Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI APLIKASI TEKNIK NUKLIR

MATERI :

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


SELADA HIDROPONIK

Disusun Oleh :

Nama :

1. Cindy Anggrilita (011500403)


2. Gregorios Abraham G (011500410)
3. Ilsa Rosianna (111700007)

Jurusan : Teknokimia Nuklir

Kelompok : II

Asisten : Sugili Putra, S.T, M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2018
PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
SELADA HIDROPONIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh dosis radiasi terhadap pertumbuhan tanaman selada hidroponik.
2. Mengetahui aplikasi teknik nuklir untuk pemuliaan tanaman

II. DASAR TEORI


Pemuliaan tanaman adalah kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun
populasi tanaman untuk suatu tujuan sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.
Mengubah susunan genetik individu maupun populasi tanaman dapat dilakukan antara lain
dengan mutasi genetik. Mutasi genetik tanaman dapat diinduksi dengan menggunakan
mutagen seperti radiasi sinar gamma. Bagian tanaman yang diradiasi biasanya adalah benih
yang akan ditumbuhkan atau bagian tanaman lainnya yang dapat ditumbuhkan. Pemuliaan
tanaman secara mutasi disebut pemuliaan mutasi. Pemuliaan mutasi mempunyai karakter
spesifik antara lain sangat efektif untuk merubah sedikit sifat dalam perbaikan varietas
tanaman. (Sobrizal, 2016).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman genetic adalah
dengan induksi mutasi (Suwarno dan Silitonga, 2006). Mutasi melalui iradiasi sinar gamma
telah memberikan kontribusi nyata terhadap perbaikan tanaman di dunia, lebih dari 3600
varietas dari 170 jenis tanaman telah dilepas. (IAEA, 2010).
Tingkat keberhasilan iradiasi untuk meningkatkan keragaman populasi sangat
ditentukan oleh radiosensitivitas tanaman. Radiosensitivitas adalah alat ukur yang
digunakan untuk memberikan gambaran tentang efek radiasi terhadap objek yang
diiradiasi. Radiosensitivitas juga digunakan untuk mengetahui dosis yang menyebabkan
tanaman mati atau penghambatan pertumbuhan sebesar 50% (LD50). Pada LD50 peluang
untuk terjadinya mutasi yang diharapkan lebih tinggi . Penentuan kurva radiosensitivitas
dan LD50 sangat perlu dilakukan untuk menentukan dosis yang tepat untuk menghasilkan
frekuensi mutase (frekuensi yang termutasi) yang diharapkan tinggi.
Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan perbedaan radiosensitivitas, yaitu
biologi (genetic) dan lingkungan. Faktor biologi meliputi perbedaan ukuran dalam inti sel,
volume inti (nuclear volume), dan kromosom saat interfase suatu spesies. Sedangkan factor
lingkungan antara lain suhu dan kelembaban. (Bermawie Nurliani, 2015).
Untuk jenis-jenis tanaman kehutanan, pemuliaan mutasi sangat potensial, terutama
untuk membangkitkan keragaman baru pada jenis-jenis yang keragaman di alamnya relatif
sempit atau untuk mendapatkan karakter-karakter tanaman yang lebih adaptif terhadap
perubahan lingkungan dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Pada tingkat bibit,
peningkatan tinggi bibit hasil iradiasi sinar gamma untuk jenis bambang lanang mampu
mencapai 77% pada dosis 80 Gy (Zanzibar dan Sudrajat, 2015), sementara pada jenis
suren, peningkatannya mencapai 600% dibandingkan dengan control. (Zanzibar dan
Witjaksono, 2011).
Sebagian besar penelitian penggunaan iradiasi sinar gamma dirancang untuk
mengevaluasi respons biologi terhadap dosis radiasi tinggi, dan penelitian yang relatif
terbatas juga telah dilakukan dengan menggunakan iradiasi pada dosis rendah untuk 3
menstimulasi proses fisiologi (radiostimulation) tanaman melalui eksitasi, atau stimulasi
dengan dosis rendah, atau dikenal dengan istilah hormesis (Luckey, 1980). Pengaruh yang
menguntungkan dari hormesis telah banyak dilakukan pada jenis-jenis tanaman pertanian
(Luckey, 2003; Piri et al., 2011), namun informasi penggunaan teknologi tersebut dalam
bidang kehutanan masih terbatas (Iglesias-Andreu et al., 2012). Meskipun masih sedikit
informasi mengenai fenomena hormosis ini, Vaiserman (2010) memberi indikasi adanya
kemungkinan hubungan antar hormosis dengan pengaruh epigenetik (perubahan yang
diturunkan pada fungsi genom, yang terjadi tanpa perubahan susunan urutan DNA) sebagai
suatu respons adaptif. Efigenetik bersifat sementara dan individu yang termutasi dapat
kembali normal.

PENGARUH IRADIASI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN


PERTUMBUHAN
Kuzin (1997) menyimpulkan bahwa penyinaran jaringan tanaman dengan radiasi
atomik dosis rendah akan menginduksi radiasi sekunder yang merangsang pembelahan sel-
sel dan mendisain radiasi ini sebagai radiasi biogenik sekunder yang mengaktifkan reseptor
membran sel. Radiasi ini membawa informasi yang diterima reseptor membran dan
informasi tersebut diperlukan untuk memfungsikan dan mengembangkan sel-sel organisme
hidup. Sementara, radiasi benih dengan sinar gamma dosis tinggi mengganggu sintesa
protein, keseimbangan hormon, pertukaran gas, pertukaran air dan aktivitas enzim
(Hameed et al., 2008), yang memicu gangguan 6 terhadap morfologi dan fisiologi tanaman
dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

PENGGUNAAN IRADIASI SINAR GAMMA DOSIS RENDAH PADA BENIH


TANAMAN HUTAN
Pada jenis-jenis tanaman hutan, perlakuan radiasi sinar gamma pada dosis rendah
mampu memperbaiki perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit (IglesiasAndreu et al.,
2012; Akshatha et al., 2013). Selain itu, radiasi sinar gamma juga mampu menunda
pembusukan buah (WHO, 1988), mengurangi populasi bakteri, jamur, serangga dan
pathogen lainnya (Gruner et al., 1992) sehingga potensial diaplikasikan untuk
meningkatkan daya simpan benih. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
pegaruh iradiasi terhadap perbaikan mutu benih dan bibit seperti pada jenis jati, suren,
jabon putih, tembesu, bambang lanang, kayu bawang dan jenis-jenis tanaman hutan
lainnya.

POTENSI IRADIASI SINAR GAMMA UNTUK PEMULIAAN MUTASI


TANAMAN HUTAN
Metode pemulian pada prinsipnya dapat diklasifikasikan ke dalam 3 sistem, yaitu
pemuliaan rekombinasi, pemuliaan mutasi, dan pemuliaan transgenik. Setiap sistem
mempunyai cara yang unik untuk mendapatkan keragaman dan menseleksi individu target
(Tabel 4). Pada pemuliaan mutasi, pembangkitan alel-alel termutasi baru merupakan dasar
dan karakter yang unik. Genetik dibalik pemuliaan mutasi meliputi perbedaan dalam
sensitivitas genotipe berbeda dan jaringan tanaman terhadap mutagen berbeda, yang sering
diukur dengan “lethal doses”; genetik yang terbentuk setelah perlakuan mutagenik
berpengaruh terhadap alel-alel dan segregasi pada generassi berikutnya. (Zanzibar, 2016)
Saat ini, teknologi modern di bidang pertanian yang sedang dikembangkan adalah
menanam secara hidroponik. Teknik hidroponik secara sederhana dapat dikatakan sebagai
menanam tanpa media tanah. Karena media tanamnya bukan tanah, jadi harus lebih
memperhatikan nutrisi yang diserap oleh tanaman. Biasanya, tanaman yang sering ditanam
dengan teknik ini adalah sayuran.
Selada merupakan salah satu jenis sayuran daun yang sudah tidak asing lagi di
masyarakat. Selama ini banyak diantara kita yang beranggapan bahwa tanaman selada
hanya bisa tumbuh jika ditanam di dataran tinggi. Selada adalah tanaman yang identik
dengan daerah pegunungan yang berhawa sejuk, tidak salah memang, sebab di Indonesia
budidaya selada umumnya dilakukan di dataran tinggi. Kadang seringkali selada yang di
jual di pasaran tidak dalam kondisi segar. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan
menanam selada sendiri.(https://mitalom.com, 2018)

III. ALAT DAN BAHAN


1. Peralatan yang digunakan:
- Irradiator Gamma STTN
- Plastik wrap
- Rockwool
- Nett pot
- Sumbu Flanel
- Baskom
2. Bahan yang digunakan:
- Bibit selada
- Nutrisi Hidroponik AB Mix

IV. LANGKAH KERJA


1. Siapkan bibit selada dan pisahkan berdasarkan dosis yang akan di radiasi
2. Iradiasi dalam iradiator sesuai dosisnya 100; 200; 300; 400 grey
3. Setelah itu semai dalam rockwool yang telah dibasahi air, dan jaga agar selalu tetap
basah
4. Setelah tumbuh dauh sejati (3-4 lembar) kira-kira 3-4 hari pindahkan rockwool ke
dalam nett pot yang telah di masukkan sumbu flannel di bagian bawah, dan gantung di
baskom yang bawahnya berisi air
5. Setelah 10 hari beri nutrisi hidroponik AB Mix dengan konsentrasi 500 ppm
6. Setelah 16; 24; 31 hari beri nutrisi hidroponik AB Mix dengan konsentrasi 800; 1000;
dan 1200 ppm.
7. Selalu menjaga kondisi tanaman agar tidak sampai kering
8. Amati perkembangannya yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun.

V. DATA PERCOBAAN
Hasil Penanaman Hari Keterangan
Penanaman bibit tanpa
iradiasi dan bibit yang
1
diiradiasi dengan dosis
300-450 Gy

Tanaman control dan yang


2 diiradiasi sudah mulai
berkecambah
Tanaman sudah mulai
berdaun, untuk yang
control rata-rata sudah
menghasilkan daun
5
sebanyak 3 helai daun,
sedangkan untuk tanama
iradiasi rata-rata
menghasilkan 2 helai daun.

Rata-rata tinggi untuk


tanaman tanpa iradiasi
mencapai 1,5 cm dari
permukaan rockwool,
sedangkan untuk tanaman
iradiasi menghasilkan
5
tinggi yang berbeda tiap
dosisnya yang kisaran
tinggi 0,2cm – 0,7cm,
dimana semakin tinggi
dosis tanaman yang
dihasilkan semakin pendek.

Setiap tanaman tidak


7 mengalami penambahan
tinggi.
Untuk tanaman yang
diiradasi pada dosis 400
9 dan 450 Gy, sudah mulai
mengalami pertambahan
lebar daun.

Untuk tanaman iradiasi


300-350 Gy, mengalami
9 pertambahan tinggi dan
lebar daunnya bertambah
lebar.
Untuk tanaman control
mengalami pertumbuhan
pada bagian tinggi tanaman
menjadi setinggi 2,1 cm,
sedangkan untuk tanama
13 iradiasi pada dosis 300 Gy
mengalami pertumbuhan
yang pesat, dimana
daunnya bertambah lebar
dan tinggi tanaman menjadi
1,4 cm.

Setiap tanaman sudah tidak


15
menggalami pertumbuhan.
VI. PEMBAHASAN
Ketika radiasi ionisasi diserap ke dalam material biologis, radiasi tersebut akan
beraksi secara langsung terhadap target sel kritis atau secara tidak langsung melalui
pembangkitan metabolit yang dapat memodifikasi komponen-komponen sel penting.
Penggunaan irasiasi sinar gamma dengan berbagai dosis dalam hubungannya dengan
perkecambahan benih telah dicoba pada tanaman selada dengan metode penanaman secara
hidroponik. Secara umum, dosis iradiasi yang lebih tinggi cenderung menghambat
perkecambahan.
Keberhasilan radiasi pada proses pemuliaan tanaman dalam meningkatkan
keragaman genetik akan dicoba pada jenis selada dengan metode hidroponik dengan
variasi dosis yang berbeda. Variasi dosis yang digunakan adalah mulai dari 0; 100; 200;
300;400 (grey). Bibit selada yang digunakan berbentuk daun, berukuran sangat kecil, serta
sangat ringan. Masa kadaluarsa bibit adalah sampai oktober 2020. Bibit selada diradiasi
dengan sinar gamma sesuai dosis yang telah ditentukan, kemudian ditunaskan di dalam
serat rockwool yang basah. Setelah tumbuh daun sejati selama 3-4 lembar, maka
disemaikan ke dalam nett pot. Nett pot diberi sumbu dibagian bawah untuk menyerap
nutrisi hidroponik yang diberikan melalui air di bawahnya. Pada hari ke sepuluh setelah
berada di dalam nett pot, yang semula hanya air sebagai sumber nutrisi, kini harus
ditambah dengan nutrisi hidroponik AB Mix dengan kadar 500 ppm. Kemudian untuk hari
selanjutnya yaitu pada hari ke- 16; 24; dan 31 berturut-turut kadar nutrisi hidroponik AB
Mix dinaikkan menjadi 800; 1000; dan 1200 ppm sampai masa panen berakhir sekitar pada
hari ke 34. Karena semakin tinggi atau semakin dewasa usia tanaman membutuhkan lebih
banyak nutrisi untuk pertumbuhannya.
Pengamatan dilakukan setiap hari sampai masa panen berakhir yaitu pada hari ke-34
yang mengacu pada Pedoman Karakterisasi Morfologi Tanaman, yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang dan lebar daun.
Semakin tinggi dosis radiasi, persentase tanaman yang hidup semakin berkurang atau
terhambat. Perlakuan dosis radiasi 400 grey mengakibatkan terjadinya penurunan
presentasi tumbuh. Pada dosis rendah 100; 200 grey rata-rata tumbuhnya sama dan rata.
Sementara pada sampel contoh yang tidak diradiasi pertumbuhan yang terjadi tidak merata,
dan kadang disertai dengan ketidaksempurnaan bentuk daun sejati. Ketidaksempurnaan
tersebut bisa disebabkan factor hama yang berada di lingkungan tumbuhnya tanaman
tersebut.

VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Aplikasi teknik nuklir dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selada dengan
metode penanaman secara hidroponik.
2. Dosis radiasi sinar gamma dengan dosis rendah pada kecambah dapat digunakan untuk
memperbaiki pertumbuhan bibit, menambah kekuatan terhadap serangan hama
penyakit, menciptakan keragaman baru yang sangat penting untuk proses seleksi
(pemuliaan tanaman yang mampu meningkatkan produktivitas. Sedangkan untuk
dosis radiasi yang lebih tinggi cenderung menghambat perkecambahan. Dosis radiasi
terbaik yang diberikan pada benih selada dengan tingkat pertumbuhan yang baik ada
pada dosis 100 grey.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Bermawie, Nurliani dkk. 2015. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma (60CO) Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Jahe Putih Kecil. Balai Penelitian Tanaman Rempah
dan Obat, Bogor. Jurnal Littri 21(2): 47-56.
IAEA. 2010. Mutant Variety and Genetic Stock Database. International Atomic Energy
Agency. Vienna, Austria. http://mvgs.iaea.org/. [diunduh Tgl 15 Januari 2013].
Sobrizal. 2016. Potensi Pemuliaan Mutasi untuk Perbaikan Varietas Padi Lokal Indonesia.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Jakarta: PATIR-BATAN
Suwarno dan T.S. Silitonga. 2006 . Koleksi dan Konservasi benih plasma nutfah dalam
pengembangan bank gen. Makalah disajikan dalam Seminar Penyusunan Konsep
Pelestarian Ex-situ Plasma Nutfah Pertanian. Bogor, 18 Desember 2006. 16 hlm.
Zanzibar, M dan Witjaksono. 2011. Pengaruh Penuaan dan Iradiasi Benih dengan Sinar
Gamma (60C) Terhadap Pertumbuhan Bibit Suren (Toona sureni Blume Merr).
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 8 (2):89-95. MA.
Zanzibar, M dan Dede. 2016. Prospek dan Aplikasi Teknologi Radiasi Sinar Gamma untuk
Perbaikan Mutu Benih dan Bibit Tanaman Hutan. Balai Penelitian Teknologi
Pembenihan Tanaman Hutan. Bogor.
Mitalom.com. 2018. Online. https://mitalom.com/tutorial-lengkap-cara-menanam-selada-
hidroponik-sistem-sumbu-sederhana/. Diakses pada 19 Juni 2018.

Yogyakarta, 22 Juli 2018


Asisten, Praktikan,
1. Cindy Anggrilita
2. Gregorios Abraham G
3. Ilsa Rosianna

Sugili Putra, S.T, M.Sc

Anda mungkin juga menyukai