PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah
dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan
mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya.1
1
Wanita hamil yang menglami KEK memiliki resiko melahirkan bayi
BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan yang tidak KEK. Diperkirakan setiap
tahunnya sekitar 350 ribu bayi BBLR ( < 2500 gram) merupakan salah satu
penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita.1
Laporan WHO tahun 2005 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index (BMI) atau IMT. Selain
dengan IMT, pengukuran status gizi pada WUS dapat dilakukan dengan
menggunakan LILA. Meskipun IMT tidak dapat digunakan pada wanita hamil,
IMT dapat digunakan untuk melihat status gizi ibu sebelum hamil. Diketahuinya
status gizi ibu sebelum hamil berguna untuk mengetahui kelompok ibu dengan
resiko KEK. Bila seorang ibu tidak mengetahui berat badannya sebelum hamil
maka perhitungan IMT dapat dihitung berdasarkan LILA dengan dikontrol oleh
faktor lain yang terkait.6
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Status gizi dapat dibedakan menjadi gizi kurang, baik, dan lebih. Bila
tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien, maka
akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada
tingkat setinggi mungkin. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Berdasarkan kerangka konseptual UNICEF, faktor-faktor tersebut dapat
dibedakan menjadi faktor langsung, tidak langsung, dan dasar. Faktor
langsung ialah kecukupan asupan makanan (dietary intake) dan status
kesehatan, seperti misalnya adanya infeksi. Faktor tidak langsung ialah
jumlah makanan yang diberikan, kualitas makanan yang diberikan, dan cara
pemberian makanan. Faktor tidak langsung ini mempengaruhi faktor
langsung. Selanjutnya, yang merupakan faktor dasar yang dapat
memepengaruhi status gizi ialah kondisi sosial, politik, budaya, dan ekonomi
seseorang tersebut.1
3
2.1.2. Status Gizi Wanita Usia Subur (WUS)
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita pada masa atau periode
dimana dapat mengalami proses reproduksi. Ditandai masih mengalami
menstruasi (umur 15-45 tahun). Status gizi wanita usia subur perlu perhatian
yang lebih. Hal ini dikarenakan, menurut Depkes RI (2005), status gizi
masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), status gizi balita, dan status gizi WUS kurang
energi kronis (KEK).3,4
Selain itu, status gizi pada saat masa remaja dan WUS sangat penting
diperhatikan sebab akan dapat mempengaruhi kondisi status gizi saat
hamil. Status gizi kurang pada WUS dan saat hamil dalam waktu lama (kronis)
memungkinkan tingginya risiko KEK. KEK memiliki dampak yang buruk.
Dampak jangka panjang dari wanita usia subur dan ibu hamil yang mengalami
KEK adalah melahirkan bayi BBLR yang merupakan penyebab kematian
neonatal tertinggi. KEK juga dapat menyebabkan orang yang mengalaminya
menjadi lemah dan pucat. Oleh karena itu, status gizi yang buruk pada
WUS secara tidak langsung dapat mempengaruhi produktifitasnya sehingga
dapat menurunkan kualitas sumberdaya manusia.4
4
atas kurang dari 23,5 cm. Selain itu untuk WUS Indeks Massa Tubuh (IMT)
kurang dari 18,5 kg/m2 juga dapat dijadikan sebagai indikator KEK.8
5
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian pada Ibu atau Bayi. Status gizi ibu sebelum atau selama hamil
memiliki peluang sebanyak 50% dalam mempengaruhi kasus tingginya kejadian
bayi BBLR di Negara Berkembang.4,8
Bayi BBLR adalah istilah yang digunakan untuk bayi yang lahir dengan
berat badannya kurang dari 2500 gram. Berdasarkan beratnya, berat badan
lahir dibedakan menjadi tiga, yaitu bayi BBLR dengan berat lahir 1500-2500
gram, bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram, dan bayi Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah
(BBLER) ialah bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.4
6
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Penilaian status gizi ibu hamil
dapat dilakukan pengukuran biokimia dan antropometri.2,7
7
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter, antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal
lemak dibawah kulit. Selain adanya parameter antropometri, ada juga istilah
indeks antropometri. Indeks antropometri adalah kombinasi antara beberapa
parameter antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan menurut umur, berat badan menurut tinggi
badan, tinggi badan menurut umur, dan indeks massa tubuh. Tidak semua
parameter dan indeks antropometri digunakan dalam mengukur staus gizi
orang dewasa.3,5
2.3.1. Umur
8
beda untuk setiap komponen. Pada wanita komposisi lemak lebih banyak
dibandingkan pria. Sedangkan, pada olahragawan yang memiliki komposisi
otot lebih banyak dibandingkan dengan yang bukan olahragawan.5
Tinggi badan adalah jarak dari lantai sampai dengan atas kepala
dalam posisi berdiri. Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh
dan panjang tulang, serta merupakan gambaran status gizi masa lalu. Tinggi
badan dapat menjadi indikator status gizi bila digabungkan dengan indikator
lain seperti umur dan berat badan. Selain itu, tinggi badan dapat
memberikan gambaran fungsi pertumbuhan dan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu.5
Tinggi badan memiliki hubungan dengan risiko KEK yang berisiko
melahirkan bayi BBLR. Tinggi badan < 145 cm digunakan untuk
mengidentifikasi wanita yang KEK dan berisiko melahirkan bayi BBLR.
National Institute of Nutrition (2003) di negara dengan pendapatan rendah
diketahui bahwa insiden bayi BBLR terbesar ditemukan pada wanita
dengan tinggi badan < 145 cm.5
9
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Pada penelitian ini LiLA yang
dimaksudkan ialah LiLA berkaitan dengan keadaan lemak bawah kulit. Dari
hasil data Riskesdas tahun 2007 juga diperoleh bahwa semakin meningkat
usia seorang wanita, semakin besar juga ukuran lingkar lengan atas nya. Hal
ini disebabkan persentase lemak tubuh umumnya akan selalu meningkat seiring
dengan bertambahnya umur, terutama karena berkurangnya aktifitas fisik.6
LILA adalah lingkar lengan bagian atas pada bagian trisep. LILA
digunakan untuk perkiraan tebal lemak-bawah-kulit. LILA adalah cara untuk
mengetahui gizi kurang pada wanita usia subur umur 15-45 tahun yang terdiri
dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS).
Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi
dalam jangka pendek. Pengukuran LILA cukup representatif, dimana ukuran
LILA ibu hamil erat dengan IMT ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu
hamil diikuti pula dengan semakin tinggi IMT ibu. Penggunaan LILA telah
digunakan di banyak Negara sedang berkembang termasuk Indonesia .6
10
menggambarkan keadaan konsumsi makanan terutama konsumsi energi dan
protein dalam jangka panjang.1
1. Cara mengukur
Cara mengukur LILA menurut Almatsier (2011) dan Depkes (2001) dalam
Mulyaningrum (2009):8
a) Lengan kiri di istirahatkan dengan telapak tangan menghadap ke paha (sikap
tegap).
b) Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku membentuk
sudut 90o. Kemudian ujung skala cliper (pita ukur) yang bertuliskan angka 0
diletakkan di tulang yang menonjol dibagian bahu atau acromion dan ujung
lain pada siku yang menonjol atau olecranon.
c) Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan kemudian
diluruskan dengan posisi telapak tangan menghadap ke paha.
d) Cliper dilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak longgar) pada
bagian tengah dan bagian trisep lengan dengan memasukkan ujung pita
kedalam ujung yang lain; angka yang tertera pada caliper (beberapa pita
ukuran bertanda panah) menunjukkan ukuran LILA.
11
Gambar 2. Cara mengukur LiLA
12
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK.
Tabel diatas menjelaskan bahwa ukuran ideal LiLA untuk remaja usia 15-
17 tahun ialah berkisar pada rentang nilai 24,5 cm - 25 cm. Sedangkan,
ideal ukuran LiLA pada wanita dewasa ialah 28,5 cm. Ukuran LiLA 85%
masih dikatakan normal, sedangkan ukuran LiLA 80% dikatakan rendah.8
13
tidak kaku. Alat pengukuran dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.5,8
Salah satu cara memantau status gizi orang dewasa adalah dengan
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT ialah indeks antropometri
yang terdiri dari kombinasi parameter berat badan dan tinggi badan. IMT
sangat penting karena mempengaruhi interpretasi status gizi. Penggunaan
IMT hanya dapat digunakan pada orang dewasa usia lebih dari 18 tahun,
penggunaan IMT bagi <18 tahun dipengaruhi oleh umur (IMT/U). IMT tidak
dapat digunakan pada bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, dan olahragawan.
Selain itu IMT juga tidak dapat digunakan pada kondisi-kondisi khusus
(penyakit) seperti adanya asites, edema, dan hepatomegali.5,6
14
Tabel 3. Kategori Cut-off Point IMT untuk Orang Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 - 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
15
Tabel 4. Klasifikasi Risiko KEK Berdasarkan IMT
Level Kekurangan Energi Kronis (KEK)
IMT (kg/m2)
berdasarkan IMT
Normal > 18,5
KEK I 17,0 – 18,4
KEK II 16,0 – 16,9
KEK III < 16,0
Tabel 5. Korelasi Cut-off Point Lingkar Lengan Atas terhadap Indeks Massa
Tubuh dalam Deteksi Kekurangan Energi Kronis
Dari data tabel 5. diperoleh bahwa terdapat perbedaan cut-off point LiLA
untuk pria dan wanita. Berdasarkan data tersebut juga diketahui bahwa cut-
off point LiLA<23 cm untuk pria dan <22 cm untuk wanita memiliki
hubungan dengan IMT<17 kg/m2 dalam mengidentifikasi KEK yang
menunjukkan keadaan undernourished atau kekurangan gizi. Cut-off point
LiLA<20 cm untuk pria dan <19 cm untuk wanita berhubungan dengan
IMT<13 kg/m2 dalam mendeteksi KEK dengan kondisi sangat kurus.
Sedangkan, cut-off point LiLA <17 cm untuk pria dan <16 cm untuk wanita
memiliki hubungan dengan IMT <10 kg/m2 dalam mendeteksi KEK dengan
kondisi kurus yang ekstrim atau sangat parah.8,10
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
6. Manajemen dan Analisa Data
Terhadap data yang telah dikumpulkan dilakukan editing dan cleaning data.
Selanjutnya untuk melihat perbedaan data-data kategori seperti kategori tinggi
badan, berat badan dan ukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil.
7. Etika Penelitian
Semua peserta diberi penjelasan mengenai tujuan dan cara yang akan
dijalankan pada penelitian ini. Penelitian dijalankan setelah didapat
persetujuan sukarela dari masing- masing peserta. Setiap peserta berhak
mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadapnya.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik N % Mean
135 – 140 cm 1 0,6%
141 – 145 cm 5 2,9%
Tinggi 146 – 150 cm 28 16,5%
155, 26 cm
Badan 151 – 155 cm 70 52,1%
156 – 160 cm 54 31,9%
> 160 cm 11 6,5%
< 40 kg 1 0,6%
40 – 50 kg 17 10,05%
Berat
51 – 60 kg 32 18,9%
Badan 69,24 kg
61 – 70 kg 80 47,3%
71 – 80 kg 31 18,3%
> 80 kg 8 4,7%
19
Tinggi Badan
0,6% 2,9%
6,5%
141 - 145 cm
31,9%
146 - 150 cm
151 - 155 cm
156 - 160 cm
52,1%
> 160
Berat Badan
0,1%
4,7%
10,05%
< 40 kg
18,3%
40 -50 kg
18,9%
51 - 60 kg
61 - 70 kg
71 - 80 kg
47,3% > 80 kg
20
IMT
1,2%
17,0 - 18,4 (Kekurangan
12,4% BB tingkat ringan)
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, dari 169 orang pasien hamil di
bagian kebidanan yang masuk RSUD Solok 2 kasus (1,18%) diantaranya
merupakan kategori kekurangan berat badan tingkat ringan dengan nilai IMT 17,0
– 18,4 kg/m2, sebanyak 21 kasus (12,4%) diantaranya merupakan kategori normal
dengan nilai IMT 18,5 – 25,0 kg/m2, sebanyak 68 kasus (40,2%) diantaranya
merupakan kategori kelebihan berat badan tingkat ringan dengan nilai IMT 25,1 –
27,0 kg/m2 dan sebanyak 78 kasus (46,1%) diantaranya merupakan kelebihan
berat badan tingkat berat dengan nilai IMT > 27,9 kg/m2.
Berdasarkan tinggi badan, rata rata pasien hamil yang masuk ke kebidanan
RSUD Solok adalah 155,26 cm. Rata rata berat badan pasien hamil yang masuk
ke kebidanan RSUD Solok adalah sebanyak 69,24 dan rata rata Indeks Massa
Tubuh (IMT) pasien hamil di RSUD Solok adalah 28,84 kg/m2 dan termasuk
kategori kelebihan berat badan tingkat berat.
Karakteristik N % Mean
< 23,5 cm 9 5,3%
Lingkar
Lengan 23,5 – 28,5 cm 104 61,5% 28,2 cm
Atas > 28,5 cm 56 33,1%
21
LILA
5,3%
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, rata rata lingkar lengan atas pasien
hamil yang masuk ke nifas dan ponek kebidanan RSUD Solok adalah 28,2 cm.
Pasien dengan kriteria LiLA kurang/kurus adalah sebanyak 9 kasus (5,3%), pasien
dengan kriteria LiLA normal sebanyak 104 kasus (61,5%) dan pasien dengan
kriteria LiLA berlebih/obesitas sebanyak 56 kasus (33,1%). Rata-rata LiLA pasien
kebidanan RSUD Solok adalah 28,2 cm dan termasuk kategori normal.
22
Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian pembanding memiliki
perbedaan yang mana pada penelitian pembanding dengan 481 sampel persentase
kelompok IMT terbesar yaitu pada kelompok normoweight sebesar 85%
sedangkan pada penelitian ini dari 169 sampel didapatkan persentase kelompok
IMT terbesar yaitu pada kelompok overweight sebesar 86,3%. Hal ini dapat
dipengaruhi beberapa faktor seperti jumlah sampel dan waktu penelitian.
Penelitian LILA oleh Zilya Andriani Dari penelitian yang dilakukan pada
di Kelurahan Sukamaju Kota Depok tanggal 24 Februari sampai 2 April
pada tahun 2015 dengan besar sampel 2017 dengan besar sampel 169 orang
100 orang didapatkan 85 responden didapatkan hasil 61,5% (104 orang)
memiliki ukuran LILA ≥23,5 cm dan pasien termasuk normal, 33,1% (56
15 ibu hamil memiliki ukuran LILA orang) masuk kelompok obesitas dan
<23,5 cm. 5,3% (9 orang) termasuk kelompok
kurus.
23
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran status gizi ibu
hamil berdasarkan LILA dan IMT di Ruang Kebidanan RSUD Solok, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Indeks massa tubuh ibu hamil di kebidanan RSUD Solok pada tanggal 24
Februari – 2 April 2017 mayoritas termasuk kategori berlebih yaitu sebanyak
68 kasus (40,2%) merupakan kategori kelebihan berat badan tingkat ringan
dan sebanyak 78 kasus (46,1%) diantaranya merupakan kelebihan berat badan
tingkat berat.
2. Ukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil di kebidanan RSUD Solok pada
tanggal 24 Februari – 2 April 2017 mayoritas termasuk kategori normal yaitu
dengan rata rata nilai 28,2 cm.
5.2. Saran
Diharapkan dilakukan penelitian tentang gambaran ukuran lingkar lengan
atas terhadap indeks massa tubuh pada pasien hamil dengan jumlah sample yang
lebih luas.
24
DAFTAR PUSTAKA
6. Achmad Djaini Sediaoetama. 1993. Ilmu Gizi. Jakarta; Penerbit Dian Rakyat.
25