Anda di halaman 1dari 43

Case Report Session

NASKAH PSIKIATRI
F20.0 Skizofrenia Paranoid

Nama Dokter Muda :Firmansyah P 2581 A


Habibillah G.P P 2587 A

Nama Perseptor : Dr. dr. Yaslinda Yaunin, SpKJ(K)

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS/ SMF PSIKIATRI RSJ
RSUP Dr. M Djamil Padang
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi,

gejalanya ditandai dengan adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang

parah, serta ketidakmampuan individu berinteraksi dengan kehidupan sehari-

hari. Sebuah survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO),

peringkat skizofrenia berada di antara sepuluh penyakit yang berkontribusi

terhadap beban penyakit global. Skizofrenia adalah bentuk yang berat dari

penyakit mental yang memengaruhi sekitar 7 per 1000 dari populasi orang

dewasa, terutama pada kelompok usia 15 - 35 tahun. Pada tahun 2013 terdapat

sekitar 450 juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia.1

Hasil dari data Riset Kesehatan Dasar atau (Riskesdas) pada tahun 2013

dan dikombinasikan dengan data rutin dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin),

penduduk Indonesia secara Nasional mengalami gangguan mental berat

(Skizofrenia) sebanyak 0,17% atau secara absolut penduduk Indonesia yang

menderita gangguan jiwa sebanyak 400 ribu jiwa..2

Skizofrenia paranoid adalah salah satu klasifikasi skizofrenia yang dapat

membahayakan diri pasien dan keluarga pasien, serta tetangga-tetangga pasien.

Maka skizofrenia ini perlu ditatalaksana dengan baik agar tidak menimbulkan

bahaya bagi siapapun terutama bagi pasien.2

Pasien dengan skizofrenia paranoid juga harus mendapatkan dukungan

moril dari keluarga dan lingkungan sekitarnya sehingga pasien dapat

menjalankan fungsinya sebagai anggota keluarga dan fungsi di masyarakat.

1
Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengangkat judul CRS kami dengan

judul Skizofrenia paranoid.

1.2 Batasan Masalah

CRS ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi

klinis, pedoman diagnosis, jenis-jenis dan penatalaksanaan skizofrenia paranoid.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan CRS ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan

pembaca mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinis, pedoman

diagnosis, jenis-jenis dan penatalaksanaan skizofrenia paranoid.

1.4 Metode Penulisan

CRS ini disusun berdasarkan pada studi kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizen” yang berarti “terpisah”


atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya
atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.Skizofrenia merupakan
suatu sindrom psikotik kronis yang ditandai oleh gangguan pikiran dan persepsi,
afek tumpul, anhedonia, deteriorasi, serta dapat ditemukan uji kognitif yang
buruk.
Skizofrenia adalah istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi
pikiran dan persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan,
dan mencakup waham dan halusinasi. Emil Kraepelin membagi skizofrenia dalam
beberapa jenis, menurut gejala utama yang terdapat pada pasien, salah satunya
adalah skizofrenia paranoid. Skizofrenia paranoid merupakan subtipe yang paling
sering ditemui dan paling stabil, dimana waham dan halusinasi auditorik jelas
terlihat. Pada pasien skizofrenia paranoid, pasien mungkin tidak tampak sakit jiwa
sampai muncul gejala-gejala paranoid.
Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
III (PPDGJIII) adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan
penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik dan budaya. Skizofrenia merupakan satu gangguan
psikotik yang kronik, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi
klinik yang amat luas variasinya, penyesuaian pramorbid, gejala dan perjalanan
penyakit yang amat bervariasi.

2.2 Epidemologi
Saat ini diperkirakan ada 2,2juta pasien hidup dengan skizofrenia di
Amerika Serikat, dan sekitar 300.000 pasien dirawat dirumah sakit. Penelitian di
China menunjukkan bahwa total penderita skizofrenia adalah 0,41% dari jumlah
penduduk. Analisis umur bertingkat menunjukkan bahwa perbandingan

3
prevalensi antara laki- laki dan perempuan bervariasi. Prevalensi lebih tinggi
pada laki-laki dikelompok usia muda (18-29tahun) dan prevalensi lebih tinggi
pada wanita dikelompok usia yang lebih tua (40 tahun atau lebih).3
Gangguan jiwa di Indonesia merupakan penyakit yang merata dan hampir
di setiap wilayah di dunia ada. Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta (2,7per
mil), Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali(2,3 per mil),dan
Jawa Tengah 2,3 per mil).3

2.3 Etiologi
2.3.1 Faktor Biologis
Penyebab skizofrenia tidak diketahui, tetapi semakin banyak penelitian
yang melibatkan peranan peranan patofisiologis untuk daerah tertentu di otak,
termasuk sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis. Selain itu hipotesis
dopamin untuk skizofrenia mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan
peningkatan aktifitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari pengamatan
clozapine, potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk
berperan sebagai, antagonis reseptor dopaminergik tipe 2.4
Antagonis reseptor serotonin, (5-hydroxytryptamine) tipe 2 penting untuk
menurunkan gejala psikotik. Gamma-aminobutyric acid (GABA) juga terlibat
dalam patofisiologi skizofrenia. Hipotesis bahwa, beberapa pasien dengan
skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA-ergik. Hilangnya neuron
inhibitor GABA-ergik secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktifitas neuron
dopaminergik.4

2.3.2 Genetik
Faktor genetik yang turut menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah
dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan
terutama anak-anak kembar. Angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%,
bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang
menderita skizofrenia 7-16%, bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%,
bagi kembar heterozigot 2-15%, bagi kembar monozigot 61-86%.4

4
2.3.3 Faktor Psikososial
Freud memandang skizofrenia sebagai suatu respon regresif terhadap
frustasi dan konflik yang melanda seseorang dalam lingkungan. Neurosis
melibatkan suatu konflik antara ego dan id, psikosis dapat dipandang sebagai
suatu konflik antara ego dan dunia luar dimana kenyataan diingkari.4

2.4 Manifestasi Klinik Skizofrenia

Gejala-gejala yang dialami pasien skizofrenia mencakup gangguan dalam


beberapa hal penting pikiran, persepsi, dan perhatian. Rentang masalah orang-
orang yang didiagnosis menderita skizofrenia sangat luas, meskipun dalam satu
waktu pasien umumnya mengalami hanya beberapa dari masalah tersebut.5
1. Dalam hal ini akan diuraikan beberapa simptom-simptom utama
skizofrenia dalam tiga kategori. Simptom positif, simptom negatif, dan
simptom disorganisasi.5 Simptom positif. Mencakup hal–hal yag
berlebihan dan distorsi, seperti halusinasi dan waham, simptom–simptom
ini, sebagian terbesarnya, menjadi ciri episode akut skizofrenia.
a) Delusi (waham), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan
kenyataan semacam itu merupakan simptom–simptom positif yang
umum pada skizofrenia.
b) Halusinasi, para pasien skizofrenia seringkali menuturkan bahwa
dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak
nyata bagi mereka. Dan distorsi persepsi yang paling dramatis
adalah halusinasi yaitu dimana pengalaman indrawi tanpa adanya
stimulasi dari lingkungan.
2. Simptom negatif.
Simptom–simptom negatif skizofrenia mencakup berbagai devisit
behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar dan
asosiolitas. Simptom–simptom ini cenderung bertahan melampaui suatu
episode akut dan memiliki afek parah terhadap kehidupan para pasien
skizofrenia.

5
2.5 Pedoman Diagnostik
Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia berdasarkan
PPDGJ-III :6
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a. Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidakkeras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau-Thought insertion or withdrawal : isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalampikirannya(insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
b. Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dariluar; atau- Delusion of influence : waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dariluar; atau- Delusion
of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar.- Delusional perception : pengalaman inderawi
yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya
bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien,
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh
d. Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

6
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
h. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir (self absorbed
atitude), dan penarikan diri secara sosial.

Pedoman Diagnostik Skizofrenia Paranoid


Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia paranoid
berdasarkan PPDGJ-III :
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
- Sebagai tambahan :
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. Suara-suara halusinasi yang mengncam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

7
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tapi jarang
menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas.
 Gangguan afetktif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

2.6 Jenis-jenis Skizofrenia


Kraeplin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis. Penderita
digolongkan ke dalam salah satu jenis menurut gejala utama yang terdapat
padanya. Akan tetapi batas-batas golongan-golongan ini tidak jelas, gejala-gejala
dapat berganti-ganti atau mungkin seorang penderita tidak dapat digolongkan ke
dalam satu jenis.Pembagiannya adalah sebagai berikut:4
a. Skizofrenia paranoid
Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah usia 30 tahun. Permulaannya
mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit
sering dapat digolongkan skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri,
agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.
b. Skizofrenia herbefrenik
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses
berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-
kanakan sering terdapat pada skizofrenia herbefrenik, waham dan halusinasinya
banyak sekali.
c. Skizofrenia katatonik
Timbulnya pertama kali antara usia 15 sampai 30 tahun, dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah

8
katatonik atau stupor katatonik. Gejala yang penting adalah gejala psikomotor
seperti:
1. Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup, muka tanpa mimik, seperti
topeng, stupor penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang
sangat lama, beberapa hari, bahkan kadang-kadang beberapa bulan.
2. Bila diganti posisinya penderita menentang.
3. Makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul di dalam mulut
dan meleleh keluar, air seni dan feses ditahan.
4. Terdapat grimas dan katalepsi.
d. Skizofrenia simplex
Gejalanya sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali ditemukan.
e. Skizofrenia residual
Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya
satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala
negatif yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor,
penurunan aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan
pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya perawatan diri
dan fungsi sosial.

2.7 Penatalaksanaan Skizofrenia


2.7.1 Tatalaksana Farmakologi
Obat yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.
Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang
terjadi pada Skizofrenia. Antipsikotik terdiri atas antipsikotik tipikal dan atipikal
atau dikenal juga dengan anatipsikotik antagonis reseptor dipoamin (APG 1) dan
antagonis serotonin dopamine (APG II). Obat APG I terutama mengontrol gejala-
gejala positif dan hampir tidak bermanfaat untuk gejala negatif. Baku emas baru
adalah APG II yang efektif dan memiliki efek samping yang lebih ringan dan
dapat digunakan secara aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah sel darah
putih setiap minggu.

9
Tabel 1. Antipsikotik yang sering digunakan4
Golongan Nama Obat
APG 1 Haloperidol
Klorpromazin
APG 2 Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
Clozapin
Paliperidone
Aripipirazole

2.7.2 Tatalaksana Non Farmakologi


Rawat Inap / Hospitalisasi
Pasien yang mengalami gejala-gejala skizofrenia akut harus dirawat di
rumah sakit. Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di
rumah sakit tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rawat inap diindikasikan terutama untuk:
1. Tujuan diagnostik
2. Stabilisasi pengobatan
3. Keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau pembunuhan, maupun
mengancam lingkungan sekitar
4. Untuk perilaku yang sangat kacau atau tidak pada tempatnya, termasuk
ketidakmampuan mengurus kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan
papan.
5. Tidak adanya dukungan dan motivasi sembuh dari keluarga maupun
lingkungan
6. Timbulnya efek samping obat yang membahayakan jiwa

Terapi Psikologis (Psikoterapi) dan Dukungan Sosial


Terapi yang dapat membantu penderita skizofrenia adalah psikoterapi
suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud
mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi perilaku kognitif (cognitive

10
behavioural therapy, CBT) seringkali bermanfaat dalam membantu pasien
mengatasi waham dan halusinasi yang menetap. Tujuannya adalah untuk
mengurangi penderitaan, ketidakmampuan, dan tidak secara langsung
menghilangkan gejala. Terapi keluarga dapat membantu mereka megurangi
ekspresi emosi yang berlebihan dan terbukti efektif mencegah kekambuhan.

2.8 Prognosis
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronik. Pasien secara
berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama
bertahun-tahun. Berikut gambaran klinik yang berkaitan dengan prognosis:6
Tabel 2. Faktor penentu prognosis skizofrenia
Prognosis Baik Prognosis Buruk
 Awitan lambat (>30 tahun),  Awitan muda
terutama perempuan  Tidak ada faktor presipitasi
 Ada faktor presipitasi yang jelas  Awita insidious
 Awitan akut  Riwayat sosial, seksual, dan
 Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan premorbid buruk
pelerjaan premorbid baik  Perilaku autistic, menarik diri
 Gejala gangguan mood (terutama  Lajang, cerai
gangguan depresif)  Riwayat keluarga dengan
 Menikah skizofrenia
 Riwayat keluarga dengan gangguan  Sistem pendukung buruk
mood  Gejala negatif
 Sistem pendukung baik  Tanda dan gejala neurologis
 Gejala positif  Riwayat trauma perinatal
 Tanpa remisi dalam 3 tahun
 Berulang kali relaps
 Riwayat melakukan tindakan
penyerangan

11
BAB 3
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J Panggilan: J
MR : 01.03.10.45
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir/ umur : Padang, 1 Juli 1994 / 24 Tahun
Status perkawinan : Lajang
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku bangsa : Minangkabau
Negeri asal : Pesisir Selatan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : Teluk kasai, Batang Kapas, Pesisir Selatan,
Sumateran Barat
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah
ini)
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 07 November 2018 di bangsal
Jiwa RSUP dr. M.Djamil Padang.
2. Alloanamnesis dengan Paman pasien pada tanggal 7 November 2011.
-
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada
huruf yang sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien merasa gelisah dan mengamuk dirumah 3 hari SMRS saat akan
pengangkatan datuk di kampung nya.

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)


Pasien mengamuk dirumah 3 hari SMRS saat akan pengangkatan datuk
di kampung nya.

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang


Pasien dibawa oleh keluarga (nenek) ke IGD RS Jiwa Prof HB Saanin
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 20.00 WIB disebabkan mengamuk
dan menyebabkan kegaduhan dirumah saat akan pengangkatan datuk di
kampungnya.
Menurut keterangan pasien, 1bulan yang lalu pasien dibawa kerumah
kakaknya di batang kapada dan pasien di pasung selama 21 hari dikarenakan
sering berkelahi dengan orang sekitar rumahnya.
Pasien mengaku ada melihat bayangan hitam yang biasa disebut
siampa, siampa tersebut berbau amis dan sering mengimpit pasien ketika tidur
sehingga pasien sesak nafas. Siampa tersebut juga mengatakan ‘apa guna nya
hidup lagi?’ sehingga pasien memutuskan untuk meminum baygon. Pasien
mengatakan bahwa dirinya seorang perwira. Pasien juga merasa dirinya tidak
dapat dibunuh oleh siapapun. Pasien merasa dikendalikan oleh seorang dukun
yang sering menyuruhnya. Pasien merasa pikiran nya dapat dibaca oleh Siska,
yang diakui sebagai calon tunangannya.
Dulu, pasien mengaku pernah merasa dikejar dan ingin dibunuh oleh
seseorang yang tidak dapat dilihat orang lain. Pasien juga mengatakan bahwa
manusia itu menyembah nabi Adam bukan Allah dan kiamat tidak akan terjadi.
Menurut keterangan paman pasien, sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien gelisah, mengamuk dan marah-marah tanpa sebab. Pasien banyak
bicara dan tertawa sendiri, serta bicara ngawur.

Pasien sudah menderita gangguan jiwa sejak 7 tahun yang lalu, sudah
dirawat di RS Jiwa Prof. HB Saanin sebanyak 2 kali dan ini rawatan pertama di
RSUP M. Djamil.

13
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Sejak 7 tahun yang lalu pasien sudah menderita gangguan jiwa dan di
bawa ke RSJ Saanin Gadut (2011)
Dari keterangan paman pasien, perubahan emosi pasien terlihat
sejak pasien SMA. Pasien sering bicara sendiri, tertawa sendiri. Pasien
juga sering berkelahi dengan teman-teman sebaya nya. Pasien sulit
mengendalikan emosinya. Pasien dirawat di RSJ Saanin Gadut selama 20
hari dan kabur dari RSJ dan tidak minum obat.
Tahun 2015
Pasien kembali dibawa ke RSJ Saanin Gadut karena mengamuk,
bicara ngawur dan gelisah. Pasien dirawat selama 17 hari dan pulang,
tetapi tidak melanjutkan kontrol.
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada penyakit medis, bedah, riwayat trauma kepala, tidak ada
penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan kesadaran,dan penyakit fisik
lainnya. Pulang rawat tidak ada minum obat.

c. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien merokok sejak SMA dan minum alkohol sejak 2017. Tidak
ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

Riwayat keluarga

a) Identitas orang tua/ pengganti


IDENTITAS Orang tua/ Pengganti Ket
Ayah
Kewarganegaraan Indonesia
Suku bangsa Minangkabau
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan Nelayan

14
Umur 48 tahun
Alamat Pesisir Selatan
Akrab
Hubungan pasien Biasa
Kurang peduli
Tak peduli
Ket : * coret yang tidak perlu
b) Sifat/ Perilaku Orangtua kandung/ pengganti............. :
Bapak (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (-)**, Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
Bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab (-).

Ibu (Dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan) : sudah meninggal


Pemalas (-)**, Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
Bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),
Peminum (-), Pencemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-
),Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung jawab (-).

c) Saudara

Pasien anak ke empat dari empat bersaudara.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/ Pr (33 tahun)
2. Lk/ Pr (30 tahun)
3. Lk/ Pr (28 tahun)
4. Lk/ Pr (24 tahun)

e) Gambaran sikap/perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan pasien


terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa dengan
yang dinyatakan pada gambaran sikap/perilaku pada orang tua*

15
Saudara Gambaran sikap dan perilaku Kualitas hubungan dengan saudara
ke (akrab/ biasa/kurang/tak peduli)
1 Perhatian Akrab/ biasa/kurang/tak peduli
2 Perhatian Akrab/ biasa/kurang/tak peduli
3 Perhatian Akrab/ biasa/kurang/tak peduli

Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau (-)

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*

No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hub (akrab/


pasien dan tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1. Nenek Perhatian Akrab/biasa/kurang/tak peduli

g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s:
Anggota Keluarga Penyakit Jiwa Kebiasaan- Penyakit Fisik
Kebiasaan
Bapak tidak ada tidak ada tidak ada
Ibu tidak ada tidak ada Kanker
Saudara 1 tidak ada tidak ada tidak ada
Saudara 2 tidak ada tidak ada tidak ada
Saudara 3 tidak ada tidak ada tidak ada

Skema Pedegree

(tiga generasi)
Keterangan:

16
: Laki-Laki : Perempuan : Pasien: Meninggal

Pasien

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:


No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah
Tenang Cocok Nyaman Tidak nyaman
1. Tabing + + + -
2. Lubeg + + + -
3. Batang Kapas - - - +

i) Dan lain-lain

7. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan
atau kondisi- kondisi mental yang diderita si ibu)
 Kesehatan Fisik : tidak ada gangguan
 Kesehatan Mental : tidak ada gangguan
- Keadaan melahirkan :
 Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-)
sebutkan jenis tindakannya
 Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan
(ya/tidak)

17
 Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)

b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak


 Pertumbuhan Fisik : tidak diketahui
 Minum ASI : ( + ), tidak diketahui sampai usia berapa
 Usia mulai bicara : tidak diketahui
 Usia mulai jalan : tidak diketahui
 Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-),
gangguan hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik ( + ), cemas
terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan (-), dan
lain-lain

c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai


pada masa kanak-kanak, misalnya: mengisap jari ( - ), ngompol ( - ), BAB
di tempat tidur (-), night teror (-), tempertantrum (-), gagap (-), tik (- ),
masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-lain.

d) Toilet training
Umur : tidak diketahui
Sikap orang tua: tidak diketahui
Perasaan anak untuk toilet training ini: tidak diketahui

e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau (-),


kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.

f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),


menarik diri (-), suka bergaul ( + ), suka berolahraga (-), dan lain-lain.

g) Masa Sekolah
Perihal SD SMP SMU
Umur 6-8 tahun 12-14 15-17
Prestasi* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang

18
Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik
Sedang Sedang Sedang
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik
Kurang Kurang Kurang
Kemampuan Khusus (Bakat) ( - ) ( - ) ( - )
Tingkah Laku Baik Baik Tidak baik

h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (
-), bulimia (-),perasaan depresi (-),rasa rendah diri (-),cemas (-), gangguan
tidur (-), sering sakit kepala (-), dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu
i) Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut keluarga)
j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga
 Hubungan seks sebelum menikah (-)
 Riwayat pelecehan seksual (-)
 Orientasi seksual (normal)

k) Situasi sosial saat ini:


1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (-), rumah kakak kandung (+),
serumah dengan mertua (-), di asrama (-) dan lain-lain (-).
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain-lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi

19
l) Perihal anak-anak pasien meliputi:
No Sex Umur Pendidikan Sikap&perilaku Kesehatan Sikap pada
anak
Fisik Mental

m) Ciri Kepribadian sebelumnya/ Gangguan kepribadian (untuk axis II)


Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
Kepribadian Gambaran Klinis
Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (-), perasaan hangat atau
lembut pada orang lain (-), peduli terhadap pujian maupun kecaman (-),
kurang teman (-), pemalu (-), sering melamun (-), kurang tertarik untuk
mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan
sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (+), kewaspadaan berlebihan
(+), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi (+), tidak mau
menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (-), secara intensif
mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian
yang berlebihan terhadap motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu
patologik (-), hipersensifitas (-), keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib (+), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi berulang
(- ), pembicaraan yang ganjil (+), bila bertatap muka dengan orang
lain tampak dingin atau tidak acuh (-).
Siklotimik Ambisi berlebihan (-),optimis berlebihan (-), aktivitas seksual yang
berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan (-), melibatkan
dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa
menghiraukan kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu
berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus asa (-),
insomnia (-), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah diri
(-), penurunan aktivitas (-), mudah merasa sedih dan menangis (-), dan
lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-),
mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan(-), bereaksi

20
berlebihan terhadap hal-hal sepele(-), egosentris (-), suka menuntut (-),
dependen (-), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi
dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan kecantikan (-),
ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus
menerus (-), hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila dikritik (-) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain(-), sikap yang amat tidak
bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus (-), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-),
tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama (-),
iritabilitas (-), agresivitas (-), impulsif (- ), sering berbohong (-), sangat
cendrung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat (-)
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-),
kurangnya pengendalian terhadap kemarahan (+), gangguan
identitas (-), afek yang tidak mantap (-) tidak tahan untuk berada
sendirian (-), tindakan mencederai diri sendiri (-), rasa bosan kronik (-),
dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak
mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain (-), kengganan
untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-),
preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak
melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung
atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi pada
hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar, urutan, organisasi dan
jadwal (-), perfeksionisme (-), ketelitian yang berlebihan (-), kaku dan
keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan

21
sehingga menyampingkan kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal (-), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti
persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan
pada kebiasaan sosial ( -) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa
nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan orang lain
untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena
ketakutan yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya(-)

6. Stresor psikososial (axis IV)


Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian(-), kawin paksa (-), kawin lari
(-), kawin terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem
punya anak (-), anak sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan
orang tua(-),persoalan dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-),
masalah dengan atasan/ bawahan (-), mulai pertama kali bekerja (-), masuk
sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk pensiun (-), pensiun (-),
berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (-), masalah jabatan/ kenaikan
pangkat (-), pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-), transmigrasi (- ),
pencurian (-), perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang
kurang (+), memiliki hutang (-), usaha bangkrut (-), masalah warisan (-),
mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara (-), memasuki masa
pubertas(-), memasuki usia dewasa (-), menopause (-), mencapai usia 50
tahun (-), menderita penyakit fisik yang parah (-), kecelakaan (-),
pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (-),
terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek (-),
sikap orang tua yang acuh tak acuh pada anak (-), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak (-), campur tangan atau perhatian yang
lebih dari orang tua terhadap anak ( -), orang tua yang jarang berada di

22
rumah (-), terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-),
kontrol yang tidak cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-),
bencana alam (-), amukan masa (-), diskriminasi sosial (-), perkosaan (-),
tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di luar perkawinan (-), dan
lain-lain.

7. Pernah suicide (-). Ide bunuh diri (-).

8. Riwayat pelanggaran hukum


Riwayat tindak kekerasan

11. Riwayat agama


Pasien beragama Islam, tidak percaya Allah.

12. Persepsi dan Harapan Keluarga


Keluarga dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien untuk
sembuh.

13. Persepsi Dan Harapan Pasien


Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya dan ingin cepat pulang.

23
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT TAHUN 2011-2018
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Tahun 2011 Tahun 2015 tahun 2018
usia 17 tahun Usia 21 Tahun 24 tahun

Pasien dibawa oleh keluarga (nenek) ke IGD RS Jiwa Prof HB Saanin pada hari
Pada tahun 2011. Dari Tahun 2015,
Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 20.00 WIB disebabkan mengamuk dan
keterangan paman pasien, Pasien kembali dibawa ke RSJ menyebabkan kegaduhan dirumah saat akan pengangkatan datuk pada kampungnya.
Menurut keterangan pasien, 1bulan yang lalu pasien dibawa kerumah kakaknya
perubahan emosi pasien terlihat Saanin Gadut karena di batang kapada dan pasien di pasung selama 21 hari dikarenakan sering berkelahi
sejak pasien SMA. Pasien sering mengamuk, bicara ngawur dan dengan orang sekitar rumahnya.
Pasien mengaku ada melihat bayangan hitam yang biasa disebut siampa, siampa
bicara sendiri, tertawa sendiri. gelisah. Pasien dirawat selama tersebut berbau amis dan sering mengimpit pasien ketika tidur sehingga pasien sesak
nafas. Siampa tersebut juga mengatakan ‘apa guna nya hidup lagi?’ sehingga pasien
Pasien juga sering berkelahi 17 hari dan pulang, tetapi tidak
memutuskan untuk meminum baygon. Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang
dengan teman-teman sebaya melanjutkan kontrol. perwira. Pasien juga merasa dirinya tidak dapat dibunuh oleh siapapun. Pasien merasa
dikendalikan oleh seorang dukun yang sering menyuruhnya. Pasien merasa pikiran
nya. Pasien sulit mengendalikan
nya dapat dibaca oleh Siska, yang diakui sebagai calon tunangannya.
emosinya. Pasien dirawat di RSJ Dulu, pasien mengaku pernah merasa dikejar dan ingin dibunuh oleh seseorang
yang tidak dapat dilihat orang lain. Pasien juga mengatakan bahwa manusia itu
Saanin Gadut selama 20 hari menyembah nabi Adam bukan Allah dan kiamat tidak akan terjadi.
Menurut keterangan paman pasien, sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
dan kabur dari RSJ dan tidak
pasien gelisah, mengamuk dan marah-marah tanpa sebab. Pasien banyak bicara dan
minum obat. terawa sendiri, serta bicara ngawur.
III. STATUS INTERNUS
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Composmentis cooperatif
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : Teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 84x/menit
 Nafas : 19x/menit
 Suhu : 36,5°C
 Tinggi Badan : 170 cm
 Berat Badan : 55kg
 Status Gizi : Gizi baik
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


GCS : E4V5M6
Tanda ransangan Meningeal : tidak ada
Tanda-tanda efek samping piramidal :
 Tremor tangan : tidak ada
 Akatisia : tidak ada
 Bradikinesia : tidak ada
 Tardive diskinesia : tidak ada
 Cara berjalan : biasa
 Keseimbangan : baik
 Rigiditas : tidak ada
 Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
 Sensorik :baik
 Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++),
APR (++/++)

25
V. STATUS MENTAL(Pemeriksaan tanggal 7 November 2018)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium : compos mentis (+), somnolen (-), stupor (-),
kesadaran berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran
berubah (-), dan lain-lain
2. Penampilan
 Sikap tubuh: biasa ( + ), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-),
gelisah (-), kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-),
berpakaian sesuai gender (+).
 Cara berpakaian : rapi (+),biasa (+),tak menentu (-), sesuai dengan
situasi (-),kotor (-), kesan (bisa mengurus diri)*
 Kesehatan fisik :sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak
tangan basah (-), dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), tidak dapat dilakukan (-), wajar (+), kurang wajar
(-), sebentar (-), lama ( + ).
4. Sikap
Kooperatif ( + ),penuh perhatian (-),berterus terang (+), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif
(-), dan lain-lain.
5. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
 Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain
 Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-),
rigiditas katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-),
negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-
),otomatisme(-), otomatisme perintah (-), mutisme (-), agitasi
psikomotor (-), hiperaktivitas/hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-),
akathisia (-), kompulsi(-), ataksia, hipoaktivitas (-), mimikri (-), agresi
(-), acting out (- ), abulia (-), tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia
(-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-), convulsi (-), seizure
(-), piromania (-), vagabondage (-).

26
Ket : ( ) diisi (+) atau (-)

B. Verbalisasi dan cara berbicara


 Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
 Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
 Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
 Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
 Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
 Penekanan pada pembicaraan* : Ada/ tidak
 Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
 Logorrhea ( - ), poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ),
gagap ( - ), afasia ( - ), bicara kacau (+)

C. Emosi
 Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak
adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/luas), arus
emosi (biasa/lambat/cepat).
1. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ),afek inappropriate/ tidak serasi(-), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas (-), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
2. Mood
Mood eutimik(+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang labil (swing mood) (-), mood
meninggi (elevated mood/ hipertim)(-),euforia (-), ectasy (-), mood depresi
(hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-), aleksitimia (-), elasi (-),
hipomania (-), mania(-), melankolia(-), La belle indifference (-), tidak ada
harapan (-).
3. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety(-), ketakutan (-), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) (-), panic (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-), kontrol impuls (-).

27
4. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood
Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia (-), hipersomnia ( - ), variasi
diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi (- ), fatigue ( - ), pica (-),
pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).
Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)


 Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
 Mutu proses pikir (jelas/tajam)

1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental (+), psikosis (+), tes realitas ( terganggu/ tidak ),
gangguan pikiran formal ( -), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik (-),
dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer (-).

2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme (-), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas (-),
inkohenrensia (+), perseverasi (-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi
(-), jawaban yang tidak relevan (+), pengenduran asosiasi (-), derailment
( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ), glossolalia (
- ).

3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran


 Kemiskinan isi pikiran ( -), Gagasan yang berlebihan (-)
 Delusi/ waham
waham bizarre (+), waham tersistematisasi (+), waham yang sejalan
dengan mood (-), waham yang tidak sejalan dengan mood (-), waham
nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (+), waham kejar (+), waham
referensi (-), delusion of influence (-),thought of withdrawal (-),
thought of broadcasting (+), thought of insertion (-), thought of
control (+), Waham cemburu/ waham ketidaksetiaan (-) waham
menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (+), pseudologia fantastika(-
).
 Idea of reference ( - )

28
 Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( -), obsesi (-),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), hipokondria ( - ), koprolalia ( -), fobia
(- ) noesis ( - ), unio mystica ( -)

E. Persepsi
 Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik (+),halusinasi visual (+), halusinasi olfaktorik(+),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil (+), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi
yang tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ),
halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
 Ilusi (-)
 Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )

F. Mimpi dan Fantasi


Mimpi : -
Fantasi : -

G. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual


1. Orientasi waktu (baik/ terganggu), orientasi tempat (baik/ terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
2. Atensi (perhatian) (+), distractibilty (-), inatensi selektif (-),
hipervigilance (-), dan lain-lain
3. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
4. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-),
gangguan memori jangka menengah/ recent past (-), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan memori segera/ immediate
(-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia ( - ).
5. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
6. Pikiran konkrit :baik/ terganggu/ sulit dinilai
7. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
8. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ), demensia (-),
pseudodemensia (-).

29
H. Dicriminative Insight*
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)
Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

I. Discriminative Judgement:
 Judgement test : tidak terganggu
 Judgement sosial : tidak terganggu

VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya


Tidak ada
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog/petugas sosial lainnya

VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Telah diperiksa pasien Tn.J berusia 24 tahun, agama Islam, suku
bangsa Minangkabau, pendidikan terakhir tamat SMP, dan tidak bekerja.
Pasien dibawa oleh keluarga (nenek) ke IGD RS Jiwa Prof HB Saanin
pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 20.00 WIB disebabkan
mengamuk dan menyebabkan kegaduhan dirumah saat akan pengangkatan
datuk pada kampungnya.
Menurut keterangan pasien, 1 bulan yang lalu pasien dibawa kerumah
kakaknya di batang kapada dan pasien di pasung selama 21 hari
dikarenakan sering berkelahi dengan orang sekitar rumahnya.
Pasien mengaku ada melihat bayangan hitam yang biasa disebut
siampa, siampa tersebut berbau amis dan sering mengimpit pasien ketika
tidur sehingga pasien sesak nafas. Siampa tersebut juga mengatakan ‘apa
guna nya hidup lagi?’ sehingga pasien memutuskan untuk meminum
baygon. Pasien mengatakan bahwa dirinya seorang perwira. Pasien juga
merasa dirinya tidak dapat dibunuh oleh siapapun. Pasien merasa
dikendalikan oleh seorang dukun yang sering menyuruhnya. Pasien

30
merasa pikiran nya dapat dibaca oleh Siska, yang diakui sebagai calon
tunangannya.
Dulu, pasien mengaku pernah merasa dikejar dan ingin dibunuh oleh
seseorang yang tidak dapat dilihat orang lain. Pasien juga mengatakan
bahwa manusia itu menyembah nabi Adam bukan Allah dan kiamat tidak
akan terjadi.
Menurut keterangan paman pasien, sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien gelisah, mengamuk dan marah-marah tanpa sebab. Pasien
banyak bicara dan terawa sendiri, serta bicara ngawur.

Pasien sudah menderita gangguan jiwa sejak 7 tahun yang lalu, sudah
dirawat di RS Jiwa Prof. HB Saanin sebanyak 2 kali dan ini rawatan
pertama di RSUP M. Djamil.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan pasien dengan penampilan


bersih, kesan bisa mengurus diri, sikap saat wawancara kooperatif;
psikomotor biasa, arus pembicaraan biasa, produktivitas biasa,
perbendaharaan biasa, nada biasa, volume biasa, isi pembicaraan tidak
sesuai, penekanan pada pembicaraan tidak ada, spontanitas ada, kontak
psikis dapat dilakukan, wajar, orientasi baik, afek appropriate, mood
eutimik, isi pikiran ada waham kebesaran, waham bizzare, waham kejar,
thought of broadcasting, thpught of control dan persepsi ada halusinasi
visual, auditorik, taktil, olfaktorik. Discriminative insight pasien derajat I,
dan discrimintaive judgement tidak terganggu. Pada pemeriksaan
neurologis tidak terdapat kelainan.

VIII. Diagnosis Multiaksial


Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II : F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Kesulitan ekonomi
Aksis V : GAF 60-51
IX. Daftar Masalah
 Organobiologik

31
Tidak ada gangguan medis yang mempengaruhi kondisi mental.
 Psikologis
 Marah-marah tanpa sebab
 Berkelahi dengan orang lain
 Sering berbicara sendiri
 Pasien memiliki keyakinan bahwa ia paling hebat
 Lingkungan dan psikososial
Pasien dapat bersosialisasi dengan temannya.
XI. Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi :
 Risperidone 2 x 3 mg
 Asam valproat 2x 125 mg
 Lorazepam 1x 2 mg
 Haloperidol 3x 5mg
 Clhorpromazine 1 x 100mg
B. Non Farmakoterapi
1. Psikoedukasi kepada pasien
 Psikoterapi suportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien, membantu
pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan emosinya, serta
mengarahkan untuk memecahkan permasalahan seperti menyuruh
pasien untuk bekerja setelah keadaan kesehatannya membaik dan
mengabaikan orang-orang yang mengejek/menghina dia.
 Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya. Diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali gejala,
penyebab dan terapi yang dibutuhkannya untuk mengurangi gejala
dan menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Kepada keluarga : diberikan psikoedukasi mengenai
 Penyakit yang diderita pasien
 Dukungan sosial dan perhatian dari keluarga kepada pasien
 Terapi dan kepatuhan minum obat pasien

32
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
3.7 Status Mental (Pemeriksaan tanggal 07 November 2018)

1. Autoanamnesis (di bangsal Jiwa M.Djamil Padang)


Pertanyaan Jawaban Interpretasi
Assalamu’alaikum Jera, kami Wa’alaikum salam, buliah bang. Kesadaran baik,
dokter muda disini, dokter muda Kooperatif
Firman dan dokter muda habil .
Buliah kami batanyo-tanyo jo
Jera?

Namo Lengkap Jera apa? Jera Gusrianda.


Bara umur jera kini? 24 tahun bang

Jera asalnyo dari ma ko? Dari Dari batang kapeh bang, tp wak lahir Orientasi tempat
batang kapeh ka siko bara jam? nyo di Tabiang. Ado sekitar 2,5 jam baik
kalo naiak honda.

Jera tau kini tanggal berapa? Kini Ndak ingek wak tanggal bang, wak Orientasi waktu
siang sore malam? ndak tau kalender do. Klo tahun lai baik
tau tahun 2018.

Bilo ulang tahun Jera 17 Agustus 1994


Tau jera dima Jera ko kini? Di Rumah Sakit M. Djamil, di jati
bang
Sia presiden wak kini? Pak Jokowi dan wakilnyo pak Jusuf Orientasi
Kalla situasional baik
Samo sia Jera kamari? Sama kakek

33
Kami ko sia ko Jera? Tu a karajo Dokter, tu ngobatin orang disiko, tu Orientasi
kami disiko? Tu setelah ini kami jadi dokter nyo, ndak mungkin jadi personal baik
jadi apa? Itu sia jera? perawat. Ha kalo itu perawat.
Sia yang mambao Jera ka siko? Kakek, kecek urang awak gilo, tu
Manga Jera di bawa ka siko? awak dikabek dek mamak awak
selama 21 hari.

Manga Jera dikabek? Iyo, urang ka naikan datuak


dikampuang tu awak dikenal
pambuek kerusuhan tu dibawa awak
ke rumah sakik gadut.

Baa kok mambuek kerusuhan? Banyak pencetusnyo bang, kadang


Baa kerusuhan nyo? gara2 rokok bang. Nyo isok rokok
wak, abis tu nyo patahan rokok wak.
Bacakak wak lai. Bacakak batinju se
bang.

A karajo jera sebelum masuk Awak nelayan dulu, ayah awak


kasiko? Sekolah Jera? nelayan lo. Putus sekolah awak, dek
awak sakik, difitnah tu. Fitnah lebih
kejam dari pembunuhan. Awak dek
ndak urang situ, nyo fitnah seh awak.
Wak katoan kampuang anjiang
disinan tu.
Kok ndak putus sekolah wak lah jadi
pemain bola wak kini, lah sempat lo
awak jadi pelatih U19 di batang
kapeh
Jera ado maliek bayang-bayang? Ado bayang-bayang hitam dulu wak Halusinasi
mancaliak. visual
Tu ado tadanga bisik-bisik ka Ado, namonyo bunian bukik Halusinasi
sambuang, klo disiko namonyo si
talingo Jerra? auditorik
ampa. Jelmaan manusia nan
mambisiakkan

34
Aa kecek bisikannyo tu? Sajak Kecek nyo, “a guno hidup lai?”. Tu
bilo bisikan nyo tu? frustasi wak, minum ubek rangik lah
awak. Nda ado wak mati do. Sejak
malam lailatul qadr tahun 2013.
Siampa tu ado wujudnyo atu Ndak suara se nyo, bau amis siampa Halusinasi
suara se? Ado bau si ampa tu? tu. olfatorik
Disuruah dek suaro tu minum Siampa. Sabananyo mah bang, Jin
ubek rangik? dan manusia menyembah nabi Adam.
Ndak ado Allah do, Allah tu nda
bawujud.
Apo kecek nabi adam tu ka jera? Lah
lupo wak
Alah pernah sobok nabi Adam? Nabi Adam tu samo jo manusia mah
A kecek nyo? kak, kulit nyo hitam. Pernah sobok di
mimpi nyo. Lah lupo awak.
Siampa tu nda bisa tacaliak do? Indak tacaliak do bang, Cuma Halusinasi
bayangannyo bayangan itam. visual
Ka urang nan lebih gadang dari awak
Pernah mamacik jera nyo? Apo Lai, diimpik gai wak. Caro Halusinasi taktil
perasaan jera? Takuik ndak? mamarasiahan nyo mudah, pai ka
ulakan. Sasak angok, raso ka mati.
Indak, awak ndak panakuik do, jo
Allah se ndak takuik. Ka urang nan
labiah gadang baru takuik.
Apo cita-cita Jera? Awk nio jadi perwira bang, kini awak Waham
perwira ma, di kapal kasijaru. Kini
kebesaran
alah agresi militer 3 mah bang.
Jera ado raso-raso dikaja urang? Ado, dulu. Awak lah cukuik macam
barubek ko kama kama kak.
Ado orangnya tu?
Dulu yo raso nyo bunuah wak.
Iyo ado. Tp bang ndak bisa mangkaji Waham kejar
wak do bang, beko gilo bang.

Ado ndak perasaan dikendalikan Lai, di kampuang tu urang hobi Waham

35
samo urang lain? badukun sadonyo. Tu didukunin dikendalikan
awak, kayak disuruh kamari kasinan.

Baa dikendalikannyo? Apo seh nan nyo suruah wak, wak


karajoan. Thought
Ado ndak taraso dek jera, pikiran
Lai. Ado nan bisa, siska namonyo.
broadcasting
jera tu tabaco jo urang? Calon tunangan awak. Nyo hebat ma
dari wak.
Jera lah bara kali dirawat disiko? Sakali baru.
20 hari di wisma merpati th 2011, tu
Diateh bara kali dirawat?
kabur awak dari sana. Tu 20 hari di
wisma nuri tahun 2017.
PK juo kasus yo, perilaku kekerasan
Dek a dirawat tu?
kak.

Ubek lai minum lah 3 tahun habis tu


Lai rajin minum ubek?
ndak wak kontrol lai, takuit
overdosis.

Menurut Jera lai pantas Jera Nda pantas ko do kak. Ko pelecehan Tilikan derajat 1
namonyo ko.
disiko?
Tu manga Jera disiko? Untuk barubek tp wak nda sakik do.
Ado ndak manfaat ubek dek
Ado, lamak lalok wak dek nyo
Jera?
Itu se nyo?
Iyo. Klo pikiran wak, ndak masalah
do.
Menurut Jera dunia ka kiamek Ndak ka kiamek do bang Waham Bizzare
ndak?
Lai, tp nda ka kiamek do. Kan ado
Baa tu? Lai ado dunia ko? surek alqoriah mah. Hari kiamat ado,
percaya qadar baik dan buruk datang
dari Allah, tp alah tatuka surek tu.
Bisa. Alhamdulillah

Yolah Jera, minum ubek rutin yo Oke bang


bia bisa capek pulang. Makasih
Jera.

1. Alloanamnesis (telpon tanggal 07 November 2011)

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


Sore pak, perkenalkan saya Iya, ini paman nya jera. Dari
Firman dokter muda di RS ayahnya.

36
M.Djamil. Apakah bapak
keluarga Jera?
Siapa nama bapak? Tinggal
Suardi, tinggal di Lubeg. Iya,
dimana? Saya boleh bertanya
boleh silahkan.
beberapa hal mengenai Jera pak?
Udah dari kecil, tetapi saya
Bapak sudah berapa lama kenal tinggal dengan Jera tidak sejak
sama Jera? Apakah bapak tinggal kecil. Tapi Jera tinggal sama
bersama Jera? saya sejak 1 tahun yang lalu,
bekerja bersama saya.
Menurut bapak, bagaimana
Yang saya tahu tidak ada sama
kondisi ibu Jera saat hamil Jera?
sekali.
Apakah ada sakit?
Saat tinggal sama saya, Jera
Bagaiman Jera saat tinggal sama baik-baik saja. Tidak pernah
bapak? Apakah jera sering marah/ngamuk pada saya,
ngamuk? mungkin karna lebih tua. Tetapi
ia sering berantem sama teman
sebaya nya.

Sajak SMA dulu, Jera sering


berantem. Pas tibo gajalo nyo
Sejak bilo Jera timbul gejala
baru nyo ngamuk, ngecek
sering ngamuk pak?
surang, terus bantuak ngeliat
sesuatu hal bayangan dan kecek
nyo danga sesuatu hal.

Kalo timbul panyakiknyo wak


bawa ke kampung lai, tingga jo
Tu apak apoan Jera kalo timbul
nenek nyo. Tu setelah
panyakiknyo?
dikampung nyo makin sering
ngamuk dan bikin pertengkaran.
Ado, keceknyo inyo dikaja jo
Apo Jera ado raso-raso ka
orang tu ka dibunuah nyo. Tapi
dibunuah jo orang pak? Tu nyo
nyo ngecek nyo ndak bakal bisa
takuik-takuik se?
dibunuah.
Oh bantuak itu pak, ado keluhan Indak ado do diak. Itu se.
lain-lain dari Jera selama iko
pak?

Iyolah pak. Makasih pak. Samo-samo diak.

37
25
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 24 tahun dibawa oleh keluarga (nenek) ke


IGD RS Jiwa Prof HB Saanin pada hari Minggu, 25 Agustus 2018, pukul 20.00
WIB disebabkan mengamuk dan menyebabkan kegaduhan dirumah saat acara
pengangkatan datuk di kampungnya.
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan
penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan isi pikir,
perilaku, perasaan, dan persepsi yang secara klnis bermakna dan menimbulkan
hendaya (disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa. Untuk
memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang baik untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna, jangka
waktu, awitam, episode, dan perjalanan penyakitnya.
Pada pasien ditemukan gejala klinis yang mengarah pada skizofrenia
paranoid yang sesuai dengan pedoman diagnosis pada PPDGJ III. Dari
anamnnesis dan pemeriksaan psikiatri didapatkan pasien gelisah, mengamuk dan
menyebabkan kegaduhan di rumah saat akan diadakan acara pengangkatan datuk
di kampungnya. Pasien mengatakan bahwa ia juga ada melihat bayangan hitam,
yang menurut bahasa pasien disebut dengan siampa. Siampa tersebut berbau amis
dan sering menhimpit pasien ketika pasien tidur hingga pasien sulit bernapas.
Pasien juga mengatakan bahwa siampa tersebut berbicara padanya. Selain itu,
pasien mengaku bahwa dirinya adalah seorang perwira, tidak dapat dibunuh oleh
siapapun, serta merasa bahwa dirinya dikendalikan oleh seorang dukun. Pasien
merasa bahwa pikirannya juga dapat dibaca oleh seorang perempuan bernama
Siska, yang diakui sebagai calon tunangan. Pasien juga mengaku merasa pernah
dikejar-kejar oleh seseorang yang ingin membunuh dirinya. Dari tanda dan gejala
di atas ditemukan bahwa didapati halusinasi berupa visual, auditorik, serta
olfaktori, waham kebesaran, waham kejar, waham dikendalikan serta thought
broadcasting.

33
Pada pemeriksaan status mental ditemukan pasien dengan penampilan
biasa, kesan dapat merawat diri, sikap saat wawancara kooperatif, psikomotor
biasa, arus pembicaraan yang cepat, produktivitas banyak, perbendaharaan biasa,
nada biasa, volume biasa, isi pembicaraan tidak sesuai, penekanan pada
pembicaraan tidak ada, spontanitas, kontak psikis dapat dilakukan, wajar, orientasi
baik, afek appropriate, proses pikir yang inkoheren. Discriminative insight derajat
I dan sicriminative judgement tidak terganggu. Tidak terdapat kelainan neurologis.
Pasien mendapat terapi Risperidon 2 x 3mg, Lorazepam 1 x 2 mg,
Haloperidol 3 x 5 mg, Chlorpromazine 1 x 100mg, dan Asam Valproat 2 x
125mg. Risperidon dipilih karena merupakan obat antipsikosis atipikal generasi
kedua dan juga merupakan mood stabilizer. Risperidon memiliki efektivitas lebih
baik dalam mengontrol gejala positif dan negatif. Efek samping sedasi, otonomik,
dan ekstrapiramidal sangat minimal dibanding obat psikotik tipikal. Dosis yang
biasa diberikan adalah 1-3 mg/hari sebagai dosis awal. Sementara itu, lorazepam
yang termasuk dalam klasifikasi obat anti-ansietas diberikan pada pasien ini atas
indikasi adanya ansietas penyerta supaya pasien tenang.7 CPZ dosis rendah
memiliki manfaat efek sedasi dibandingkan dengan antipsikosis. Kombinasi obat
antipsikotik tipikal dan atipikal adalah untuk mengatasi efek penurunan fungsi
kognitif pada obat antipsikotik tipikal. Pemberian asam valproat bermanfaat
sebagai mood stablizer atau anti manik.
Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada
pasien ini. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini
adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi saat kondisi sudah mulai stabil dan bisa
berkomunikasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperlihatkan minat dokter
pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan optimis. Dalam psikoterapi
suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap kasus dengan cara
menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap berwibawa. Tujuannya
adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi. Serta dokter juga dapat
memberikan masukan-masukan yang positif terhadap pasien apabila pasien
mengalami halusinasi dan wahamnya. Sehigga pasien dapat memiliki upaya
pertahanan diri apabila waham dan halusinasi tersebut muncul lagi dikemudian
harinya. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam proses terapi pada pasien

34
ini. Keluarga pasien memberikan support kepada pasien dengan memberikan
motivasi motivasi agar pasien patuh minum obat dan dapat beraktivitas seperti
biasa.

35
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Elvira, Sylvia D dan Hadisukanto, Gitayanti. (2010). Buku Ajar Psikiatri.


Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
3. Kaplan, Sadock, Grebb. (2010) Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Prilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
4. Maramis, Willy dan Maramis, Albert A. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa. Edisi 2. Jakarta: Airlangga University.
5. Larson, Molly K., Walker, Elaine F., and Compton, Michael T. 2010.
Early Signs,Diagnosis And Therapeutics Of The Prodromal Phase Of
Schizophrenia And Related Psychotic Disorders. Volume 10, Issue 8,
pages 1347-1359.
6. Hendarsyah F. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid
dengan Gejala-Gejala Positif dan Negatif. J Medula Unila; 4 (3): 57-62.

36

Anda mungkin juga menyukai