Anda di halaman 1dari 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAHAN INFEKSIUS

Oleh :

1. Agnes Rizka W. (P17434012003)


2. Defi Rosa (P17434012007)
3. Dyah Asih Setiatin (P17434012008)
4. Sri Mujiasih (P17434012034)

REGULER A ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2012/2013


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BAHAN INFEKSIUS

A. Pengertian
B3 adalah Bahan-bahan yang selama pembuatan, pengolahan, pengangkutan,
penyimpanan, penggunaan dan pembuangan limbah dapat melepaskan debu, partikel,
gas, serat, radiasi yang bisa menimbulkan iritasi, korosif, keracunan, kebakaran, ledakan
dan bahaya lain yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan, cacat, kematian dan
kerusakan harta benda dan lingkungan hidup.
Limbah infeksius adalah limbah yang dicurigai mengandung bahan patogen contoh kultur
laboratorium, limbah dari ruang isolasi, kapas, materi atau peralatan yang tersentuh
pasien yang terinfeksi, ekskreta. Contoh bahan infeksius :limbah medis, cairan tubuh
pasien infeksius, dll
B. Tempat Penyimpanan
1. Tempat penyimpanan tidak untuk aktifitas
2. Dekat dengan hidrant / safety shower.
3. Ruang cukup luas dapat melindungi mutu produk,
4. Menjamin keamanan produk
5. Menjamin keamanan petugas
6. Ada rambu / tanda, denah lokasi , jalur evakuasi.
7. Bahan tidak diletakkan di lantai (palet, rak, lemari),
8. Ada APD
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat
digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh
dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian
ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
C. Pelindung Diri
1. Menggunakan sarung tangan
Sarung tangan digunakan dalam melakukan prosedur tindakan ,dengan tujuan mencegah
terjadinya penularan kuman dan mengurangi resiko tertularnya penyakit.
Alat dan bahan:
 Sarung tangan
 Bedak/talk
Prosedur kerja:
a. Cuci tangan secara menyeluruh.
b. Bila sarung tangan belum dibedaki,ambil sebungkus bedak dan tuangkan sedikit,
c. Pegan tepi sarung tangan dan masukkan jari-jari tangan,pastikan ibu jari dan jari-
jari lain tepat pada posisi,
d. Ulangi pada tangan kiri
e. Setelah terpasang kedua tangan cakupkan kedua tangan.
2. Menggunakan masker
Tindakan pengamanan dengan menutup hidung dan mulut dengan menggunakan
masker,bertujuan untuk mencegah atau mengurangi transmisi droplet mikroorganisme
saat merawat pasien.
Alat dan bahan:
 Masker
Prosedur kerja:
a. Tentukan tepi atas dan bawah bagian masker
b. Pegang kedua tali masker
c. Ikatan pertama,bagian atas kepala,sedangkan ikatan kedua berada pada bagian
belakang leher.
3. Menggunakan skort pelindung
Skort yang dibuat dari bahan tahan lembab harus dikenakan jika ada kemungkinan kotor
karena sekresi atau ekskresi. Penggunaan skort ini dapat mencegah terkontaminasi diri
dan juga terkontaminasinya pakaian kerja dengan bahan infeksius. Skort hanya boleh
dikenakan satu kali. Buanglah skort pada tempat yang sesuai setelah skort digunakan.
Alat dan bahan :
 Skort pelindung
Prosedur kerja :
a. Lepaskan jam tangan anda, dan letakkan di dalam handuk kertas
b. Cuci tangan anda
c. Kenakan skort pelindung dengan memasukkan ke dua lengan ke dalam lengan
baju
d. Selipkan jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tariklah tali-tali tersebut
ke belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul yang sederhana
e. Raihlah bagian belakang dan tarik sisi skort sehingga seragam anda tertutup
seluruhnya. Ikat tali pinggang skort dengan simpul sederhana
Caatatan : Jam tangan dapat di bawa masuk ke unit isolasi dan tetap berada di dalam
handuk kertas sehingga dapat terus dilihat tanpa harus disentuh.
Jika pasien menderita penyakit menular yang dapat dengan mudah ditularkan ke orang
lain, maka tekhnik-tekhnik khusus harus digunakan. Pasien tersebut harus di isolasi.
Setiap orang yang berhubungan dengan pasien harus melakukan tindakan isolasi yang
tepat guna memutus rantai infeksi dan mencegah transmisi kuman.
D. Tindakan Pencegahan Infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai
untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi.
Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme ,baik
pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan
aman digunakan. Contoh : Pencucian alat dengan menggunakan sabun.
b. Antiseptik,yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Contoh :
1. Mencuci alat dengan cara biasa, lalu setelah kering dilanjutkan dengan mencuci
menggunakan alkohol.
2. Menuangkan alat dengan alkohol, lalu dibakar
c. Dekontaminasi,tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman,terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan,alat-alat kesehatan,dan sarung tangan
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat prosedur dedah/tindakan
dilakukan.
E. Pengelolaan Limbah Infeksisus
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.
2. Penanganan Limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian
diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas.
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa
mengayun menjauhi badan limbah tidak tercecer keluar dan diletakkan ditempat
tertentu untuk dikumpulkan.
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang
sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai.
d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.
3. Pengangkutan Limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah
bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa
keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan
dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut
sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada
kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
4. Pembuangan Limbah
a. Autoclaving
Autoclaving sering dilakukan untuk perlakuan limbah infeksius. Limbah dipanasi
dengan uap dibawah tekanan. Namun dalam volume sampahyang besar saat
dipadatkan, penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak
terjadi dengan demikian tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan
dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan
mikroorganisme lain yang bisa membahayakan penjamah sampah. Kantong limbah
plastik biasa hendaknya tidak digunakan karena tidak tahan panas dan akan meleleh
selama autoclaving. Karena itu diperlukan kantong autoclaving. Pada kantong ini
terdapat indikator, seperti pita autoclave yang menunjukkan bahwa kantong telah
mengalami perlakuan panas yang cukup. Autoclave yang digunakan secara rutin
untuk limbah biologis harus diuji minimal setahun sekali untuk menjamin hasil yang
optimal.
b. Disinfeksi dengan Bahan Kimia
Peranan disinfeksi untuk institusi yang besar tampaknya terbatas penggunanya,
misalnya digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh tumpahan dan mencuci
kendaraan limbah. Limbah infeksius dengan jumlah kecil dapat didesinfeksi
(membunuh mikroorganisme tapi tidak membunuh spora bakteri) dengan bahan kimia
seperti hypochloite atau permanganate. Limbah dapat menyerap cairan disinfeksi
sehingga akan menambah masalah penanganan.
Pembuangan dan Pemusnahan Sampah Rumah Sakit, dapat ditempuh melalui dua
alternatif yaitu:
 Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis secara terpisah.
Pemisahan ini dimungkinkan bila Dinas Kebersihan dapat diandalkan sehingga
beban rumah sakit tinggal memusnahkan sampah medis.
 Pembuangan dan pemusnahan sampah medis dan non medis dijadikan satu.
c. Insinerator
Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk memusnahkan sampah dengan
membakar sampah tersebut dalam satu tungku pada suhu 1500-1800 0F dan dapat
mengurangi sampah 70 %. Dalam penggunaan insinerator di rumah sakit, maka
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah ukuran, desain yang disesuaikan
dengan peraturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan
dengan jalur pengangkutan sampah dalam komplek rumah sakit dan jalur
pembuangan abu dan sarana gedung untuk melindungi insinerator dari bahaya
kebakaran. Insinerator hanya digunakan untuk memusnahkan limbah klinis atau
medis. Ukuran insinerator disesuaikan dengan jumlah dan kualitas sampah.
Sementara untuk memperkirakan ukuran dan kapasitas ins inerator perlu mengetahui
jumlah puncak produksi sampah.

Anda mungkin juga menyukai