Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut WHO Epilepsi merupakan gangguan neurologis kronis
yang dapat terjadi di segala usia. Epilepsi dikenal sebagai salah satu
kondisi tertua di dunia, sekitar 50 juta orang di dunia mengidap epilepsi.1
Penyakit ini telah lama dikenal dalam masyarakat terbukti dengan adanya
istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit ini seperti sawan, ayan,
sekalor, dan celengan, tapi pengertian tentang penyakit ini masih kurang
bahkan salah, penderita epilepsi sering digolongkan dalam penyakit gila,
kutukan, dan turunan sehingga penderita tidak diobati bahkan
disembunyikan. Akibatnya banyak penderita epilepsi yang tidak
terdiagnosis dan mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga
menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang merugikan bagi
penderita maupun keluarganya.2
Sebagian besar kasus epilepsi dijumpai pada usia anak-anak, dan
merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama pada kelompok usia
tersebut.3 Insiden epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara
dengan variasi yang luas, terdapat sekitar 4-6 per 1000 anak, hal ini
tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur populasi.4 Laporan
CDC12 menunjukkan bahwa prevalensi epilepsi pada usia kurang dari
15 tahun di Amerika Serikat tahun 1994 adalah sebesar 4 per 1.000
penduduk (95% CI 3,0-5,0), sebuah penelitian retrospektif terhadap
302 orang anak di Arab Saudi oleh El Awad dan Adedoyin menunjukkan
bahwa kejang menempati urutan pertama penyakit neurologis pada
anak-anak, dengan rasio laki-laki dibanding wanita sebesar 1,0 : 0,6.
Epilepsi merupakan urutan pertama (52,1%) penyebab kejang pada
anak-anak (51,7% epilepsi idiopatik dan 48,3% epilepsi sekunder),
sementara kejang demam menempati urutan kedua (38,3%) kasus.3

http://www.digilib.unimus.ac.id/
Indonesia terdapat paling sedikit 700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan
pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan diperkirakan
40%-50% terjadi pada anak-anak.4
Penelitian yang dilakukan oleh Wishadewa et. al., diperoleh data
dari rekam medik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM
selama 5 tahun terakhir tercatat pasien epilepsi yang dirujuk 526 kasus
baru.5 Penelitian di RSU dr. Soetomo Surabaya selama satu bulan
mendapatkan 86 kasus epilepsi pada anak, di dapatkan data bahwa
penderita terbanyak pada golongan umur 0-1 tahun (8,14%), kemudian 1-6
tahun (46,5%), 6-10 tahun (29,1%), dan 10-18 tahun (16,28%).6 Menurut
data pasien epilepsi yang rawat jalan di RSUD Sleman tahun 2010, untuk
golongan umur 28 hari-1 tahun terdapat 7 kasus, kemudian golongan umur
1-4 tahun terdapat 15 kasus, dan golongan umur 5-14 tahun terdapat
22 kasus.7 Suwarba melakukan penelitian di bagian / SMF Ilmu Kesehatan
Anak FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar Bali selama periode Januari
2007-Desember 2010, dijumpai pasien epilepsi baru 276 kasus dan
rata-rata 69 kasus per tahun, dengan insiden 5,3%, dari penelitian tersebut
yang mempunyai riwayat kejang demam sebelumnya 48 (10,1%) kasus.4
Beberapa faktor yang menjadi penyebab epilepsi adalah trauma
kepala, tumor otak, radang otak, riwayat kehamilan jelek, dan kejang
demam. Lumbantobing menyatakan sekitar 0,5-12% kejang demam
berulang merupakan faktor predisposisi terjadinya epilepsi di kemudian
hari.6 Penelitian yang dilakukan oleh Budiarto, menunjukkan bahwa
kejang demam bermakna sebagai faktor risiko terjadinya epilepsi
(OR: 5,94; 95% CI: 3,49-10,09).8
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada
anak, lebih dari 90% kasus kejang demam terjadi pada anak berusia di
bawah 5 tahun. Terbanyak bangkitan kejang demam terjadi pada anak
berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22 bulan, insiden bangkitan
kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Sebagian besar kasus
kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi

http://www.digilib.unimus.ac.id/
(2%-7%) dengan angka kematian 0,64%-0,75%.9,10 Kejang demam
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan kejang
demam kompleks. Kejang demam kompleks dapat berkembang menjadi
status epileptikus.9 Penelitian Livingston mendapatkan dari kejang demam
sederhana hanya 2,9% yang menjadi epilepsi dan epilepsi yang di
provokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.11

B. RUMUSAN MASALAH
Adakah hubungan riwayat kejang demam pada anak dengan
kejadian epilepsi pada anak usia 6-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat
Dr. Kariadi Semarang Periode 2010-2011

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian
epilepsi pada anak usia 6-14 tahun.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan insidens tertinggi epilepsi anak pada usia 6-14
tahun.
b. Mendeskripsikan insidens tertinggi epilepsi anak pada usia 6-14
tahun dengan riwayat kejang demam.
c. Mendeskripsikan riwayat kejang demam pada anak
d. Menganalisis hubungan riwayat kejang demam dengan kejadian
epilepsi pada anak usia 6-14 tahun

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pihak Rumah Sakit Umum
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi Rumah Sakit dalam
meningkatkan pelayanan terutama pada anak yang menderita kejang
demam dan epilepsi.

http://www.digilib.unimus.ac.id/
2. Bagi Peneliti lain
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan refrensi bagi peneliti lain
yang berminat melakukan penelitian di bidang epilepsi di masa yang
akan datang.
3. Bagi Masyarakat
a. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi masyarakat tentang
pentingnya mengetahui kejang demam dan epilepsi.
b. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
epilepsi.

http://www.digilib.unimus.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai