Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN

DENGAN LUKA BAKAR LISTRIK

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Luka bakar atau combustio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran
api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah.Luka bakar berat
menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain.
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, merupakan jenis
trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki arus
listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi
listrik menjadi energi panas.Pada umumnya tanda utama trauma listrik adalah luka
bakar pada kulit.Gambaran makroskopis kerusakan kulit yang kontak langsung
dengan sumber listrik bertegangan rendah disebut electrical mark.Luka listrik
biasanya dapat diamati di titik masuk (entry point) maupun titik keluar (exit point).
Luka Listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam tubuh
manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi suatu
organ dalam.Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik.Kontak langsung
dengan arus listrik bisa berakibat fatal.Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh
manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan
jaringan tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah
terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.
2. Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka morbiditas
96,1% lebih banyak terjadi pada wanita.Berdasarkan tempat kejadian, 69 % di rumah
tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di rekreasi atau olahraga 10% dan
lain-lain.
Jumlah kejadian cedera listrik diperkirakan menimbulkan 1000 kematian pertahun
dan sekitar 3000 orang yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat. Diperkirakan
20% kejadian luka listrik terjadi pada anak-anak, jumlah terbanyak pada usia balita.
Luka bakar listrik kebanyakan terjadi pada anak-anak saat di rumah. Pada orang
dewasa, kebanyakan kecelakaan luka bakar terjadi di tempat kerja dan menjadi tempat
keempat tertinggi yang mengancam jiwa.Lebih dari 50 % pekerja elektrik mendapat luka
dari kabel listrik, dan 25% berasal dari alat elektrik. Rasio laki-laki dan perempuan
sebanyak 9 :1.

Gambar 1.Anatomi Kulit

Secara fisiologis, kulit mempunyai fungsi sebagai berikut:


1. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimiawi
terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol, asam, dan alkali. Gangguan yang
bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar
terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2. fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel
menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3. fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan
evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
4. fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffinidermis dan sukutis.
5. Fungsitermoregulasi(pengaturan suhu tubuh), kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6. Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal
dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan
dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag.
7. Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosis.
8. Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari.
3. Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat
kimia.Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat panas,
durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit..
a. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas(scald), jilitan api ke tubuh (flash),
koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain).
b. Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering digunakan
untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah;
dalam hal ini cairan.Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika
intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan
berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun

ground.Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Gambar 2. Tipe Luka Bakar
4. Patofisologi
Respon Lokal
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu:
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan
terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan oleh koagulasi
constituent proteins.
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami kerusakan
endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan perfusi jaringan
diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler) dan respon inflamasi
lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berkakhir
dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya masih viable.
Proses penyembuhan berawal dari zona inikecuali jika terjadi sepsi berat dan
hipoperfusi yang berkepanjangan.

Gambar 3.Zona luka bakar Jackson 1947 dan efeknya terhadap resusitasi
adekuat dan inadekuat.

Elektron mengalir dalam tubuh secara abnormal sehingga menghasilkan cedera atau
kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada
jantung dan otak atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal melalui
panas dan pembentukan pori di membran sel.

Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan penurunan
kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus bolak balik (AC) dapat
menyebabkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada.5 Aliran listrik yang lama
mengakibatkan kerusakan iskemik otak yang diikuti dengan gangguan nafas. 3,6

5. Klasifikasi Luka Bakar


Cedera listrik utama adalah luka bakar.1 cedera Sekunder akibat trauma tumpul dari jatuh
atau terlempar dari sumber listrik oleh kontraksi otot intens. Luka bakar listrik dapat
diklasifikasikan menjadi
a. Kontak langsung
pemanasan elektrothermal
b. Kontak tidak langsung
bunga api listrik (arc)
nyala api listrik (flame)
kilatan listrik (flash)
Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar
electrothermal.Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan rendah
pada daerah yang terbatas.Aliran yang terus-menerus saat ini dapat menyebabkan luka
bakar yang signifikan di mana saja di sepanjang jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar
electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness

Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena dari
percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara dua benda
bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan sumber yang
bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga apilistrik adalah sekitar 2500 °C,
menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan
kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu
sendiri, pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari
pembakaran pakaian.2
Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar..(1,4,7, 10).
Berdasarkan luas
permukaan luka bakar.
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh
atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of
Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada
orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-
anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada
umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun. (1,2, 4,7,10)
Gambar 6.Wallence Rule of Nines
1. Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association: (1,4,7,10)
a. Luka Bakar Ringan
i. Luka bakar derajat II < 5%
ii. Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii. Luka bakar derajat II < 2%(1,3.6, 8)
b. Luka Bakar Sedang
i. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
ii. Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
iii. Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)
c. Luka Bakar Berat
i. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
ii. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
iii. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
iv. Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
v. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. (1,4,7,10)
Gambar 7. Lund and Browder

6. Penatalaksanaan
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di tempat
kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah membebaskan
pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan keselamatan diri sendiri.
Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak bisa dilepaskan. Air suhu kamar
dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15 menit sejak kejadian, namun air dingin
tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi.
2. Burn Resusitasi
3. Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran jaringan selular.
Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac output dan volume plasma
dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema dan oligouria.
4. Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka bakar dengan
kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi, oksigen 100%
diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi bertujuan untuk mempertahankan
patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan jalan napas (penghisapan sekret) dan
broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih menjadi perdebatan karena dianggap
terlalu agresif dan morbiditasnya lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi
dilakukan pada kasus yang diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2
minggu pada luka bakar luas yang disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan
pemberian oksigen 2-4 liter/menit melalui pipa endotracheal. Terapi inhalasi
mengupayakan suasana udara yang lebih baik disaluran napas dengan cara uap air
menurunkan suhu yang meningkat pada proses inflamasi dan mencairkan sekret yang
kental sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan
pemantauan gejala dan distres pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak,
gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan
stridor. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial
dan foto thorax.
5. Resusitasi cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
 Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler
regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
 Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
 Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin survival
seluruh sel
 Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan stabilisasi
pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
a. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik dan koloid:
Larutan Kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah Ringer Laktat dan
NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma atau memiliki
osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal, cairan ini tidak
hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke ruang
interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume intravaskuer
300 ml.
Larutan Hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan penggunaannya
dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam hiperonik tersedia
dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas
cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler
ke ekstraseluler. Larutan garam hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui
mekanisme penarikan cairan dari intraseluler.
Larutan Koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran. Molekul koloid
cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler, oleh karena itu sebagian
akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis,
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang
interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang ada.
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin sintetik, HES berbentuk
larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½ dalam plasma selama 5 hari, tidak
bersifat toksik, memiliki efek samping koagulopati namun umumnya tidak
menyebabkan masalah klinis. HES dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan
cara menutup celah interseluler pada lapisan endotel sehingga menghentikan
kebocoran cairan, elektrolit dan protein. Penelitian terakhir mengemukakan bahwa
HES memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan lipid protein complex yang
dihasilkan oleh endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek
antiinflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS.
b. Dasar pemilihan Cairan
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah efek
hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler,
oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor
keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan terbaik untuk resusitasi
dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi perdebatan terus diteliti. Sebagian
orang berpendapat bahwa kristaloid adalah cairan yang paling aman digunakan
untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi klinis tertentu. Sebagian pendapat
koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain. Hal ini dihubungkan dengan
karakteristik masing-masing cairan yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan ciran di kompartemen interstisial
secara masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan
dengan pemberian cairan kristaloid.
c. Penentuan jumlah cairan
Untuk melakukan resusitasi dengan cairan kristaloid dibutuhkan tiga sampai
empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L cairan kristaloid akan meningkatkan
volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya sedikit meningkatkan cardiac
output dan memperbaiki transpor oksigen.
Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama
Resusitasi syok menggunakan Ringer laktat atau ringer asetat, menggunakan
beberapa jalur intravena. Pemberian cairan pada syok atau kasus luka bakar >
25-30% atau dijumpai keterlambatan > 2 jam. Dalam <4 jam pertama diberikan
cairan kristaloid sebanyak 3[25%(70%xBBkg)] ml. 70% adalah volume total
cairan tubuh, sedangkan 25% dari jumlah minimal kehilangan cairan tubuh dapat
menimbulkan gejala klinik sidrom syok.
Pada resusitasi cairan tanpa adanya syok atau kasus luka bakar luas < 25-
30%, tanpa atau dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan dihitung
berdasarkan rumus baxter 3-4 ml/kgBB/% LB.
Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum digunakan
pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Metode ini mengacu
pada waktu iskemik sel tubulus ginjal < 8 jam sehingga lebih tepat diterapkan
pada kasus luka bakar yang tidak terlalu luas tanpa keterlambatan.
Pemberian cairan menurut formula Parkland adalah sebagai berikut:
 Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jampertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan orang tua,
kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan
cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.
 Penggunaan zat vasoaktif (dopamin dan dobutamin) dengan dosis 3 mg/kgBB
dengan titrasi atau dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% jumlah tetesan dibagi
rata dalam 24 jam.
 Pemantauan untuk menilai sirkulasi sentral melalui tekanan vena sentral
(minimal 6-12cm H20) sirkulasi perifer (sirkulasi renal). Jumlah produksi urin
melalui kateter, saat resusitasi (0,5- 1ml /kg BB/jam maka jumlah cairan
ditingkatkan 50% dari jam sebelumnya.
 Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan
sedimen).
 Pemantauan sirkulasi splangnikus dengan menilai kualitas dan kuantitas cairan
lambung melaui pipa nasogastrik. Jika , 200ml tidak ada gangguan pasase
lambung, 200-400ml ada gangguan ringan, >400 ml gangguan berat.
Penatalaksanaan 24 jam kedua
 Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi rata dalam 24 jam.
Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa5% atau 10% 1500-2000 ml.
Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.
 Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi
uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif samapi 5 mg/kgBB
 Pemantauan analisa gas darah, elektrolit
Penatalaksanaan setelah 48 jam
 Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintanance
 Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4 ml/kgBB), hemoglobin
dan hematokrit.
Rumus Baxter:
Pada dewasa:
 Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
 Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan
16jamberikutnya.
Pada anak:
 Hari I:
RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
5-15 thn = kgBB X 75cc
>15 thn = kgBB X 50cc
 Hari II: sesuai kebutuhan faal
Formula Parkland:
 Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
 Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari
kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi
urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-1,5 cc/kg/jam.
6. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan
untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.Tindakan ini dilakukan
setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup
berat.Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran
besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya.
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat
mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan
sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini
penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya
rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal.Keaadan ini harus
cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas.
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien atau
dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan
kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap.Perawatan luka tertutup
dengan occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan.Penggunaan
tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang
memfasilitasi drainage dan epitelisasi.Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk
mengatasi infeksi pada luka.
7. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat perawatan
kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan grafting.Kompilkasi
yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan MODS.Selain itu
komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi mukosa, ulserasi dan
perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada ginjal dapat terjadi acute
tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun.Skin graft loss merupakan komplikasi
yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada
fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut
hipertrofik., keloid dan kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan
menyebabkan kekeauan sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang
intensif dan kontraktur memerlukan tindakan bedah.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

1. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain
dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan
tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian
tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan
pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah
nyeri, sesak nafas.Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam
melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka
bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada
penurunan ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatanketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan
alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan
keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan,
serta kemungkinan penyakit turunan
7. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image
yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan
perubahan.Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam
sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas.Hal ini menumbuhkan stress,
rasa cemas, dan takut.
8. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua
luka bakar).
10. Integritas ego
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
11. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
12. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
13. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
14. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
15. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
16. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
17. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada
tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri
yang hebat (syok neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar
(luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar
menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :
BAG TUBUH 1 TH 2 TH DEWASA
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%

Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut
ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya
kesembuhan luka
II. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma atau desteruksi
lapisan kulit
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan posterior tidak
adekuat, kerusakan perlindungan kulit
d. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
ketahanan
e. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
interupsi aliran darah
III. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Tutup luka 1. Suhu berubah dan
dengan kerusakan kulit keperawatan selama x sesegera mungkin, tekanan udara
atau jaringan 24 jam klien mampu kecuali perawatan dapat
luka bakar metode menyebabkan
melaporkan sakit hilang
pemejanan pada nyeri hebat pada
atau berkurang dengan udara terbuka pemajanan ujung
kriteria hasil : 2. Ubah pasien yang saraf.
1. Menyatakan nyeri sering dan rentang 2. Gerakan dan
berkurang atau gerak aktif dan latihan
pasif sesuai menurunkan
terkontrol indikasi kekuatan sendi
2. Menunjukkan 3. Pertahankan suhu dan kekuatan otot
lingkungan tetapi tipe latihan
ekspresi wajah atau nyaman, berikan tergantung
postur tubuh rileks lampu penghangat indikasi dan luas
dan penutup tubuh cedera.
3. Berpartisipasi dalam 4. Dorong ekspresi 3. Pengaturan suhu
aktivitas dari tidur perasaan tentang dapat hilang
nyeri karena luka bakar
atau istirahat 5. Dorong mayor, sumber
dengan tepat penggunaan tehnik panas eksternal
manajemen stress, perlu untuk
contoh relaksasi, mencegah
nafas dalam, menggigil.
bimbingan 4. Nyeri hampir
imajinatif dan selalu ada pada
visualisasi. derajat beratnya,
6. Kolaborasi keterlibatan
pemberian jaringan atau
analgetik kerusakan tetapi
biasanya paling
berat selama
penggantian
balutan dan
debridement
5. Pernyataan
memungkinkan
pengungkapan
emosi dan dapat
meningkatkan
mekanisme koping
6. Memfokuskan
kembali perhatian,
memperhatikan
relaksasi dan
meningkatkan
rasa control yang
dapat menurunkan
ketergantungan
farmakologi.
7. Dapat
menghilangkan
nyeri
2. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji atau catat 1. Memberikan
berhubungan dengan keperawatan selama x ukuran warna informasi dasar
trauma atau desteruksi 24 jam kulit klien kedalaman luka, tentang kebutuhan
lapisan kulit menunjukkan perbaikan perhatikan jaringan penanaman kulit
dengan criteria hasil : metabolik dan dan kemungkinan
1. Menunjukkan kondisi sekitar luka petunjuk tentang
regenerasi jaringan 2. Berikan perawatan sirkulasi pada
2. Mencapai luka bakar yang area grafik.
penyembuhan tepat tepat dan tindakan 2. Menyiapkan
waktu pada area luka control infeksi jaringan tubuh
bakar untuk penanaman
dan menurunkan
resiko infeksi.
4. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Implementasikan 1. Tergantung tipe
berhubungan dengan keperawata selama x 24 tehnik isolasi yang atau luasnya luka
pertahanan posterior jam infeski tidak terjadi tepat sesuai untuk menurunkan
tidak adekuat, kerusakan dengan criteria hasil : indikasi resiko kontaminasi
perlindungan kulit 1. Klien terbebas dari 2. Tekankan silang atau
tanda dan gejala pentingnya tehnik terpajan pada flora
infeksi cuci tangan yang bakteri multiple.
2. Mendeskripsikan baik untuk semua 2. Mencegah
proses penularan individu yang kontaminasi silang
serta datang kontak 3. Rambut media
penatalaksanaan 3. Cukur rambut baik untuk
3. Menunjukkan disekitar area yang pertumbuhan
kemampuan untuk terbakar meliputi 1 bakteri
mencegah inci dari batas yang 4. Infeksi oportunistik
timbulnya infeksi terbakar (misal : Jamur)
4. Jumlah leukosit 4. Periksa area yang seringkali terjadi
dalam batas tidak terbakar sehubungan
normal (lipatan paha, dengan depresi
5. Menunjukkanperil lipatan leher, sistem imun atau
aku hidup sehat membran mukosa ) proliferasi flora
normal tubuh
5. Bersihkan jaringan
selama terapi
nekrotik yang lepas
antibiotik
(termasuk
sistematik.
pecahnya lepuh)
5. Meningkatkan
dengan gunting
penyembuhan
dan forcep
6. Kolaborasi
antibiotic
5. Kerusakan mobilitas fisik Setelah asuhan 1. Pertahankan posisi 1. Meningkatkan
berhubungan dengan keperawatan selama x tubuh tepat dengan posisi fungsional
penurunan kekuatan dan 24 jam klien mampu dukungan atau pada ekstermitas
ketahanan melakukan aktivitas khususnya untuk dan mencegah
sehari-hari secara mandiri luka bakar diatas kontraktor yang
dengan criteria hasil : sendi. lebih mungkin
Menyatakan dan 2. Lakukan latihan diatas sendi.
menunjukkan keinginan rentang gerak 2. Mencegah secara
berpartisipasi dalam secara konsisten, progresif,
aktivitas, mempertahankan diawali pasif mengencangkan
posisi, fungsi dibuktikan kemudian aktif jaringan parut dan
oleh tidak adanya 3. Instruksikan dan kontraktor,
kontraktor, Bantu dalam meningkatkan
mempertahankan atau mobilitas, contoh pemeliharaan
meningkatkan kekuatan tingkat walker fungsi otot atau
dan fungsi yang sakit dan secara tepat. sendi dan
atau menunjukkan tehnik menurunkan
atau perilaku yang kehilangan
memampukan aktivitas. kalsium dan
tulang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2015). Tangani Luka Bakar dengan Benar. Diakses pada tanggal 18 Juni
2018 dari http://www.republika.co.id

Hapsari, E.D. (2011). Pengantar Evidence Base Nursing. Diakses pada tanggal 19 Juni
2018 dari http://elisa.ugm.ac.id

Herdman, T.H. (2017). Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan : definisi,


klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Hasdianah & Suprapto, S.I. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Krisanti, P., dkk. (2014). Asuhan KEperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.

Moenajat Yefta. (2003). Luka Bakar Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi Revisi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Musliha. (2017). Keperawatan Gawat Darurat; plus Contoh Askep Dengan Pendekatan
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Nuha Medika

Rahayuningsih, T. (2016). Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Diakses pada tanggal


18 Juni 2018 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=250095&val=668
2&title=PENATALAKSANAAN%20LUKA%20BAKAR%20.

Anda mungkin juga menyukai