Kepada Yth,
Direktur Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan
Di
Tempat
Dengan hormat,
Teriring do’a Semoga bapak selalu mendapatkan limpahan Rahmat dari Tuhan Yang Maha
Esa dalam menjalankan tugas dan pengabdian kepada Bangsa dan Negara.
Sehubungan dengan telah terbitnya Peraturan Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan, BPJS
Kesehatan nomor 05 tahun 2018 tentang Penjaminan Pelayanan Rehabilitasi Medik Dalam
Program Jaminan Kesehatan, yang pada lampiran peraturan tersebut mengatur tindakan Fisioterapi,
maka Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) menyatakan keberatan dan menolak penerapan peraturan
tersebut dalam pemberian pelayanan/tindakan fisioterapi kepada masyarakat oleh karena :
1. Dapat menurunkan kualitas dan manfaat pelayanan fisioterapi yang diterima oleh
pasien/klien.
Dosimetri program Fisioterapi termasuk didalamnya frekuensi terapi seharusnya melalui
pertimbangan klinis (derajat patologi, lokasi patologi, biophysical change, physiological
effect dan therapeutic effect, dll ) masing-masing pasien/klien secara individual.
Penerapan peraturan tersebut justru akan membuat program fisioterapi menjadi tidak efektif
yang dapat berpotensi terjadinya pembiayaan yang lebih tinggi.
2. Penentuan frekuensi terapi sebagaimana yang tertuang dalam lampiran peraturan tersebut
tidak didasarkan pada evidence-based practice dan clinical reasoning yang valid terhadap
analisa gangguan gerak dan fungsi namun semata-mata hanya pada kalkulasi efisiesi
material melalui pengurangan jumlah kunjungan. Hal ini berpotensi terhadap pelanggaran
Undang-Undang no 36 tahun 2009, pasal 23 ayat 4 yang menyatakan selama memberikan
pelayanan kesehatan, dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
3. Peraturan yang didalam lampiran mengatur tindakan fisioterapi tidak sesuai dengan standar
pelayanan fisioterapi, sehingga dapat berakibat tidak adanya perlindungan hukum terhadap
fisioterapis yang memberikan pelayanan (UU no 36 tahun 2014, pasal 57 butir a). Sementara
kewajiban untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi diamanatkan dalam
UU no 36 tahun 2009, UU nomor 36 tahun 2014 dan UU nomor 44 tahun 2009.
4. Pengelompokan modalitas dan kewenangan aplikasinya sebagaimana pada lampiran 1 dan 2
pada peraturan tersebut tidak memiliki dasar ilmiah serta menunjukkan rendahnya
kompetensi dan pemahaman tentang pemanfaatan modalitas electrophysical agents. Hal ini
akan berakibat pada penanganan gangguan gerak dan fungsi pasien/klien menjadi tidak
efektif .
PENGURUS PUSAT
IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA ( IFI )
The Indonesian Physiotherapy Association
Sekertariat : Jl Raya Serengseng No 8 E, Kembangan, Jakarta Barat 11630
Telp/fax : 021 5847248, Email : pp_ifi@yahoo.co.id, Website : www.ifi.or.id,
Tujuan peraturan tersebut sebagai bagian dari pengembangan sistem untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas program JKN – KIS, sebagaimana pada surat tanggapan BPJS kesehatan
nomor 8920/I.2/0718 tertanggal 18 Juli 2018 adalah kebijakan yang tidak tepat dan tidak relevan
karena upaya efisiensi seharusnya bukan dengan pembatasan frekuensi kunjungan yang merupakan
bagian dari dosis terapi.
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Tembusan :
1. Menteri Kesehatan RI
2. Ketua Komisi IX DPR-RI
3. Ketua Ombudsman RI