Anda di halaman 1dari 8

No. ID dan Nama Peserta : dr. St. Hardiyanti. S.

Malik
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Prof.Dr.H.M. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng
Topik: Hemorrhoid Eksterna
Tanggal (kasus) : 19 januari 2017
Nama Pasien : Tn. An
Tanggal presentasi : 2 Maret 2017 Pendamping: dr. Hikmawaty K, MARS
Tempat presentasi: RSUD Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu,Sp.KK Kab. Bantaeng
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien, Laki-laki 28 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan seperti daging keluar di
duburnya yang dialami kurang lebih 1 tahun. Awalnya benjolan tersebut dapat masuk sendiri jika
didorong tetapi sekarang benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali meski dibantu. Benjolan terasa
nyeri, gatal dan keluar darah segar menetes jika BAB. Riwayat pekerjaan pasien sebagai kuli bangunan,
Riwayat sering konstipasi, dan malas makan sayur dan buah.
Tujuan: memberikan menegakkan diagnosis hemorrhoid dan melakukan terapi yang tepat
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. An


Nama klinik RSUD Prof.Dr.H. Anwar Makkatutu,Sp.KK Kab. Bantaeng
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
Pasien, Laki-laki 28 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan seperti daging keluar di duburnya
yang dialami kurang lebih 1 tahun namun memberat beberapa hari terakhir. Awalnya benjolan tersebut
dapat masuk sendiri jika didorong tetapi sekarang benjolan tersebut tidak dapat masuk kembali meski
dibantu. Benjolan terasa nyeri, gatal dan keluar darah segar menetes jika BAB. Riwayat pekerjaan pasien
sebagai kuli bangunan, Riwayat sering konstipasi, dan malas makan sayur dan buah.
2. Riwayat HT, DM, dan penyakit lain tidak ada,
3. Riwayat keluarga memiliki keluhan serupa ada.

1
4. Riwayat pekerjaan karyawan swasta
Daftar Pustaka:
a. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/patogenesis_diagnosis.pdf
b. Mansjoer, A., dkk. Hemorrhoid. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000 : 321-323
c. http://pharos.co.id/news-a-media/beritakesehatan/417-kenali-hemorrhoid-wasir-lebih-dekat.html
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Hemorrhoid
2. Penanganan hemorrhoid
3. Edukasi pasien

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

5. Subyektif:
Deskripsi: Pasien, Laki-laki 28 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan seperti daging
keluar di duburnya yang dialami kurang lebih 1 tahun namun memberat beberapa hari terakhir.
Awalnya benjolan tersebut dapat masuk sendiri jika didorong tetapi sekarang benjolan tersebut
tidak dapat masuk kembali meski dibantu. Benjolan terasa nyeri, gatal dan keluar darah segar
menetes jika BAB. Riwayat pekerjaan pasien sebagai kuli bangunan, Riwayat sering konstipasi,
dan malas makan sayur dan buah.
Riwayat HT, DM, dan penyakit lain tidak ada.
Riwayat keluarga memiliki keluhan serupa ada.
Riwayat pekerjaan karyawan swasta
6. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh, GCS E4M6V5, tanda-tanda vital TD = 120/80 mmHg, N =
74 kali/menit, P = 20 kali/menit, S = 36.8 °C
Pemeriksaan Fisis:
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

2
Anus: terlihat benjolan ukuran 1x1x1 cm keluar dari lubang anus, nyeri tekan (+) darah (-) ,
warna sama dengan jaringan sekitarnya, posisi arah jam 3, konsistensi lunak, permukaan licin,
massa dapat direposisi.
RT examination : mukosa ani licin, spinchter ani mencekik, ampulla recti normal, teraba massa
pada arah jam 3 dengan konsistensi lunak ukuran ± 1x1cm disertai nyeri tekan.
Handschoen lendir (+) darah (+) feses (-)

7. Assesment:
Hemorroid adalah penyakit yang cukup sering terjadi di masyarakat dan tersebar luas diseluruh
dunia.Prevalensi penyakit ini di USA diperkirakan sekitar 4-5%. Hemorroid bukan penyakit yang
fatal, tetapi sangat mengganggu kehidupan. Sebelumnya hemorroid ini dikira hanya timbul
karena stasis aliran darah daerah pleksus hemorroidalis,tetapi ternyata tidak sesederhana itu.
Simptomatologi sering tidak sejalan dengan besarnya hemorroid,kadang-kadang hemorrhoid
yang besar tidak/hanya sedikit memberikan keluhan, sebaliknya hemorroid kecil dapat
memberikan gejala perdarahan. Karena itu untuk diagnosis hemorroid memerlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan konfirmasi yang teliti serta perlu dievaluasi dengan seksama
agar dapat dicapai pendekatan terapeutik yang sesuai.
Patogenesis
Pleksus hemorroidalis merupakan sistem artereriovenous anastomosis yang terletak didaerah
submukosa kanalis analis.Terdapat dua buah pleksus yaitu pleksus hemorroidalis internal dan
eksternal yang terpisah satu dengan yang lainnya,sebagai batas adalah linea dentata. Ada 3 hal
yang penting untuk diketahui, yaitu pertama adalah mukosa rektum atau mukosa
anodermal,kemudian stroma jaringan yang berisi pembuluh darah,otot polos dan jaringan ikat
penunjang serta ketiga adalah jangkar (anchor) yang akan melindungi pleksus hemorroid dari
mekanisme kerja sfinkter ani. Dengan bertambah usia dan berbagai faktor pemburuk (seperti
bendungan sistim porta, kehamilan, PPOK, konstipasi kronik,keadaan yang menimbulkan
tekanan intrapelvis meningkat) maka jaringan penunjang dan jangkar tersebut dapat menjadi
rusak akibatnya pleksus akan menonjol dan turun dan memberikan gejala.Teori lain menyatakan
bahwa hemorroid ini mirip dengan suatu Arteri Vena malformation,ini dibuktikan dengan adanya
perdarahan yang berwarna merah(bukan hitam) seperti perdarahan arterial.Teori terakhir
menyatakan bahwa defek utama merupakan kombinasi dari lemahnya jaringan penyokong
pleksus hemorroidalis – hipertrofi dari otot sfinkter ani.Pada beberapa individu sfinkter ani
interna hipertrofi sehingga kanalis analis makin menyempit,pada saat mengedan terjadi
kongesti,bolus feses menekan pleksus kebawah melalui sfinkter yang hipertrofi,terjadi kongesti

3
dan menjadi simptomatik. Dalam hal ini akan terjadi sirkulus vitiosus yaitu;Penonjolan pleksus
submukosa akan menimbulkan kanalis analis menjadi kaku hal ini merangsang sfinkter menjadi
lebih kencang sehingga kongesti aliran darah menjadi semakin berat dan akhirnya penonjolan
semakin besar. Tidak ada bukti bahwa keturunan dan faktor geografi turut berperan. Upaya
pengobatan sebaiknya berdasarkan pada pendekatan bagaimana memotong lingkaran setan tadi.
Diagnosis
Menurut anatomi atau letaknya, hemorrhoid dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Batas antara interna dan eksterna adalah suatu garis
pada anus yang disebut linea dentata atau pectinate line. Linea dentata adalah garis pertemuan
antara permukaan usus besar di sisi dalam dan permukaan kulit di sisi luar. Jika benjolan berasal
dari atas linea dentata, maka hemorrhoidnya termasuk hemorrhoid interna. Sebaliknya jika
benjolan berasal dari bawah linea dentata, hemorrhoidnya termasuk hemorrhoid eksterna.
Golligher telah membuat klasifikasi hemorrhoid interna menurut derajat prolaps (ukuran
benjolan); sebagai berikut:
1. Grade 1: keluar darah segar saat mengedan. Tidak ada benjolan keluar dari anus.
2. Grade 2: keluar benjolan dari anus saat mengedan, tetapi begitu berhenti mengedan benjolan
tersebut masuk kembali ke anus.
3. Grade 3: keluar benjolan dari anus saat mengedan, dan tidak masuk kembali secara spontan saat
berhenti mengedan (harus didorong dengan jari agar dapat masuk).
4. Grade 4: benjolan yang keluar dari anus secara permanen dan tidak dapat masuk kembali lagi ke
anus.

Gejala klinis
Gejala utama hemorrhoid tahap awal adalah keluarnya darah berwarna merah segar saat buang
air besar, biasanya keluar bersama atau sesudah tinja. Gejala dapat berlanjut menjadi benjolan
yang keluar lewat anus; yang seringkali meradang dan mengalami iritasi sehingga timbul
pembengkakan dan nyeri. Benjolan ini berpotensi menyumbat keluarnya lendir ataupun tinja dari
usus besar, sehingga terjadi kesulitan buang air besar yang akan semakin memperparah
hemorrhoid, dan seterusnya.

Pemeriksaan fisik oleh dokter


Untuk memastikan diagnosis hemorrhoid interna, dokter akan memeriksa anus dengan jari (colok
dubur/rectal examination). Pemeriksaan fisik ini penting untuk mencari asal darah segar. Jika
perlu dokter akan melakukan proktoskopi untuk menilai usus besar bagian ujung (rektum) dan

4
anus; atau bahkan kolonoskopi untuk menilai seluruh usus besar. Normalnya pada kasus
hemorrhoid, masalah hanya ada pada anus dan tidak pada usus besar.
Sedangkan untuk hemorrhoid eksterna, umumnya sudah terlihat dari pemeriksaan fisik luar.
Yang diperhatikan dokter di sini adalah apakah hemorrhoid sudah mengalami trombosis
(gangguan sirkulasi darah) atau tidak. Ciri jaringan hemorrhoid trombotik adalah berwarna
kebiruan atau keunguan dan dirasakan nyeri.
8. Plan:
Diagnosis:
Pasien ini didiagnosis dengan hemorroidh interna grade III karena pada pemeriksaan fisis
Anus: terlihat benjolan ukuran 1x1x1 cm keluar dari lubang anus, nyeri tekan (+) darah (-) ,
warna sama dengan jaringan sekitarnya, posisi arah jam 3, konsistensi lunak, permukaan licin,
massa dapat direposisi.
RT examination : mukosa ani licin, spinchter ani mencekik, ampulla recti normal, teraba massa
pada arah jam 3 dengan konsistensi lunak ukuran ± 1x1cm disertai nyeri tekan.
Handschoen lendir (+) darah (+) feses (-)

Pengobatan:
Pada pasien ini terapi yang saya berikan adalah:
1. Edukasi
2. Ardium 2x1 tab
3. Asam mefenamat (jika nyeri)
4. Konsul ke dokter spesialis bedah.

Terapi hemorrhoid
Pengobatan hemorrhoid dapat dilakukan dengan tiga modalitas utama:
 Modifikasi gaya hidup
 Obat-obatan (farmakologis)
 Tindakan (nonfarmakologis)

Modifikasi gaya hidup


Modifikasi gaya hidup yang dimaksud di sini antara lain:
1. Konsumsi serat (30 gram per hari) dan banyak minum air putih (6-8 gelas/hari). Diet tinggi
serat hanya mengurangi nyeri dan perdarahan, namun tidak mengecilkan hemorrhoid yang besar.
2. Olahraga teratur: hindari duduk berlebihan.

5
3. Tidak menahan buang air besar.
4. Bab teratur tiap hari.
5. Hindari mengangkat beban berat.
6. Hindari makanan yang mengiritasi lokal (makanan pedis dan alcohol)
7. Jangan mengedan sewaktu buang air besar.
8. Jangan duduk di toilet selama lebih dari 1 menit. Kebiasaan membawa bahan bacaan atau
sejenisnya ke dalam toilet harus dihindarkan.
9. Sitz bath (berendam air hangat 10 menit/hari) membantu meredakan nyeri.
10. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan/higiene di daerah anus.

Perlu diketahui bahwa modifikasi gaya hidup ini juga penting untuk mencegah terjadinya
hemorrhoid bagi yang belum mengalaminya.

Peran Obat-obatan: Topikal


Ada banyak obat oles dan supositoria untuk hemorrhoid yang dijual bebas. Obat-obatan ini
umumnya hanya meredakan gejala peradangan akut untuk sementara saja. Jenis obat hemorrhoid
tersebut antara lain meliputi analgesik lokal, vasokonstriktor, dan kortikosteroid. Penggunaan
obat jangka panjang tidak dianjurkan karena kortikosteroid dapat menipiskan kulit sekitar anus.
Belakangan diketahui pula bahwa pemberian lidokain topikal (1.5%) cukup baik mengatasi rasa
nyeri setelah hemorrhoidektomi; dengan ataupun tanpa nifedipin topikal (0.3%).

Peran Obat-obatan: Sistemik


Peran obat sistemik tidak terlalu penting dalam pengobatan hemorrhoid. Pada kasus hemorrhoid
derajat rendah dan hemorrhoid yang telah dioperasi dapat diberikan analgesik ringan; untuk
menunjang modifikasi gaya hidup. Di Eropa dan Asia banyak digunakan obat vasotopik oral
yang bermanfaat untuk mengecilkan pembuluh darah vena yang mengalami varices, termasuk
hemorrhoid. Contoh obatnya adalah citrus flavonoid (ARDIUM). Ardium memiliki daya kerja
khas pada pembuluh-pembuluh kapiler, yaitu meningkatkan daya tahan/resistensi, dan
mengurangi permeabilitas. Berkat khasiat-khasiat farmakologinya ardium dapat mengurangi
bengkak/edema, rasa nyeri pada tungkai, dan gejala-gejala patologis lainnya yang berhubungan
dengan insufisiensi vena yang kronis.Pada pasien pascabedah hemorrhoid obat vasotopik ini juga
dapat dipakai untuk menunjang terapi antibiotik dan antiinflamasi.

Tindakan terhadap hemorrhoid

6
Setelah diagnosis hemorrhoid ditegakkan, dokter akan membantu pasien memilih terapi yang
sesuai dengan derajat hemorrhoid pasien yang bersangkutan. Ada beberapa macam tindakan
untuk kesembuhan hemorrhoid, yaitu:
 Skleroterapi
 Rubber-band ligation
 Stapled hemorrhoidectomy
 Conventional hemorrhoidectomy
 Eksisi (khusus hemorrhoid eksterna)

Skleroterapi menggunakan suntikan sodium tetradecyl sulfate yang bersifat sklerotik pada
pangkal jaringan hemorrhoid yang belum terlalu besar. Dengan penyuntikan ini, jaringan
hemorrhoid akan mengalami gangguan aliran darah, mengeras, dan perlahan-lahan mengecil.

Rubber-band ligation adalah prosedur pemasangan pita karet (biasanya sebanyak 2 pita) untuk
mengikat bagian permukaan anus yang menonjol akibat hemorrhoid. Setelah itu karet dibiarkan
tetap berada di dalam anus. Selain paling sederhana, tindakan ini ditoleransi cukup baik oleh
sebagian besar pasien, dengan efek samping ringan (rasa penuh di perut bawah dan keluar sedikit
darah), yang umumnya dapat reda dengan sendirinya.

Hemorrhoidektomi (hemorrhoidectomy) adalah prosedur bedah untuk mengangkat seluruh


jaringan dan vena sekitar anus yang mengalami pembengkakan. Dapat dilakukan secara
terencana ataupun darurat; dan cara tertutup ataupun terbuka. Saat ini prosedur
hemorrhoidektomi cukup menggunakan stapler. Di sini stapler dipasang untuk menjepit dan
mengurangi aliran darah ke jaringan yang membengkak pada hemorrhoid; sehingga jaringan
pembengkakan diharapkan akan rusak. Keuntungannya adalah masa rawat inap menjadi lebih
singkat. Namun sayang, menurut hasil meta-analisis dari Giordano et al (2009), ternyata stapled
hemorrhoidectomy ini memberikan angka kekambuhan lebih tinggi daripada pembedahan biasa
(konvensional).

Eksisi merupakan tindakan anjuran untuk hemorrhoid eksterna yang sudah trombosis.

Penyulit Pascabedah
Setelah dilaksanakan prosedur bedah, sejumlah penyulit dapat timbul; antara lain: nyeri, sulit
buang air kecil, perdarahan dari anus, konstipasi, abses atau bisul, timbul tonjolan pada kulit

7
(skin tag), dan sebagainya. Umumnya penyulit ini dapat reda dengan sendirinya. Untuk
mengantisipasi adanya penyulit, penderita dianjurkan kontrol teratur ke dokter bedah seusai
prosedur bedah.

Pendidikan:
Kita menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

Konsultasi:
Dijelaskan adanya indikasi operasi dan konsultasi dengan spesialis bedah untuk penanganan
lebih lanjut jika hemorrhoid dirasakan sangat mengganggu, sering berdarah dan tanda-tanda
trombosis.

Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan sarana
dan prasarana yang lebih memadai.

Mengetahui,

Bantaeng, 02 Maret 2017

Dokter Internsip Dokter Pendamping

dr. St. Hardiyanti. S. Malik dr. Hikmawaty K, MARS

Anda mungkin juga menyukai