03 Lampiran A Pesiar PDF
03 Lampiran A Pesiar PDF
ii
Prakata
Standar ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam perencanaan terminal kapal
pesiar, yakni fasilitas untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional.
Standar ini mengacu pada beberapa standar yang berlaku secara internasional, seperti
British Standard dan OCDI. Pembahasan mengenai beberapa fasilitas di dalam terminal
kapal pesiar, misalnya perencanaan struktural, sistem pemadam kebakaran dan sistem
air bersih tidak dibahas secara terperinci, namun peraturan dan standar yang lebih
mendalam terkait fasilitas ini dicantumkan sebagai informasi rujukan.
iii
Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan
penumpang internasional
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan jenis fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal
pesiar (cruise), dan untuk pelayanan penumpang internasional.
2 Acuan normatif
SNI 03-1729-2002, Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung.
SNI 03-2847-2002, Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
BS 6349-1: 2000, Maritime structures - Part 1: Code of practice for general criteria.
1 dari 44
OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In
Japan, Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
IMO, 2003. International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code and Solas
Amandments 2002, 2003 Ed. London: IMO.
3.1
pelabuhan
tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra-dan antarmoda transportasi Commented [DA1]: Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
3.2
terminal
fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau
tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau
tempat bongkar muat barang Commented [DA2]: Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
3.3
garbarata
jembatan berdinding dan beratap yg menghubungkan ruang tunggu penumpang ke pintu
kapal untuk memudahkan penumpang masuk ke dalam atau keluar dr kapal laut
3.4
kapal
kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin,
tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah Commented [DA3]: Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 8 Tahun 2013 tentang Pengukuran Kapal.
3.5
wharf
dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai Commented [DA4]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.6
pier
dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak lurus dengan garis pantai
(berbentuk jari) Commented [DA5]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
3.7
jetty
dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya berada pada
kedalaman yang cukup untuk merapat kapal Commented [DA6]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
2 dari 44
4 Ketentuan umum
Perencanaan terminal kapal pesiar harus mengacu pada ISPS Code. Pada perencanaan
area terminal, harus dibuat pemisahan antara area umum dan area terbatas (restricted
area). Area terbatas harus memenuhi seluruh persyaratan yang diatur dalam ISPS Code.
Desain dermaga dan terminal penumpang untuk kapal pesiar harus mempertimbangkan
kondisi pelabuhan tempat berlabuhnya. Pada pelabuhan yang melayani kapal selain
kapal pesiar, dermaga kapal pesiar dapat berfungsi multipurpose, sehingga dapat
digunakan untuk aktivitas kapal lain pada masa pelabuhan jarang disinggahi kapal pesiar.
Pada terminal untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional, fasilitas
minimum yang harus disediakan adalah:
1. Dermaga kapal pesiar;
2. Jalan akses antara kapal dan terminal penumpang;
3. Kompleks gedung terminal penumpang;
4. Daerah perpindahan moda;
5. Fasilitas parkir; dan
6. Jalan akses kendaraan bermotor.
Ilustrasi terminal kapal pesiar dan penumpang internasional ditunjukkan pada Gambar 1.
Pada terminal penumpang, sebaiknya dibuat pemisahan lantai antara lantai embarkasi
dan debarkasi (Gambar 2).
cL OF PREFERRED
PASSENGER BREAK
LOCATE BREAK SHIP CLEARANCE
APRON
ELEVATED CONCOURSE
Restricted
area HORIZONTAL WINDOW ACCESSIBILITY PREFERRED LOCATION
boundaries OF BUS PARKING
CRUISE TERMINAL
BAGGAGE SCREENING
INTERMODAL ZONE
PASSENGER DROP OFF LANE
PASSENGER DROP OFF LANE
PASSENGER DROP OFF LANE
ROADWAY
Gambar 1 – Ilustrasi terminal kapal pesiar dan penumpang internasional Commented [DA7]: Sumber gambar: Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6 September 2013, dari
http://www.dsmic.org/
3 dari 44
8.33%%%
Ramp MAX.
Slope MaxSLOPE ALONG
= 8,3%
LENGTH OF RAMP
DEPARTURE LOUNGE
VERTICAL WINDOW
OF ACCESSIBILITY
TICKETING / QUEUING
HEIGHT ABOVE APRON TOLITY
VARY DUE TO TIDAL RANGE APRON BAGGAGE HANDLING INTERMODAL ZONE
Gambar 2 – Prinsip pemisahan lantai gedung terminal Commented [DA8]: Sumber gambar: Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6 September 2013, dari
http://www.dsmic.org/
4.3 Ukuran pokok kapal
4 dari 44
LOA
LWL
LBP
freeboard
draft
beam/breadth
freeboard
depth
draft
Dalam standar ini, fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan
penumpang internasional (selanjutnya disebut terminal kapal pesiar) dikelompokkan ke
dalam 3 (tiga) kelas ukuran kapal:
Sebagai bahan acuan, tabel berikut ini menyajikan ukuran kapal pesiar yang akan
berkunjung ke Indonesia pada tahun 2013 – 2015.
5 dari 44
Tabel 2 Ukuran kapal pesiar yang akan berkunjung ke Indonesia 2013-2015
Draft Panjang Lebar Jumlah
Nama Kapal pesiar GT
(m) (m) (m) penumpang
(Cunard) Rms Queen Mary 2 151,400 10.1 345.0 41.0 2,620
(Oceania) Insignia 30,277 6.0 181.0 25.5 684
Azamara Journey 30,277 5.8 181.0 25.5 694
Celebrity Century 70,606 7.6 248.5 32.2 1,770
Celebrity Millennium 90,228 8.0 294.0 32.2 2,032
Celebrity Solstice 122,000 8.2 314.8 36.9 2,850
Crystal Serenity 68,870 7.6 250.0 32.2 1,080
Crystal Symphony 51,044 7.6 238.0 30.2 940
Dawn Princess 77,441 8.2 261.0 37.5 1,950
Diamond Princess 115,875 8.5 288.3 37.5 2,674
Ms Amsterdam 60,874 7.6 237.8 32.2 1,380
Ms Rotterdam 59,652 7.5 234.0 32.2 1,320
Ms Volendam 60,906 8.0 238.0 32.2 1,440
Ocean Princess 30,277 5.8 181.0 25.5 -
Paul Gauguin 19,170 5.2 156.6 21.6 -
Radiance Of The Seas 90,090 8.1 293.2 32.2 2,501
Sapphire Princess 115,875 8.5 288.3 37.5 2,674
Sea Princess 77,499 8.2 261.0 32.3 1,950
Seabourn Legend 9,961 5.8 135.0 19.0 208
Seabourn Odyssey 32,000 6.5 198.0 25.6 -
Seabourn Sojourn 32,000 6.5 198.0 25.6 -
Seadream II 4,333 4.3 104.8 14.6 -
Seven Seas Voyager 46,000 7.0 216.0 26.8 700
Silver Shadow 28,258 6.0 186.0 24.8 382
Silver Whisper 28,258 6.0 186.0 24.8 388
Silver Wind 16,927 5.7 155.8 21.4 296
Sun Princess 77,441 8.2 261.0 32.3 1,950
5 Dermaga
Jenis dermaga dibedakan menurut orientasinya terhadap garis pantai dan menurut jenis
strukturnya. Menurut orientasinya, dermaga dibedakan menjadi tipe wharf, pier dan jetty.
Menurut jenis strukturnya, dermaga dibendakan menjadi dermaga dengan struktur
terbuka dan tertutup. Beberapa jenis dermaga ditunjukkan pada Gambar 4.
Wharf dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Berbeda
dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan
pada satu sisi atau dua sisinya; sehingga dapat digunakan untuk merapat lebih banyak
kapal. Jetty digunakan untuk merapat kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam,
yang mempunyai ukuran sangat besar. Sisi muka jetty ini biasanya sejajar dengan pantai
dan dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus
dengan jetty (Triatmodjo, 2009). Sketsa dermaga tipe wharf, pier dan jetty ditunjukkan
pada Gambar 5.
6 dari 44
Struktur
Dermaga
Dinding Penahan
Blok Beton Kaison Sel Turap Baja
Tanah
Jetty
Pier
Quay/Wharf
Wilayah daratan
7 dari 44
Muka air laut
Kapal
Wharf
Kapal
Pengerukan
Turap
Dasar pelabuhan
Jetty
Kapal
Tiang pancang
8 dari 44
5.2 Ukuran dermaga
Panjang dermaga
0,1 LOAmax LOAmax 0,1 LOAmax
Apron
beam/breadth
Apron
freeboard
draft Muka
dermaga
UKC
Apabila data kapal rencana tidak diketahui, maka ukuran tipikal dermaga dapat mengacu
pada Tabel 3. Panjang dermaga dibulatkan dengan ketelitian 5 meter. Kedalaman kolam
dermaga dibulatkan ke atas dengan ketelitian 0,5 meter, dan dihitung terhadap elevasi
LLWL.
Perhitungan yang lebih teliti dengan mengacu pada ukuran kapal rencana disajikan pada
sub bab berikutnya.
Untuk dermaga yang digunakan oleh kapal dalam kondisi cuaca buruk (badai), margin
untuk gerakan kapal oleh angin dan gelombang harus ditambahkan ke ruang bebas
lunas.
A D C C D B
Keterangan:
A adalah tali haluan (bow line)
B adalah tali buritan (stern line)
C adalah tali pengikat (spring lines)
D adalah tali penahan (breast lines)
Lp = 1,2 × Loa
Keterangan
Lp adalah panjang dermaga
Loa adalah panjang kapal pesiar terbesar yang dilayani. Commented [DA12]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Apabila dermaga digunakan oleh lebih dari satu tambatan kapal, di antara dua kapal
yang berjajar diberi jarak sebesar 10% kali panjang kapal terbesar yang menggunakan
pelabuhan. Secara matematis, panjang dermaga untuk beberapa tambatan dinyatakan
dalam persamaan berikut:
10 dari 44
Lp = n × Loa + (n + 1) × 10% × Loa
Keterangan
Lp adalah panjang dermaga
n adalah jumlah tambatan
Loa adalah panjang kapal terbesar yang dilayani
Apron dengan luas yang memadai harus disediakan antara garis muka dermaga dan
gudang atau lapangan penumpukan untuk memastikan keselamatan dan kelancaran
Commented [DA13]:
kegiatan bongkar muat barang, naik turun penumpang dan lalu lintas kendaraan. Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Lebar apron harus dirancang sedemikian rupa sesuai dengan ukuran dan penggunaan
dermaga, dan struktur gudang di belakang dermaga dan penggunaannya.
Berdasarkan tabel di atas, maka untuk seluruh jenis kapal pesiar, lebar apron minimum
adalah 20 meter, karena kedalaman kolam dermaga selalu lebih besar dari 7,5 meter.
Fender pada prinsipnya adalah medium yang memisahkan antara kapal dengan
dermaga. Medium ini berfungsi untuk menyerap sebagian energi kinetik dari kapal
sehingga mengurangi risiko rusaknya badan kapal dan badan dermaga (PIANC, 2002).
Perencanaan fender, baik dari tipe dan sistem pemasangannya, harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan perencanaan struktur dermaga. Fender harus dirancang
sedemikian sehingga: Commented [DA15]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
1. Penyandaran kapal ke dermaga dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan baik
terhadap dermaga maupun kapal itu sendiri;
11 dari 44
2. Kapal dan dermaga (termasuk fender) tidak mengalami kerusakan pada saat
kapal bertambat;
3. Periode operasi dan tingkat keselamatan terjaga secara berkelanjutan.
Tipe fender yang digunakan dan penempatannya pada sisi depan dermaga harus dapat
melindungi dan menyerap energi benturan dari semua jenis dan ukuran kapal untuk
berbagai elevasi muka air laut. Gambar 9 menunjukkan posisi penempatan fender
terhadap beberapa ukuran kapal.
Pada gambar Gambar 9(a) fender dapat melindungi dermaga benturan kapal besar,
tetapi untuk ukuran kapal yang lebih kecil fender tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Untuk dapat melindungi dermaga terhadap benturan kapal dari berbagai ukuran maka
digunakan fender yang lebih panjang dengan penempatan seperti terlihat dalam gambar
Gambar 9(b) dan (c).
Fender Fender
Kapal terbesar
Kapal terbesar
Commented [DA16]:
Sumber: MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the design of fender systems. Brussel: PIANC.
terkecil
terkecil
Kapal
Kapal
Fender
Kapal terbesar
terkecil
Kapal
Gambar 9 – Posisi kapal terhadap fender Commented [DA17]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Dalam arah horisontal jarak antara fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Gambar 10
adalah posisi kapal yang membentur fender pada waktu bergerak merapat ke dermaga.
12 dari 44
Kapal
Fender
Gambar 10 – Posisi kapal pada waktu membentur fender Commented [DA18]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Persamaan berikut dapat digunakan untuk menentukan jarak maksimum antara fender:
L 2 r 2 (r h) 2
Keterangan:
L adalah jarak maksimum antar fender (m)
r adalah jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)
h adalah tinggi fender Commented [DA19]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
Gambar 11 – Variabel dalam penentuan jarak maksimum antar fender Commented [DA20]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman air Commented [DA21]: Sumber: Triatmodjo, B., 2009. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.
seperti diberikan dalam tabel berikut ini:
Tiang penambat yang digunakan dalam cuaca buruk (badai) harus dipasang pada kedua Commented [DA22]: Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. Tokyo:
ujung dermaga sejauh mungkin di belakang garis depan dermaga. Bollard harus OCDI.
dipasang di dekat garis depan dermaga, agar dapat digunakan untuk menambatkan
kapal pada kondisi cuaca biasa dan untuk menyandarkan kapal. Untuk menentukan
jarak dan jumlah minimum bollard per tambatan, tabel di bawah ini dapat digunakan
sebagai acuan:
Kapasitas bollard harus dihitung berdasarkan ukuran kapal yang akan ditambatkan.
Kapasitas minimum bollard ditunjukkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kapasitas minimum bollard Commented [DA23]: BS 6349-4, Maritime structures – Part 4: Code of practice for design of fendering and mooring systems.
Satuan dalam ton
Displasemen kapal Kapasitas bollard
20.000 – 50.000 80
50.000 – 100.000 100
100.000 – 200.000 150
> 200.000 200
Beban yang bekerja pada struktur dermaga merupakan kombinasi dari beban struktur itu
sendiri, peralatan mekanikal dan beban operasional yang berada di atas struktur, dan
beban lingkungan. Beban-beban bekerja yang disebutkan di atas bekerja pada arah
lateral dan vertikal pada struktur.
14 dari 44
5.4.1 Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya
1. Pelat;
2. Balok;
3. Kepala tiang;
4. Tiang pancang;
5. Bollard (titik tambat);
6. Fender (bantalan sandar);
7. Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga);
8. Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air,
pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain).
Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian
dermaga, yang meliputi:
1. Beban yang bekerja pada lantai dermaga:
a. aktivitas pejalan kaki,
b. kendaraan,
c. alat berat untuk muat-bongkar.
2. Beban dari operasi kapal
a. Sandar,
b. Tambat.
15 dari 44
2. Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus
dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa
konstruksi.
Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh
Kementerian Perhubungan. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari gambar tipikal
karena kekhusan kondisi setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang.
5.6.1 Pencahayaan
Struktur dermaga, jalan akses dan daerah terminal harus dilengkapi dengan
pencahayaan yang sesuai dan memadai:
2. Pencahayaan untuk keamanan area pelabuhan 30 lux Commented [DA24]: Thoresen, 2003.
Kabel yang digunakan untuk sistem pasokan bertegangan rendah dan tinggi untuk
instalasi pelabuhan, keran dan pencahayaan harus diletakkan di bawah tanah. Titik
pengambilan daya harus disediakan di sepanjang muka dermaga pada interval 50-200 m,
tergantung tipe aktivitas dermaga. Commented [DA25]: Thoresen, 2003.
Sistem drainase dermaga terdiri atas sistem drainase terbuka dan sistem drainase
tertutup.
Sistem drainase terbuka dirancang untuk menyalurkan air laut dan air hujan, dengan
kemiringan memanjang saluran pembuangan sebesar 1:40. Apabila permukaan
dermaga tidak berisiko mengalami penurunan, kemiringan memanjang dapat diperkecil
menjadi 1:100.
Sistem drainase tertutup dirancang untuk menyalurkan air yang tercemar, misalnya
akibat ceceran minyak. Pada sistem ini, air yang tercemar dibuang ke sistem drainase
terpisah untuk pengolahan lebih lanjut. Commented [DA27]: Thoresen, 2003.
Limbah cair domestik harus dibuang melalui sistem pipa khusus, yang disalurkan ke
sistem pengolahan perkotaan atau fasilitas pengolahan khusus.
16 dari 44
5.6.6 Tangga akses
Tangga akses harus ditempatkan pada interval 50 m sepanjang muka dermaga. Agar
dapat diakses dari laut, tangga harus diperpanjang 1 m di bawah LAT. Tangga harus
dirancang dengan pembebanan horizontal dan vertikal sebesar 1,0 kN/m.
Pagar pengaman harus disediakan pada kedua sisi walkway dan pada tepi dermaga,
apabila tidak mengganggu penanganan muatan atau penambatan kapal. Tinggi pagar
pengaman setidaknya 1 m di atas lantai dermaga. Commented [DA28]: Thoresen, 2003.
5.6.8 Kerb
Kerb dengan tinggi minimum 200 mm harus disediakan di sekeliling dermaga, untuk
mencegah kendaraan terjatuh ke laut. Commented [DA29]: Thoresen, 2003.
6 Terminal penumpang
Demi kenyamanan dan keselamatan penumpang kapal serta demi keamanan fasilitas
terminal lain dalam kawasan pelabuhan, terminal penumpang sebaiknya berada jauh
dari daerah bongkar muat barang dan petikemas, daerah pergudangan maupun daerah
dok kapal. Lokasi terminal perlu dipilih pada bagian yang mudah dicapai dari jalan
masuk pelabuhan tanpa harus melewati daerah bongkar muat barang dan petikemas.
Untuk itu sebaiknya lokasi terminal penumpang dipilih pada bagian yang terdekat
dengan pintu keluar-masuk kawasan pelabuhan.
Bangunan terminal ditempatkan dengan posisi strategis pada area terminal penumpang
dan mudah dicapai dari lahan parkir dan dari dermaga tempat kapal penumpang
bersandar.
Lahan parkir untuk terminal penumpang dibuat terpisah dari lahan parkir terminal lainnya.
Lahan parkir ditempatkan di hadapan bangunan terminal penumpang atau di sisi
bangunan terminal atau tempat lain yang berdekatan dengan gedung terminal dengan
akses langsung ke gedung terminal. Lahan ini harus berada cukup dekat dengan gedung
terminal yang difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki.
Lahan parkir disiapkan untuk sewaktu-waktu berfungsi sebagai ruang tampung (buffer
area) bila terjadi lonjakan arus penumpang di terminal penumpang kapal laut.
A E f h
Keterangan:
17 dari 44
A adalah luas lahan parkir.
E adalah jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan.
F adalah jumlah kendaraan per penumpang (0.5).
h adalah kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²)
Fasilitas penunjang untuk kegiatan pada bangunan terminal diletakkan pada posisi yang
berdekatan dengan bangunan terminal atau pada jarak tertentu sesuai tingkat
kepentingannya dengan operasional terminal. Fasilitas penunjang di luar bangunan
terminal termasuk ruang penanganan cargo atau bagasi, pembangkit listrik cadangan,
penyediaan air bersih, dan penginapan.
ISPS Code mengatur bahwa pelabuhan harus menerapkan sistem restricted area
(daerah terbatas) demi keselamatan dan keamanan pelayaran. Atas dasar ini, area
terminal dibagi dalam beberapa kelompok ruangan, yaitu:
1. Ruang umum
2. Ruang semi steril
3. Ruang steril
4. Koridor penumpang
5. Sirkulasi penumpang dan pengantar/penjemput Commented [DA31]: Sumber: Disesuaikan dari SNI 03-7046-2004, Terminal Penumpang Bandar Udara.
Ruang ini berupa lobby atau hall yang merupakan ruang antarmuka bagi penumpang
yang akan berangkat atau yang baru tiba. Perencanaannya bergantung pada jumlah
penumpang dengan memperhatikan:
18 dari 44
h) Anjungan pengantar/penjemput yang masih termasuk dalam kategori ruang umum.
Ruang ini dilengkapi dengan tempat duduk untuk tunggu, dan bila letaknya terpisah
dari lobby/hall maka perlu dilengkapi dengan tempat makan/kafetaria dan fasilitas
informasi.
i) Penerangan diruangan ini direncanakan dengan intensitas setara dengan
pencahayaan umum untuk interior dengan tingkat minimum sebesar 100-150 lux.
Sumber penerangan utama pada siang hari menggunakan cahaya alam, sedangkan
pada malam hari menggunakan lampu dengan cahaya putih alami (daylight).
j) Apabila di ruang umum tersebut dibuat anjungan pengantar/penjemput maka tata
udara di ruang umum dirancang menggunakan aliran udara alami yang diatur
menggunakan kisi-kisi atau pengaturan panel dinding dengan bukaan yang memadai
untuk sirkulasi udara. Untuk ruang umum yang berupa hall tanpa sekat tidak diatur
tata udara.
k) Material bangunan untuk bagian dinding pada anjungan pengantar/penjemput dipilih
yang dapat tembus pandang. Untuk ruang umum yang berupa hall ruangan tidak ada
dinding dan tidak ada sekat.
Ruang ini berupa ruang tertutup untuk penumpang melaporkan kehadirannya (check-in)
sekaligus penyerahan bagasi untuk diurus pengangkutannya selama perjalanan oleh
pihak pelayaran. Perencanaannya perlu memperhatikan:
19 dari 44
6.2.3 Ruang steril
Ruangan steril disediakan terpisah untuk penumpang yang akan berangkat (bagian
keberangkatan) dan penumpang yang turun dari kapal (bagian kedatangan). Ruang
steril keberangkatan disebut sebagai ruang tunggu keberangkatan, sedangkan ruang
steril kedatangan disebut sebagai ruang tunggu kedatangan. Commented [DA34]: Sumber: SNI 03-7046-2004, Terminal Penumpang Bandar Udara.
Ruang ini menampung penumpang untuk berangkat dan proses transit atau transfer
penumpang. Untuk memasuki ruang ini penumpang dan bagasi yang dibawa serta harus
diperiksa oleh petugas keselamatan pelayaran. Didalam ruangan ini tidak diperbolehkan
ada pengantar.
Ruang ini menampung penumpang datang dan mengarahkan arus penumpang menuju
ruang umum dan area intermoda. Didalam ruangan ini tidak diperbolehkan ada
penjemput. Ruang kedatangan juga digunakan untuk pengurusan beberapa dokumen
dan pengambilan bagasi serta untuk pemeriksaan. Commented [DA35]: Sumber: SNI 03-7046-2004, Terminal Penumpang Bandar Udara.
20 dari 44
Perencanaan ruang kedatangan perlu memperhatikan:
a) Fasilitas informasi biro perjalanan, hotel, dan meja-meja atau loket pemesanan
angkutan umum rekanan terminal (taksi, minibus, bus).
b) Ketersediaan fasilitas pemeriksaan kesehatan, karantina, imigrasi, dan bea cukai.
c) Ketersediaan layanan pengambilan bagasi (bagage claim).
d) Pemeriksaan bagasi dan penumpang pada pintu keluar ruang kedatangan.
e) Penyediaan bagian khusus untuk penyimpanan bagasi sementara (locker) dan
bagasi bermasalah atau tertinggal (lost and found).
f) Pertimbangan fasilitas khusus, misalnya ramp dengan sudut maksimum 8% antara
dua lantai dengan beda ketinggian, lift, lebar pintu minimal 90 cm, dan penempatan
fasilitas telepon dan kelengkapan lainnya yang memungkinkan untuk diakses oleh
penyandang cacat;
g) Penerangan ruang kedatangan menggunakan kombinasi cahaya alam dan lampu
dengan intensitas setara dengan pencahayaan umum untuk interior dengan tingkat
minimum sebesar 100-150 lux. Fasilitas pemeriksaan kesehatan, karantina, imigrasi,
dan bea cukai tingkat penerangan dibuat setara dengan penerangan untuk pekerjaan
rutin administrasi sebesar 250 lux. Untuk toilet menggunakan tingkat pencahayaan
50-100 lux serta smooking room tingkat pencahayaan 100-150 lux.
k) Tata udara di ruang steril menggunakan sistem pengatur suhu (air conditioner
system) dengan suhu udara maksimal 27°C dan kelembaban antara 50-80%.
h) Material bangunan untuk bagian dinding dipilih yang dapat tembus pandang ke ruang
tunggu keberangkatan.
Koridor ini disediakan bagi penumpang kapal laut yang akan naik ke kapal laut dan
penumpang yang turun dari kapal laut. Koridor dibuat memanjang dan memberi akses
dari dan menuju setiap pintu terminal yang menghadap sisi dermaga. Koridor ini
memungkinkan calon penumpang berjalan menuju kapal yang akan ditumpangi sesuai
tempat bertambatnya kapal yang diinformasikan dalam kartu tanda naik kapal (boarding
pass). Jalur koridor untuk penumpang datang dan berangkat dibuat terpisah untuk
menghindari terjadinya stagnansi pergerakan penumpang.
Ruang koridor menggunakan sistem koridor steril (steril coridor system) yang hanya
digunakan oleh penumpang dan petugas yang berwenang. Untuk mendukung sistem ini,
koridor dibuat dengan akses terbatas menggunakan pagar pemisah berupa pagar
permanen untuk dermaga khusus kapal penumpang atau pagar portabel untuk dermaga
umum.
Koridor sedapatnya dilengkapi dengan penutup yang melindungi penumpang dari hujan
dan terik sinar matahari.
Untuk penerangan pada siang hari digunakan cahaya alami sedangkan pada saat
malam hari atau cuaca gelap jalur koridor diterangi dengan cahaya lampu dengan tingkat
penerangan sebesar 100-150 lux.
6.3.2 Tangga/garbarata
Tangga atau garbarata untuk naik ke atas kapal harus disediakan sebagai kelengkapan
dari bagian koridor penumpang.
21 dari 44
Gambar 12 – Ilustrasi garbarata
Seluruh fasilitas yang digunakan sebagai moda koridor penumpang harus memenuhi
persyaratan umum sebagai berikut:
Commented [DA36]: Sumber: Frick, Anders. Safety Considerations for the Design of Mobile Elevating Gangways and Passenger
1. Koridor penumpang harus berfungsi secara efisien dan menjaga keselamatan Boarding Bridges for Cruise Ships, AAPA, 2005
penumpang.
2. Koridor penumpang harus terpisah dari fasilitas naik/turun kendaraan
3. Koridor penumpang harus disediakan sedemikian sehingga tidak menimbulkan rasa
nyaman bagi penumpang
4. Koridor penumpang harus memiliki struktur yang stabil terhadap gerakan kapal dan
pengaruh angin.
Seluruh fasilitas yang digunakan sebagai moda koridor penumpang harus memenuhi
persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Lebar koridor penumpang minimum 75 cm, sebaiknya lebih dari 120 cm.
2. Koridor penumpang harus dilengkapi pagar dan pegangan pada kedua sisinya.
3. Ketinggian minimum pagar 70 cm.
4. Ketinggian minimum handrail 110 cm.
5. Lantai koridor penumpang harus dibuat dari bahan anti slip.
6. Kemiringan tangga/koridor penumpang harus dibuat selandai mungkin, dilengkapi
bordes seperlunya. Kemiringan maksimum 12%, sebaiknya 5%-8%.
7. Fasilitas naik/turun kapal hanya boleh digunakan baik oleh penumpang maupun
kendaraan jika tersedia pembatas/pemisah antara keduanya.
Commented [DA37]:
Sumber: OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan. Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
22 dari 44
6.4 Sirkulasi pejalan kaki
Penumpang yang akan berangkat masuk melalui shelter bangunan menuju bagian ruang
umum. Selanjutnya penumpang menuju ke bagian semi steril melalui pemeriksaan
barang untuk melaporkan kehadirannya. Penanganan bagasi oleh petugas armada
pelayaran dilakukan pada saat pelaporan dan penumpang akan menerima nomor
pengenal bagasi. Selanjutnya penumpang menuju bagian steril yaitu ke dalam ruang
tunggu keberangkatan.
Penumpang yang datang turun dari kapal laut melalui koridor penumpang dan masuk ke
koridor kedatangan lalu ke ruang umum, atau transit ke ruang tunggu keberangkatan
untuk penumpang transit. Penumpang dapat memanfaatkan ruang tunggu kedatangan
untuk menunggu penjemput atau memesan kendaraan dan hotel. Untuk penumpang
internasional harus melalui sejumlah pemeriksaan di ruang tunggu kedatangan dan
pengambilan bagasi serta pemeriksaan bagasi dan penumpang serta bea cukai sebelum
menuju ke ruang umum.
23 dari 44
KEBERANGKATAN KEDATANGAN
KORIDOR PENUMPANG
Kes
Img
RUANG
TRANSIT TUNGGU
KEDATANG-
RUANG AN (STERIL)
LAPOR DIRI Adm BC Img Adm
(SEMI STERIL) BC
ANJUNGAN
PENGANTAR/PENJEMPUT
RUANG UMUM
: Arus pengantar/penjemput
Perhitungan luas bangunan terminal dan area terminal lainnya dilakukan menggunakan
standar perhitungan kebutuhan ruang sebagai berikut:
24 dari 44
Tabel 9 Perhitungan kebutuhan ruang terminal penumpang Commented [DA39]: The International Air Transport Association (IATA), 1995. Airport Development Manual, 8th ed.
No. Nama Area Formulasi Pendekatan Keterangan
1. Areal Gedung A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 A = Total luas gedung
Terminal terminal (m2)
Ruang Umum A1 = n x f1 n = jumlah penumpang
(Public Hall)
Ruang A2 = n x f2 Luas area per orang
Pelaporan (m2/orang):
(Check-in)
Ruang tunggu A3 = n x f3 R. Umum (f1) 3
keberangkatan
Ruang tunggu A4 = n x f4 R. Pelaporan (f2) 0.5
kedatangan
Area Konsesi/ A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 R. Tunggu 1.5
Kios Keberangkatan (f3)
Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% x A4 R. Tunggu 1
Kedatangan (f4)
2. Areal Parkir A = E*f*h A = luas lahan parkir.
Kendaraan Antar / E = jumlah penumpang
Jemput & dalam satu kali
Intermoda keberangkatan.
f = jumlah kendaraan per
penumpang (0.5).
h = kebutuhan lahan parkir
per kendaraan (25m²).
3. Areal Generator - Kebutuhan areal untuk
generator didasarkan pada
standar kebutuhan ruang
untuk fasiiltas listrik seluas
150 m2.
Ruang dan fasilitas bangunan terminal penumpang kapal pesiar diuraikan dalam tabel
berikut.
25 dari 44
Tabel 11 Kelengkapan ruang dan fasilitas terminal penumpang kapal pesiar Commented [DA40]: Sumber: SNI 03-7046-2004, Terminal Penumpang Bandar Udara.
Ruang Kegiatan/Event Kelengkapan Ruang dan Fasilitas
Ruang Umum (Public Penumpang/ pengantar/ Shelter
Hall) penjemput turun dari
kendaraan
Pembelian tiket Loket penjualan tiket
Persiapan keberangkatan Pojok informasi
Toilet pria dan wanita
Telepon umum
Bilik ATM/Bank
Tempat makan/kafetaria
Penukaran valuta (money changer)
Kios Koran/majalah
Area komersial lain
Pengantar menunggu Anjungan pengantar/penjemput
keberangkatan kapal
Penjemput menunggu
kedatangan kapal
Pengelolaan operasi terminal Ruang petugas keamanan terminal
Pos kesehatan
Ruang lapor diri (check- Pemeriksaan penumpang Mesin pemeriksa bagasi (x-ray)
in) dan barang Portal pemindai penumpang
Lapor kehadiran penumpang Meja lapor (check-in counter)
Pemeriksaan tiket Sistem penanganan bagasi
Penyerahan bagasi
Pengurusan syarat Fasilitas fiskal
keberangkatan Fasilitas imigrasi
Pengelolaan administrasi Fasilitas telepon umum
terminal Ruang administrasi angkutan laut
Ruang pengelola terminal dan ruang
komunikasi
Koridor keberangkatan Pemeriksaan penumpang Mesin pemeriksa bagasi (x-ray)
dan barang Portal pemindai penumpang
Penumpang menunggu Kursi tunggu
keberangkatan Telepon umum
Tempat makan/kafetaria
Money changer
Kios Koran/majalah
Toilet pria dan wanita
Audio/Video/Televisi dan Internet nirkabel
Koridor Penumpang Penumpang berjalan ke Pagar pengarah/pengaman
kapal / dari kapal Penutup koridor
Papan petunjuk nomor tambatan, nama
kapal dan tujuan
Ruang tunggu Pengurusan dokumen Fasilitas imigrasi
kedatangan Fasilitas karantina
Fasilitas bea cukai
Pengambilan bagasi Jalur pengambilan bagasi
Papan info kelompok bagasi
Kursi tunggu
Audio/Video/Televisi
Pemesanan hotel/angkutan Meja/loket pemesanan hotel
umum Meja/loket angkutan umum
Pemeriksaan bagasi dan Fasilitas pengawasan kesehatan
penumpang Mesin pemeriksa bagasi (x-ray)
Portal pemindai penumpang
Pengelolaan bagasi Fasilitas penitipan bagasi (locker)
penumpang Fasilitas bagasi bermasalah/hilang (lost
and found)
7 Fasilitas parkir
Penyusunan tata letak lapangan parkir harus dibuat berdasarkan pengaturan dan
manajemen tersendiri sehingga luas areal lapangan parkir yang dibuat menjadi lebih
26 dari 44
efisien dan optimal sehingga terjadi kelancaran arus lalu lintas keluar masuk dari
dan/atau menuju lapangan parkir.
Konfigurasi areal lapangan parkir yang dibuat secara umum ada 3 macam, yaitu:
konfigurasi parkir paralel, parkir sudut (umumnya sudut parkir 30o dan 45o), dan parkir
tegak lurus (parkir 90o).
27 dari 44
1. Membentuk sudut 90o.
Pada pola parkir ini, arah gerakan lalu lintas kendaraan dapat satu arah atau dua arah.
28 dari 44
Gambar 18 - ilustrasi parkir pulau sudut 90o
29 dari 44
Gambar 20 - ilustrasi parkir pulau bentuk tulang ikan tipe b.
Posisi kendaraan dapat dibuat menyudut 60 ataupun 90, tergantung dari luas areal
parkir. Dari segi efektivitas ruang, posisi sudut 90 lebih menguntungkan.
30 dari 44
Gambar 23 - Ilustrasi pola parkir bus/truk dua sisi
7.2.1 Umum
Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan suatu kendaraan
termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu yang disesuaikan dengan dimensi
kendaraan yang akan menempati lapangan parkir.
Ukuran kebutuhan ruang parkir ditentukan dengan mengadopsi ukuran kebutuhan ruang
parkir pada kegiatan parkir tetap pada pusat perdagangan yang disesuaikan dengan
Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No 272/HK.105/DRJD/96 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.
Dimensi kendaraan standar untuk mobil penumpang ditunjukkan pada gambar di bawah
ini.
31 dari 44
c adalah jarak belakang tergantung (m)
d adalah lebar kendaraan (m)
h adalah tinggi total kendaraan (m)
B adalah lebar total kendaraan (m)
L adalah panjang total kendaraan (m)
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan longitudinal kendaraan.
Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang
diukur dari ujung terluar pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya.
Ruang bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu kendaraan dan
kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat penumpang turun dari kendaraan.
Ruang bebas arah memanjang diberikan di depan kendaraan untuk menghindari
benturan dengan dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas arah
lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal sebesar 30 cm.
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang
memanfaatkan fasilitas parkir.
Sebagai contoh, lebar bukaan pintu kendaraan karyawan kantor akan berbeda dengan
lebar bukaan pintu kendaraan pengunjung pusat kegiatan perbelanjaan. Dalam hal ini,
karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir dipilih menjadi tiga
seperti dijabarkan pada tabel berikut.
penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi atas 2 jenis kendaraan. Penentuan SRP
untuk mobil penumpang diklasifikasikan menjadi tiga golongan seperti dijabarkan pada
tabel berikut:
32 dari 44
Tabel 14 penentuan satuan ruang parkir (SRP)
33 dari 44
Gambar 26 - ilustrasi SRP untuk mobil bus/truk (dalam satuan cm)
Keterangan:
B adalah lebar total kedaraan (cm)
O adalah lebar bukaan pintu (cm)
R adalah jarak bebas arah lateral (cm)
L adalah panjang total kendaraan (cm)
a1, a2 adalah jarak bebas arah longitudinal (cm)
Bp adalah B+O+R
Lp adalah L+a1+a2
Perbedaan antara jalur sirkulasi dan jalur gang terutama terletak pada penggunaannya.
Patokan umum yang dipakai adalah :
panjang sebuah jalur gang tidak lebih dari 100 meter;
34 dari 44
jalur gang yang ini dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dianggap
sebagai jalur sirkulasi.
Lebar minimum jalur sirkulasi
untuk jalan satu arah = 3,5 meter,
untuk jalan dua arah = 6,5 meter.
35 dari 44
Tabel 16 Penentuan dimensi lebar jalur gang
Ukuran lebar pintu keluar -masuk dapat ditentukan, yaitu lebar 3 meter dan panjangnya
harus dapat menampung tiga mobil berurutan dengan jarak antarmobil ( spacing) sekitar
1,5 meter, Oleh karena itu, panjang-lebar pintu keluar masuk minimum 15 meter.
36 dari 44
2. Pintu masuk dan keluar menjadi satu.
Tata letak areal parkir kendaraan dapat dibuat bervariasi, bergantung pada ketersediaan
bentuk dan ukuran tempat serta jumlah dan letak pintu masuk dan keluar. Tata letak
area parkir dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
37 dari 44
Gambar 31 - Ilustrasi pintu masuk dan keluar terpisah pada satu ruas jalan
Pintu masuk dan keluar terpisah dan terletak tidak pada satu ruas jalan.
Gambar 32 - Ilustrasi pintu masuk dan keluar terpisah tidak pada satu ruas jalan
38 dari 44
Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak pada satu ruas jalan.
Gambar 33 - Ilustrasi pintu masuk dan keluar bersatu pada satu ruas jalan
Pintu masuk dan keluar menjadi satu dan terletak tidak pada satu ruas jalan.
Gambar 34 - Ilustrasi pintu masuk dan keluar bersatu tidak pada satu ruas jalan
Sistem alarm harus disediakan dalam banguan terminal sebagai peringatan akan
bahaya kebakaran atau bahaya lain yang harus disadari oleh penumpang dan publik
pengguna terminal. Tanda peringatan pada sistem alarm harus dibuat dalam bentuk
suara dan cahaya lampu peringatan agar sinyal bahaya dapat dipahami oleh semua
pengguna termasuk pengguna yang memiliki kekurangan fisik penglihatan atau
pendengaran.
Sebagai kelengkapan sistem alarm, di setiap ruangan harus dilengkapi dengan denah
bangunan yang menunjukkan posisi titik penempatan denah, jalur evakuasi dan lokasi
berkumpul yang aman bila terjadi bahaya.
Terminal penumpang harus dilengkapi dengan rambu petunjuk untuk mengarahkan dan
memberi informasi umum bagi pengguna terminal.
Troli barang disediakan untuk digunakan oleh penumpang kapal dan disediakan bagi
penumpang yang akan berangkat maupun penumpang yang tiba. Troli yang disediakan
adalah troli penumpang dengan lebar troli 60-70 cm dan tinggi 100-110 cm
Daerah operasi troli dan tempat penyimpanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk penumpang yang berangkat: troli digunakan dari ruang umum hingga ke ruang
lapor diri (check-in). Troli tidak boleh dibawa masuk ke dalam ruang tunggu
keberangkatan maupun ke koridor keberangkatan. Troli yang sudah tidak terpakai
dikembalikan oleh petugas ke area penyimpanan troli yang diletakkan di ruang umum
yang berdekatan dengan pintu masuk ke ruang lapor diri.
b) Untuk penumpang datang: troli digunakan sejak ruang tunggu kedatangan hingga ke
ruang umum sampai batas pelataran atau kerb kedatangan untuk pemindahan
bagasi kedalam kendasraan saat melakukan pergantian moda. Troli tidak diijinkan
untuk dibawa ke areal parkir. Troli yang sudah tidak terpakai dikembalikan oleh
petugas ke tempat penyimpanan troli di ruang tunggu kedatangan berdekatan
dengan tempat pengambilan bagasi atau dekat dengan pintu masuk ruang tunggu
kedatangan.
40 dari 44
Area penyimpanan troli bagasi harus dibuat pada tempat yang terlindung dari hujan dan
tidak mengganggu arus penumpang serta barang. Pada area penyimpanan, dipasang
sejumlah railing memanjang pada lantai sebagai alur penyimpanan troli. Railing dibuat
dari bahan yang kuat dan tidak mudah berkarat dengan lebar bersih 80-90 cm dan tinggi
10 cm.
Sistem pengumuman publik pada terminal penumpang dirancang dengan baik untuk
keperluan operasional terminal maupun peringatan dalam keadaan gawat darurat.
Perangkat pengeras suara ditempatkan secara cukup pada setiap bagian terminal dan
mampu memberikan tingkat intensitas suara yang cukup untuk mendapatkan perhatian
dan dipahami oleh pengguna terminal. Sistem pengumuman publik harus bisa didengar
dengan jelas disemua ruang esensial di terminal penumpang. Pemilihan lokasi
pemasangan dan hardware harus memperhatikan tingkat loudness sebagai berikut:
8.6 Toilet
Toilet di setiap ruang pada terminal penumpang kapal pesiar harus dapat memenuhi
kebutuhan pengguna terminal tersebut dengan tingkat pelayanan sangat baik.
Perhitungan kebutuhan toilet diadopsi dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri dan dikembangkan sesuai dengan taraf
Internasional.
Persyaratan toilet untuk terminal penumpang kapal pesiar adalah sebagai berikut:
Fasilitas penunjang berupa sistem penyediaan air bersih harus dipersiapkan untuk
operasi terminal. Air yang digunakan adalah air yang setara baku mutu air bersih yang
diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang
Standar Kualitas Air Bersih dan Air Minum, atau peraturan terbaru yang
menggantikannya.
8.9 Genset
Kapasitas listrik yang dibangkitkan oleh genset disesuaikan dengan kebutuhan listrik
gedung terminal, atau minimal untuk sistem utama operasi terminal yang menentukan
kelancaran operasi pelayanan penumpang.
43 dari 44
Bibliografi
Duluth-Superior Cruise Ship Terminal Facility Study, diakses tanggal 6 September 2013,
dari http://www.dsmic.org/
Frick, Anders, 2005. Safety Considerations for the Design of Mobile Elevating Gangways
and Passenger Boarding Bridges for Cruise Ships, Alexandria: AAPA.
Levis, L., 2006. Planning for Cruise Terminals. Diakses tanggal 17 Juli 2013, dari
http://www.aapa-ports.org/.
MARCOM WG 33, 2002. Guidelines for the Design of Fender Systems, Brussel: PIANC.
Sofi'i, M. & Djaja, I. K., 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jilid 1 ed. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara NO. SKEP/ 347/ XII/ 1999,
tentang Standar rancang bangun dan / atau rekayasa fasilitas dan peralatan bandar
udara, Departemen Perhubungan, 1999.
The Disabled Persons Transport Advisory Committee (DPTAC), The Design of Large
Passenger Ships and Passenger Infrastructure: Guidance on Meeting the Needs of
Disabled People, United Kingdom, 2000.
The International Air Transport Association (IATA), Airport Development Manual, 8th ed.,
1995.
Transit Cooperation Research Program, Transit Capacity and Quality of Service Manual,
2nd Edition, Washington D.C., 2003.
US-DOD, 2005. Unified Facilities Criteria UFC 4-152-01 Design: Piers and Wharves.
s.l.:US-DOD.
44 dari 44