Juli 2005

Kepala Kantor Pariwisata Seni


Dan Budaya Kab. Merangin

FAUZI ISMAIL, S.Pd,M,Si


Pembina Tk. I
NIP. 196207011984121002

Tembusan disampaikan kepada Yth :


1. Bapak Bupati Merangin di Bangko
2. Kepala Dispenda Kab. Merangin di Bangko
3. Anggota Panitia Yang Bersangkutan
4. Arsip

BAB I
SYARAT-SYARAT UMUM

Pasal I
Pemberian Tugas
Pemberi tugas adalah Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya
Atas nama Pemerintah Kabupaten Merangin

Pasal 2
Nama/ Lokasi Kegiatan

Nama Kegiatan : Pengelolaan objek wisata kepariwisataan


Tujuan : Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Merangin dari sektor
Kepariwisataan
Lokasi : Dam Betuk, Kec. Tabir, Kabupaten Merangin

Pasal 3
Pembina/ Pengawas Kegiatan Adalah

Pembina
a. Jabatan : Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Merangin
b. Alamat : Jl. Mayor H. Syamsudin Uban No. 1 Bangko

Pengawas
a. Jabatan : Kepala Seksi Objek dan Daya Tarik Wisata
Kantor Parwisata Seni dan Budaya Kab. Merangin
b. Alamat : Jl. Mayor H. Syamsudin Uban No. 1 Bangko
Pasal 4
Pengelola Kegiatan

Pimpinan : Pimpinan Utama/ Direktur/ Direktris/ Ketua/ Kepala,dari suatu


Yayasan, Koperasi, Gugus Tugas, Unit Kerja, Perusahaan ( CV/ PT ) dan
atau perorangan yang mampu mengelola kegiatan dibidang
Kepariwisataan, Sub. Bidang Pengelolaan Objek Wisata dalam
Kabupaten Merangin Propinsi Jambi

Pasal 5
Dasar Pelelangan

1. Undang-undang Nomor 7 tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II


Sarolangun Bangko dan Daerah Tingakt II Tanjung Jabung ( Lembaran Negara
Tahun 1965 nomor 50 ) dengan mengubah Undang-Undang nomor 12 tahun
1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera
Tengah ( Lembaran Negara Tahun 1956 nomor 25 )

2. Undang- Undang nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan


3. Undang –Undang nomor 28 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara
yang bersih dan Bebas Dari KKN ( Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 44,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419 )

4. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten


Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3909).

5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. KEPMENDAGRI Nomor 152 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengeloaan


Barang Daerah.

7. Peraturan Derah Kabpaten Merangin Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Organisasi


dan Tata Kerja Dinas- Dinas Kabupaten, Lembaran Daerah Kabupaten
Merangin Tahun 2004 Nomor 2 Seri D.
8. Berakhirnya Kontrak Kerja Pengelolaan Objek WisataDam Betuk dengan
Saudari Nurhabibah.

Pasal 6
Panitia Pelelangan

Penyelenggara Pelelangan adalah Panitia Pemilihan/ Penunjukan langsung berdasarkan Surat


Keputusan Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Merangin Nomor : 556/ 150/
Parsenibud/ 2005, tanggal 12 Juli 2005.

Pasal 7
Ketentuan-ketentuan Dasar

1. Peraturan keselamatan kerja


2. Peraturan Pemerintah yang mendukung kepariwisataan
3. Pengelola/ penyewa objek wisata menyisihkan pendapatan dari objek wisata untuk :
a. Kebutuhan sendiri selaku pengelola
b. Membayar sewa objek wisata lebih tinggi atau minimal sama dengan anggaran
pendapatan yang dibebankan oleh Pemerintah Kabupaten ( besarnya penawaran ) yang
akan dicantumkan dalam kontrak sewa-menyewa, dan dibayar setiap akhir triwulan
kecuali untuk tahun 2005 dibayar sebelum tanggal 1 Januari 2006
c. Menyisihkan sebagian pendapatan antara 5% s/d 10% dari nilai konrak sewa-menyewa
untuk diserahkan kepada Kas Desa setempat yang besarnya sesuai kesepakatan antara
Pengelola dengan Pemerintah Daerah setempat
d. Berani membuat terobosan baru dalam pengembangan/ peningkatan fasilitas umum/
bidang kepariwisataan setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten
Merangin

4. Setiap calon mitra kerja ( penyewa ) wajib membayar biaya operasional Panitia Pelaksana
Pelelangan/ Pemilihan/ Penunjukan langsung yaitu biaya administrasi sebesar Rp.250.000,00
( Dua ratus lima puluh Ribu rupiah ) pada saat pendaftaran/ pengambilan dokumen lelang.
Hal ini dilakukan karena biaya tersebut tidak tersedia dalam Dask Kantor Pariwisata Seni dan
Budaya 2005

Pasal 8
Dokumen Pelelangan

Dokumen pelelangan terdiri dari :


- 1 ( satu ) berkas RKS
- 2 ( satu ) berkas Berita Acara Aanwyzing Kantor/ lapangan

Pasal 9
Syarat-syarat Peserta Lelang

Yang berhak ikut pelelangan adalah :


1. Calon mitra kerja ( Rekanan, Yayasan, Koperasi, Satminkal, Perusahaan, Perorangan )
yang telah ikut mendaftar dan telah membayar biaya administrasi pelelangan
2. Memasukkan berkas penawaran sebagaimana terlampir

Pasal 10
Penjelasan/ Aanwyzing

Rapat penjelasan akan dilaksanakan satu kali berupa penjelasan administrasi/ RKS dan
peninjauan lapangan/ objek wisata, yaitu :
a. Pemberian penjelasan akan dilaksanakan pada :
Hari/ Tangal : Rabu, 10 Agustus 2005
Waktu : Jam 09.30 WIB
Tempat :

b. Penjelasan lapangan
Hari/ Tangal : Rabu, 10 Agustus 2005
Waktu : Jam 09.30 WIB
Tempat :

c. Berita acara rapat penjelasan/ aanwyzing memuat semua perubahan ( tambah/ kurang ) yang
akan ditandatangani oleh minimal 1 ( satu ) calon mitra kerja, dan disampaikan kepada calon
peserta lelang pada

KETENTUAN PIDANA
Pasal 18

(1) Wajib retribusi yang tidak melakukan kewjibannya sehingga merugikan keungan Daerah
diancam Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3
(tiga) kali jumlah retribusi terhutang yang tidak/kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelarangan.
(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan inisiatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

B A B XVII

PENYIDIKAN
Pasal 19

(5) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di Bidang Perpajakan Daerah atau Retribusi sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

(6) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :


a. Menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang


pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain


berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk bahan bukti pembukuan,


pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas


penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau


tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e pasal ini;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi


Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;

j. Menghentikan Penyidikan;

k. Melakukan tindakan lainnya yang perlu untuk kelancaran penyidikan


tindak pidana dibidang Retribusi menurut Hukum yang dapat
dipertanggung jawabkan;

(7) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan
dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut
umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor
8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

B A B XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Merangin Nomor 06 Tahun 2000 tentang Retribusi Tempat Rekreasi
dan Olah Raga, (Lembaran Daerah Kabupaten Merangin Tahun 2000 Nomor 06)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan


agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Merangin.
Ditetapkan di Bangko
Pada tanggal 2012

BUPATI MERANGIN

NALI M
Diundangkan di Bangko
Pada tanggal 2012

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN MERANGIN

A. KHAFID MOEIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2012 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai