Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal
dari otot uterus, yang dalam kepustakaan
ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah
fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine
fibroid. (Mansjoer, 2007)
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot
rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat
dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan
dan lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba,
2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak,
berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau
uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan
neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada
traktus genitalia wanita,terutama wanita usai
produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi
reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup
infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

B. EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada
2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada
wanita umur 35–45 tahun (kurang lebih 25%) dan
jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause. Wanita yang sering melahirkan akan
lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak
pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

1
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita
yang tak pernah hamil atau hanya hamil sekali.
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum
diketahui, namun ada 2 teori yang berpendapat:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor
etiologi, mengingat bahwa :
a) Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat
pada masa hamil
b) Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum
monarche
c) Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah
menopause
d) Hiperplasia endometriumsering ditemukan
bersama dengan mioma uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada
sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus
menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,
1996:282)

D. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang
kecil di dalam miometrium dan lambat laun membesar
karena pertumbuhan itu miometrium terdesak
menyusun semacam pseudekapsula atau simpai semu
yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding
depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke
atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi:
berkurangnya pemberian darah pada mioma uteri yang

2
menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan
rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat
timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada
uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia.
Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan
diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan
perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan
seseorang mengalami kekurangan volume cairan.

E. KLASIFIKASI
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat
lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3
jenis:
1. Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium.
Paling sering menyebabkan perdarahan yang
banyak, sehingga memerlukan histerektomi,
wlaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa
dapat dirasakan sebagai suatu “curet bump”
(benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya
degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis
ini. Sering mempunyai tangkai yang panjang
sehingga menonjol melalui cervix atau vagina,
disebut mioma submukosa bertangkai yang dapat
menimbulkan “miom geburt”, sering mengalami
nekrose atau ulcerasi.
2. Interstinal atau intramural
Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau
multipel dapat menyebabkan pembesaran uterus
dan berbenjol-benjol.
3. Subserosa atau subperitoneal
Letaknya di bawah lapisan tunica serosa,
kadang-kadang vena yang ada di bawah permukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra
abdominal. Kadang-kadang mioma subserosa timbul

3
di antara dua ligalatum, merupakan mioma
intraligamenter, yang dapat menekan uterus dan
Iliaca. Ada kalanya tumor ini mendapat
vascularisasi yang lebih banyak dari omentum
sehingga lambat laun terlepas dari uterus,
disebut sebagai parasitic mioma. Mioma
subserosa yang bertangkai dapat mengalami
torsi.

Gambar 1. Jenis-jenis myoma uteri

4
F. GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda kasus mioma uteri secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik uteri, penderita
tidak mempunyai keluhan dan tidak sadar bahwa
mereka mengandung satu tumor dalam uterus. Gejala-
gejala tergantung dari lokasi mioma uteri
(subserosa, intramural, submucous) digolongkan
sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini sering bersifat
hipermenore; mekanisme perdarahan ini tidak
diketahui benar, akan tetapi faktor-faktor yang
kiranya memegang peranan dalam hal ini adalah
telah meluasnya permukaan endometrium dan
gangguan dalam kontraktibilitas miometrium.
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah
Dapat terjadi jika :
a) Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b) Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari
rongga rahim
c) Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis,
salpingitis, ooforitis
d) Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung
dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa
terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan
pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan
terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan
gangguan miksi dan terhadap uretes bisa
menyebabkan hidro uretre
4. Infertilitas dan abortus
Infertilitas bisa terajdi jika mioma
intramural menutup atau menekan pors
interstisialis tubae; mioma submukosum
memudahkan terjadinya abortus.
G. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi
abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan

5
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk
yang tidak teratur, gerakan bebas,tidak sakit

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri
adalah anemia akibat perdarahan uterus yang
berlebihan dan kekurangan zat besi.
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan
adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk
mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lainnya
disesuaikan dengan keluhan pasien.
2. Imaging
a) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa
padat dan homogen pada uterus.Mioma uteri
berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah danpelvis dan kadang terlihat
tumor dengan kalsifikasi.
b) Histerosalfingografi digunakan untuk
mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah
kavum uteri pada pasien infertil.
c) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi,
ukuran, jumlah mioma uteri, namun biaya
pemeriksaan lebih mahal.

I. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan

J. PENATALAKSANAAN
1. Pada mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan,
tidak diberikan terapi hanya diobservasi tiap
3–6 bulan untuk menilai pembesarannya. Mioma
akan lisut setelah menopause.
2. Radioterapi
3. Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu
4. Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila
uterus melebihi seperti kehamilan 12–14 minggu
5. Estrogen untuk pasien setelah menopause dan
observasi setiap 6 minggu.

6
K. KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium,
dan merupakan 50–70 % dari semua sarkoma uteri.
Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang
selama beberapa tahun tidak membesar,
sekonyong-konyong menjadi besar, hal itu
terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tungkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri
subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan
sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan
akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip,
ujung tumor kadang-kadang dapat melalui kanalis
servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal
ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi
dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.

7
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam
menghimpun imformasi (data-data) dari klien.
Data yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan Total Abdominal Hysterektomy and
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO )
adalah sebagai berikut;
a. Mioma biasanya terjadi pada usia
reproduktif, paling sering ditemukan pada
usia 35 tahun keatas.
b. Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri
akan berkurang
c. Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara
efektif dalam menyesuaikan diri terutama
terhadap perubahan yang terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis
operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung
24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa
nyeri tersebut adalah Lokasi nyeri, Intensitas
nyeri, Waktu dan durasi, serta Kwalitas nyeri.

3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid
terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami
atrofi pada masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
 Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma,
dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa

8
hamil ini dihubungkan dengan hormon
estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
 Jumlah kehamilan dan anak yang hidup
mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat
berpengaruh terhadap emosional klien dan
diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen
kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi
sebagai lambang feminitas, sehingga berhentinya
menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya
perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam
arti hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas
terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan
klien tentang dampak yang akan terjadi sangat
perlu persiapan psikologi klien.

5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun.
Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa
stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
ke belakang atau akibat terdapat secret. Suara
paru yang kasar merupakan gejala terdapat
secret pada saluran nafas. Usaha batuk dan
bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien
yang memakai anaestesi general.

6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui
pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh
klien atau di suruh untuk melakukan perintah.
Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman
sampai ngantuk, harus di observasi dan

9
penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala
syok.

7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah
pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya
baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput
urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.

8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih
pada 24-74 jam setelah pembedahan, tergantung
pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu
diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
biologis (kanker serviks) dan agen injuri fisik
(jika dilakukan terapi pembedahan)
2. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau
kemoterapi), ancaman terhadap konsep diri,
perubahan dalam status kesehatan, stres,
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan faktor biologis
(status hipermatebolik berkenaan dengan kanker)
dan faktor psikososial
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko
ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh;
imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur invasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit; keterbatasan
kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);
misinterpretasi dengan informasi yang diberikan
; dan tidak familiar dengan sumber informasi

10
6. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d
menurunnya mobilitas intestinal
7. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada
uretra.

11
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Kontrol Nyeri NIC
agen injuri biologis (kanker Manajemen Nyeri
serviks) dan agen injuri Setelah dilakukan pemberian - Kaji secara komphrehensif tentang
fisik (jika dilakukan terapi asuhan keperawatan selama nyeri, meliputi: lokasi,
pembedahan) …..x 24 jam, diharapkan karakteristik, durasi, frekuensi,
respon nyeri pasien dapat kualitas, intensitas/beratnya nyeri,
terkontrol dengan kriteria dan faktor-faktor pencetus
hasil sebagai berikut : - observasi isyarat-isyarat verbal dan
non verbal dari ketidaknyamanan,
- Klien mampu mengenal meliputi ekspresi wajah, pola tidur,
faktor-faktor penyebab nasfu makan, aktitas dan hubungan
nyeri, beratnya ringannya sosial.
nyeri, durasi nyeri, - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
frekuensi dan letak bagian dengan anjuran. Pemberian analgetik
tubuh yang nyeri harus memperhatikan hal-hal sebagai
- Klien mampu melakukan berikut : prinsip pemberian obat 6
tindakan pertolongan non- benar (benar nama, benar obat, benar
analgetik, seperti napas dosis, benar cara, benar waktu
dalam, relaksasi dan pemberian, dan benar dokumentasi)
distraksi - Gunakan komunikiasi terapeutik agar
- Klien melaporkan gejala- pasien dapat mengekspresikan nyeri
gejala kepada tim - Kaji pengalaman masa lalu individu
kesehatan tentang nyeri

12
- Klien mampu mengontrol - Evaluasi tentang keefektifan dari
nyeri tindakan mengontrol nyeri yang telah
- Ekspresi wajah klien digunakan
rileks - Berikan dukungan terhadap pasien dan
- Klien melaporkan adanya keluarga
penurunan tingkat nyeri - Berikan informasi tentang nyeri,
dalam rentang sedang seperti: penyebab, berapa lama
(skala nyeri: 4 sampai 6) terjadi, dan tindakan pencegahan
hingga nyeri ringan (skala - Ajarkan penggunaan teknik non-
nyeri : 1 sampai 3) farmakologi (seperti: relaksasi,
- Klien melaporkan dapat guided imagery, terapi musik, dan
beristirahan dengan nyaman distraksi)
- Nadi klien dalam batas - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
normal (80-100x/menit) berdasarkan respon pasien
- Tekanan darah klien dalam - Anjurkan klien untuk meningkatkan
batas normal (120/80 mmHG) tidur/istirahat
- Frekuensi pernafasan klien - Anjurkan klien untuk melaporkan kepada
dalam batas normal (12 – tenaga kesehatan jika tindakan tidak
20 x/menit) berhasil atau terjadi keluhan lain

Cemas b.d krisis situasional NOC: NIC


(histerektomi atau Kontrol Cemas Menurunkan cemas:
kemoterapi), ancaman terhadap Setelah dilakukan asuhan - Tenangkan pasien dan kaji tingkat
konsep diri, perubahan dalam keperawatann kepada pasien kecemasan pasien
status kesehatan, stres selama …... x 24 jam, - Jelaskan seluruh prosedur tindakan

13
diharapkan pasien dapat kepada pasien dan perasaan yang
mengkontrol cemas dengan mungkin muncul pada saat melakukan
kriteria hasil sebagai tindakan
berikut: - Berusaha memahami keadaan pasien (rasa
- Perawat memonitor tingkat empati)
kecemasan pasien - Berikan informasi tentang diagnosa,
- Klien mampu menurunkan prognosis dan tindakan dengan
penyebab-penyebab komunikasi yang baik
kecemasan - Mendampingi pasien untuk mengurangi
- Perawat dan keluarga dapat kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
menurunkan stimulus - Dorong pasien untuk menyampaikan
lingkungan ketika pasien tentang isi perasaannya
cemas - Ciptakan hubungan saling percaya
- Klien mampu mencari - Bantu pasien menjelaskan keadaan yang
informasi tentang hal-hal bisa menimbulkan kecemasan
yang dapat dilakukan untuk - Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
menurunkan kecemasan hal yang membuat cemas dan dengarkan
- Klien manpu menggunakan dengan penuh perhatian
strategi koping yang - Ajarkan pasien teknik relaksasi
efektif - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Klien melaporkan kepada ibadah dan berdoa
perawat penurunan - Kolaborasi dengan dokter untuk
kecemasan pemberian obat-obatan yang mengurangi
- Klien mampu menggunakan kecemasan pasien
teknik relaksasi untuk

14
menurunkan cemas
- Klien mampu mempertahankan
hubungan social, dan
konsentrasi
- Klien melaporkan kepada
perawat tidur cukup, tidak
ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada
perilaku yang menunjukkan
kecemasan

Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi : intake 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan faktor makanan dan minuman - Kaji adanya alergi makanan
biologis (status Setelah dilakukan asuhan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
hipermatebolik berkenaan keperawatann kepada pasien menentukan jumlah nutrisi yang sesuai
dengan kanker) dan faktor selama …... x 24 jam, dengan keadaan pasien
psikososial diharapkan status nutrisi - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
meliputi intake makanan dan intake Fe, protein, karbohidrat, dan
minuman membaik dengan vitamin C
kriteria hasil sebagai - Berikan diet yang mengandung tinggi
berikut: serat untuk mencegah konstipasi
- Adanya peningkatan berat - Berikan informasi tentang kebutuhan
badan sesuai dengan tujuan nutrisi pasien
- Klien mampu 2. Monitoring nutrisi
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas

15
mengidentifikasi kebutuhan yang biasa dilakukan
nutrisi - Berikan lingkungan yang nyaman dan
- Tidak ada tanda tanda bersih selama makan
malnutrisi - Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Tidak terjadi penurunan tidak selama jam makan
berat badan yang berarti - Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
- Monitor variasi makanan yang
dikonsumsi pasien
Resiko infeksi dengan faktor NOC NIC
resiko ketidakadekuatan Pengetahuan:Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
pertahanan sekunder; Setelah dilakukan asuhan - Bersikan lingkungan setelah digunakan
ketidakadekuatan pertahanan keperawatann kepada pasien oleh pasien

16
imun tubuh; imunosupresi selama …... x 24 jam, - Ganti peralatan pasien setiap selesai
(kemoterapi), dan prosedur diharapkan pasien dapat tindakan
invasi menjelaskan kembali cara - Batasi jumlah pengunjung
mengkontrol infeksi dengan - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga
kriteria hasil sebagai kesehatan individu
berikut: - Anjurkan pasien untuk cuci tangan
- Mampu menerangkan cara- dengan tepat
cara penyebaran infeksi - Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
- Mampu menerangkan factor- tangan
faktor yang berkontribusi - Anjurkan pengunjung untuk mencuci
dengan penyebaran tangan sebelum dan setelah
- Mampu menjelaskan tanda- meninggalkan ruangan pasien
tanda dan gejala - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Mampu menjelaskan dengan pasien
aktivitas yang dapat - Gunakan universal precautions
meningkatkan resistensi - Lakukan perawatan aseptic pada semua
terhadap infeksi jalur IV
- Lakukan teknik perawatan luka dengan
memperhatikan prinsip septik dan
aseptik
- Anjurkan istirahat
- Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
dengan memperhatikan prinsip pemberian
obat 6 benar (benar obat, benar nama,
benar dosis, benar waktu, benar cara

17
pemberian, dan benar dokumentasi)
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda, gejala dari infeksi dan
cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan : proses Pembelajaran : proses penyakit
informasi tentang penyakit; penyakit - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
keterbatasan kognitif Pengetahuan : prosedur penyakit
(dilihat dari tingkat perawatan - Jelaskan nama penyakit, proses
pendidikan); misinterpretasi Setelah dilakukan asuhan penyakit, faktor penyebab atau faktor
dengan informasi yang keperawatann kepada pasien pencetus, tanda dan gejala, cara
diberikan ; dan tidak selama …... x 24 jam, meminimalkan perkembangan penyakit,
familiar dengan sumber diharapkan pasien dapat komplikasi penyakit dan cara mencegah
informasi menjelaskan kembali tentang komplikas
proses penyakit dan prosedur - Berikan informasi tentang kondisi
perawatan dengan kriteria perkembangan klien
hasil sebagai berikut: - Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
- Pasien mengenal nama dan gejala kepada petugas kesehatan
penyakit, proses Pembelajaran : prosedur/perawatan
penyakit, faktor penyebab - Informasikan klien waktu pelaksanaan
atau faktor prosedur/perawatan
pencetus, tanda dan - Informasikan klien lama waktu
gejala, cara meminimalkan pelaksanaan prosedur/perawatan
perkembangan penyakit, - Kaji pengalaman klien dan tingkat
komplikasi penyakit dan pengetahuan klien tentang prosedur

18
cara mencegah komplikasi yang akan dilakukan
- Pasien mengetahui prosedur - Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
perawatan, tujuan - Instruksikan klien utnuk
perawatan dan manfaat berpartisipasi selama
tindakan. prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik koping seperti
relaksasi untuk mengurangi efek dari
prosedur yang dilakukan

Gangguan eliminasi fekal : NOC NIC :


Konstipasi b.d menurunnya Buang Air Besar Manajemen Konstipasi
mobilitas intestinal Setelah dilakukan asuhan - Monitor tanda dan gejala konstipasi
keperawatan kepada pasien - Monitor warna, konsistensi, jumlah dan
selama ….x 24 jam, waktu buang air besar
diharapkan pasien tidak - Konsultasikan dengan dokter tentang
mengalamai gangguan dalam pemberian laksatif, enema dan
buang air besar, dengan pengobatan
kriteria hasil: - Berikan cairan yang adekuat
- Pasien kembali ke pola dan
normal dari fungsi bowel
- Terjadi perubahan pola
hidup untuk menurunkan

19
factor penyebab konstipasi
Retensi urin b.d penekanan NOC NIC:
yang keras pada uretra Inkontinensia urin Pemasangan Kateter
Setelah dilakukan asuhan - Menjelaskan prosedur dan rasional
keperawaran selama ...x 24 intervensi kateterisasi
jam, pasien tidak mengalami - Monitore intake dan output
inkontinensia urin, dengan - Menjaga teknik aseptik dalam melakukan
kriteria hasil: kateterisasi
- Pasien mampu - Memelihara drainase urinari secara
memprekdisikan pola tertutup.
eliminasi urin
- Pasien mampu memulai dan
memghentikan aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda
infeksi

20
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan


ginekologi. Jakarta : EGC

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD.


2003. Tumors of the Myometrium in Diagnostic
Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum


Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III
NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Hart MD FRCS FRCOG, David McKay.


2000.Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.

Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro


H, Saifudin AB, Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-
2.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik


Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta :
EGC

Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi.


Edisi 2. Jakarta : Hipokrates

Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al.


2004.Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology.London : Mosby

Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis


of Uterine Myomas. Volume 87. Department of
Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for
Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa:


H. TMA Chalik. Jakata. Widya Medika.

21
22

Anda mungkin juga menyukai