Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSHIP RS ISLAM JAKARTA SUKAPURA

MORBILI

OLEH:
dr. Arief Purwodito

Pembimbing :
dr. H. Hendry Tanjung, MM

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA


RS ISLAM JAKARTA SUKAPURA
PERIODE 8 MEI 2017– 8 SEPTEMBER 2018
BAB 1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. H

• Jenis kelamin : Laki - laki

• Umur : 27 tahun

• Alamat : Jl. Tipar Cakung RT. 06 RW. 07 – Jakarta Utara

• Pekerjaan : Supir angkutan umum

• Agama : Islam

• Tgl. Masuk RS : 19 JULI 2017

• No rekam medik : 00235049

ANAMNESIS
• Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

• Riwayat Penyakit Sekarang :


Demam terus menerus sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit disertai dengan batuk berdahak berwarna putih sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit disertai dengan pilek. Sesak disangkal. Keluhan juga
disertai mual dan muntah cair 3 kali dalam sehari. Istri pasien mengatakan
mata pasien sempat merah diawal keluhan. Pasien juga merasa nyeri dan pegal
– pegal pada persendiannya. Sehari setelah masuk RS, timbul bercak – bercak
merah pada tubuh pasien diseluruh tubuhnya yang diawali dari bagian kepala,
kemudian kedada lalu keseluruh tubuh. Pasien merasa tidak nafsu makan
karena mengeluh nyeri pada mulutnya. BAK normal. BAB cair tanpa ampas
lebih dari 3 kali dalam sehari, berwarna kuning tanpa lender dan darah.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini.
 Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus jantung serta asma
disangkal.

• Riwayat Penyakit Keluarga :


• Riwayat hipertensi , diabetes melitus , jantung, TB paru dan asma
disangkal.
• Tidak ada keluarga yang sedang menderita penyakit campak.

• Riwayat Pengobatan :
Pasien hanya mengkonsumsi obat penurun panas (paracetamol tablet) saat mulai
merasakan keluhan namun keluhan tidak kunjung membaik.
Pasien pernah menjalani pengobatan TB di tahun 2012, namun tidak tuntas, hanya
menjalani pengobatan selama 2 bulan.

• Riwayat Alergi :
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi makanan, obat-obatan, dan cuaca.

• Riwayat Psikososial :
Sebelum sakit, pasien selalu makan 3x dalam sehari, biasanya dengan sayur,
temped an tahu. Istirahat cukup setelah pulang bekerja, jarang berlahraga. Pasien
mengatakan bekerja dilapangan terbuka dan sehari – harinya terpapar asap dan
udara kotor. Pasien merupakan perokok aktif yang mengkonsumsi beberapa
batang dalam sehari namun tidak sampai satu bungkus.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran :
Kualitatif : Komposmentis
Kuantitatif : GCS E4-V5-M6
• Tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 21 x/menit
Suhu : 37,80C
• Antropometri :
BB sebelum sakit : (pasien tidak pernah timbang BB)
BB sesudah sakit : 49 kg
TB : 150 cm
IMT : 21. 49 (normal)

Status Generalis
• Kepala : normocepal, rambut warna hitam, tidak mudah rontok.
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor.
• Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-.
• Telinga : bentuk normotia, serumen -/-
• Mulut : mukosa bibir kering (+), koplik spot pada mukosa mulut
• Leher : pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
• Paru & Jantung

Vesikuler +/+, Wheezing -/- ,


rhonki -/-

BJ I & II reg, murmur -, gallop -


• Abdomen

Nyeri Tekan (-)

• Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-, terlihat adanya bercak
kemerahan pada ekstremitas atas.

Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-, terlihat adanya bercak
kemerahan pada ekstremitas atas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

19 Juli 2017

Pemeriksan Hasil Satuan

Hemoglobin 15,5 g/dL


Leukosit 3.900 /µL
Hematokrit 42.7 %
Trombosit 154.000 /µL
BTA

BTA sewaktu - Negative


RESUME
Pasien laki - laki usia 27 tahun, datang dengan keluhan demam kontinu sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit, disertai dengan batuk berdahak, nausea, vomitus,
mialgia. Mata pasien sempat merah pada awal demam. Timbul bercak – bercak
kemerahan sehari setelah masuk RS yang timbul di seluruh badan, diawali dari bercak
pada bagian kepala. Pasien mengalami penurunan nafsu makan. BAB cair tanpa
ampas lebih dari 3 kali dalam sehari, berwarna kuning tanpa lendir dan darah.
Pemeriksaan fisik :
• S: 37.4oC
• Terdapat koplik spot pada mukosa bibir
• Terdapat bercak – bercak kemerahan pada seluruh tubuh.
Pemeriksaan laboratorium:
• Leukosit 3.900 /µL
• Trombosit 141.000 /µL

DAFTAR MASALAH
• Morbili

PEMBAHASAN
Morbili
Berdasarkan anamnnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditemukan
adanya:

1. Demam dengan suhu tubuh ≥ 38.3oC


2. Batuk berdahak & koriza
3. Koplik spot pada mukosa mulut
4. Konjungtivitis
5. Ruam makulopapular, diawali dari bagian kepala
6. Leukositopeni: 3.900 /µL
Planning Diagnostik :
• Diagnostik etiologi : Pemeriksaan Serologi (IgM & IgG)
• Diagnostik komplikasi : Rontgen Thoraks (untuk mengetahui adanya penyulit
seperti bronkopneumonia)
• Diagnosis komorbid : -
• Diagnosis gawat darurat : -

Planning Terapi :
Klasifikasi perawatan : dapat dilakukan dengan rawat jalan
Hidrasi: pemberian cairan yang cukup (air putih, jus buah segar, teh, dll).
Pemberian suplemen nutrisi.
Anjuran untuk tirah baring dan menjaga agar asupan cairan tercukupi.
Diet makanan rendah serat, hindari makanan berminyak, gorengan.
Jaga hygiene dan kebersihan diri.
Medikamentosa :
Infus RL  500 cc/jam 20 tpm selama 8 jam
Paracetamol 500 mg (bila diperlukan)
Ambroxol 30 mg 3 x 1 (bila diperlukan)
Inj. Cefrtiaxone 2x1 vial (profilaksis)
Inj. Ondancentron 2x1 amp (bila diperlukan)

Prognosis:
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
A sanationam: dubia ad bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Morbili atau juga disebut dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit
akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya
menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut yang dimulai dari
traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan jaringan
sehingga mengakibatkan pelbagai gejala klinis.

2.2 Epidemiologi

Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara sedang berkembang. Di


Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Dari penelitian retrospektif
dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun. Studi kasus
campak yang dirawat inap dirumah sakit selama kurun waktu lima tahun,
memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret dan mencapai puncak pada
bulan Mei, Agustus, September dan Oktober.

Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak menduduki tempat


ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan
10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Campak pada orang
dewasa sangat jarang terjadi.

Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara
umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering
dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%)
dan lain-lain (7,9%).

2.3 Etiologi

Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus
Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan
urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada
di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60%
sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15
minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35˚C,
beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.

2.4 Patogenesis

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi
virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada
saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran
pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya
viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus
campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang
lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.

Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan
saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat
terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah,
saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun
secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan
bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan


kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media,
dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat
terjadi pada kasus campak.
2.5 Manifestasi klinis

Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium.

Stadium inkubasi

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada masa ini
terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan
gejala sakit.

Stadium prodromal

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang
berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Gejala utama yang muncul adalah demam yang
terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C pada hari ke 4 atau 5
yaitu pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat batuk, pilek dan
konjungtivitis. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum
munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada
konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis
tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari
ke-10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir
dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering
ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga
ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah
bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan
menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa
prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan
mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan
saat suhu berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak
terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut.
Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar
ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2
atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan
menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan
maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang
berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak
tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.

2.6 Diagnosis

Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari


atau lebih
2. Demam 38,3 °C (101°F)
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis

Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam
pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunokompresi. Kerana banyak penderita menunjukkan gejala
yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.

1. Pemeriksaan darah rutin


Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang
ditemukan

2. Mendeteksi antibodi

Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan


serologi. Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul
bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3 hari
sesudah munculnya ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian menurun
hingga tidak dapat dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya diperiksa pada
sampel yang sama untuk mengetahui apakah sudah pernah terinfeksi atau sudah
pernah mendapat imunisasi.

Saat pengambilan serum yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium


adalah:

a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 hari sesudah munculnya


gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan mendeteksi RNA
virus.
b. Sampel darah diambil dalam 6 hari sesudah munculnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus
c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah munculnya
rum pada kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi antibodi IgG
spesifik campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase akut dan
konvalesen 4 kali lipat.

2.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding morbili diantaranya :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.

3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.

4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda


patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa
atau membranosa.

Campak yang termodifikasi

Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat
penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih
terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit
yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan
demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga
tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik,
tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang
termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun.

Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang
yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan

Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang
mendadak (39,5˚C sampai 40,6˚C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan
gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah.
Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit muncullah
ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit
berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat
juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal.
Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali,
hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat
ditegakkan melalui tes serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada
saat onset ruam, CF dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi
kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di
hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160.

2.8 Penyulit

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa
penyulit campak adalah :

a) Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat


disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh
bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus
influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan
meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia
karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan
bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai
adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas
yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik
diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.

b) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan
pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

c) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
d) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya
daya tahan penderita campak

e) Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan
tindakan trakeotomi

2.9 Penatalaksanaan

Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan
yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder,
antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1
tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas
campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral
sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit
yang timbul.

2.10 Pencegahan
Imunisasi aktif

Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000
TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.

2.11 Prognosis

Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan
pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan seumur
hidup meskipun jarang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chen R.T. Measles antibody : reevaluation of protective titers. J Infect Dis.2013. h


1036-1042.
2. Perry R.T., Halsey N.A. The clinical significance of measles. Oxford journals.
2014. h 189-196.
3. Soedarto. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University Press.
2007
4. Setiawan. I Made. Penyakit Campak. Jakarta : Sagung Seto. 2008.

Anda mungkin juga menyukai