Anda di halaman 1dari 2

1. Pengaruh umur dalam pengertian rumusan-rumusan formal kelistrikan di sekolah formal.

Perlu adanya perhatian lebih lanjut terkait kesiapan umur siswa dalam mendapatkan
materi tentang kelistrikan. Karena materi tersebut tergolong materi yang sulit untuk
dipahami sehingga butuh yang namanya kesiapan dari segi umur siswa sendiri. Ataupun
bisa dibuat bertahap, untuk siswa SMP hanya belajar terkait rangkaian seri dan paralel
saja atau konsep yang mendasar, dan untuk siswa SMA berlajar terkait penurunan rumus
dan macam-macam rangkaian atau hal yang lebih rumit dari sekedar seri dan paralel
bahkan saat kelas lebih tinggi siswa dianjurkan utnuk menciptakan persamaan sendiri
sesuai kebutuhan rangkaian.
2. Manakah yang lebih mempengaruhi keberhasilan dalam memahami fisika di SMU,
kemahiran guru ataukah kedekatan guru dengan siswa
Kedua hal tersebut sama pentingnya karena,
1. memang jelas yang namanya seorang guru dituntut atau diharuskan untuk mahir dan
paham konsep pada materi yang akan dijelaskan, apalagi fisika yang memang
mengharuskan terpenuhinya 2 aspek (nilai dan proses), sehingga saat siswa bertanya
tentang hal-hal yang agak diluar konten pembahasan guru bisa menjelaskan karena
guru tersebut telah paham konsep dari materi ataupun saat memberikan persamaan,
guru bisa menjabarkan darimana persamaan itu berasal.
2. Guru yang friendly (mudah akrab) dengan siswa bisa menimbulkan rasa nyaman dari
siswa, siswa tidak sungkan untuk bertanya dan mengemukakakn pendapat. Sehingga
siswa bisa lebih santai saat belajar fisika.
3. Model evaluasi mana yang paling cocok untuk mengukur kemampuan siswa dalam bidang
fisika.
Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dalam arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, evaluasi pembelajaran dapat berupa:
1. Evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dapat dilakukan pada setiap tahapan program
pembelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan pada setiap akhir kompetensi
dasar.
2. Evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif dilakukan setelah berakhirnya serangkaian program
pembelajaran.
3. Evaluasi diagnostik.
Untuk mengetahui status kecakapan siswa dalam proses pembelajaran,
evaluasi diagnostik perlu dilakukan. Dengan kegiatan evaluasi diagnostik
diharapkan akan tercapai tujuan:
a. Menilai seberapa besar seorang siswa telah mencapai kompetensi
yang telah ditetapkan.
b. Mengelompokkan siswa pada aspek-aspek tertentu.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa.

Model evaluasi mana yang paling cocok untuk mengukur kemampuan siswa dalam
bidang fisika adalah evaluasi daignostik yakni yang bertujuan untuk mengetahui
kecakapan siswa dalam proses pembelajaran fisika. Evaluasi diagnostik bisa menggunakan
tes, lebih tepatnya pre-test dan post-test agar guru lebih tau apakah siswa sudah memahami
materi yang telah dijelaskan ataukah belum dan juga bisa menidentifikasi sub materi mana
saja yang tidak dipahami oleh kebanyakan siswa.

Anda mungkin juga menyukai