PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dengan masa
dewasa. Pada masa ini terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan kognitif dan psikologis. Peristiwa yang
penting semasa remaja adalah pubertas, yaitu perubahan morfologis dan fisiologis
yang pesat dari masa anak-anak ke masa dewasa, termasuk maturasi sistem reproduksi
(IPD UI, 2007).
Kehamilan diinginkan merupakan proses yang sehat dan jika kehamilan itu
tidak diinginkan, ia merupakan suatu penyakit. Kehamilan merupakan proses faal
yang secara normal terjadi pada manusia sebagai insting untuk mempertahankan
keturunannya di bumi. Oleh karenanya kehamilan sebagai tanda akan hadirnya
anggota baru dan penerus keturunan, pada umumnya akan disambut dengan gembira.
Kegembiraan itu sendiri yang sering menutupi resiko yang dihadapi oleh perempuan
hamil. Mereka pada umumnya tidak sadar bahwa kehamilan dapat mempengaruhi
kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa si calon ibu. Dan ternyata tidak semua
kehamilan disambut dengan kegembiraan oleh orang tuanya. Beberapa kehamilan
justru tidak diinginkan. Biasanya untuk mengatasi masalah kehamilan yang tidak
diinginkan tersebut mereka menempuh jalan aborsi. Meskipun arah ini penuh resiko
dan mahal.
Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan. Hal ini dapat terjadi pada
pekerjaan wanita yang sudah terlanjur menandatangani kontrak bahwa selama
beberapa waktu setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga
terjadi pada mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka yang belum ingin
hamil lagi atas alasan-alasan yang sah, misalnya karena alasan anak yang terdahulu
belum lagi berusia 1 tahun atau alasan tidak ingin punya anak lagi atau juga karena
kesehatan ibu yang lemah.
Kehamilan dan persalinan akan membawa resiko morbiditas dan mortalitas
yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahun.
Hasil studi Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tahun 2000-2003
menyatakan sekitar 30% dari 37.000 kasus perempuan yang mengalami kehamilan
yang tidak diinginkan adalah remaja (Adnani dan Citra, 2009). Banyak survey yang
telah dilakukan di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita usia 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan
(ICOMP (1997) dalam PATH (2000) ). Kehamilan yang tidak diinginkan pada
remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Para ahli memperkirakan bahwa kasus
aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4 jiwa per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya
dilakukan oleh para remaja (BKKBN, 2001). Salah satu penyumbang kematian ibu
adalah penanganan kehamilan yang tidak diinginkan melalui aborsi yang tidak aman,
sehingga sering menimbulkan kematian.
Di Indonesia, dilihat dari berbagai laporan, menunjukkan bahwa
kelompok umur yang paling banyak menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah
kelompok umur muda. Remaja merupakan kelompok yang berisiko untuk terkena IMS
melalui kontak heteroseksual, 1 dari setiap 20 remaja tertular IMS, dan persentase
tertinggi terjadi pada usia 15-24 tahun (Azhari , 2002).
Jika di satu sisi kecenderungan remaja untuk melakukan berbagai tindakan
yang membahayakan kesehatan mereka sendiri semakin meningkat, namun di sisi lain
ternyata pengetahuan para remaja itu sendiri mengenai aspek kesehatan reproduksi yang
harus mereka miliki sangatlah rendah, sehingga remaja perlu untuk diberikan pendidikan
mengenai kesehatan reproduksi. Pendidikan reproduksi yang dimaksud adalah
memberikan informasi kepada remaja sehingga para remaja tahu bagaimana cara
menghindari terjadinya hubungan seksual sebelum waktunya dan membentuk remaja
yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab (Imran
(2000) dalam Adnani dan Citra (2009) ).
B. RUMUSAN MASALAH
Sekarang ini banyak remaja yang belum mengetahui pentingnya reproduksi dan
pengetahuannya masih kurang, sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan dan banyak munculnya aborsi. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab, yang keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua
bayi tersebut. KTD disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan yang lengkap dan
benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan akibat
terjadinya tindak perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi.
Kehamilan yang tak diinginkan dapat dialami oleh pasangan yang belum menikah
maupun pasangan yang sudah menikah, remaja, pasangan muda, ibu - ibu setengah baya,
bahkan akseptor KB pun, golongan atas, menengah maupun golongan bawah. Orang yang
mengalami KTD secara langsung adalah wanita. Sebagian besar dari mereka mengambil
keputusan dengan pengguguran kandungannya (aborsi). Karena sampai saat ini aborsi di
Indonesia masih merupakan sesuatu yang tidak legal, banyak dari pasangan - pasangan
yang mengalami KTD mengambil jalan aborsi dengan cara yang tidak aman.
Aborsi tidak aman ini dilakukan oleh tukang urut, dukun pijat, dukun beranak yang sangat
berbahaya karena penolongnya tidak terlatih atau berkompeten, dilakukan di tempat yang
tidak higienis, peralatan medis tidak tersedia dan tidak memenuhi standar minimal, serta
metode atau prosedur tindakan aborsi yang dilakukan sangat berbahaya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara medis. Akibatnya adalah kematian wanita akan menjadi
salah satu risiko yang didapat dari tindakan aborsi tidak aman tersebut.
1. Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya
kehamilan, dan metode-metode pencegahan kehamilan. Hal ini bisa terjadi pada remaja
yang belum menikah maupun yang sudah menikah. KTD akan semakin memberatkan
remaja perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab atas kehamilanyang terjadi.
3. Kehamilan yang tidak diinginkan bisa terjadi pada remaja yang telah
menikah dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetapi tidak berhasil
(kegagalan alat kontrasepsi).
1. Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka
ia bisa saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya. Yang seharusnya ia
mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan janin
dan bayi nantinya bisa saja hal tersebut tidak dilakukannya. Begitu pula ia bisa
menghindari kewajiban untuk melakukan pemeriksaan teratur pada bidan atau dokter.
Dengan sikap-sikap tersebut di atas sulit dijamin adanya kualitas kesehatan bayi yang
baik.
2. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu
yang mengalami KTD terhadap bayi yang dilahirkannya nanti. Sehingga masa depan anak
mungkin saja terlantar.
Akibat KTD :
2. Tekanan mental
Solusi
1.Pendidikan seks bagi remaja
3.Mengembangkan ketakwaan
Pencegahan KTD
1.Cara yang paling efektif adalah tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah.
2.Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti OR, seni dan
keagamaan.
6.Untuk pasangan remaja yang sudah menikah sebaiknya memakai cara KB yang
kegagalannya rendah seperti sterilisasi, susuk KB, IUD, Suntikan.
1.Mengurangi Kemiskinan
Angka kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang keadaan sosial
ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan dan memperbaiki prospek
sosial ekonomi keluarga muda ini besar kemungkinannya akan menurunkan angka
kehamilan remaja.
Kelompok-kelompok tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya hamil pada usia
remaja, sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. Kelompok ini mungkin
mencakup remaja yang diasuh oleh negara, remaja yang tidak memiliki rumah, remaja
yang tinggal dilingkungan yang sosial ekonominya lemah, dan remaja yang mereka
sendiri adalah anak dari orangtua remaja.
4.Meningkatkan pendidikan
BAB III
PEMBAHASAN
Pasangan suami istri tak luput dari masalah jika kehamilan sang istri tidak dikehendaki.
Misalnya masalah ketidaksiapan, halmana bisa menimbulkan depresi ringan sampai berat
pada ibu, yang bisa sangat berpengaruh pada janin, bahkan berakibat keguguran atau
terlahir cacat. Apalagi jika Kehamilan tak diinginkan terjadi pada pasangan yang belum
menikah, akibat yang terjadi bisa jauh lebih besar. Tidak saja karena akan mengalami
konflik internal, semisal ketidaksiapan, tapi juga mesti menghadapi tekanan dari
lingkungan sosial, semisal celaan.
Norma-norma ketimuran masih tetap menganggap kehamilan diluar nikah sebagai aib
bagi keluarga ataupun masyarakat, apapun sebab dari kehamilan itu. Orang yang hamil
diluar nikah dinilai sebagai keburukan, yang kalaupun terjadi harus di sembunyikan.
Masyarakat patriarkal sekarang ini, cenderung mempersalahkan wanita dalam kehamilan
diluar nikah. Padahal wanita yang hamil bisa saja merupakan korban perkosaan atau
korban keadaan (dipaksa lewat bujukan untuk melakukan hubungan seksual oleh
pacarnya, atau temannya, atau keluarganya).
Kehamilan usia dini, selain berakibat kurang baik bagi tubuh, juga berakibat hilangnya
kesempatan untuk mendapat pendidikan formal. Padahal, pendidikan formal yang baik
merupakan salah satu syarat (meskipun tidak harus) agar dapat bersaing di masa depan.
Menurut saya, alangkah baiknya jika sekolah-sekolah tetap mau menerima siswa yang
hamil, atau minimalnya memberikan cuti, bukannya mengeluarkan. Alangkah malangnya
siswa yang hamil/menghamili, yang telah mengalami berbagai masalah yang berat, harus
diperberat masalahnya dengan 'ditutup' masa depannya melalui pengeluaran siswa oleh
pihak sekolah.
Begitu besarnya kasus kehamilan di luar nikah dikalangan remaja, yang tidak saja
merugikan remaja itu sendiri tapi juga masyarakat karena kehilangan remaja-remja
potensialnya, tidak bisa tidak akan membawa kepada pertanyaan: bagaimana
mencegahnya?
Kedua dimensi dimuka, dipicu oleh sebab-sebab yang luas. Beberapa diantaranya adalah
maraknya pornografi di tengah masyarakat, kemudahan memperoleh akses ke sumber-
sumber pemuasan seksual, kebebasan dalam pergaulan, dan pergeseran nilai-nilai moral.
Sebab-sebab itu tidak akan melahirkan hubungan seksual pranikah bila remaja memiliki
kendali internal (Internal Locus of Control) yang kuat. Lemahnya kendali internal
disebabkan kegagalan pendidikan seks baik dalam keluarga, sekolah atau masyarakat.
Akibat dari lemahnya kendali internal, remaja mudah terpengaruh oleh hal-hal yang
berasal dari luar dirinya seperti provokasi media, dan pengaruh teman-teman peernya.
Fokus pada penguatan kendali internal remaja, adalah pencegahan yang paling mungkin
berhasil, apalagi jika yang dilakukan dalam skala kecil. Misalnya dengan pemberian
informasi yang benar, sebab salah satu indikator kuatnya kendali internal adalah adanya
informasi benar yang diyakini. Akan tetapi upaya pencegahan dengan penguatan kendali
internal pada remaja kurang bisa berjalan efektif bila lingkungan sekitar tidak
mendukung. Karenanya, mestinya pencegahan dilakukan secara bersama-sama antara
keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah
a. Rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat di alami remaja, apalagi
bila kehamilan di ketahui pihak lain seperti orang tuanya selain itu peristiwa kehamilan
pada masa remaja seringkali menghambat masa depan remaja dan juga anak yang di
kandung
c. Perasaan tertekan karena di kucilkan oleh masyarakat atau alasan yang lain yang
membuat seseorang tertekan karena kehamilan yang terjadi di luar nikah sehingga
mengganggu kehamilannya.
Salah satu risiko seks pranikah atau seks bebas terjadi kehamilan yang tidak diharapkan .
Ada dua hal yang biasa dilakukan remaja jika mengalami kehamilan di yang tidak
diinginkan :
a. Mempertahankan kehamilan
Risiko fisik Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan
seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian. Risiko psikis atau psikologi Ada
kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karenapasangan tidak mau
menikahinya atau tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mereka
menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh
konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai
orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan, akan dibebani berbagai
perasaan yang tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terur-menerus, rendah diri,
bersalah atauberdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak ditangani
dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan yang lebih parah.
Risiko sosial Salah satu resiko social adalah berhenti atau putus sekolah atas kemauan
sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain akan dikeluarkan
dari sekolah. Hingga saat inimasih banyak sekolah yang tidak mentolorir siswi yang
hamil. Resikosocial lain : menjadi objek pembicaraan lain, kehilangan masa remajayang
seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena melahirkananak ³diluar nikah´ .
kenyataannya di Indonesia, kelahiran anak diluar nikah masih sering menjadi beban orang
tua maupun anak yang lahir.
Aborsi bisa dilakukan secara aman, bila dilakukan oleh dokter ataupun bidan
berpengalaman. Sebaliknya, aborsi tidak aman bila dilakukan oleh dukun ataupun cara-
cara yang tidak benar ataupun tidak lazim. Aborsi bisa mengakibatkan dampak negative
secara fisik, psikis dan social terutama bila dilakukan secara tidak aman.
Risiko fisik Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi yang
berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan.
Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
Risiko psikis Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan takut, panic, tertekan, atau
stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah,
atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
Risiko social Ketergantungan kepada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual
pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan terganggu.
Risiko ekonomi Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya
semakin tinggi.Angka aborsi di Indonesia diperkirakan 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000
diantaranya dilakukan oleh remaja. Progam kesehatan reproduksi yang dikembangkan
oleh pemerintah hanya untuk mereka yang sudah menikah dan tidak merujuk pada
kebutuhan yang terkait dengan informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan.
Diperlukan pelayanan yang lebih fleksibel agar pemerintah memberikan keleluasaan pada
lembaga-lembaga swadaya masyarakat untuk menggarap bidang ³abu-abu´, misalnya
aborsi aman dan penyediaan kontrasepsi bagi remaja dan dewasa muda yang belum
menikah.
2. Pada pranikah
a. Perasaan malu karena hamil pada saat yang tidak tepat sehingga ingin untuk
menggugurkannya, atau hamil pada saat umur sudah tua.
b. Perasaan tertekan karna selalu melahirkan anak , ini juga dikarenakan suami atau
keluarga yang tidak menginginkan seorang anak maka seorang ibu akan tertekan dan
perpikir apakah kehamilan ini di beri tahu keluarga atau menyembunyikan tau juga
menggugurkannya saja.
a. segera menerima dan meneruskan kehamilan sampai melahirkan dengan wajar saja,
Bagi yang menerima dengan berat hati harus diperhitungkan dampak psikologis yang
timbul, agar dapat dicarikan penyelesaian dan upaya mengantisipasi selama
berlangsungnya kehamilan dan proses persalinan.Selain upaya medis, harus tetap
diusahakan pendekatan yang bersifat memperbaiki goncangan psikologis karena sangat
berarti dalam penanganan kasus seperti ini. Tentu diharapkan wanita yang hamil tersebut
dapat menerima dengan baik, dan menjalani kehamilannya secara wajar.
Pada wanita hamil dengan beban psikologis, gejala-gejala tidak mengenakkan yang
sering didapatkan di masa kehamilan akan dirasakan lebih berat. Contohnya, muntah-
muntah di kehamilan awal bisa dialami sangat berlebihan sampai menimbulkan
komplikasi yang mengganggu kesehatan umum.
Motivasi untuk mengonsumsi nutrisi yang baik pun bisa terganggu. Kadang perhatian
yang kurang terhadap kehamilan dan janin dimanifestasikan sebagai keengganan kontrol
secara teratur, bahkan malas minum suplemen yang diberikan. Kualitas kesehatan janin
bisa jadi tidak akan sebaik yang diharapkan.
Di akhir kehamilan gangguan emosional bisa lebih meningkat karena bertambah dengan
kecemasan menjelang persalinan. Gejala depresif dan gangguan tidur dapat dialami.
Kontraksi rahim bisa dirasakan berlebihan. Faktor psikologis merupakan faktor dominan
yang memengaruhi berlangsungnya persalinan. Perlangsungan dan kemajuan persalinan
dapat terganggu dan risiko bedah cesar meningkat.
Pasca persalinan juga bisa terpengaruh. Keengganan merawat dan memberikan air susu
kepada bayinya sering ditemui. Produksi air susu juga bisa menurun. Kesemuanya akan
berdampak pada kualitas kesehatan bayi.
Penyelesaian pertama adalah yang terbaik, tidak ada risiko menyalahi etika atau
melanggar norma yang ada. Pasangan yang segera bisa menerima kehamilannya, tak akan
banyak menghadapi masalah. Agar bisa menerima kehamilan segera, dituntut konsep
pemikiran yang dewasa dan bijaksana, sedangkan dari pihak tenaga kesehatan dibutuhkan
kemampuan melakukan konseling secara baik.
Gangguan jiwa yang di alami saat kehamilan apalagi kehamilan itu tidak diinginkan :
2. gangguan bipolar
3. skizofrenia
5. gangguan panik
penyebabnya:
1. internal
2. eksternal
· riwayat keguguran
Pendidikan seks yang bijak di lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat mutlak
diperlukan. Penyebaran pengetahuan dan menggiatkan penggunaan kontrasepsi harus
ditanamkan kepada pasangan yang belum menghendaki kehamilan. Upaya konseling
yang bermutu dan pembekalan metode serta materi konseling kepada petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan agar dapat dipilih sikap yang terbaik bila
berhadapan dengan kasus UWP.
Kalangan yang terkait kebijakan di bidang kesehatan harus menaruh perhatian pada
besarnya masalah UWP dengan melakukan upaya nyata untuk menghindari kekerasan
seksual terhadap wanita, mengetahui secara komprehensif dan mampu melakukan
pengendalian status dan masalah reproduksi di masyarakat.
saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (kuller
dkk.1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita
penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau
depresi mayor berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang
mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan
2. Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melabihi
risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan
nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresif. Efek samping pada ibu
adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat
golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitan dengan
depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif
yang semakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman
dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors,
SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin, menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi
primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak menimbulkan hipotensi
ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
3. Antipsikotik
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu
sebab, yang keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua
bayi tersebut. KTD disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan yang lengkap dan
benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode pencegahan kehamilan akibat
terjadinya tindak perkosaan dan kegagalan alat kontrasepsi.
B. SARAN
2. Kepada setiap orang tua diharapkan dapat selalu mengontrol apa saja kegiatan anak-
anak mereka, baik didalam maupun diluar rumah, serta selalu menyediakan waktu untuk
dapat berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh sang anak.
DAFTAR PUSTAKA
· http://www.scribd.com/doc/23711276/KORELASI-ANTARA-PERILAKU-
SEKS-BEBAS-DENGAN-KEHAMILAN-YANG-TIDAK-DIINGINKAN-DI-
KALANGAN-REMAJA
· http://wikimedya.blogspot.com/2009/11/kehamilan-yang-tidak-
diinginkanunwanted.html
· http://www.find-docs.com/makalah-tentang-psikologi-wanita-yang-kehamilan-
tidak-diinginkan-pada-remaja.html
· http://www.scribd.com/doc/35350463/PSIKOLOGI KEHAMILAN
· http://www.skripsi-kti.co.cc/2010/12/remaja-dan-kontrasepsi.html
· http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/kehamilan-tak-diinginkan.html