Brawijaya (2016)
1.
BAB IV
PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN
1.1 Umum
Semua beton bangunan yang disebutkan dalam kontrak ini dan untuk semua bangunan
yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus terdiri dari bahan yang
dicampur dengan perbandingan sesuai dengan ketentuan yang disebut disini.
Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang disebutkan disini akan berlaku,
kecuali bila secara khusus diubah oleh Direksi. Bagaimanapun juga perubahan yang
ditunjuk Direksi tidak membebaskan bangunan sebagaimana yang disebutkan dalam
kontrak ini. Setiap syarat dan ketentuan-ketentuan yang tidak termasuk disini harus
sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia (PBI-71/NI-2).
II-1
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa sehingga dapat dicegah dari
kerusakan-kerusakan dan dapat mempermudah penumbukan pada waktu pemadatan
adukan mortal beton tanpa merusakan konstruksi.
Cetakan harus sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang batas dan ukuran dari
hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar atau seperti diterapkan oleh
Direksi. Rencana cetakan harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum
pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi
tanggungjawab Kontraktor terhadap keserasiannya bentuk maupun terhadap perlunya
perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul pada waktuk pemakaian.
Sewaktu-waktu Direksi dapat menolak sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat
diterima dan dalam segi apapun Kontraktor dengan segera membongkar bentuk yang
ditolak untuk menggantinya atas beban sendiri.
Untuk mempermudah pada waktu pembongkaran cetakan hendaknya digunakan
pelepas cetak dari merk yang sudah disetujui atau pelumas beton. Bila lapisan rata
dengan diberi lapisan plester semen.
II-2
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Untuk jenis kekuatan daripada jenis-jenis campuran diatas tidak ada ketentuan-
ketentuan khusus mengenai kekuatan kubus uji. Penggunaan daripada jenis-jenis
adukan yang tertera pada adukan adalah :
Adukan C1 : Beton lantai kerja tebal 5 cm, beton bertulang tidak dicor ke dalam
cetakan.
Adukan C2 : Semua beton bertulang yang ditentukan secara khusus.
Adukan C3 : Kolom atau blok beton bertulang yang mempunyai ukuran 15 cm atau
kurang.
Adukan C4 : Untuk beton pra-cetak, plat lantai, dinding atap dan kolom, atap, dan
bagian yang rapat air.
II-3
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Komposisi campuran adukan beton harus diawasi secara seksama, baik volume
maupun berat dan masing-masing bahan campuran. Bahan-bahan dan ketentuan-
ketentuan tidak memenuhi syarat-syarat teknis harus disingkirkan jauh dari tempat
pekerjaan. Proposi semen yang ditentukan dalam pasal ini adalah ukuran minimal, jadi
tidak diijinkan untuk dikurangi.
1.5 Pengecoran
Sebelum melakukan pengecoran, adukan beton harus memenuhi persyaratan/
ketentuan PBI 1990. Pengecoran beton harus dihindari dari udara panas/suhu adukan
beton tidak boleh lebih dari 32o C. Untuk menghindari proses pengerasan beton yang
terlalu cepat. Adukan beton harus terbagi rata selama proses pengecoran dan
bagaimanapun setelah pengecoran tidak boleh ada bagian yang dipindahkan lebih dari
2 (dua) meter jarak horisontal. Untuk setiap lapisan beton harus dicor pada waktu
lapisan sebelumnya masih lunak.
Tingkat pengecoran beton dalam acuan ini tidak boleh melebihi 1 (satu) meter kenaikan
vertikal setiap jam. Pengecoran dan penyelesaiannya tidak boleh dilakukan lebih dari 8
(delapan) jam pada siang hari dan tidak dalam keadaan hujan.
II-4
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau
gradasi dari agregat saat masuk dalam mesing pengaduk (mixer). Penambahan air
untuk mencairkan kembali beton kaku hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang
menjadi kering sebelum dipasang tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton
untuk seluruh pengadukan adalah diperlukan nilai slump dari kerucut beton, tidak
melampaui 7,5 cm. Semua harus sesuai dengan NI.2-PBI 1971, jika beton tidak
memenuhi syarat ini tidak boleh dipakai, dan Kontraktor harus menyingkirkan dari
tempat pekerjaan.
Direksi berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat
dilaksanakan (praktis) dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau
karena alasan penghematan.
1.7 Pemadatan
1.7.1 Umum
Selama proses pengecoran berlangsung, maka beton harus dipadatkan dengan alat
mekanis (internal atau external vibrator), kecuali jika mengijinkan pemadatan dengan
menggunakan tenaga manusia.
Bila oleh Direksi diperkenankan cara pemadatan dengan tenaga manusia, maka
dapat dilakukan dengan cara memukul-mukul acuan dari luar, mencocok atau
menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu. Ketelitian dalam hal ini sangat perlu
diantara dan di sekeliling tulangan, membuat agar permukaan manjadi rata dan halus,
mengeluarkan gelembung-gelembung udara serta mengisi semua rongga. Juga harus
diperhatikan agar penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang dapat
II-5
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
II-6
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Dianjurkan untuk menyediakan alat internal vibrator secukupnya, agar bila terjadi
kerusakan alat, pekerjaan tidak tertunda. Bila digunakan alat lain, maka cara dan
jumlahnya akan ditentukan oleh Direksi.
II-7
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
II-8
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan lalu dipadatkan dengan alat yang
cocok.
Tebal minimum : 15 cm
1.10 Plesteran
Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, bidang-bidang yang akan diplester harus
dibersihkan dari kotoran/bahan-bahan yang dapat mengurangi daya lekat plesteran.
Pemasangan plesteran harus sesuai dengan gambar, tebal plesteran 1,5 cm dengan
mempergunakan adukan 1 pc : 3 ps.
1.11 Siar
Pekerjaan siar dilaksanakan dengan terlebih dahulu mengerok siar, kemudian
dibersihkan dan basahi dengan air sampai basah benar.
Siar menggunakan adukan 1 PC : 2 Psr, dengan kedudukan siar 1 cm dibelakang
permukaan batu muka ditentukan oleh Direksi pihak Direksi.
Pemakaian alat pengetam dalam spasi siat dilarang keras kecuali dengan persetujuan
pihak Direksi.
II-9
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
1.12 Seponengan
Pekerjaan sponengan dilaksanakan dengan terlebih dahulu membersihkan permukaan
yang kasar dan dibasahi dengan air sampai benar-benar basah. Adukan dari sponengan
menggunakan cement portland dan air.
Bentuk sponengan harus lurus dan siku (membentuk sudut 90o).
II-10
Perencanaan Sistem Penanganan Limbah Cair Universitas
Brawijaya (2016)
Bahan-bahan bekas bongkaran atau berasal galian tanah menjadi milik Kontraktor
Bekas barak kerja, gudang bahan, kantor lapangan dan perlengka pannya, serta
perancah-perancah atau papan cetak beton menjadi milik proyek
2.
II-11