Anda di halaman 1dari 19

Agustina Eka Saputri

SISTEM KOLOID
Kimia SMA

KELAS
X1
Kompetensi Inti

3. Memahami, menetapkan, menganalisis, pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dngan

wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan kejadiam serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakatdan minatnya untuk memecahkan masaalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah

abstrak, terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai

kaedah keilmuan

Kompetensi Dasar

3.1.5. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-

sifatnya

4.1.5. Menagajukan ide gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid

berdasarkan pengalaman membuat beberapa jenis koloid.


Koloid banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Coba kalian

amati gambar-gambar ini.

Gambar-gambar diatas merupakan contoh koloid dalam kehidupan

sehari-hari. Berdasarkan pada ukuran partikel-partikel zat yang ada

dalam campuran maka campuran dapat dibedakan menjadi larutan,

suspensi dan koloid. Untuk membedakan ketiga jenis campuran maka

kita lakukan percobaan berikut ini :


Hasil pengamatan maka didapatkan sebagai berikut :

1. Garam larut dalam air, larutannya tampak jernih, tidak berwarna

dan partikel-partikel garam tidak tampak lagi

2. Pada pelarutan susu bubuk tampak cairan yang putih keruh. Jika

cairan susu tersebut dibiarkan tidak terjadi endapan yang terpisah

dengan air dan larutan tetap putih keruh

3. Pada pencampuran tanah tampak cairan berwarna coklat keruh

setelah didiamkan beberapa saat terlihat partikel-partikel tanah

tersebut mengendap

Ilustrasi partikel larutan, koloid dan suspensi dapat dilihat pada video

berikut ini :

Dapat disimpulkan bahwa

1. Campuran antara garam dengan air disebut larutan

2. Campuran antara susu bubuk dengan air disebut koloid

3. Campuran antara tanah dengan air disebut suspensi


SISTEM KOLOID

Koloid ditemukan oleh Thomas Graham tahun 1861yang melakukan

percobaan untuk menguji perbedaan kemampuan aliran zat terlarut

dengan menggunakan kantong perkamen, air kristal,lem, perekat dan

tepung kanji. Pada tahun 1907, Ostwald mengemukakan istilah fase

terdispersi dan medium pendispersi. Sistem koloid Sistem koloid terdiri

atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medum pendispersi.

Zat yang didespersikan disebut fase terdispersi. Medium yang digunakan

untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Jadi fase terdispersi

adalah zat terlarut dan medium pendispersi adalah zat pelarut. Pada

tahun 1912, Richard Zsigmondy mendesain mikroskop ultra untuk

mengamati partikel-partikel terlarut termasuk partikel koloid. Dari

pengamatan tersebut ternyata partikel koloid mempunyai diameter 10-


7
sampai dengan 10-5cm.
Perbandingan sifat antara larutan, Koloid dan suspensi dapat

dilihat pada tabel berikut :

No Larutan Koloid Suspensi


1 Ukuran Partikel Ukuran partikel 10- Ukuran partikel
kurang dari 10-7 7
— 10-6 cm lebih besar dari 10
-5
cm cm
2 homogen Antara homogen Heterogen
dan heterogen
3 Satu fase Dua fase Dua fase
4 jernih Keruh Keruh
5 Tidak memisah Tidak memisah jika Memisah jika
jika didiamkan didiamkan didiamkan
6 Tidak dapat Tidak dapat Dapat disaring
disaring dengan disaring dengan dengan saringan
saringan biasa saringan biasa biasa
7 Tidak dapat Tidak dapat dapat disaring
disaring dengan disaring dengan dengan membran
membran membran perkamen
perkamen perkamen
8 Berbentuk ion Molekul besar, Partikel besar
molekul kecil partikel
Jenis-jenis kooid
1. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut
emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling
melarutkan. Emulsi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi
minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak. Contoh emulsi minyak
dalam air adalah santan, susu, dan lateks. Contoh emulsi air dalam
minyak adalah minyak ikan, minyak bumi. Emulsi terbentuk karena
adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator adalah sabun
yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator lainnya
adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam

zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak ditemui

dalam kehidupan sehari-hari contohnya: sol sabun, sol

detergen, sol kanji, tinta tulis, air sungai berlumpur dan cat

3. Busa atau buih

adalah sistem koloid yang fase terdispersinya

gas dan medium pendispersinya cair. Apabila

medium pendispersinya mengandung surfaktan,

maka busa akan stabil. Busa sabun adalah sistem koloid yang stabil

karena sabun merupakan surfaktan. Molekul surfaktan cenderung

terkonsentrasi pada permukaan atau antar permukaan cairan dan gas,

dan terdiri atas dua bagian, yaitu yang bersifat non-polar dan gugus

polar.Busa padat adalah sistem koloid yang terjadi jika padat terdispersi

dalam gas, misalnya batu apung. Busa padat terjadi pada suhu tinggi

dengan medium pendispersi yang mempunyai titik lebur di atas suhu

kamar sehingga pada suhu kamar berwujud padat.

4. Aerosol

Aerosol merupakan sistem koloid dengan fase terdispersi padat atau cair

dalam medium pendispersi gas. Aerosol dibedakan menjadi dua tipe

yaitu aerosol padat dan aerosol cair. Aerosol padat terbentuk apabila

partikel-partikel padat yang sangat halus terdispersi ke dalam medium

pendispersi gas. Contoh aerosol adalah angin puting beliung.


5. Gel

Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh :

agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, gel silika. Gel dapat

terbentuk dari suatu sol yang mengadsorbsi medium

pendispersinya,sehingga terjadi koloid yang agak padat.

Sifat-sifat koloid

1. Efek Tyndal

Efek Tyndall adalah peristiwa peng- hamburan cahaya oleh partikel


koloid. Peristiwa ini pertama kali diamati oleh fisikawan dari Inggris yaitu
JohnTyndall. John Tyndall (1820-1893) mengamati seberkas cahaya
putih yang dilewatkan pada sistem dispersi koloid, perhatikan
Gambar7.2! Dari pengamatan tersebut, John Tyndall melihat adanya
hamburan cahaya pada partikel koloid sehingga berkas cahaya terlihat
dengan jelas. Gejala ini selanjutnya
dinamakan efek Tyndall.
Efek Tyndall terjadi karena partikel
koloid yang berupa ion atau molekul
dengan ukuran cukup besar, mampu
menghamburkan cahaya yang diterimanya
ke segala arah, meskipun partikel koloidnya
tidak tampak.
Namun, efek Tyndall tidak terjadi pada larutan sejati. Hal ini dikarenakan

ukuran partikel zat terlarutnya terlalu kecil sehingga tidak dapat

menghamburkan cahaya. Menurut Lord Rayleigh, ukuran partikel dan

konsentrasi partikel koloid berpengaruh terhadap intensitas hamburan

cahaya. Semakin besar konsentrasi dan ukuran partikel koloid, semakin

bertambah intensitas cahaya yang dihamburkan.

2. Gerak brown
Gerak Brown merupakan gerakan acak

partikel koloid dalam medium pendispersinya.

Gerak acak ini disebabkan oleh tumbukan

tidak seimbang antara partikel- partikel koloid

yang terdispersi dengan molekul-molekul

medium pendispersinya. Gerak Brown pada

sistem koloid menyebabkan partikel-partikef koloid tersebar merata

dalam medium pendispersinya. Peristiwa inilah yang menyebabkan

koloid menjadi stabil dan tidak mengendap meskipun didiamkan dalam

waktu lama.

3. Adsorpsi

Partikel koloid menyerap ion-ion pada bidang

permukaan, yang menyebabkan partikel koloid

tersebut bermuatan listrik positip atau

bermuatan listrik negatiif diwamai maka dicampur dengan garam Al2

(SO4)3, kemudian dicelupkan dalam larutan zat wama. Koloid Al(OH)3

terbentuk karena hidrolisa Al2(SO4)3 akan mengadopsi zat warna.


4. Elektroforesis

Pada partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan bantuan arus listrik

yang mengalir ke masing-masing elektroda yang

muatannya berlawanan. Maka partikel-partikel

elektroda yang bermuatan positif bergerak ke elektroda

negatif sedangkan partikel elektroda negatif ke

elektroda positif maka setelah bergerak sampai

kemasing-masing elektroda biasanya partikel

koloid membentuk koagulasi. Jadi pada peristiwa koloid yang bermuatan

yang disebut pemisahan Elektro foresa.

5. Koagulasi

Kaagulasi koloid ialah peristiwa terjadiya pengendapan koloid. Ada

beberapa cara dalam melakukan koagulasi adalah :

• Dengan cara penambahan zat elektrolit misalnya

partikel-partikelkaret alam dalam lateks

dikoagulasikan dengan asam asetat.

• Dengan cara mekanik yaitu diadakan pengadukan,

pemanasan, Pendinginan

• Pencampuran dua jenis larutan koloid yang bermuatan berlawanan.

Misalnya : Campuran sistim koloid As2S3 yang bermuatan negatif dan

sistim koloid Fe(OH) yang bermuatan positif akan mengumpul


6. Koloid Liofil dan Loifob
Koloid liofil adalah koloid sol dimana partikel-partikel koloid yang dapat

mengikat atau menarik pelarutnya (cairannya). Contoh: Agar Agar kanji,

sagu, jika kita rebus akan mengembang yang tadinya satu bungkus atau

satu gelas akan menjadi satu piring bahkan menjadi setengah panci.

Koloid Liofob adalah koloid sol dimana sistim koloid yang partikel –

partikelnya tidak dapat menarik molckul-molekul pelarutnya. Contoh :

Koloid liofob adalah sol belerang sol emas, sistem koloid AgCl. sol Ag2,

sol Fe(OH)3

7. Dialisis
Dialisis adalah proses pemumian partikel-partikel koloid atau proses

penyaringan koloid dengan cara kita menggunakan kertas perkamen

(membran). Yang diletakkan kedalam air yang sedang mengalir dimana

patikel-partikel koloid dari muatan-muatan tersebut menempel pada

permukaannya. Adanya ion-ion

tersebut merupakan hasil dari sisa-sisa

pereaksi pada proses

pembuatannya.
Pembuatan Sistem koloid
Cara kondensasi

Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati bergabung menjadi


partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia
seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan
pergantian pelarut.

1) Reaksi subtitusi

Misalnya larutan natrium tiosulfat direaksikan dengan larutan asam


klorida , maka akan terbentuk belerang. Partikel belerang akan
bergabung menjadi semakin besar sampai berukuran koloid sehingga
terbentuk sel belerang. Seperti reaksi

Na2SO3(aq) + 2HCl(aq) →2 NaCl(aq)+ H2O(l) + S(s)

2) Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sol Fe(OH)3dibuat
melalui hidrolisis larutan FeCl3, yaitu dengan memanaskan larutan FeCl3.
Hidrolisis larutan AlCl3 akan menghasilkan koloid Al(OH)3. Reaksinya
adalah:

FeCl3(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) +3HCl(aq)

AlCl3(aq) + 3 H2O(l) → Al(OH)3(s) + 3HCl(aq)

3) Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.


Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan
belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam
larutan SO2

2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S (s)


4) Reaksi Dekomposisi Rangkap

Contohnya adalah pembuatan sol As2S3 dengan mereaksikan larutan


H3AsO3 dengan larutan H2S. Reaksinya adalah sebagai berikut:

2H3AsO3(aq) + 3H2S(aq) → As2S3(s) + 6H2O(l)

5) Penggantian Pelarut

Cara ini dilakukan dengan menggnti medium pendispersi sehingga fase


terdispersi yang semula larut menjadi berukuran koloid. Misalnya larutan
jenuh kalsium asetat jika dicampur dengan alcohol akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.

b. Cara dispersi

Dengan cara dispersi partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara
dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atu dengan loncatan
bunga listrik(busur bredig).

1) Cara mekanik

2) Dengan cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumpang, sampai


diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan
medium pendispersi. Contoh pembuatan sol belerang dengan
menggerus serbuk belerang bersama zat inert seperti gula pasir,
kemudian mencampur dengan air.

2) Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan dengan bantuan zat pemecah (pemeptisasi).
kondensasi.
3) Cara busur bredig
Cara busur bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang

akan dijadikan koloid digunakan sebagai elktrode yang dicelupkan

kedalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik dikedua

ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar kedalam air, lalu atom

tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid.

Jadi cara busur bredig ini merupakan gabungan cara disperse dan

kondensasi.

Koloid dalam Kehidupan sehari-hari

A. Mengurangi polusi udara


Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya

dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel.

Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan

dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah

bebas dari asap dan partikel berbahayaAsap dari pabrik sebelum

meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang

tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000

volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul

dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan

menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik

dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak

digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi


b. Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet
merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet alam
merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel
karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet.
Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar
karetmenggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk
mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat;
HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu akan
merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan
ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet
akan menggumpal.Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu
diproses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah
menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya
pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan
melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk
menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan
amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel
karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol
tidak menggumpal.

c. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut


merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam
kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal
ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel
dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid
saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis
koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita
gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian
dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air.


Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak
dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu
dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik
skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan
air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau
menyaring bahan-bahan yang tidak larut
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat
kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran
menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor
untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari
penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus
dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13


berikut!

Proses pengolahan air

tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun

pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah

pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-

benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini memerlukan tempat

yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid tidak

dapat diendapkan dengan cara itu.


Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang

mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang

banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat, besi(III)

klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian koagulan

selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk

menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–

6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk

senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5. Deodoran

mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau

mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat

menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang

dihasilkan berkurang.

f. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam

bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk

kapsul.

g. Sebagai bahan kosmetik

Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik

digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid

dengan tertentu.
h. Sebagai bahan pencuci

Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan

detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/

detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan

mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa

lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan

air.

Anda mungkin juga menyukai