PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure)
merupakan bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang berfungsi
mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir
ke saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan irigasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Bendung?
2. Apa itu Bendungan?
1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu bending?
2. Untuk mengetahui apa itu bendungan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BENDUNG
1. Pengertian Bendung
Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan
manusia. Salah satunya adalah sebagai sumber air yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi, penyediaan air
minum, kebutuhan industri dan lain lain. Kebutuhan air bagi
kepentingan manusia semakin meningkat sehingga perlu dilakukan
penelitian atau penyelidikan masalah ketersediaan air sungai dan
kebutuhan area di sekelilingnya, agar pemanfaatan dapat digunakan
secara efektif dan efisien, maka dibuatlah dengan pembangunan
sebuah bendung.
Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure)
merupakan bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang
berfungsi mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar
dapat mengalir ke saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan
irigasi.
2. Fungsi Bendung :
Adapun funsi dari bending ialah sebagai berikut:
a. Untuk kebutuhan irigasi
b. Untuk kebutuhan air minum
c. Sebagai pembangkit energy
d. Pembagi atau pengendali banjir
e. Pembilas pada berbagai keadaan debit sungai.
3
3. Ada 3 Macam Bendung :
Adapun macam bending ialah sebagai berikut :
a. Bendung Saringan Bawah
Bendung saringan bawah pada umumnya dibangunan di daerah
hulu di mana lokasi ini banyak mengangkut batuan besar dan
permukaan air sungai relatif tinggi. Sehingga dibuat bendung yang
renah.
Bendung Saringan Bawah dapat dipertimbangkan jika, Kemiringan
sungai relatif besar, biasanya di pegunungan.Butir sedimen
sedang kecil dan konsentrasi sedimen sangat tinggi.Mengandung
bongkahan batu.Debit pengambilan jauh lebih kecildari debit
sungai.Tidak cocok untuk sungai yang fluktuasi bahan
angkutannya besar. Misalnya di daerah gunung berapi
muda.Dasar sungai yang rawan gerusan memerlukan fondasi yang
cukup dalam.Bendung harus dirancang seksama agar aman
terhadap rembesan.Konstruksi saringan hendaknya sederhana,
tahan benturan batu, mudah dibersihkan jika tersumbat.Bangunan
harus dilengkapi dengan kantong lumpur/pengelak sedimen yang
cocok dengan kapasitas tampung memadai dan kecepatan aliran
cukup untuk membilas partikel. Satu di depan pintu pengambilan
dan satu di awal saluran primer.Harus dibuat pelimpah yang cocok
di saluran primer untuk menjaga jika terjadi kelebihan air.
b. Bendung ini dilengkapi dengan pasir terbuka, di atasnya diberi kisi-
kisi penyaring dari baja untuk mencegah masuknya batuan ke
dalam parit
c. Bendung Ambang/Mercu Tetap
Berfungsi untuk menaikkan permukaan air sungai agar air sungai
dapat dialirkan ke daerah irigasi. Dan untuk menaikkan permukaan
air sungai diatur dengan ambang tetap atau permanen. Umumnya
4
mercu bendung berbentuk bulat atau Ogee. Kedua bentuk ini
cocok untuk beton atau pasangan batu kali. Mercu berbentuk
Ogee adalah berbentuk lengkung memakai persamaan matematis,
sedikit rumit dilaksanakan, tetapi memberikan sifat hiraulis yang
baik, bentuk gemuk dan kekar, menambah stabilitas.
d. Bendung Gerak
Berfungsi untuk meninggikan muka air sungai, sehingga air sungai
dapat dialirkan ke daerah irigasi. Untuk mengatur permukaan air
sungai digunakan pintu gerak (dapat dibuka dan ditutup). Bendung
gerak cocok dibangun di sungai bagian hilir, di daerah ini
kemiringan sungai datar dan tebing sungai rendah. Pada saat
banjir pintu dibuka, sehingga air sungai tidak meluap ke tebing
kanan dan kiri.
5
Perencanaan kolam olak mengikuti standar yang ada
sebenarnya sudah memadai. Yang jadi masalah adalah
kedalaman gerusan hilir bendung seberapa jauh membahayakan.
Bendung besar dan komplek perlu model, tapi untuk bendung kecil
dan sederhana tidak perlu dimodel. Apalagi untuk dasar sungai
yang mempunyai outcrop (batuan dasar sungai masif) tidak ragu
lagi bahwa gerusan tidak ada, maka model tidak perlu.
c. Bangunan Pembilas/Penguras
Bagian ini terletak di depan pengambilan, sedikit ke hilir dan
dilengkapi dengan pintu penguras yang berfungsi untuk
mengendapkan sedimen kasar agar tidak masuk ke pengambilan
dan secara berkala sedimen tersebut dibuang ke hilir melalui pintu
penguras.
Persyaratan umum kecepatan aliran di sekitar pintu pembilas
adalah dirancang sekurang-kurangnya sebesar 1,20 m/detik.
d. Ambang Pengambilan
Persyaratan umum (lokasi dan dimensi) :
Lokasi dipilih pada bagian sungai yang tidak mudah terjadi
sedimentasi, biasanya di tikungan luar. Dimensi dirancang dengan
kecepatan aliran di dekat ambang tidak terlalu cepat sehingga
terlalu banyak sedimen yang masuk, namun juga tidak terlalu
lambat sehingga menyebabkan sedimentasi yang berlebihan di
depan ambang pengambilan.
Persyaratan umum kecepatan aliran di atas ambang pengambilan
adalah dirancang sebesar 0,80 m/detik.
e. Pintu Pengambilan/Intake
Berfungsi untuk menyadap dan mengontrol air yang akan
dialirkan ke saluran irigasi melalui kantong lumpur. Bagian ini
6
dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup, sehingga
besar kecilnya air yang disadap dapat dikontrol
7
Poros tanggul; Tanggul banjir sebaiknya jauh dari air terendah.
Tinggi jagaan: Elevasipuncak tanggul 0,25 m diatas elevasi
pangkal bendung untuk keamanan extra.
Potongan melintang; Lebar puncak tanggul 3 m. Kalau dipakai
jalan ditambah seperlunya. Kemiringan hulu dan hilir diambil
antara 1 : 2 s/d 1 :3,5 tergantung jenis tanah. Tinggi tanggul > 5m
sebaiknya stabilitasnya dicek dengan perhitungan khusus. Bila
fondasi tanggul lolos air (porous) disarankan dibuat cut off (parit
halang) 1/3 x H.
Krib Dan Bronjong (Matras Batu) Krib berfungsi untuk
mengarahkan aliran, melindungi tanggul maupun tebing sungai
terhadap penggerusan. Krip dibuat tegak lurus tanggul. Tinggi
mercu krip sama dengan bantaran. Kemiringan pelindung tanggul
atau krip 1 : 2,5 – 3,5 di bawah air, dan 1 : 1,5-2,5 yang di atas air.
Kemiringan ujung krip 1 : 5-10, Bronjong berfungsi untuk
membentuk krib dan sebagai pelindung tebing dan dasar sungai.
Berbentuk bak dari jala kawat yang diisi batu. Ukuran biasanya
2x1x0,5 m. Tidak boleh dipakai untuk bagian bangunan permanen.
Keuntungannya batu sedang diikat dalam kawat memberi masa
kuat dan konstruksi flexible.
Saringan Baja/Trasrak, Berfungsi untuk mencegah masuknya
batu-batu besar di depan pintu pengambilan dan di depan pintu
penguras. Sehingga operasional pintu pengambilan dan penguras
dapat berjalan normal setiap saat.
i. Rip Rap (Lapisan Batu Teratur)
Berfungsi untuk melindungi dasar sungai atau tebing di hilir.
bendung Rip-rap dipasang dari puncak bendungan sampai + 2 m
di bawah permukaan air terendah untuk operasi (MOL, Minimum
Operation Level).
8
Tebal lapisan tergantung pada : kekuatan batu, tinggi bendungan,
frekuensi muka air dan tinggi perkiraan gelombang. Umumnya
apabila menggunakan tenaga manusia + 30 cm, menggunakan
alat berat + 50 cm – 100 cm. Batu harus keras, padat, awet, BJ ≈
2,4 t/m3. Panjang lindungan 4 x R (R : dalam gerusan). Tebal
lapisan 2 ~ 3 x d40 . Nilai d40 tergantung kecepatan air.
j. Kantong Lumpur, Kapasitas memadai untuk sedimen yang masuk,
mampu membilas, perlu kemiringan tinggi. Pada saluran primer
dibuat pelimpah. Meskipun sudah ada bangunan pembilas di
depan intake, biasanya masih ada butir halus partikel yang masuk.
Untuk mencegah masuk ke saluran diperlukan kantong lumpur.
Prinsipnya adalah memperbesar saluran sehingga kecepatan
berkurang akibatnya sedimen mengendap. Untuk menampung
sedimen saluran diperdalam, dibilas tiap 1-2 minggu.
Biasanya panjang 200 m untuk sedimen kasar, sampai dengan
500 m untuk sedimen halus. Tergantung pada topografi dan
keperluan pembilasan. Pertimbangan dalam memutuskan: (a)
Ekonomis atau tidak, (b) Kemudahan pekerjaan OP, (c) Perlu
dibangun, kalau sedimen masuk ke saluran > 5% kedalaman x
panjang x lebar saluran primer dan sekunder (butiran< 0,06 – 0,07
mm).
k. Dimensi kantong lumpur
Partikel pada titik awal A kecepatan endap w dan kecepatan air v
akan mengendap di titik C . Waktu yg diperlukan: t = H/w = L/v
dimana v = Q/HB. Menghasilkan LB = Q/w, dimana L: panjang
kantong lumpur, B : lebar kantong lumpur, Q : debit air, w:
kecepatan endap di kantong lumpur. Agar tidak terjadi meandering
atau pulau endapan dibuat L/B > 8. Kalau topografi tidak
9
memungkinkan bisa dibagi-bagi ke arah memanjang dengan
dinding pemisah (devider wall).
l. Volume tampungan
Volume kantong lumpur tergantung pada kandungan sedimen,
volume air yang lewat, dan jarak waktu pembilasan. Banyak nya
sedimen yang lewat dapat dihitung dengan cara: (a) Pengukuran
langsung di lapangan, (b) Perhitungan rumus yang cocok
(Einstein-Brown, Meyer-Peter, Muller), (c) Atau memakai data
kantong lumpur yang ada di lokasi lain. Kedalaman ds = 1 m untuk
jaringan kecil (10 m3/dt ), 2,5 m untuk jaringan besar (100 m3/dt).
m. Tata letak kantong lumpur, Tata letak terbaik kalau saluran
pembilas lurus sebagai kelanjutan kantong lumpur, saluran primer
di sampingnya. Ambang saluran primer di atas tinggi maksimum
sedimen. Alternatif tata letak lain saluran primer searah kantong
lumpur, perlu dinding pengarah.
10
lingkungan sehingga diharapkan desain bendung dengan baik, aman
dan berfungsi semestinya, sesuai dengan kelembagaan dan
pengaturan yang terkait dengan mempertimbangkan faktor teknis
perencanaan.
11
bangunan pelengkap meliputi antara lain keamanan terhadap luapan,
keamanan terhadap gerusan lokal, degradasi sungai, keamanan
terhadap agradasi dasar sungai, rembesan, perubahan arah aliran
dan tekanan air. Sedangkan syarat keamanan struktur meliputi
kekuatan, kestabilan, kimiawi dan biotis.
6. Operasi dan Pemeliharaan
Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air.
Pengaturan air pada kondisi normal, kondisi banjir, dan kondisi kering.
Kondisi normal adalah aliran sungai normal, sedimen yang dibawa
sedang. Penjediaan air dilakukan sesuai rencana kebutuhan air irigasi
dan keperluan lainnya. Air sungai masih bisa mengalir ke hilir untuk
keperluan lain dan keperluan lingkungan. Pada saat ini pintu
pengambilan dibuka penuh, pintu bilas atas dan bawah ditutup, agar
air depan pengambilan tenang sedimen mengendap. Pintu bilas
bawah dibuka 1 jam setiap hari untuk menguras endapan lumpur.
Kalau terdapat benda terapung depan pintu bilas, pintu bilas atas
diturunkan untuk menghanyutkan benda terapung. Dalam keadaan ini
biasanya kolam lumpur sudah penuh pada 5-10 hari (tergantung
perencanaan). Untuk ini dilakukan pengurasan lumpur secara
hidraulis, dengan prosedur sebagai berikut :
Pintu bilas atas dan bawah ditutup, pintu pengambilan dibuka,
pintu ke saluran irigasi ditutup, pintu penguras dibuka. Lama
pengurasan tergantung jumlah sedimen, besaran fraksi
sedimen, besar debit dan kemiringan kantong lumpur yang
sudah dihitung dalam rencana dan model test (biasanya 3-5
jam). Setelah selesai, air irigasi dialirkan kembali.
Operasi adalah pengaturan bukaan pintu untuk penyediaan air.
Pengaturan air pada kondisi normal, kondisi banjir, kondisi
kering. Kondisi banjir: aliran sungai besar, sedimen yang
12
dibawa banyak. Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan
lainnya dihentikan sementara, karena di sawah sudah
kelebihan air, dan cenderung membuang.
Pada saat ini pintu pengambilan ditutup penuh, pintu bilas atas dan
bawah ditutup, agar sedimen tidak masuk ke saluran irigasi dan
sedimen dilewatkan atas bendung. Pada saat air surut dimana
kedalaman air diatas mercu antara 0.5 s/d 1 m pintu pembilas dibuka
untuk menguras lumpur. Setelah lumpur bersih dan air di atas
bendung antara 0-0.5 m, pintu pengambilan dibuka dan pintu bilas
ditutup. Air irigasi normal kembali. Pada beberapa bendung dimana
debit banjir besar, saluran pembilas dipakai untuk melewatkan air.
Untuk itu pintu bilas dibuka saat banjir. Kalau sungai membawa
batang-batang pohon, kemungkinan bisa menyangkut pada saluran
pembilas yang sempit.
Pengaturan air : kondisi normal, kondisi banjir, kondisi kering.
Kondisi kering: aliran sungai kecil, sedimen yang dibawa sedikit.
Penjediaan air untuk irigasi dan keperluan lainnya dipenuhi tetapi
cenderung kurang. Air sungai jangan disadap 100%, karena di hilir
bendung biasanya ada penyadapan untuk keperluan lain dan atau
untuk menjaga lingkungan. Pada saat ini pintu pengambilan dibuka
penuh, pintu bilas atas atau bawah dibuka sebagian, agar air tetap
mengalir sebagian ke hilir bendung. Karena air sungai cenderung
bersih maka kandungan sedimen sedikit, maka frekuensi pengurasan
lumpur dapat lebih lama dibanding saat air normal. Cara pengurasan
seperti saat air normal, cuma karena air sungai dan selisih tinggi
minim, air sungai ditampung dulu beberapa jam didepan bendung
dengan menutup pintu pengambilan dan pembilas. Pada saat elevasi
air naik sampai mercu bendung, pembilasan dimulai. Pada saat ini
pengecekan terhadap saluran pembilas bawah dilakukan untuk
13
mengetahui apakah ada sumbatan batu. Kalau ada inilah saatnya
untuk mengatasinya, karena air sungai kecil.
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga agar bangunan
berfungsi seperti sediakala. Jenis pemeliharaan: Rutin, berkala,
darurat, permanen. Pemeliharaan Rutin adalah kegiatan secara rutin
dilakukan, misalnya babat rumput sekitar bendung, menutup retakan
tembok, perbaikan kecil batu kosong, pengambilan benda terapung
depan pintu bilas, pengurasan sedimen pada saluran bawah 1
jam/hari, Pemeliharaan Berkala adalah kegiatan dilakukan secara
berkala, misalnya pengecatan pintu, pemberian stenfet (greesing),
pembersihan sedimen pada kantong lumpur, pengecatan bangunan
pelindung, pembersihan sedimen dan batu menyumbat pada saluran
pembilas, perbaikan bronjong dan pasangan batu kosong, perbaikan
pintu macet. Pemeliharaan Darurat adalah perbaikan darurat agar
bendung dapat segera berfungsi. Hal ini terjadi karena bencana alam
atau kelalaian manusia. Perbaikan ini dilakukan dengan harapan nanti
ada dana untuk penyempurnaan berupa perbaikan permanen.
Pemeliharaan Permanen adalah kegiatan perbaikan sebagai
peningkatan perbaikan darurat maupun perbaikan akibat bencana dan
kelalaian manusia, sehingga perbaikannya menjadi permanen,
misalnya tanggul penutup longsor, sayap bendung patah, stang pintu
bengkok, gerusan dalam di bawah bendung, kerusakan pada kolam
olak, pelindung talud runtuh, penurunan tubuh bendung.
7. Teori Stabilitas Bendung
Dalam perencanaan Bendung harus memenuhi persyaratan
stabilitas sehingga bendung akan stabil dan dapat berfungsi lama.
Tinjauan stabilitas meliputi :
a. Stabilitas Terhadap Geser
14
Bendung harus mampu menahan gaya horizontal akibat tekanan
air dan sediment, sehingga bendung akan tetap pada posisinya,
tidak bergeser.
S = f x SV > 1,2
SH
Dimana :
SV = Totalgayavertical
SH = Totalgayahorisontal
Dimana :
15
c. Stabilitas Terhadap Eksentrisitas
Bendung harus memenuhi keseimbangan struktur atau stabil
terhadap eksentrisitas.
e = B _ Mr < B/62 SV
Dimana :
e = Eksentrisitas
B = Lebar dasar bendung
Mr = (MV – MH)
MV = Momen akibatgayavertical
MH = Momen akibatgayahorizontal
d. Stabilitas Terhadap Daya Dukung Pondasi
Bendung harus aman terhadap penurunan, oleh karena itu daya
dukung tanah pondasi harus mampu menahan berat bendung dan
beban lain akibat banjir.
s = SV x (1 ± 6.e)
B B
B B
B B
Dimana :
16
s = Tegangan tanah pondasi
SV = Totalgayavertical
e = Eksentrisitas
17
B. BENDUNGAN
1. Pengertian Bendungan
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk
menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi.
Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke
sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam juga
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak
diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Bendungan (dam) dan
bendung(weir) sebenarnya merupakan struktur yang berbeda.
Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah
(lowhead dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya
terdapat di sungai. Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan
melimpas melalui puncak / mercu bendung (overflow). Dapat
digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran air di saluran / sungai
dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di negara-
negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras
alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu
sistem transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk
irigasi bila misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah
yang akan diair.
2. Bagian-bagian bendungan
Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1) Badan bendungan (body of dams)
Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air.
Bendungan umumnya memiliki tujuan untuk menahan air,
sedangkan struktur lain seperti pintu air atau tanggul digunakan
untuk mengelola atau mencegah aliran air ke dalam daerah tanah
yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang disimpan
18
dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik
bagi jutaan konsumen.
2) Pondasi (foundation) Adalah bagian dari bendungan yang
berfungsi untuk menjaga kokohnya bendungan.
3) Pintu air (gates) Digunakan untuk mengatur, membuka dan
menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup.
Bagian yang penting dari pintu air adalah :
Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan
dapat digerakkan untuk membuka , mengatur dan menutup
aliran air.
Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam
beton yang digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun
pintu sesuai dengan yang direncanakan.
Angker (anchorage) Adalah baja atau besi yang ditanam di
dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka pengatur
arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke
dalam konstruksi beton.
Hoist, Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar
dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
19
b. Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute,
discharge carrier, floodway). Makin tinggi bendungan, makin
besar perbedaan antara permukaan air tertinggi di dalam
waduk dengan permukaan air sungai di sebelah hilir
bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit air
dibuat kecil, maka ukurannya akan sangat panjang dan
berakibat bangunan menjadi mahal. Oleh karena itu,
kemiringannya terpaksa dibuat besar, dengan sendirinya
disesuaikan dengan keadaan topografi setempat.
c. Bangunan peredam energy (energy dissipator)Digunakan untuk
menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi air
agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan
instalasi lain di sebelah hilir bangunan pelimpah.
20
3. Tipe Bendungan
Bendungan juga dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :
a. Berdasarkan ukuran
1) Bendungan besar (large dams)
Menurut ICOLD definisi dari bendungan adalah :
Bendungan yang tingginya lebih dari 15m, diukur dari bagian
terbawah pondasi sampai ke puncak bendungan. Bendungan
yang tingginya antara 10m dan 15m dapat pula disebut dengan
bendungan besar asal memenuhi salah satu atau lebih kriteria
sebagai berikut :
Panjang puncak bendungan tidak kurang dari 500m
Kapasitas waduk yang terbentuk tidak kurang dari 1 juta m³
Debit banjir maksimal yang diperhitungkan tidak kurang dari
2000 m³/detik.
Bendungan menghadapi kesulitan-kesulitan khusus pada
pondasinya (had specially ifficult foundation problems).
Bendungan di desain tidak seperti biasanya (unusual
design).
2) Bendungan kecil (small dams, weir, bendung)
Semua bendungan yang tidak memenuhi syarat sebagai
bendungan besar di sebut bendungan kecil.
21
BAB III
KESIMPULAN
22