Anda di halaman 1dari 42

Bed Side Teaching (BST)

KISTA OVARIUM

Adilla Hanna 1410311034


Amalia Savira 1410311032

Pembimbing :
dr. Andi Friadi, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Ovarium mempunyai tugas penting terhadap reproduksi. Fungsi ovarium adalah


sebagai penghasil hormon dan penghasil sel telur. Gangguan pada ovarium tentu dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan, dan pematangan sel telur.
Gangguan tersebut dapat b Angka kejadian kista ovarium di dunia yaitu 7% dari populasi
wanita, dan 85% bersifat jinak. Sedangkan angka kejadian di Indonesia tidak diketaui secara
pasti dikarenakan pencatatan kasus yang kurang baik. Namun, diperkirakan prevalensi kista
ovarium sebesar 60% dari seluruh kasus gangguan ovarium. Kistadenoma ovarii musinosum
sebesar 40% dari seluruh kasus neoplasma ovarium.

Frekuensi kistadenoma ovarii musinosum ditemukan Hariadi (1970) sebesar 27%,


Gunawan (1977) menemukan 29,9%, Sapardan (1970) menemukan 37,2%, dan Djaswadi
menemukan 15,1%. Frekuensi kistadenoma ovarii serosum ditemukan Hariadi dan Gunawan
di Surabaya sebesar masing-masing 39,8% dan 28,5%. Di Jakarta Sapardan menemukan
20%, dan di Yogyakarta ditemukan Djaswadi sebesar 36,1%. Frekuensi kista dermoid
ditemukan Sapardan sebesar 16,9%. Djaswadi menemukan 15,1%, Hariadi dan Gunawan
masing-masing menemukan 11,1% dan 13,5%.berupa kista ovarium, sindrom ovarium
polikistik, dan kanker ovarium. Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur (ovarium). Cairan ini dapat terkumpul dan dibungkus oleh semacam
kapsul yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium adalah kantung berisi
cairan yang terdapat pada ovarium.

Kista ovarium merupakan tumor baik kecil maupun besar, kistik atau padat, jinak
atau ganas yang berada di ovarium. Kista ovarium umum ditemukan pada wanita usia
reproduktif. Kista menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi. Karena 20-30% kista
dapat berpotensi menjadi ganas terutama pada wanita diatas 40 tahun. Perjalanan penyakit
dianggap berlangsung secara diam-diam (silent killer), sehingga wanita umumnya tidak
menyadari sudah menderita kista ovarium. Wanita umumnya sadar setelah benjolan teraba
dari luar. Sekarang ini semakin sering ditemukan kista ovarium pada seorang wanita
dikarenakan pemeriksaan fisik dan semakin majunya teknologi. Sebagian besar kista tidak
menimbulakan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan masalah seperti rasa
sakit dan perdarahan. Bahkan kista ovarium yang maligna tidak menimbulkan gejala pada
sadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium lanjut.
Kista dapat berkembang pada wanita pada setiap tahap kehidupan, dari periode
neonatal sampai postmenopause. Kebanyakan kista ovarium,terjadi selama masa kanak-
kanak dan remaja, yang merupakan periode hormon aktif untuk pertumbuhan. Kebanyakan
kista bersifat fungsional dan dapat hilang dengan pengobatan sederhana.

Komplikasi yang paling sering dan paling serius pada kista ovarium yang terjadi
dalam kehamilan adalah peristiwa torsio atau terpuntir. Penatalaksanaan kista ovarium
sebagian besar memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista tersebut. Penangannya
melibatkan keputusan yang sukar dan dapat mempengaruhi status hormon dan fertilitas
seorang wanita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Ovarium

Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri, yang dengan
mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan.
Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm.
Gambar 1. Anatomi Ovarium

Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat


ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium.
Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya pinggir keatas dan belakang ,
sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan.Ujung yang dekat dengan tuba
terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada uterus, dan tidak jarang
diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.

Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan


ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi satu
dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua ligamentum berasal
dari gubernakulum.
Gambar 2. Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan

Struktur ovarium terdiri atas:

1. korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang


berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel
primordial ;

2. medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan


pembuluh-pembuluh darah, , serabut-serabut saraf dan sedikit otot
polos.

Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer.


Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graff. Folikel-folikel ini
merupakan badian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii
dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat-tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja
sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor folikulli,
mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.

Folikel de Graff yang matang terdiri atas :

1. ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm, yang
mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan
satu nukleolus pula;

2. stratum granulosum yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel


bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi
ovum ; pada perkembangan lebih lanjut terdapat ditengahnya suatu
rongga terisi likuor follikuli;

3. teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum


dengan sel-sel yang lebih kecildaripada sel granulosa;

4. teka eksterna, terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.

Pada ovulasi, folikel yang yang matang dan yang mendekati


permukaan ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel
granulosa yang melekat pada ovum dan yang membentuk korona radiata
bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami
pematangan dalam dua tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.

Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi


dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor follikuli. Demikian pula
jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya
timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel diberi nama
korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-selnya
timbul pigmen kuning, dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya
membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat
diantaranya.

Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak ada


pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan
menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah. Korpus luteum
lambat laun menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi , korpus luteum
tetap ada, malahan menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2.5 cm
pada kehamilan 4 bulan.

2.2. Definisi Kista Ovarium

Definisi kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch)


yang tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan
atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium1.

2.3. Angka Kejadian Kista Ovarium

Kistadenoma ovarii musinosum terbanyak ditemukan bersama-sama dengan


kistadenoma ovarii serosum. Kedua tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh
ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh
kelompok neoplasma ovarium.
Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27%; sedangkan
Gunawan (1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970) 37,2%; dan Djaswadi
15,1%2.

Sedangkan untuk kistadenoma ovarii serosum ditemukan dalam frekuensi


yang hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan dijumpai pada golongan
umur yang sama. Agak lebih sering ditemukan kista bilateral (10 – 20%); Hariadi
(1970) 10,9% dan Gunawan (1977) 20,3%. Selanjutnya, di Surabaya Hariadi dan
Gunawan menemukan angka kejadian tumor ini masing-masing 39,8% dan 28,5%; di
Jakarta Sapardan mencatat angka 20,0%; dan di Yogyakarta Djaswadi mencatat
angka 36,1%2.

Frekuensi kista dermoid dijumpai 10% dari seluruh neoplasma ovarium yang
kistik dan paling sering ditemukan pada wanita yang masih muda. Ditaksir 25% dari
semua kista dermoid bilateral, lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun
kista dermoid dapat ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai
ukuran yang sangat besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.

Frekuensi kista dermoid di beberapa rumah sakit di Indonesia ialah sebagai


berikut; Sapardan mencatat angka 16,9%; Djaswadi 15,1%; Hariadi dan Gunawan
masing-masing 11,1% dan 13,5% di antara penderita dengan tumor ovarium.
Sebelum perang dunia II, Eerland dan Vos (1935) melaporkan frekuensi kista
dermoid sebesar 3,8% dari 451 tumor ovarium yang diperiksa di Nederlands-Indisch
Kanker Instituut di Bandung, di antaranya satu kasus pada anak umur 13 tahun2.

2.4. Etiologi Penyakit Kista Ovarium

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan


pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau indung telur itu
sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama
siklus menstruasi.

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH), normalnya ditemui saat menopause, berdiameter 1 -
10 cm (folikel normal berukuran maximum 2,5 cm); berasal dari folikel
ovarium yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat
multipel dan bilateral. Biasanya asimtomatik.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung


telur yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus
menstruasi.

Kista theka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,


berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor
indung telur, serta terapi hormon.

2.5. Faktor resiko terjadinya kista ovarium

 Riwayat kista ovarium sebelumnya



 Siklus menstruasi yang tidak teratur

 Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas

 Menstruasi dini (usia 11 tahun atau lebih muda)

 Tingkat kesuburan

 Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang

 Terapi tamosifen pada kanker mamma

 Patofisiologi Penyakit Kista Ovarium

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone


dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan


folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista
di dalam ovarium.

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil


yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah.

Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau


sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf yang tidak pecah
atau folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di


bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan
diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya
penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter 4-5 cm,
sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah pelvis.

Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan


choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan
diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien
dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin
(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan
sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia
yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.

Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk
jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari
germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen
dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

Dari gambaran klinis, kista ovarium yang berukuran kecil biasanya


tidak menunjukan gejala atau rasa sakit, kecuali kalau pecah atau terpuntir
yang menyebabkan perdarahan intraperitoneum dan gejala akut abdomen
,sakit yang hebat di daerah perut bagian bawah, dan kaku.

Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan


gejala

seperti:

 rasa sakit pada panggul,



 sakit pinggang,

 sakit saat berhubungan seksual,

 pendarahan rahim yang abnormal.


2.7. Klasifikasi Kista Ovarium

2.7.1 Non neoplastik

2.7.1.1 Kista folikel

Merupakan kista paling sering di ovarium yang memiliki ukuran dari


2,5 cm berupa folikel pra-ovulasi hingga 8 cm. Kista ini terbentuk karena terjadinya
kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan cairan intrafolikel tidak diserap kembali.
Induksi ovulasi yang berlebihan pada pemberian gonadotropin juga menyebabkan
terjadinya tumor folikel. Tumor folikel dapat menyebabkan gangguan menstruasi,
nyeri pelvik dan perdarahan uterus abnormal, namun jarang menyebabkan torsi
ataupun perdarahan. Diagnosis tumor folikel diketahui dengn USG atau MRI. Tumor
folikel dapat mengalami obliterasi sendiri dalam 60 hari tanpa obat, namun dapat
diberikan pil kontrasepsi untuk mrngatur siklus haid. Jika kista menetap dapat
dilakukan pungsi pada laparaskopi.

2.7.2. Neoplastik Kistik

2.7.2.1 Kistadenoma Ovarii Musinosum

A. Gambaran Umum

Kistadenoma ovarii musinosum lebih kecil kemungkinannya bersifat ganas


dibandingkan tumor serosa, yaitu membentuk sekitar 10% dari kanker ovarium. 5-75
kasus merupakan bilateral. Tumor ini umumnya multilokuler yang berisi cairan
musinosum yang berisi sel se goblet, berwarna kebiruan di dalam kapsul yang tegang.
Dinding tumor tersusun dari epitel kolumnar, 50% kasus mirip dengan struktur epitel
endoserviks dan 50% mirip dengan epitel kolon. Sampel PA perlu dilakukan pada
beberapa tempat karena adanya kemungkinan sebaran jinak, potensial ganas atau
ganas. Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai; kadang-kadang dapat terjadi
torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini dapat menyebabkan
perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, yang memudahkan timbulnya
perlekatan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Pada
pembukaan terdapat cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan
berwarna kuning sampai coklat tergantung dari percampurannya dengan darah.

B. Gambaran Klinis
Kistadenoma ovarii musinosum merupakan tumor dengan ukuran terbesar
dalam tubuh manusia, sehingga, semakin besar ukuran tumor di ovarium semakin
besar pula kemungkinannya kistadenoma ovarii musinosum. Tumor ini asimptomatik
dan sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau rasa penuh
diperut. Tumor ini dapat mengalami luteinisasi dan menghasilkan esterogen, sehingga
pada wanita postmenopause akan terjadi perdarahan pervaginam dan pertumbuhan
rambut berlebihan pada wanita hamil. Cairan musin dapat mengalir ke kavum pelvik
atau abdomen melalui stroma ovarium, sehingga terjadi akumulasi cairan musin
intraperitoneal yang dinamakan pseudomiksoma pertonii.

C. Terapi

Dilakukan laparatomi, dan jika terjadi pseudomiksoma peritonii, encerkan


terlebih dahulu dengan larutan dekstrosa 5%-10%, lalu dilakukan suction. Lalu
dilakukan salpingo-ooforektomi.

2.7.2. Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat
pula berbagala karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun
lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Isi kista cair, kuning dan
kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri kecil,
tetapi permuukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

2.7.3 Kista Endometroid


Kista ini biasanya unilateral dangan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat
satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

2.7.4 Kista Dermoid

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih, keabu-abuan dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di
bagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam
dindingnya. Pada umumnya tedapat satu daerah pada dinding bagian dalam, yang
menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal dan entodermal. Maka dapt


ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot
jaringan ikat (mesodermal) dan mukosa traktus gastrointestinalis, epitel saluran
pernapasan, dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur
dengan rambut. Rambut ini terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat pula merupakan
gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.

2.8 Tanda Dan Gejala Kista Ovarium

Kebanyakan wanita dengan tumor ovarium tidak menimbulkan gejala dalam


waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik. Sebagian
gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin, atau komplikasi
tumor tersebut. Pada stadium awal dapat berupa gangguan haid. Dapat juga terjadi
peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau
nyeri pada saat bersenggama. Jika tumor sudah menekan rektum atau kandung kemih
mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites
(penimbunan cairan dalam rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut) dan
organ-organ di dalam rongga perut lainnya seperti usus-usus dan hati. Penumpukan
cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada
yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak napas1.

Pada umumnya gejala yang timbul dan patognomonik adalah:

1) Penekanan terhadap vesika dan rektum.

2) Perut terasa penuh

3) Pembesaran perut

4) Perdarahan (jarang)

5) Nyeri (pada putaran tangkai/kista pecah)

6) Sesak napas, oedema tungkai (pada tumor yang sangat besar)3.

2.9 Diagnosis Kista Ovarium

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah


dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi,
permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan
jenis tumor tersebut. Pada tumor ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,
terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut
bagian bawah dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan
atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu lebih cermat dan disertai
pemeriksaan tambahan2.

Di negara-negara berkembang, karena tidak segera dioperasi tumor ovarium


dapat menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-
kadang sukar untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor
atau ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran
ini biasanya dapat diatasi2.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium,
maka perlu diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Tumor
nonneoplastik akibat peradangan umumya dalam anamnesis menunjukkan gejala-
gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat
peradangan tidak dapat digerakkan karena perlengketan. Kista nonneoplastik
umumnya tidak menjadi besar dan diantaranya pada suatu waktu biasanya
menghilang sendiri2.

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakan diagnosis tidak dapat diperoleh kepastian


sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang
tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan
diferensial diagnosis2.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis


adalah:

1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.

2. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,


apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.


Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi
dalam tumor.

4. Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perlu


diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapt mencemarkan cavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk2.

Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) kista abnormal dapat


memberikan gambaran kantung dengan banyak ruang-ruang dan terlihat
pertumbuhan sel-sel yang menonjol dari dinding dalam kista. Ini membuat
permukaan kista menjadi bergerigi atau tidak mulus. Dan tidak seperti
kista fungsional yang hanya terisi cairan, kista abnormal memperlihatkan
campuran cairan dan jaringan solid4.

2.8 Patologi Anatomi Kista Ovarium


Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau
setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Kista termasuk tumor jinak
yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan. Bentuknya kistik dan ada
pula yang berbentuk seperti anggur. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah
dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya.

Gambar 4. Kista Ovarium Benigna

Ini adalah kista benigna ovarium. Kemungkinan kista ini adalah kista
folikuler. Kadang-kadang kista dapat mencapai ukuran tertentu dalam
sentimeter dan, jika terjadi ruptur dapat menyebabkan nyeri pada perut.
Gambar 5. Teratoma Ovarium Matur

Teratoma ovarium atau dermoid cyst terjadi karena jaringan dalam


telur yang tidak dibuahi kemudian tumbuh menjadi beberapa jaringan seperti
rambut, tulang, lemak. Kista dapat terjadi pada kedua indung telur dan
biasanya tanpa gejala. Timbul gejala rasa sakit bila kista terpuntir/pecah.

2.11 Penatalaksanaan

Terapi kista ovarium bergantung dari beberapa faktor, yaitu ukuran dan jenis
kista, umur dan kondisi kesehatan penderita, rencana kehamilan di masa depan,
demikian juga dengan beratnya gejala-gejala yang terjadi4.

Dua prinsip penting dalam manajemen kista ovarium yaitu:

1. Sikap wait and see.

Oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan


menyusut dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan. Semakin dini deteksinya
semakin mudah pengobatannya. Tentu setiap wanita berharap agar
ovariumnya tetap utuh, tidak rusak atau dapat dipertahankan, jika diputuskan
untuk mengangkat kista. Kemungkinan ini dapat terjadi jika kista ditemukan
dalam stadium dini.

2. Terapi Bedah

Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali
siklus menstruasi atau kista yang memiliki ukuran demikian besar, kista yang
ditemukan pada wanita yang menopause atau kista yang menimbulkan rasa
nyeri luar biasa dan sampai timbul perdarahan. Tindakan bedah dapat sangat
terbatas berupa pengangkatan kista dengan tetap mempertahankan ovarium.
Tindakan ini kemungkinan dapat menjadi lebih ekstensif, mulai dari
pengangkatan seluruh ovarium atau lebih luas lagi ke pengangkatan uterus
(histerektomi total)4.

Prinsip penanganan kista ovarium bahwa tumor ovarium neoplastik


memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberikan gejala/keluhan pada penderita dan yang
besarnya tidak melebihi 5 cm diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut
adalah kista folikel atau kista korpus luteum. Tidak jarang tumor tersebut
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga perlu diambil
sikap untuk menunggu selama 2 – 3 bulan, jika selama waktu observasi dilihat
peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa kemungkinan tumor besar itu bersifat neoplastik dan dapat
dipertimbangkan untuk pengobatan operatif2.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas


ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai pengangkatan tuba
(salphyngoooforektomi). Jika terdapat keganasan operasi yang lebih tepat
ialah histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral. Akan tetapi pada
wanita muda yang masih ingin mendapatkan keturunan dan dengan tingkat
keganasan tumor yang rendah, dapat dipertanggung jawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal2.

2.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya2:

1. Torsi

2. Ruptur

3. Perdarahan

4. Menjadi keganasan: potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas


sudah dipostulasikan, kista dermoid dan endometriosis dapat berubah
menjadi ganas, akan tetapi dalam persentase yang relatif kecil.

2.8 Prognosis

Wiliam Helm, C dkk (2005) mengatakan:

1. Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat tumbuh di
jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.

2. Kematian disebabkan karena karsinoma ovarii ganas berhubungan dengan


stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini
sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

3. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41,6% bervariasi antara


86,9% untuk stadium FIGO Ia dan 11,1% untuk stadium IV.
4. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan
karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan
prognosis yang buruk.

5. Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal
memiliki prognosis yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium
lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik dibandingkan germinal
sel tumor nondisgerminoma.

6. Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah
mempunyai sifat yang lebih jinak tetapi berhubungan dengan angka
kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka bertahan hidup selama 5
tahun adalah 86,2%.
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas

Pasien

Nama : Ny. NY

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 35 tahun

Suku : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu RT

Status Pernikahan : Menikah

Alamat : Lubuk Basung

MRS : 20 April 2018 , OK : 23 April 2018

Suami Pasien

Nama : Tn. Z

Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Suku : Indonesia

3.2 Anamnesis

3.2.1 Keluhan Utama

Os masuk ke poli Kebidanan RSUP Dr.M.Djamil Padang, Senin, 6


November 2017 kiriman dari RSUD Lubuk Basuang dengan NOK suspek
malignansi.

3.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit:

Os masuk ke poli kebidanan RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan NOK


suspek malignansi. Os merasakan bengkak di perut bagian bawah yang
semakin membesar sejak Agustus 2017, 3 bulan sebelum berobat ke RSUD
Lubuk Basuang. Os tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri abdomen namun
mengeluhkan adanya nyeri pinggang sejak Desember 2017. Tidak ada keluar
darah dari kemaluan. Os juga menyangkal adanya post coital bleeding. BAB
dan BAK normal.

3.2.3. Riwayat Menstruasi

 Usia Menarche : 12 tahun


 Siklus Haid : 28 hari
 Lama Haid : 5-7 hari, 2-3 kali ganti pembalut/hari
 Keluhan : tidak ada

3.2.4. Riwayat Perkawinan


 Lama Menikah : 10 tahun
 Usia Menikah : 26 tahun

3.2.5. Riwayat Kontrasepsi

 Penderita menggunakan kontrasepsi pil.

3.2.6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

1) 2008/2900/Perempuan/aterm/normal/Bidan

2) 2011/3000/Perempuan/aterm/normal/Bidan

3) 2013/3200/Perempuan/aterm/normal/Bidan

4) 2016/3000/laki-laki/aterm/normal/Bidan

3.2.7. Riwayat Abortus-Kuretase

 Penderita tidak ada riwayat abortus

3.2.8. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat menderita penyakit asma, penyakit


jantung, kencing manis, penyakit paru, alergi obat dan makanan, kejang-
kejang saat hamil.

3.2.9. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga darah tinggi, kencing manis,


penyakit jantung, kejang-kejang, asma dan alergi obat dan makanan. Riwayat
penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

3.3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : tampak sakit sedang


Kesadaran : compos mentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 70 kg
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,4 celcius
b. Mata
Conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema periorbital (-/-)
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
d. THT
Mukosa bibir kering (-), mukosa bibir sianosis (-), pembesaran tonsil (-),
faring hiperemis (-)
e. Thorax :
Simetris, retraksi dinding dada (-)
Mammae : simetris, membesar, puting menonjol, hiperpigmentasi (-/-)
 Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula
Perkusi : batas jantung jelas
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, regular, murmur (-),
gallop (-)
 Pulmo
Inspeksi : simetris, barrel chest (-)
Palpasi : stem fremitus simetris
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesicular (+/+), wheezing (-), ronchi (-)
f. Abdomen
Inspeksi : cembung, perut tampak membuncit asimetris
Perkusi : nyeri ketuk (-), shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi :Tinggi fundus uteri tidak teraba. Teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut bagian bawah dengan diameter ±
16 x 24cm, permukaan irregular, berbatas tegas, dapat
digerakkan dan terdapat nyeri tekan.
Ekstremitas : akral hangat (+), oedema (-)
g. Genitalia : V/U tenang, PPV (-)
Inspekulo :
1. Vagina  Flukus (+), laserasi (-), tumor (-), tampak cairan menumpuk di
forniks posterior
2. Porsio  MP ukuran sebesar jempol kaki dewasa, laserasi (-), tumor (-),
tampak cairan menumpuk di kanalis serviks

VT Bimanual :
Vagina  Laserasi (-), tumor (-), tanda radang (-)
Porsio  MP sebesar jempol kaki dewasa, nyeri goyang (-)
AP  Kanan lemas, kiri teraba pool bawah tumor
CUT  sebesar telur ayam
CD  Tidak menojol

3.4. Pemeriksaan Penunjang

 pemeriksaan darah rutin


1. Hb : 8,9 gr/dl
2. Leukosit : 7.580/ul
3. Trombosit : 378.000/ul
4. Eritrosit : 4,3 juta/ul
5. Diff Count : 2/0/0/70/21/5
6. Hematokrit : 30%
7. MCV : 81
8. MCH : 26
9. MCHC : 32
 Urin
1. Warna urin : kuning
2. Kekeruhan : negatif
3. pH urin : 6,0
4. berat jenis :1,015

 Pemeriksaan USG

Uterus RF ukuran 9,07 x 3,64 x 4,57 cm. Tidak tampak mioma atau
adeniomiosis.

Tampak massa kistik ukuran 10,01 x 8,17 cm berbatas tegas pada ovarium
kanan.Tampak massa kistik ukuran 13,39 x 10,85 cm berbatas tegas pada
ovarium kiri.

Kesan: Kista Ovari bilateral susp. Mucinosum

 Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kontras oral dan anal, dengan


potongan axial, coronal, sagital.

Hepar; besar dan bentuk normal, SOL (-), asites (-)

Tidak ada efusi pleura

Lien; besar dan bentuk normal


Kandung Empedu; besar dan bentuk normal, tidak tampak gambaran batu

Pankreas; besar dan bentuk normal, kalsifikasi (-)

Aorta Abdominal; kaliber normal, tidak tampak pembesaran KGB paraaorta


abdominal, inguinal dan iliaka

Ginjal kanan;besar dan bentuk normal,tidak tampak pelebaran calises,batu –

Ginjal kiri; tampak pelebaran calises dan ureter, dan tidak tampak gambaran
batu di ginjal dan ureter

Regio pelvis; tampak gambaran lesi, dengan densitas hipodens, homogeny


(HU;30), lobulateral, batas tegas, tepi regular dan disertai dengan sedikit
bagian yang kistik (HU:5). Tanpak lesi meluas ke anterior, dan mnedorong
buli-buli ke anterior.

Rectum; tenang

Tidak tampak pelebaran usus

Kesimpulan : Sugestif NOK dengan hydronefrosa sinistra

3.5. Diagnosis Kerja

NOK (Neoplasma Ovarium Kistik)

3.6. Penatalaksanaan

Tanggal 23 April 2018

 Kontrol KU, VS
 Bowel Pump 3 hari
 Crossmatch PRC 4 kolf, FFP 2 kolf
 Rencana Laparotomi 23 April 2018
3.7 Laporan Laparotomi

Nama : Ny. NY

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Dokter : dr. Andi Friadi, Sp.OG(K)

Diagnosis pra bedah : NOK suspek malignansi

Nama operasi : Optimal debuking + adhesiolisis

Jaringan yg dieksisi : Uterus, kedua ovarium, omentum

Tanggal/pukul : 23 April 2018/ 10.00-14.00 WIB

Lama operasi : 4 jam

1. Operasi dimulai pukul 10.00 WIB


2. Pasien ditidurkan dalam anestesi umum
3. Dilakukan tindakan septik dan antiseptic
4. Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan operasi
5. Abdomen dibuka lapis demi lapis, kulit, subkutis, fasia, otot, dan
peritoneum
6. Tampak massa bulat sebesar kepalan tinju dewasa, mobile, lunak,
permukaan licin, menempel di jaringan sekitar
7. Dilakukan Adhesiolisis, dilakukan histerektomi total
8. Ditemukan kista kedua sebesar bola tenis, diperkecil dengan adhesiolisis
9. Cavum abdomen dicuci dengan cairan NaCl
10. Perut ditutup lapis demi lapis
11. Jaringan kista dikirim untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
3.8. Follow Up

Selasa, 22 April 2018 S: Keluhan (-)

O: Ku: sedang

VS:

 TD: 120/80

 HR: 84 x/menit

 RR: 20 x/menit

 T : 36,1

A: Pro laparotomi atas indikasi NOK


suspek malignansi

P:  Kontrol KU, VS, PPV

 Bowel pump 3 hari

 Crossmatch PRC

Rabu, 23 April 2018 (08.00) S: Keluhan (-)

O: KU: Sedang

VS:

 TD: 110/70

 HR: 80 x/menit

 RR: 22 x/menit

 T : 36,5
A: Pro laparotomi ai NOK suspek
malignansi

P:  Kontrol KU, VS, PPV

 Bowel prep 3 hari

 Laparotomi hari ini

Rabu, 23 April 2018 (16.00) S: Tidak ada keluhan

O: KU: Sedang

VS:

 TD: 120/80

 HR: 80 x/menit

 RR: 20 x/menit

 T : 36,5

 Hb: 11,7

A: Post optimal debulking ai susp. Ca


Ovarium stadium lanjut

P:  Pantau KU, VS, PPV

 IVFD RL:DS 1:2:2

 Inj. Ceftriaxon 2x1 g

 Pronalges supp II

 Inj. Transamin 3x1 amp

 Inj. Vit K 3x1


 Inj. Vit C 3x1 amp

 Cek darah rutin 8 jam post op

Kamis, 24 April 2018 S: Tidak ada keluhan

O: KU: Sedang

VS:

 TD: 120/80

 HR: 85 x/menit

 RR: 20 x/menit

 T : af

A Post optimal debulking ai susp. Ca


Ovarium stadium lanjut post op +
anemia sedang

P  Pantau KU, VS, PPV

 IVFD RL:DS 1:2

 Inj. Ceftriaxon 2x1 g

 Pronalges supp II

 Inj. Transamin 3x1 amp

 Inj. Vit K 3x1

 Inj. Vit C 3x1 amp

 Pindah ZGL lantai 3 terpasang


infus, kateter dan NGT
Jumat, 25 April 2018 S Tidak ada keluhan

O KU: Sedang

VS:

 TD: 120/80

 HR: 85 x/menit

 RR: 20 x/menit

 T : 36,5

A Post optimal debulking ai susp. Ca


Ovarium stadium lanjut post op +
anemia sedang

P  Pantau KU, VS, PPV

 IVFD RL:DS 1:2

 Inj. Ceftriaxon 2x1 g

 Pronalges supp II

 Inj. Transamin 3x1 amp

 Inj. Vit K 3x1

 Inj. Vit C 3x1 amp

 Transfusi Hb > 10 g/dl


BAB IV

PEMBAHASAN

Telah dirawat seorang wanita usia 35 tahun ke poli Kebidanan RSUP


Dr.M.Djamil Padang, Senin, 6 November 2017 kiriman dari RSUD Lubuk Basuang
dengan NOK suspek malignansi. Pasien awalnya mengeluhkan bengkak di perut
bagian bawah yang semakin membesar sejak Agustus 2017, 3 bulan sebelum berobat
ke RSUD Lubuk Basuang. Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa nyeri abdomen
namun mengeluhkan adanya nyeri pinggang sejak Desember 2017. Tidak ada keluar
darah dari kemaluan. Pasien juga menyangkal adanya post coital bleeding. BAB dan
BAK normal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen inspeksi tampak perut membuncit asimetris, pada perkusi tidak
terdapat nyeri ketuk dan shifting dullness, pada auskultasi bising usus ditemukan
positif normal, pada palpasi tinggi fundus uteri tidak teraba, teraba massa dengan
konsistensi padat pada perut bagian bawah dengan diameter ± 16 x 24cm, permukaan
irregular, berbatas tegas, dapat digerakkan dan terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan
genitalia ditemukan vagina dan uretra tenang, tidak ditemukan perdarahan
pervaginam. Pemeriksaan dengan inspekulo menunjukan adanya fluksus dan cairan
menumpuk di forniks posterior dan tidak ada tumor serta laserasi. Portio multipara
sebesar jempol kaki dewasa, tampak cairan menumpuk di kanalis serviks, tidak ada
laserasi serta tumor. Dari pemeriksaan VT bimanual didapatkan pada vagina tidak
ditemukan laserasi, tumor dan tanda radang. Portio multipara sebesar jempol kaki
dewasa dan tidak ada nyeri goyang. Adneksa parametrium kanan lemas dan kiri
teraba terbara pool bawah tumor. Cavum uteri sebesar telur ayam. Cavum douglas
tidak menonjol.
Pemeriksaan darah rutin menunjukan anemia ringan, pemeriksaan urin dalam
batas normal, pemeriksaan USG menunjukan kesan kista ovarium bilateral suspek
musinosum, pemeriksaan CT scan menyimpulkan sugestif NOK dengan hidronefrosis
sinistra.

Pasien mengeluhkan adanya pembengkakan diperut, pembengkakan tersebut


diakibatkan adanya massa intraabdomen yang pada kasus ini adalah massa kistik pada
ovarium. Pasien mengeluhkan adanya nyeri pinggang hal ini dikarenakan adanya
hidronefrosis diakibatkan massa kistik ovarium yang menekan ureter.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan perut membuncit asimetris diakibatkan


adanya massa intraabdomen disebelah kiri dan kanan, yang dibuktikan oleh CT Scan,
dengan bagian massa bagian kiri yang lebih besar. Massa teraba padat, keras,
iregular, yang merupakan tanda dari tumor yang bersifat ganas, namun massa dapat
digerakan (mobile) yang merupakan tanda dari tumor yang bersifat jinak, sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang lain, seperti pemeriksaan patologi anatomi untuk
menentukan sifatnya. Pemeriksaan dengan inspekulo menunjukan adanya fluksus dan
cairan menumpuk di forniks posterior yang disebabkan karena adanya reaksi
peradangan dan perdarahan akibat tumor tersebut. Di adneksa parametrium kiri teraba
pool bawah tumor sedangkan di adneksa parametrium kanan tidak teraba, hal ini
dikarenakan tumor pada ovarium kanan belum membesar seperti tumor di ovarium
kiri.

Pada pemeriksaan penunjang


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Diagnosis kerja pada kasus ini suudah tepat yaitu NOK karena keluhan yang
dirasakan danpemeriksaan USG yang didapat merupakan gejala klinis dari NOK.
Tatalaksana dalam kasus ini sudah tepat karena sudah sesuai dengan indikasiuntuk
dilakukannya pengangkatan kista yaitu dengan diameter >5 cm.

5.2 Saran
1. Apabila merasakan ada benjolan di perut segera periksakan ke dokter agar
segera mendapat tatalaksana.
2. Jangan melakukan pengurutan pada perut yang membesar karena akan
mengakibat komplikasi pada penyakit yang kemungkinan diderita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyana, Salim. (2007), Kistoma Ovarii, (medlinux.blogspot), Available from:


http://medlinux.blogspot.com. (Acessed: 2012, April 15).

2. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. (2005), Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

3. Moeloek, Farid Anfasa. (2003), Standar Pelayanan Medik Obstetri dan


Ginekologi, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta.

4. Anonim. (2004), Kista Ovarium yang Jarang Disadari. (majalah farmasia),


Available from: http://www.majalahfarmasia.com. (Acessed: 2012, April 15).

5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG. First trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New
York: McGraw-Hill;

Anda mungkin juga menyukai