Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU ke 1

Developing Quality Strategic Plan In Secondary Schools For Successful School


Improvement
Pengembangan Kualitas Perencanaan Strategi Di Sekolah Menengah Untuk
Kesuksesan Peningkatan Sekolah
(Fides Okwukweka Chukwumah, 2015: 10 halaman)

Laporan Hasil Review Jurnal


disusun untuk memenuhi tugas
Matakuliah Perencanaan dan Pembiayaan Pendidikan
Semester Gasal 2017/2018

Oleh:
Nova Avianto
17703251074

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

1
BAB I
SINOPSIS

Perencanaan yang baik sangat penting untuk pelaksnaan kegiatan


organisasi karena menentukkan berhasil atau tidaknya suatu organisasi.
Menurut Bryson (2011) strategi adalah rencana yang dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, yang mempunyai usaha untuk menghasilkan
keputusan yang mendasar dengan fokus kepada masa depan. Sebuah sekolah
mempunyai rencana strategis atau rencana pengembangan sekolah yang
artinya visi dan misi untuk mewujudkan bagaimana mengelola sekolah dalam
hal yang mendasar untuk pembangunan di tingkat nasional dan daerah.
Menurut Pearce and Robinson (2013) pelaksanaan melibatkan tiga
kegiatan utama yaitu: (1) mengembangkan tujuan jangka pendek yang
diimplementasikan, (2) mengembangkan strategi fungsional, dan (3)
mengembangkan pendidikan yang mengedepankan tindakan. Hal itu
diperjelas oleh Aldheyyat, Al Khattab, dan Jangkar (2011) yang
mengemukakan sekolah yang merumuskan dan mengimplementasikan
rencana strategis atau rencana pengembangan sekolah mendapat manfat
seperti telah disepakati dengan tujuan yang jelas, komunikasi tujuan yang
sudah memenuhi standar untuk stakeholder, membangun tim yang kuat, solid,
dan mempunyai manfaat dalam manjemen yang memiliki visi dan misi yang
jelas, dan memberikan ide-ide yang baru kepada sekolah agar mempunyai
keunggulan yang lebih. Satu-satunya tujuan rencana strategis ini adalah untuk
memberikan kepemimpinan dan arah kepada semua orang di Anambra.
Masalah yang sering dihadapi dalam pengembangan rencana
pengembangan sekolah adalah kecerobohan dumber daya manusia karena
dalam pengembangan rencana ini mereka tidak mempunyai visi dan misi
sehingga sangat sulit untuk mencapai target yang diinginkan untuk bisa
tercapai. Protes dari masyarakat tentang penuntutan kualitas pendidikan

2
umum yang baik mengharuskan perintah kepada sekolah untuk
mengembangkan rencana strategis untuk perbaikan sekolah. Dugaan ini
didukung oleh (Ajobiewe, 2008: Iyamu, 2005:, dan Titilayo, 2002) yang
mencatat ketidakpuasan pendidikan yang berkualitas dan output disektor
pendidikan di Negara Nigeria.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai proses pembangunan
perencanaan strategis sekolah menengah di Negara bagian Anambra, yang
merupakan dokumen rencana strategis mereka dimanfaatkan oleh Premier
Komisi Pelayanan Sekolah Post (PPSSC) untuk menghasilkan dan
melaksanakan dan untuk memastikan sejauh mana pengembangan rencana
strategis pengambangan sekolah dan kualitas yang dikembangkan untuk
perbaikan sekolah menengah di Negara bagian Anambra. Sedangkan tujuan
khusus penelitian ini untuk: (1) sejauh mana sekolah menengah
mengembangkan rencana strategis mereka untuk perbaikan sekolah, (2)
presentase rencana strategis sekolah yang memiliki komponen yang
diperlukan PPSSC ini. PPSSC mempunyai komponen rencana strategis
penilaian, yaitu visi dan misi, tujuan atau sasaran kebijakan, strategi, kerangka
waktu, target, output, dan indikator kinerja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
survei deskriptif, desain ini digunakan untuk mengumpulkan data dari kepala
sekolah untuk menentukan sejauh mana pengembangan rencana sekolah
menengah di Negara bagian Anambra. Responden dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah sebanyak 217 orang. Tidak menggunakan teknik sampling
karena semua sekolah di Negara bagian Anambra membentuk populasi
penelitian. Instrumen untuk pengumpulan data adalah menggunakan
kuisioner.
Langkah-langkah dalam penelitian adalah pertanyaan penelitian
pertama dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan dokumen rencana
strategis sekolah, sementara kuisioner digunakan dalam memunculkan

3
informasi tentang berapa banyak komponen yang diperlukan sekolah termasuk
dalam rencana strategis sekolah mereka. Hasil penelitian ini adalah dari 254
sekolah yang disurvei menunjukkan bahwa 217 sekolah atau sekitar 85,4%
sekolah telah mengembangkan rencana strategis pengembangan sekolah
mereka, sedangkan 37 sekolah atau sekitar 14,6% belum mengembangkan
rencana strategis mereka. Sedangkan presentase rencana strategis
pengembangan sekolah yang dikembangkan dengan komponen PPSSC yaitu:
Komponen rencana Yes No
strategis sekolah dengan Total
Frekuensi % Frekuensi %
PPSSC
Visi 144 66.4 73 36.6 217
Misi 143 65.9 74 34.1 217
Tujuan 194 89.4 23 10.6 217
Target 41 18.9 176 81.1 217
Kegiatan 196 90.3 21 9.7 217
Strategi 195 89.9 22 10.1 217
Waktu 197 90.8 20 9.2 217
Output 13 6.0 204 94 217
Hasil yang diharapkan 196 90.3 21 9.7 217
Indikator kinerja 86 39.6 131 60.4 217

Tujuh dari sepuluh komponen rencana strategis yang diterapkan


PPSSC sudah melebihi target yang ditetapkan. Ke tujuh komponen tersebut
adalah visi, misi, tujuan, kegiatan, strategi, waktu dan hasil yang diaharapkan.
Oleh karena itu, memutuskan bahwa sekolah di Negara bagian Anmbra sudah
mengembangkan rencana strategis sekolah untuk batas yang tinggi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah rencana strategis sekolah yang
dikembangkan di Negara bagian Anambra untuk perbaikan sekolah sudah

4
cukup tinggi. Peneliti mencatat meskipun sekolah sudah mengembangkan
rencana strategis masih dalam tahap wajar, namun tidak memiliki
keterampilan, kualitas kepemimpinan, dan komitmen untuk praktek
perencanaan strategis yang staf sekolah harus miliki untuk menejemen yang
efektif.
Kelemahan dari jurnal ini adalah responden yang kurang banyak,
misalnya tingkat Sekolah Dasar juga dilibatkan, komite sekolah dan guru-guru
juga perlu dilibatkan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Sebuah sistem yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan suatu
keputusan yang baik begitu pula jika direncanakan dengan asal-asalan akan
berakhir dengan tidak baik. Keberhasilan sebuah sistem pendidikan sangat
bergantung kepada perencanaan yang tepat, sumber daya manusia, administrasi
yang efisien dan efektif, serta anggaran yang digunakan. (Denga 1989:56)
mendefinisikan perencanaan pendidikan adalah perumusan kebijakan pendidikan
dan tujuan, koordinasi berbagai usulan pendidikan, proyeksi pendaftaran,
penyusunan statistik sekolah, pendidikan biaya dan penganggaran, pembentukan
baru sekolah, dan perluasan yang sudah ada. Sedangkan (Prof. HD Dickson
1985: 408) mengemukakan bahwa perencanaan adalah pengambilan keputusan
ekonomi dan berapa banyak yang akan diproduksi, kepada siapa harus diproduksi
dan kepada siapa itu diproduksi, dan sistem ekonomi secara keseluruhan.
Setiap sekolah memiliki visi dan misi yang digunakan sebagai patokan
dalam pengembangan sekolah, oleh karena itu, sangat diperlukan program-
program yang efektif yang dapat meningkatkan pengembangan sekolah. Program
pengembangan sekolah harus memperhatikan dan mendalami potensi yang
dimiliki oleh sekolah, dan letak keikutsertaan sekolah dan lingkungan dalam
mendukung pelaksanaan rencana pengmbangan sekolah, dalam pelaksanaannya
nanti apakah ada hambatan-hambatan. Menurut (Madge, 2003:9; Westchester
Institution for Human Services, 2004;3), Secara umum, kepala sekolah harus
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Dapat mengembangkan rencana pengambangan sekolah yang berjangka
panjang.
2. Harus berbasis sekolah.
3. Harus diintegrasikan dengan tujuan pendidikan.

6
4. Harus ada evaluasi jika ada masalah yang terjadi terhadap rencana
pengembangan sekolah.
Pendidikan di Nigeria mencakup semua pendidikan dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi yang membutuhkan pembiayaan yang berbeda pada setiap
tingkatannya. Pendidikan di Negara Nigeria harus mencakup lima tujuan
nasional seperti yang tercantum dalam Rencana Kedua Pembangunan Nasional
tahun 1970. Kelima tujuan tersebut yaitu pembangunan masyarakat yang
demokratis, membentuk masyarakat yang adil, membentuk Negara yang kuat dan
mandiri, membangun ekonomi yang besar, dan hak milik tanah bagi warga
Nigeria.
Perencanaan pendidikan yang terjadi di Negara-negara berkembang seperti
Nigeria memiliki banyak masalah dalam pelaksanaannya, seperti masalah
keuangan, statistik, politik, dan sumber daya manusia. Masalah keuangan yang
berhubungan dengan fluktuasi di Negara itu sendiri. Masalah kedua yaitu
masalah statistik yang tidak mencukupi dan tidak valid untuk perencanaan
pendidikan. Masalah ketiga yaitu masalah politik, sama seperti yang terjadi di
Indonesia, setiap pergantian menteri akan memunculkan kebijakan baru yang
dapat mengubah banyak rencana yang sedang dijalankan sehingga banyak
rencana pengembangan sekolah yang berhenti ditengah-tengah jalan karena
munculnya kebijakan baru tersebut. Masalah yang terakhir adalah masalah
sumber daya manusia yang kurang kompeten dalam masalah perencanaan untuk
menangani, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi masalah rencana
pengembangan sekolah. Faktor lain yang timbul di Negara Nigeria adalah
pertumbuhan penduduk dan banyak yang ingin bersekolah, budaya, dan
perubahan sosial.
Dalam penelitian ini yang dilibatkan sebagai subjek hanya kepala sekolah saja
sehingga hasilnyapun kurang bagus. Seharusnya subjek yang digunakan dalam
penelitian ini melibatkan guru-guru, komite sekolah, dari dinas pendidikan
sehingga bisa terlihat seberapa jauh sekolah tersebut merencanakan

7
pengembangan sekolah untuk lebih maju lagi. Salah satu alasan yag sering
muncul karena mendapat hasil yang buruk adalah kepala sekolah tidak terampil
dan terlatih untuk mengelola manajemen sekolah dan faktor kepemimpinan.
Di Negara Malaysia salah satu elemen penting dalam proses perencanaan
pembangunan yang menyeluruh, komponen seperti keamanan, dan kenyamanan
harus dilibatkan dalam perencanaan sekolah (Rahimah, 1998). Keselamatan
siswa saat pergi ke sekolah menjadi perhatian masyarakat di Malaysia. Program
pendidikan di Negara Malaysia menenkankan kepada sarana prasarana dan
kualitas, memperkuat sistem pertukaran pelajar, serta meningkatkan prestasi
siswa yang berada di pedesaan agar tidak ada kesenjangan akademik antara
pedesaan dan perkotaan (Osman dan Rajah, 2011). Di Negara Malaysia
pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah federal. Rencana pengembangan
sekolah menggunakan standar perencanaan dan pedoman sebagai acuan dalam
perencanaan sekolah.
Menurut Slamet (2003:3), proses penyelenggaraan sekolah adalah cara
manajemen sekolah dalam mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan
yang telah ditetapkan. Tetapi di Indonesia realitanya program-program kerja di
sekolah yang telah disusun dan direncanakan dengan baik hanya menjadi
formalitas saja, padahal tanpa adanya program-program kerja di sekolah maka
sekolah tersebut tidak mempunyai tujuan yang jelas sekolah tersebut mau dibawa
kemana. Program-program di sekolah mempunyai fungsi untuk menunjukkan
arah kepada perangkat sekolah supaya menjadi sekolah yang lebih baik dan
mengurangi resiko dimasa yang akan datang.
Kepala sekolah seharusnya dijabat oleh orang yang memiliki ide,
pengetahuan dan pengalaman melakukan sharing (Mulyasa, 2012: 55).
Sedangkan menurut (Cawelti, 1995) pemimpin sekolah bertindak sebagai
fasilitator harus mendapatkan masukan dari berbagai sumber. Kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam lingkungan sekolah bertanggung jawab penuh dalam

8
pelaksanaan rencana pengembangan sekolah. Untuk mencapai pengembangan
sekolah yang baik dibutuhkan perencanaan jangka pendek atau sekitar 4 tahun.
Peran komite sekolah dalam mewujudkan rencana pengembangan sekolah
juga sangat besar karena antara kepala sekola dan komite sekolah ada keterkaitan
dalam merencanakan pengembangan sekolah. Pengembangan profesional guru
juga dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi dan keprofesionalitas
guru sesuai dengan standar.
Penyebab rencana pengembangan sekolah di Indoneisa belum berjalan dengan
baik adalah belum efektifnya rencana tersebut, pembuatan rencana
pengembangan sekolah yang belum berpedoman secara teoritis, isi dari program-
program pengembangan sekolah yang belum sesuai dengan kondisi sekolah, dan
penyusunan rencana pengembangan sekolah yang belum melibatkan pihak-pihak
yang berkepentingan.
Permasalahan yang terjadi di Negara Nigeria dan Indonesia hampir sama,
yang paling mendasar adalah masalah politik, ekonomi dan sumber daya
manusia. Masalah politik muncul ketika terjadi perubahan menteri pendidikan
yang akan menimbulkan masalah baru yaitu akan bergantinya kebijakan
pendidikan karena sekarang ini hampir setiap masalah yang terjadi selalu
berhubungan dengan politik. Masalah ekonomi muncul ketika dana yang
seharusnya digunakan untuk pembangunan sarana prasarana pendidikan,
digunakan untuk beasiswa, dan untuk kegiatan pembelajaran tetapi malah
diselewengkan oleh pihak-pihak berkepentingan untuk kepentingan pribadi.
Sedangkan masalah sumber daya manusia terjadi ketika seseorang melakukan
korupsi dana pendidikan yang menyebabkan terhambatnya proses pendidikan
dan juga tingkat sumber daya manusia yang rendah sehingga sulit untuk
menerima masukan jika melakukan kesalahan.
Di Negara Malaysia sangat memperthatikan keamanan dan keselamatan
siswa-siswanya sehingga proses rencana pengembangan sekolah bisa dilakukan,
misalnya di Malaysia siswa SMP dilarang membawa dan mengendarai sepeda

9
motor ke sekolah. Sedangkan di Indonesia anak-anak SMP yang belum
mempunyai SIM sudah diijinkan oleh orang tuanya membawa motor ke
lingkungan sekolah yang akan berdampak buruk kepada siswa-siswanya
sehingga rencana pengembangan sekolah sangat sulit dilakukan. Masalah lain
yang sering muncul dan juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan
sekolah adalah tawuran siswa. Perbedaan antara Indonesia dan Malaysia adalah
jika di Indonesia hampir setiap daerah terjadi tawuran siswa, berbeda debgan
Malaysia yang jarang terdengar para siswa disana melakukan tawuran.
Pendidikan karakter di negara Malaysia juga sudah diterapkan dengan baik
sehingga membuat siswa menjadi disipilin dan bertanggung jawab, beda dengan
dengan di Indonesia ketika para siswa sudah dibekali dengan Pendidikan karakter
tetapi masih banyak yang kurang disiplin dan bertanggung jawab.

10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sekolah yang berusaha membangun sekolahnya dengan lebih baik lagi
seharusnya memiliki rancangan pengembangan mutu sekolah yang lebih rinci
sehingga pengembangan mutu sekolah benar-benar dapat berjalan dengan
maksimal. Peran komite sekolah dalam mewujudkan rencana pengembangan
sekolah juga sangat besar karena antara kepala sekola dan komite sekolah ada
keterkaitan dalam merencanakan pengembangan sekolah. Pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadikan peraturan yang dijalankan dalam
bentuk program kerja sekolah dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat, sehingga
siswa, guru dan sekolah dapat mencpai prestasi yang diinginkan.
B. Saran
Rencana pengembangan sekolah jika ingin berjalan sesuai dengan visi dan
misi yang telah dibuat maka harus diisi oleh orang-orang yang mempunyai
tingkat komitmen dan juga kerjasama yang tinggi sehingga rencana
pengembangan sekolah dapat berjalan dengan baik dan juga efektif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chukwumah, F., O. (2015). Developing Quality Strategic Plan In Secondary


Schools For Successful School Improvement. Journal of Education and
Practice ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X
(Online) Vol.6, No.21, 2015. Retrieved from
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&v
ed=0ahUKEwiIn5nnmoLYAhUJto8KHSA8BJgQFggmMAA&url=https%3A
%2F%2Ffiles.eric.ed.gov%2Ffulltext%2FEJ1079087.pdf&usg=AOvVaw3iyh
bCPV7_B3Q8MaDYNzI4

Edame, G., E. (2015). Planning as an instrument for National Development in


Nigeria. Global Journal of Management and Business Research: B Economics
and Commerce Volume 15 Issue 4, ISSN: 2249-4588. Retrieved from
https://journalofbusiness.org/index.php/GJMBR/article/download/1649/1552/

Fahmi, A. & Hardiansyah. (2017). Strategi Pengambilan Keputusan Kepala


Sekolah Dalam Rencana Pengembangan Sekolah. Jurnal Kependidikan 16
(1): 1-6. Retrieved from http://lppm.ikipmataram.ac.id/wp-
content/uploads/2017/02/Agus-Fahmi-Hardiansyah.-Strategi-Pengambilan-
Keputusan-Kepala-Sekolah.-JK-Mar-2017-Vol-16-No-1.pdf

Ibrahim, N., M., Osman, M., M. & Bachok, Syahriah. (2014). Public School
Development and Planning: Parent’s Criteria of selecting public school in
Gombak District. Procedia - Social and Behavioral Sciences 153 (2014)
page 274 – 285. Retrieved from
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1877042814055037

Mathbie, Isaac. (2007). The Professional Development of school principals.


South African Journal of Education Volume 27(3) 523-540. Retrieved from
http://sajournalofeducation.co.za/index.php/saje/article/download/111/38

Mukhtar, Rodhiah. Rencana Pengembangan Sekolah. Manajer Pendidikan,


Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 386-393. Retrieved from
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/download/113
5/943

Pressley, J., S. Developing A School Improvement Plan Through Interactive


Leadership. Retrieved from
http://www.nationalforum.com/Electronic%20Journal%20Volumes/Pressley,

12
%20James%20S.%20Developing%20A%20School%20Improvement%20Plan
%20Through%20Interactive%20Leadership.pdf.

Sagala, Syaiful. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah Dengan Prinsip


Parsipatif Transparan Dan Akuntabel. Retrieved from
digilib.unimed.ac.id/901/1/Full%20Text.pdf

Sunarti, E., T. Santoso, E., B., & Argadewi Oktari. (2009). Pengembangan
Sekolah Menengah Kejuruan Berdasarkan Potensi Wilayah Kabupaten Kediri.
Jurnal Penataan Ruang, Vol.4 No.1 Mel 2009. Retrieved from
http://iptek.its.ac.id/index.php/jpr/article/view/2361

13

Anda mungkin juga menyukai