Anda di halaman 1dari 73

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY J.

DENGAN POST
OPERASI CRANIOTOMY EXCUSES INTRA VENTRICULAR
HEMORHAGE (IVH) DIRUANG ICU
RSUD CENGKARENG
TAHUN 2018

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
YULIUS HENDRO, S.Kep
17.156.03.11.049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
2018
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY J. DENGAN POST
OPERASI CRANIOTOMY EXCUSES INTRA VENTRICULAR
HEMORHAGE (IVH) DI RUANG ICU
RSUD CENGKARENG
TAHUN 2018

TUGAS AKHIR

Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Profesi Ners (Ners)


Pada Program Studi Profesi Ners
STIKes Medistra Indonesia

Disusun Oleh :
YULIUS HENDRO, S.Kep
17.156.03.11.049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
2018

LEMBAR PERSETUJUAN

i
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY J. DENGAN POST
OPERASI CRANIOTOMY EXCUSES INTRA VENTRICULAR
HEMORHAGE (IVH) DI RUANG ICU
RSUD CENGKARENG
TAHUN 2018

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :
Yulius Hendro, S.Kep
17.156.03.11.049

Tugas Akhir ini Telah Disetujui


Tanggal 10 April 2018

Pembimbing

Kiki Deniati, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NUPN: 9932000091

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
STIKes Medistra Indonesia

Lisna Nuryanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0420078101

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY J. DENGAN POST


OPERASI CRANIOTOMY EXCUSES INTRA VENTRICULAR
HEMORHAGE (IVH) DI RUANG ICU
RSUD CENGKARENG
TAHUN 2018

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:
Yulius Hendro, S.Kep
NPM 17.156.03.11.049

Diujikan di STIKes Medistra Indonesia


Tanggal 10 April 2018
Penguji I Penguji II
Penguji I Penguji II

Lisna Nuryanti
Kiki Deniati, S.Kep.,Ners.,M.Kep
S.Kep.,Ners.,M.Kep Ernauli Meliyana
IrfanS.Kep.,Ners.,M.Kep
Efendi
NIDN. 0420078101
NUPN: 9932000091 NUPN. 9932000093
NIP. 197706162014121002

Mengetahui
Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Medistra Indonesia STIKes Medistra Indonesia

Lenny Irmawaty S, SST, M.Kes Lisna Nuryanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0319017902 NIDN. 0420078101
Disahkan
Ketua STIKes Medistra Indonesia

Tetty Rina Aritonang Simaremare, SST., M.Keb


NIDN. 0321097401

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yulius Hendro, S.Kep

NPM : 17.156.03.11.049

Program Studi : Profesi Ners

Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Kritis Pada Ny J. Dengan Post Operasi

Craniotomy Excuses Intra Ventricular Hemorhage (IVH) di

Ruang ICU RSUD Cengkareng Tahun 2018

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Bekasi, 10 April 2018

Yang membuat pernyataan,

Yulius Hendro, S.Kep

NPM. 17.156.03.11.049

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkah dan ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “

Asuhan Keperawatan Kritis Pada Ny J. dengan Post Operasi Craniotomy Excuses

Intra Ventricular Hemorhage (IVH) di ruang ICU RSUD Cengkareng Tahun

2018” Sesuai dengan harapan.

Penulisan Tugas Akhir merupakan bagian dari syarat memperoleh gelar

profesi keperawatan (Ners) pada Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra

Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh

rasa hormat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun

tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai,

terutama kepada yang saya hormati :

1. Usman Ompusunggu, SE selaku Ketua Yayasan Medistra Indonesia


2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH STIKes Medistra Indonesia
3. Tetty Rina Aritonang simaremare, SST, M.Keb selaku ketua STIKes

Medistra Indonesia
4. Lenny Irmawaty SST., M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIKes Medistra Indonesia.
5. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan
Kepegawaian STIKes Medistra Indonesia

v
vi

6. Hainun Nisa. SST.,M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan


STIKes Medistra Indonesia
7. Lisna Nuryanti, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes Medistra Indonesia.
8. Ernauli Meliyana, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Medistra Indonesia
9. Kiki Deniati, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan,
masukan dan arahan selama penyusunan Tugas Akhir ini.
10. Dosen dan Staff STIKes Medistra Indonesia
11. Irfan Efendi selaku pembimbing lahan RSUD Cengkareng yang telah
membimbing saya sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas akhir ini
12. Khusus untuk kedua orangtua yang selalu memberikan do’a nya yang tulus
dan dukungan sepenuhnya sehingga saya sudah jalan sejauh ini dan berhasil.
13. Rekan-rekan seperjuangan kelas profesi ners angkatan IV STIKes Medistra
Indonesia yang telah banyak memberikan kenangan, pengalaman, dan
dukungan yang luar biasa serta motivasi untuk menyelasikan studi hingga
tugas akhir.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan setiap langkah-lanhkah
kita menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita
semua. Aamiin.

Bekasi, April 2018


Penulis

Yulius Hendro, S.Kep

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................


LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................
KEASLIAN PENELITIAN ...............................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Institusi Pendidikan
3. Bagi Klien Dan Keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Intraventricular Hemorhage (IVH)
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda Dan Gejala
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Diagnose
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
8. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan
B. Konsep Craniotomy
1. Definisi
2. Tujuan
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Mekanisme Cedera
6. Indikasi
7. Komplikasi
8. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
9. Intervensi
10. Patafisiologi Klien

vii
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian Data Dasar
2. Status Kesehatan
3. Pengkajian Fisik
4. Pengkajian Persistrem
1) Sistem Pernafasan
2) Sistem Cardiovaskuler
3) Sistem Neurologis
4) Sistem Persepsi Sensori
5) Sistem Perkemihan
6) Sistem Pencernaan
7) Sistem Muskuloskeletal
8) Sistem Integumen
9) Sistem Reproduksi
10) Istirahat Dan Tidur
11) Personal Hyegiene
12) Aktivitas Dasar
13) Bio Spiko Spiritual
14) Therapi / Program Medis
15) Pemeriksaan Laboratorium Dan Penunjang
16) Input-Output Cairan
5. Asuhan Keperawatan
1) Data Fokus
2) Analisa Data
3) Diagnosa Keperawatan
4) Nursing Care Planning

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh, Jika otak sehat,

maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental.

Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan

mental bisa ikut terganggu. Salah satu masalah yang dapat memicu

terjadinya keseibangan tubuh adalah perdarah pada otak, perdarahan

diakiabtkan traumatik ataupun nontraumatik.


Perdarahan otak merupaka betuk perdarahan yang fatal yang jika

terjadi pada bagian otak, seperti cerebellum (otak kecil), cerebrum (otak

besar) dan brainstem (batang otak). Intraventrikular hemoragge (IVH)

diartikan sebagai perdarahan intraserebral non traumatik yang terbatas

pada sistem ventrikel atau yang timbul di dalam atau pada sisi dari

ventrikel. (Nabyl. 2012).


Perdarahan otak memiliki mortalitas dan morbilitas diantara strok

yang lainnya. Kejadian IVH memang sangat jarang. Hal ini menjadi alasan

atas pemahaman yang buruk terhadap gejala klinis, etiologi, dan prognosis

jangka pendek maupun panjang pada pasien IVH. Sepertiga pasien IVH

tidak bertahan pada perawatan di rumah sakit (39%). Angka kejadian IVH

di antara seluruh pasien dengan perdarahan intrakranial adalah 3,1%

dengan prognosis yang dilaporkan lebih baik dari prognosis pasien

perdarahan intraventrikel sekunder. IVH menginduksi morbiditas, dan

menurunnya kesadaran. Dilaporkan terdapat banyak faktor yang

1
2

berhubungan dengan PIVH, namun hipertensi merupakan faktor yang

paling sering ditemukan.


Menurut WHO, proporsi kejadian perdarahan diotak sangat tinggi

terjadi hapir 20-30 %. Angka kejadian perdarahan diotak yang terjadi di

amerika serikat total lebih dari 45.000 per tahun dimana sekitar 45 %

terjadi perdarahan intracerebral spontan dan 25 % aneurisma subaranoid

yang menyebar keventrikel (Nabyl. 2012). Prevalensi perdarahan otak di

Indonesia berdasarkan berdasarkan diagnosis nakes 10,3% maupun

berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi 16,9% (Riskesdas,

2013).
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertatik untuk

menyusun asuhan keperawatan pada Ny J post operasi craniotomy excuses

intra ventricular hemorhage (IVH) di ruang icu RSUD Cengkareng.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura dalam

penerapan langsung ke pasien Ny J post operasi craniotomy excuses

intraventricular hemorhage (IVH) di ruang Icu RSUD Cengkareng.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Ny J post operasi craniotomy

excuses intraventricular hemorhage (IVH) di ruang ICU RSUD

Cengkareng.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post operasi

craniotomy excuses intraventricular hemorhage (IVH) di ruang Icu

RSUD Cengkareng.
3

c. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien post operasi

craniotomy excuses intraventricular hemorhage (IVH) di ruang ICU

RSUD Cengkareng.
d. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien post operasi

craniotomy excuses intraventricular hemorhage (IVH) di ruang ICU

RSUD Cengkareng.
e. Dapat mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada pasien

dengan Ny J post operasi craniotomy excuses intraventricular hemorhage

(IVH) di ruang ICU RSUD Cengkareng.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya penerapan

asukan keperawatan pada pasien post operasi craniotomy

2. Bagi Institusi pendidikan

Dapat menjadi acuan sebagai literatur untuk kelengkapan perkuliahan

terutama pada mata kuliah keperawatan kritis.

3. Bagi klien dan keluarga

Dapat menambah pengetahuan tentang penyakit dan pencegahan

penyakit intraventricular hemorhage (IVH) atau perdarahan di otak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

C. Konsep intraventricular hemorhage (IVH)

1. Definisi

Pengertian IVH secara singkat dapat diartikan sebagai perdarahan

intraserebral non traumatik yang terbatas pada sistem ventrikel atau yang

timbul di dalam atau pada sisi dari ventrikel. Dari pengertian ini dapat

ditarik kesimpulan bahwa kejadian IVH yang menimbulkan serangan

stroke merupakan salah satu dari jenis stroke (CVA) hemoragik yang

berasal dari intra cranial atau sumber permasalahannya adalah peredaran

vaskuler otak. intraventricular hemorhage Yaitu terdapatnya darah hanya

dalam sistem ventrikuler, tanpa adanya ruptur ataulaserasi dinding

ventrikel. Disebutkan pula bahwa PIVH merupakan perdarahan

intraserebral nontraumatik yang terbatas pada sistem ventrikel (Hendra

Permana.2012)

perdarahan intraventrikuler dapat terjadi dalam setiap rentang usia,

namun dengan puncak antara usia 40-60 tahun, dengan rasio angka

kejadian pada pria:wanita=1,4:1. Gambaran klinik pada kasus PIVH yang

ringan bervariasi dan mungkin berkaitan dengan banyaknya perdarahan.

2. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya pecah pembuluh darah (perdarahan) pada

ruangan ventrikel pada otak belum diketahui,namun keadaan Hipertensi

sering kali disebut sebagai penyebab yang paling mungkin, walaupun

4
5

abnormalitas arteri-vena otak dapat juga menyumbang kejadian

perdarahan ini. Tekanan darah yang melebihi kapasitas elastisitas

vaskuler otak merupakan pemicu terjadinya perdarahan pada otak,

terutama bila memang pasien adalah penderita hipertensi parah.. (Donna,

dkk, 2011, Hendra Permana.2012).

Etiologi PIVH bervariasi dan pada beberapa pasien tidak diketahui.

Tetapi menurut penelitian didapatkan :

a) Hipertensi, aneurismabahwa PIVH tersering berasal dari perdarahan

hipertensi pada arteri parenkim yangsangat kecil dari jaringan yang

sangat dekat dengan sistem ventrikuler

b) kebiasaan merokok

c) AlkoholismeDari studi observasional dilaporkan meningkatnya

kejadian stroke perdarahan padapasien merokok dan konsumsi

alkohol.

d) Etiologi lain yang mendasari PIVH di antaranya adalah anomali

pembuluh darahserebral, malformasi pembuluh darah termasuk

angioma kavernosa dan aneurismaserebri merupakan penyebab

tersering PIVH pada usia muda,Pada orang dewasa, PIVH disebabkan

karena penyebaran perdarahan akibat hipertensiprimer dari struktur

periventrikel.

Dari penjelasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan kecil

bahwa penyebab yang paling memungkinkan dari terjadinya IVH

yang dapat menimbulkan serangan stroke adalah hipertensi yang


6

bersifat kronik, selain itu abnormalitas formasi vaskuler juga turut

menyumbang kejadian IVH.

3. Tanda dan gejala

Mayoritas pasien mengalami nyeri kepala akut dan penurunan

kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma. Pada

pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi kronik. Gejala dan tanda

tergantung lokasi perdarahan. Herniasi uncal dengan hilangnya fungsi

batang otak dapat terjadi. Pasien yang selamat secara bertahap

mengalami pemulihan kesadaran dlam beberapa hari. Pasien dengan

perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami

seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral (Ropper,

2005, Santosa 2016).

Pasien usia tua dengan tekanan darah normal yang mengalami PIS

atau perdarahan intraserebellar karena amyloid angiopathybiasanya telah

menderita penyakit Alzheimer atau demensia progresif tipe Alzheimer

dan dalam perjalanannnya perdarahan dapat memasuki rongga

subarachnoid (Anggraeni.2016)

Gejala klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala SAH, berupa :

a) Sakit kepala mendadak


b) Kaku kuduk
c) Muntah
d) Letargi
e) Penurunan kesadaran

Secara mendetail gejala yang muncul diantaranya :

a. Kehilangan Motorik.
7

Disfungsi motor paling umum adalah :

1) Hemiplegia yaitu paralisis pada salah satu sisi yang sama seperti

pada wajah, lengan dan kaki (karena lesi pada hemisfer yang

berlawanan).

2) Hemiparesis yaitu kelemahan pada salah satu sisi tubuh yang

sama seperti wajah, lengan, dan kaki (Karena lesi pada hemisfer

yang berlawanan).

b. Kehilangan atau Defisit Sensori.

1) Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi)

Kejadian seperti kebas dan kesemutan pada bagian tubuh dan

kesulitan dalam propriosepsi (kemampuan untuk merasakan

posisi dan gerakan bagian tubuh).

2) Kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan

auditorius.

c. Kehilangan Komunikasi (Defisit Verbal)

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan

komunikasi. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat

dimanifestasikan oleh hal berikut :

1) Disartria adalah kesulitan berbicara atau kesulitan dalam

membentuk kata. Ditunjukkan dengan bicara yang sulit

dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung

jawab untuk menghasilkan bicara.


8

2) Disfasia atau afasia adalah bicara detektif atau kehilangan bicara,

yang terutama ekspresif atau reseptif (mampu bicara tapi tidak

masuk akal) .
3) Apraksia adalah ketidak mampuan untuk melakukan tindakan

yang dipelajari sebelumnya, seperti terlihat ketika pasien

mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

4) Disfagia adalah kesulitan dalam menelan.

d. Gangguan Persepsi.

Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan

sensasi. IVH dapat mengakibatkan :

1) Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer

diantara mata dan korteks visual.

2) Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang)

3) Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua

atau lebih objek dalam area spasial).

e. Defisit Kognitif.

1) Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.

2) Penurunan lapang perhatian.

3) Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.


4) Alasan abstrak buruk.

5) Perubahan Penilaian.

f. Defisit Emosional.

1) Kehilangan kontrol-diri.

2) Labilitas emosional.
9

3) Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress.

4) Depresi.

5) Menarik diri.

6) Rasa takut, bermusuhan, dan marah.

7) Perasaan Isolasi.

4. Patofisiologi

abnormalitas formasi vaskuler


Hipertensi
otak

Tek. Vaskuler melebihi tek. Menyebabkan vaskuler mudah ruptur


Maksimal vaskuler otak karena formasi vaskuler sendiri

Perdarahan yang terjadi menyebabkan


penekanan pada area otak (desak ruang)

Penekanan Penekanan pada area


pada area Peningkatan TIK tertentu pada otak
sensitif nyeri dapat menybabkan
gangguan fisiologis
Apabila dibiarkan akan otak seperti
terjadi edema otak :gangguan bicara
Nyeri kepala
(area broca),
gangguan gerak, dll
Gangguan kesadaran(penurunan)

5. Pemeriksaan diagnosa
10

a. Pemeriksaan Klinis
Melalui anamnesis dan pengkajian fisik (neurologis):
1) Riwayat penyakit sekarang (kapan timbulnya, lamanya serangan,

gejala yang timbul).


2) Riwayat penyakit dahulu (hipertensi, jantung, DM, disritmia,

ginjal, pernah mengalami trauma kepala).


3) Riwayat penyakit keluarga(hipertensi, jantung, DM).
4) Aktivitas (sulit beraktivitas, kehilangan sensasi penglihatan,

gangguan tonus otot, gangguan tingkat kesadaran).


5) Sirkulasi (hipertensi, jantung, disritmia, gagal ginjal kronis).
6) Makanan/ cairan (nafsu makan berkurang, mual, muntah pada fase

akut, hilang sensasi pengecapan pada lidah, obesitas sebagai faktor

resiko).
7) Neurosensorik (sinkop atau pingsan, vertigo, sakit kepala,

penglihatan berkurang atau ganda, hilang rasa sensorik kotralateral,

afasia motorik, reaksi pupil tidak sama).


8) Kenyamanan (sakit kepala dengan intensitas yang berbeda, tingkah

laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan otot).


9) Pernafasan (merokok sebagai faktor resiko, tidak mampu

menelankarena batuk).
10) Interaksi social (masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi Serebral.
2) Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya

pertahanan atau sumbatan arteri.


a) Computed Tomography-Scanning (CT- scan).

CT Scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS

dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat

diulang dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi

dengan mengeluarkan massa darah diindikasikan pada pasien

sadar yang mengalami peningkatan volume perdarahan.


11

b) Magnetic resonance imaging (MRI).

MRI dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam

beberapa jam pertama setelah perdarahan. Perubahan gambaran

MRI tergantung stadium disolusi hemoglobinoksihemoglobin-

deoksihemogtobin-methemoglobin-ferritin dan hemosiderin.

c) USG Doppler (Ultrasonografi dopple)

Mengindentifikasi penyakit arteriovena (masalah system arteri

karotis(aliran darah atau timbulnya plak) dan arteiosklerosis.

d) EEG (elekroensefalogram)

Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah

lesi yang spesifik.

e) Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah

yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis

interna terdapat pada thrombosis serebral; kalsifikasi persial

dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.


c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah Rutin
2) Gula Darah
3) Urine Rutin
4) Cairan Serebrospinal
5) Analisa Gas Darah (AGD)
6) Biokimia Darah
7) Elektrolit
6. Komplikasi

1) Hidrosefalus. Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan

kemungkinandisebabkan karena obstruksi cairan sirkulasi

serebrospinal atau berkurangnya absorpsi meningeal.


12

2) Perdarahan ulang (rebleeding), dapat terjadi setelah serangan

hipertensi.

3) Vasospasme

Hubungan antara intraventricular hemorrhage (IVH) dengan kejadian

dari vasospasmeserebri, yaitu:

- Disfungsi arteriovena hipotalamik berperan dalam perkembangan

vasospasmeintrakranial.

- Penumpukkan atau jeratan dari bahan spasmogenik akibat

gangguan dari sirkulasicairan serebrospina.

7. Penatalaksanaan

1) CT Scan kepala sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan

akut dandipertimbangkan sebagai gold standard.2.

2) Terapi konvensional PIVH berpusat pada tatalaksana hipertensi dan

peningkatantekanan intrakranial bersamaan dengan koreksi

koagulopati dan mencegah komplikasi seperti :

- Resusitasi cairan intravena

- Elevasi kepala pada posisi 30p

- Mengoreksi demam dengan antipiretik

- Usaha awal untuk fokus menangani peningkatan tekanan intrakranial

(TIK) sangatberalasan, karena peningkatan tekanan intrakranial yang

berat berhubungandengan herniasi dan iskemi.


13

3) Rasio mortalitas yang lebih rendah konsisten ditemukan pada

kebijakan terapidengan : Penggunaan keteter intraventrikuler untuk

mempertahankan TIK dalam batas normal dan Usaha untuk

menghilangkan bekuan darah dengan menyuntikkan trombolitik

dosisrendah

8. Diagnosa dan Intervensi keperawatan


a. Risiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan

dengan desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya

perdarahan intraventrikuler
Intervensi :
- Observasi kesadaran (GCS)setiap jam
- posisikan headup 15-30
- hindari terjadinya hiperkapnia dengan oksigenasi yang adekuat.
- Hindarkan pemberian cairan yang berlebihan
- Kolaborasi pemberian diuretika osmosis seperti furosemide.
b. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler

cerebral
Intervensi :
- Pertahankan tirahbaring selama fase akut
- Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi (batuk,

mngejan,membungkuk).
- Berikan obatsesuai indikasi
c. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan penurunan kesadaran
Intervensi :

- Ubah posisi tidursetiap 2 jam dengan hati-hati.

- Lakukan latihan ROM pasif sesuai indikasi.

- Periksa bising usus setiap 4 jam.

- Kolaborasi dengan tim gizisonde feedingyang adekuat.

- Timbang berat badan dan statusnutrisi lainnya setiap hari.

- Mandikan klien disertai masase setiap hari dengan air


14

D. Konsep craniotomy

1. Definisi

Menurut Brown CV, Weng J, Craniotomy adalah Operasi untuk

membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk

mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.

Menurut Morton (2012), trauma capitis merupakan cedera yang meliputi

trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. Trauma Capitis adalah cedera

kepala yang menyebabkan kerusakan pada kulit kepala, tulang tengkorak

dan pada otak. (Brunner and Suddarth Medikal Surgical Nursing).

2. Tujuan
Craniotomy adalah jenis operasi otak. Ini adalah operasi yang

paling umum dilakukan untuk otak pengangkatan tumor. Operasi ini juga

dilakukan untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk

mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma

serebral), untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal

dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi

tekanan di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk

memeriksa otak.
3. Etiologi
Etiologi dilakukannya Craniotomy karena :
15

a. Adanya benturan kepala yang diam terhadap benda yang sedang

bergerak. Misalnya pukulan-pukulan benda tumpul, kena lemparan

benda tumpul
b. Kepala membentur benda atau objek yang secara relative tidak

bergerak. Misalnya membentur tanah atau mobil.


c. Kombinasi keduanya.
Etiologi trauma capitis berat : Trauma tidak langsung disebabkan

karena

tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena pada kepala

akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.

Semua itu berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan pembentukan

rongga.. trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan

isinya. Kekuatan itu bisa terjadi seketika atau menyusul rusaknya otak

oleh kompresi, goresan atau tekanan.


16

4. Patofisiologi

craniotomy

Luka insisi

Higiene luka buruk Kerusakan jaringan kulit Perdarahan Volume darah


Infeksi kuman Kerusakan integritas Gangguan perfusi
kulit jaringan

Kerusakan ujung-ujung saraf Kekurangan volume


cairan
Reseptor nyeri

Gangguan rasa
nyaman nyeri
5. Mekanisme cedera
Mekanisme cedera memegang peranan yang sangat besar dalam

menentukan berat-ringannya konsekuensi patofisiologi dari trauma kepala.

Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak

membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat benda tumpul, atau

karena terkena lemparan benda tumpul. Cedar perlambatan (deselerasi)

adalah bila kepala membentur objek yang secara relative tidak bergerak,

seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara

bersaman bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung,

seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat.

Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada

kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi

alba dan batang otak.


Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan mungkin karena

memar pada permukan otak, laserasi substansia alba, cedara robekan atau

hemoragi. Sebagai akibat, cedara sekunder dapat terjadi sebagai

kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
17

Konsekuensinya meliputi hyperemia (peningkatan volume darah) pada

area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua

menimbulkan peningkatan intracranial (TIK). Beberapa kondisi yang

dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia,

dan hipotensi.
6. Indikasi
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai

berikut :

a. Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.

b. Mengurangi tekanan intrakranial.

c. Mengevakuasi bekuan darah .

d. Mengontrol bekuan darah, dan

e. Pembenahan organ-organ intrakranial.

f. Tumor otak

g. Perdarahan (hemorrage)

h. Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)

i. Peradangan dalam otak

j. Trauma pada tengkorak

7. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien post operasi craniotomy,

antara lain :

1) Edema cerebral
2) Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral
3) Hypovolemik syok
18

4) Hydrocephalus
5) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes

Insipidus)
8. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

1) Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d udem otak


2) Nyeri akut b.d agen injuri
3) Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan

penumpukan sputum
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
5) Defisit perawataan diri b.d kelemahan fisik

6) Resiko infeksi b.d luka, port d’ entry

9. Intervensi

1) Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d udem otak

Tujuan (NIC) : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran

fungsi motorik. KH : Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan

intrakranial.

Rencana tindakan (NOC) :

a. Monitor dan catat status neurologis menggunakan GCS.

b. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.

c. Pertahankan posisi kepala pada posisi 15-300 dan tidak menekan.

d. Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.

e. Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.

f. Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar

(kolaborasi).

2) Nyeri akut b.d agen injuri

Tujuan (NIC) : Nyeri teratasi KH : Nyeri kepala berkurang (skala nyeri

< 3), Ekspresi wajah klien rileks, tanda-tanda vital dalam batas normal.
19

Rencana Tindakan (NOC) :

a. Kaji keadaan umum dan tanda-tanda vital klien.

b. Kaji karakteristik nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik,

intensitas/keparahan nyeri, faktor presipitasinya)

c. Observasi ketidaknyamanan non verbal

d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, dan beri aktifitas

perlahan.

e. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker, serta

indikasi

f. Ajarkan teknik non farmakologi (seperti: tehnik relaksasi nafas

dalam secara efektif)

g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi farmakologi

(analgesik)

3) Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan

penumpukan sputum.
Tujuan (NIC) : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi,

KH: Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan

bunyi alarm, tidak terjadi sianosis


Rencana Tindakan (NOC) :
a. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas.
b. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam
c. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila

sputum banyak.
d. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
Tujuan (NIC) :Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana Tindakan (NOC) :
20

a. Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk

menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.


b. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
c. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk

daerah yang menonjol.


d. Ganti posisi pasien setiap 2 jam
e. Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab

akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.


f. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam

sekali.
g. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
5) Defisit perawataan diri b.d kelemahan fisik
Tujuan (NIC) : Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.

KH : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.


Rencana Tindakan (NOC) :

a. Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.

b. Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.

c. Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.

d. Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk

menjaga lingkungan yang aman dan bersih.

e. Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan

lingkungan.

6) Resiko infeksi b.d luka, port d’ entry

Tujuan (NIC) : klien tidak mengalami infeksi KH : tanda-tanda vital

dalam batas normal, suhu tubuh tidak meningkat

Rencana tindakan (NOC) :

a. Berikan perawatan dengan teknik steril


21

b. Observasi daerah yang mengalami luka, adanya peradangan (tanda-

tanda infeksi)

c. Berikan obat antibiotik sesuai program

d. Monitor suhu tubuh secara teratur Rasional: suhu dapat

mengidentifikasi terjadinya proses infeksi.

E. Patafisiologi Klien

Riwayat Hipertensi

Tek Vaskuler melebihi tek.


Maksimal vaskuler otak

vaskuler mudah ruptur karena formasi


vaskuler sendiri
Perdarahan yang
terjadi
Gangguan Pecahnya ventrikel pembuluh darah otak sebelah menyebabkan
kesadaran(penurunan) kanan penekanan pada
area otak

craniotomy

Penurunan kesadaran Luka insisi


Perdarahan

Gangguan perfusi
Penumpokan cairan di Gangguan rasa jaringan
salran pernafasan atas nyaman nyeri

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY J. DENGAN POST
OPERASI CRANIOTOMY EXCUSES INTRA VENTRICULAR
HEMORHAGE ( IVH ) DIRUANG ICU
RSUD CENGKARENG
TAHUN 2018

PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama Mahasiswa : Yulius Hendro

Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2018

Tanggal MRS : 05 Maret 2018

I. IDENTITAS DIRI KLIEN

Nama : Ny J

Tempat / Tgl Lahir : Banyumas

Umur : 40 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Sumber informasi : wali dan anak kandung

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi (orang tua, wali, suami, istri dan lain
-lain)

Alamat : Kembangan Utara

Status Perkawinan :

Agama : Islam

Suku : Pekerjaan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

22
23

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI

Keluhan Utama

Klien tampak gelisah, dan tapak ingin bangun dari temapat tidur, Klien
cendrung mengkerutkan dahi dan mengerakan tangan kanan ke arah kepala,
dengan menunjukan ekspresi kesakitan skala nyeri VAS nyeri 6 (1-10).

Riwayat kesehatan sekarang

Ny J datang ke RSUD cengkareng diatar oleh keluarga dengan penurunan


kesadaran, keluarga mengatakan sebelum berangkat ketempat kerja klien
mengeluh pusing dan mual, saat di rumah klien minum obat warung
diharapkan untuk mengurang pusing dan mual yang di alami. Setibanya di
tempat kerja klien mengeluh semakin pusing dan muntah serta mengalami
penurunan kesadaran. klien dibawa ke klinik terdekat dan dirujuk ke RSUD
cengkareng, penatalaksanaan di IGD dilakukan ST scan : terdapat perdarahan
(IVH) pada bagian ventrikel kanan. Hasil pemeriksaan didapat, keadaan umm
sakit berat, penurunan kesadaran, TTV : TD : 190/120 mmhg, N: 124 x/menit,
S,35,8 C, dan di bawa ke OK untuk dilakukan craniotomy serta dirawat di
ruang ICU RSUD cengkareng.
Riwayat kesehatan lalu

Hasil pengkajian yang didapat klien mempunyai riwayat hipertensi kurang


lebih 1 tahun yang lalu dan hanya sesekali mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Anak klien mengatakan nenek nya mempunyai riwayat hipertensi seperti ibu
nya tetapi tidak sampai dirawat di RS.

Riwayat alergi

Klien tidak mempunyai alegi obat, makanan ataupun alergi cuaca.

I. PENGKAJIAN FISIK
KeadaaanUmum: Sakit berat
Kesadaran : Delirium
24

TTV :

 TD :180/110 mmHg
 Nadi : 115 x/mnt
 Respirasi : 22 x/mnt
 Suhu : 36,1 0C
BB : 60 Kg

TB : 155 CM
Keterangan :
Rumus : BB
 Nilai IMT < 18,5 = Berat badan kurang
TB ²  Nilai IMT 18,5 - 22,9 = Normal
60  Nilai IMT 23-24,9 = Normal Tinggi
1, 55²  Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk
 Nilai IMT >= 30,0 = Gemuk Banget
= 25

Dapat disimpulkan ideks masa tubuh (IMT) dalam batas normal tidak

terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan tubuh dibuktikan dari hasil yang

didapat 25 (Nilai IMT 25,0 - 29,9 = Gemuk)

III. PENGKAJIAN PERSISTREM


1. SISTEM PERNAFASAN
Inspeksi :
- hidung tapak simetris, tidak tampak adanya polip, terpasang NGT, mulut
terpasang ETT T-Piece 6 lpm
- Tidak tampak adanya pembengkakan pada area leher atau faring.
- Dada tampak simetris, ekspansi diafrakma simetris, frekuensi pernapasan
22 x/menit
Palpasi :
- Pada saat dilakukan palpasi tidak terdapat nyeri tekan pada saluran
pernapasan, seperti hidung, leher dan dada

Perkusi :
Sonor di seluruh lapang paru
Askultasi :
25

Suara nafas terdengar ronkhi pada area janan nafas atau tengorokan,
terdengar adanya cairan pada saluran pernafasan.
1. SISTEM CARDIOVASKULER
Inspeksi:
Tidak tampak pembengkakan pada bagian dada ics 2,-4 bagian kiri, Tidak
ada peningkatan JVP.
Palpasi:
iktuskordis teraba di ics 4, irama regular, frekuensi 115x/menit, tidak
ditemukan adanya nyeri tekan.
Perkusi:
redup di ics 2 - ics 4
Auskultasi:
Bj1 dan 2 dalam batas normal, tidak terdapat suara tambahan.
2. SISTEM NEUROLOGIS
GCS : (E: 4 V: ETT M: 5 ), reflek cahaya baik, tidak terdapat lesi pada area
mata, pupil isokor, klien dapat mengerakan secara aktif. Saat pengkajian
klien tampak gelisah, terkadang yang ditanyakan oleh perawat tidak
direspon oleh klien.
3. SISTEM PERSEPSI SENSORI
Inspeksi :
Sklera tampak anikterik, konjungtiva ananemis, bentuk pengelihatan baik,
telinga dalam batas normal, tidak ada pembengkakan pada mata dan
telinga, tidak mengunakan alamat bantu pengelihatan atau pendengaran,
fungsi pendengaran baik, tetapi kadang apa yang ditanya oleh perawat
respon pasien hanya memberikan respon non verbal ( terpasang ETT)
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan pada mata dan telinga.

4. SISTEM PERKEMIHAN
Ispkeksi :
terpasang kateter urin 250 cc. urin berwarna warna kuning, berbau khas.
Palpasi :
Ttidak teraba benjolan pada saluran perkemihan dan nyeri tekan (-),
distensi kandung kemih(-)

5. SISTEM PENCERNAAN
- Insfeksi :
Mulut : terpasang ETT T-Piece 6 lpm, tampak cairan pada saluran ETT,
tidak terdapat stomatitis, mukosa bibir kering.
26

Tenggorokan : Tidak tamapak adanya pembengkakan dan luka pada area


tenggorokan, fungsi menelan baik
Abdomen : abdomen simetris, tidak ada luka pada area abdomen, asites
tidak ada.
- Palpasi :
Tenggorokan : nyeri tekan (-), nyeri menelan (-).
Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan lepas pada abdomen kuadran 3
- Perkusi :
Abdomen : saat dilakukan perkusi abdomen terdengar redup.
- Askultasi :
Abdomen : bising usus 8x/menit.
6. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Inspeksi :
Kepala, rambut tampak dicukur karena post operasi craniotomy,
dan dalam balutan elastis verban, terpasang drainage non vacuum kepala
bagian sinistra produksi 5 cc warna jernih, klien di piksasi (restraint)
menggunakan pengikat khusus karena klien berontak dan ingin mencabut
alat yang terpasang, kemampuan sendi bebas, radang sendi tidak ada, tidak
tampak adanya fraktur, tulang belakang dalam batas normal.
palpasi :
kepala : tidak terdapat benjolan pada area kepala diluar lingkaran drainage.
Tulang belakang : tidak teraba nyeri tekan, krepitasi (-)
Ekstremitas :
- Atas ; nyeri tekan otot tidak ada, fraktur (-) edema (-) Tidak teraba
adanya krepitasi, terpasang IUFD RL 1000/24 jam, adona 2x 1
ampil,perdipin 2 mg/kgBB( syring pum)
- Bawah : nyeri tekan otot tidak ada, fraktur (-). Tidak teraba adanya
krepitasi, edema (-)
Kekuatan otot motorik:
5 5
5 5

7. SISTEM INTEGUMEN
Warna kulit sawomatang,turgor kulit baik, tidak tampak adanya
edema, dan terdapat luka post operasi craniotomy pada bagian kepala
sebelah kanan. Terpasang drainage : 5 cc yang dialirkan keluar tubuh. Luka
27

post craniotomy ditutup mengunakan kasa, tidak tampak adanya kemerahan


dan pembengkakan pada area sekitar luka. Serta dibalut dengan
mengunakan perban elastis. klien selalu diberikan minyak kelapa untuk
melembabkan kulit.
8. SISTEM REPRODUKSI
Klien berjenis kelamin perempuan terpasang kateter urin untuk
membantu pengeluaran urine 250 cc, alat reprodksi dalam batas normal
tidak terjadi masalah. Saat dilakukan inspeksi Tidak tamapak adanya
pembengkakan pada payudara ataupun pada alat reproduksi. Serta saat
dilakukan palpasi, payudara dalam bantas normal tidak teraba adanya
benjolan.

9. ISTIRAHAT DAN TIDUR


Sebelum sakit : Anak klien mengatakan klien dapat tidur setelah pulang
dari tempat kerja kurang lebih dari 9-10 jam dalam satu hari.
Saat sakit : Pada saat di rumah sakit klien tidak teratur dalam pola
tidur karena klien mengalami delirium, cendrung berintak dan ingin
mencabut alat-alat yang terpasang, klien dapat tidur kurang lebih 5-7
jm/hari

10. PERSONAL HYEGIENE


Sebelum sakit : Anak klien mengatakan ibunya mandi 2 x/hari
Saat sakit : Klien tampak bersih dan dilakuakn dilakuan kebersihan tubuh
dan kebersihan gigi persif, pagi dan sore.

11. AKTIVITAS DASAR


ADL 0 1 2 3 4

Makan/ Minum 

Toileting 
28

Berpakaian 

Mobilisasi dari tempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi 

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan alat
4 : tergantung total
12. BIO SPIKO SPIRITUAL
Klien tinggal satu rumah bersama dengan anak laki-lakinya yang
berusi 14 tahun, suami meningal. Klien sebagai kepala keluarga untuk
membiayai hidupnya dan anaknya. Hunbungan klien dilingkungan baik.
Klien dan anaknya sering melakukan kegiatan sholat.

13. THERAPI / PROGRAM MEDIS


1) IUFV RL 1000/hari
2) Ketorolak 3x 30 mg
3) Transaman 3x 250 mg
4) Vit K 2 x 2mg
5) Adona : 3x ampul
6) Citikolin 3x 250 mg
7) Perdipin 1 x 50 mg
NAMA OBAT INDIKASI KONTRA INDIKASI
mengatasi nyeri sedang hingga
Hipersensitif terhadap ketorolac
nyeri berat untuk sementara.
tromethamine dan pernah
Biasanya obat ini digunakan
Ketorolak 3x menunjukkan reaksi alergi
sebelum atau sesudah prosedur
30 mg terhadap aspirin atau obat AINS
medis, atau setelah operasi yang
lainnya, dan mempunyai riwayat
bekerja dengan memblok
ulkus peptikum akut, perdarahan
produksi substansi alami tubuh
saluran cerna atau perforasi.
yang menyebabkan inflamasi.
Transaman 3x mencegah, menghentikan, memiliki riwayat alergi terhadap
250 mg ataupun mengurangi pendarahan obat Transaman , wanita yang
yang masif saat menjalani mengkonsumsi obat kontrasepsi
prosedur pembedahan, epistaksis hormonal kombinasi, penyakit
atau mimisan, pendarahan tromboemboli yang aktif.
29

menstruasi yang berat,


angioedema herediter, dan
beberapa kondisi medis lainnya.
digunakan untuk mencegahan
atau mengobati hemoragic
Vit K 2 x 2mg (kerusakan atau pembengkakan
dalam otak akibat pecahnya
pembuluh darah di dalam atau di
dekat otak)
Laktasidemia,
Menyediakan atau memelihara hiperkaliemia,oliguria, penyakit
IVFD RL 1000cc/hari kecukupan air dan elektrolit Addison, kelebihan natrium,
IV pada kasus dimana asupan per sindroma malabsorbsi glukosa,
oral tidak memungkinkan kerusakan hati yang berat, aritmia
jantung
menghentikan pendarahan,
terutama pada pendarahan
karena menurunnya resistensi
kapiler. Obat Carbazochrome Jangan digunakan untuk pasien
adalah agen antihemorrhagic, yang memiliki riwayat alergi obat
Adona : 3x atau hemostatic, yang digunakan Carbazochrome Reaksi
ampul untuk menghentikan aliran darah hipersensitif yang mungkin
dengan cara memicu terjadinya terjadi setelah penggunaan obat
agregasi dan adhesi platelet di ini misalnya seperti erupsi, ruam,
dalam darah membentuk steker dan pruritus.
trombosit. Bisa juga
menghentikan aliran darah dari
luka terbuka.
diindikasikan untuk perawatan
Peningkatan fungsi neurologis Hipersensitivitas pada Citicoline:
Citikolin 3x Pasien dengan hipertonik dari
pada pasien dengan stroke
250 mg parasimpatis
iskemik, Pengobatan trauma
kepala, Pengobatan gangguan
kognitif
Perdipin 1 x 50 Pengobatan darurat pada krisis
mg Pasien diduga hemostasis
hipertensi akut

14. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Ph 7,36 7,35-7,45
pCO2 31 P35-48 w 32-45
pO2 105 83-108mmHg
HCO3 18 21-28 mmol/L
30

SBC 20 P 22,5 – 26,9 w 21,8 – 26,2 mmol/L


SBE -6 P -1,5 – ( ) 3,0 W -3,0-( ) 2,0 mmol/L
ABE -5 -2 – (+) 3
sO2 99 95-99 %
Tco2 43 Vol %
Hematologi
Hema I
Hemoglobin 15,0 P 13 – 16 w 12 -14 g/dl
Hematokrit 45 P 40-48 w 37-43 vol%
Leukosit 11,4 5-10 ribu/uL
Trombosit 254 150 – 400 ribu/uL
Kimia Darah
Kreatinin 0,7 <1,4 mg/dl
Elektrolit
Natrium 146 136-146 mmol/L
Kalium 4,2 3,5 – 5,0 mmol/L
Chorida 107 94- 111 mmol/L
Fungsi Ginjal
Ureum 21 15-50 mg/dl
Kimia Darah
Fungsi Hati
AST/SGOT (Enzimatik 37oC) 15 P : 0 – 35, L : 0 – 50 U/L
ALT/SGPT (Enzimatik 37oC) 12 P : 0 – 35, L : 0 – 50 U/L

Kesimpulan :

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil laboratorim PH dalam batas normal,


PCO2 menurun, dan HCO3 menurun artinya klien mengalmi asidosis
metabolik terkompensasi penuh.

15. INPUT-OUTPUT CAIRAN ( balan cairan tanggal 6/032018 dinas


siang):
Intake :
Diet susu : 50 cc
Perdipin : 25 cc
Adona + Nacl 0,9 % : 100 cc
RL 100/24 jam : 294 cc
31

Total : 469 cc
output :
Urine : 250 cc
Drainage : 5 cc
Total : 260 cc
IWL : 175
Rumus balan cairan shift siang :
Total intake – total output – IWL =
469 cc – 260 – 175 = 34 cc

II. ASUHAN KEPERAWATAN


1. DATA FOKUS
Data subjektif Data Objektif
- KU : Sakit berat
- Kesadaran : Delirium
- TTV :
 TD :180/110 mmHg
 Nadi : 115 x/mnt
 Respirasi : 22 x/mnt
 Suhu : 36,1 0C
- Klien tampak ingin bangun dari tempat tidur
- Klien tampak gelisah
- Klien cenderung mengkerutkan dahi dan
menggerakan tangan kanan ke arah kepala
- Klien menunjukan ekspresi kesakitan skala nyeri VAS
nyeri 6 (1-10)
- Pemeriksaan fisk
 Kepala – leher
Terdapat luka pemasangan drainage pada
kepala bagian sinistra tertutup elastis
verban.
 Hidung tampak terpasang NGT.
 Mulut, mukosa bibir kering.terpasang ETT T-Piece
6 lpm, tampak cairan pada saluran ETT,
 Dada, jantung, paru
Suara nafas terdengar ronkhi pada area jalaan
nafas atau tengorokan, terdengar adanya cairan
pada saluran pernafasan.
 Ekstremitas
Ekstremitas Atas terpasang IUFD RL 1000/24 jam,
adona 2x 1 ampil,perdipin 2 mg/kgBB ( syring
pmp)
 klien di piksasi (restraint) menggunakan pengikat
khusus dibagain ekstremitas atas dan bawah
karena klien berontak dan ingin mencabut alat
yang terpasang
 Perkemihan
terpasang kateter urin 250 cc. urin
32

berwarna warna kuning, berbau khas.


- Hasil pemeriksaan torax
Kesan : kardiomegali dengan aorta elongrasi, saspek
brongkopenomoni
- Hasil pemeriksan laboratorium
- Hema I
 Hb : 15,0 (p;13-16.W; 12-14 g/dl
 Ht : 45 (p;40-48. W; 37-43 g/dl)
 Leokosit :11,4 (5-10 ribu/ul)
 Trombosit ; 254 (1500-400 mg/dl)

- AGD
 PH : 7,36 ( 7,35 – 7,45 )
 PCO2 : 31 (P;35-48. W;32-45)
 PO2 : 138 ( 83-108 mmHg)
 HCO3 : 18 ( 21-28 mmHg)
PH : 7,36 ( Normal )
PCO2 : 31 ( Alkalosis )
HCO3 : 18 ( Asidosis )
Kesimpulan :
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil laboratorim PH
dalam batas normal, PCO2 menurun, dan HCO3 menurun
artinya klien mengalami asidosis metabolik
terkompensasi penuh.
- Terapi obat
 Ketotorolak 3x1 ampul = 30 mg
 Ranitidin 2x1 ampul = 50 mg
 Transaman 3x1 ampul= 250 mg
 Vit K 2x1 ampul = 2mg
 Adona : 3x1 ampul
 Citikolin 3x 250 mg
33

2. ANALISA DATA
Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/03/2018

Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 06/03/2018

Dx.Medis : IVH

Data Fokus
Problem Etiologi
(data subjektif dan onjektif)
DS :
DO :
- KU : Sakit berat
- Respirasi : 22 X/mnt
- Hidung tampak terpasang NGT.
- Mulut, mukosa bibir kering.terpasang ETT Bersihan jalan nafas tidak Penumpkan sekret pada jalan
T-Piece 6 lpm, tampak cairan pada saluran epektif nafas
ETT,
- Dada, jantung, paru
Suara nafas terdengar ronkhi pada area jalan
nafas atau tengorokan, terdengar adanya
cairan pada saluran pernafasan.

DS :
DO :
- KU : Sakit berat
- Kesadaran : Delirium
Gangguan perfusi jaringan Pecahnya pembuluh darah di
- TTV :
cerebral otak
 TD :180/110 mmHg
 Nadi : 115 X/mnt
 Respirasi : 22 X/mnt
- Klien tampak ingin bangun dari temapat
tidur
- Klien tampak gelisah
- Kepala – leher
Terdapat luka pemasangan drainage pada
kepala bagian sinistra tertutup elastis
verban.
- Hidung tampak terpasang NGT.
- Mulut, mukosa bibir kering.terpasang ETT
34

T-Piece 6 lpm, tampak cairan pada saluran


ETT,
- Dada, jantung, paru
Suara nafas terdengar ronkhi pada area
jalaan nafas atau tengorokan, terdengar
adanya cairan pada saluran pernafasan.

- Ekstremitas
Ekstremitas Atas terpasang IUFD RL
1000/24 jam, adona 2x 1 ampil,perdipin 2
mg/kgBB ( syring pmp)
- klien di piksasi (restraint) menggunakan
pengikat khusus dibagain ekstremitas atas
dan bawah karena klien berontak dan ingin
mencabut alat yang terpasang
- Hasil pemeriksan laboratorium
 Hema I
Hb : 15,0 (p;13-16.W; 12-14 g/dl
Ht : 45 (p;40-48. W; 37-43 g/dl)
Leokosit :11,4 (5-10 ribu/ul)
Trombosit ; 254 (1500-400 mg/dl)
 AGD
PH : 7,36 ( 7,35 – 7,45 )
PCO2 : 31 (P;35-48. W;32-45)
PO2 : 138 ( 83-108 mmHg)
HCO3 : 18 ( 21-28 mmHg)

PH : 7,36 ( Normal )
PCO2 : 31 ( Alkalosis )
HCO3 : 18 ( Asidosis )

Kesimpulan :
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
laboratorim PH dalam batas normal,
PCO2 menurun, dan HCO3 menurun
artinya klien mengalmi asidosis
metabolik terkompensasi penuh.
- Terapi obat :
 IUFV RL 1000/hari
 Ketorolak 3x 30 mg
 Vit K 2 x 2mg
 Adona : 3x ampul
 Citikolin 3x 250 mg
 Perdipin 1 x 50 mg
35

DS :

DO :
- KU : Sakit berat
- Kesadaran : Delirium
- TTV :
 TD :180/110 mmHg
 Nadi : 115 X/mnt Gangguan rasa nyaman nyeri Terputusnya kontiniutas
- Klien cenderung mengkerutkan dahi dan
jaringan akibat Post operasi
menggerakan tangan kanan ke arah kepala
craniotomy
- Klien menunjukan ekspresi kesakitan skala nyeri
VAS nyeri 6 (1-10)
- Pemeriksaan fisk
 Kepala – leher
Terdapat luka pemasangan drainage pada
kepala bagian sinistra tertutup elastis verban.
 Hidung tampak terpasang NGT.
 Mulut, mukosa bibir kering.terpasang ETT T-
Piece 6 lpm, tampak cairan pada saluran ETT,
- Terapi obat :
 IUFV RL 1000/hari
 Ketorolak 3x 30 mg

DS : Kurang pengetahuan kurang terpaparnya informasi


sekunder terhadap
DO : pemasangan alat-alat medis di
- Klien tampak ingin bangun dari tempat tidur ruang ICU
- Klien tampak gelisah
- Pemeriksaan fisk
 Kepala – leher
Terdapat luka pemasangan drainage pada
kepala bagian sinistra tertutup elastis verban.
 Hidung tampak terpasang NGT.
 Mulut, mukosa bibir kering.terpasang ETT T-
Piece 6 lpm, tampak cairan pada saluran ETT
 Ekstremitas
Ekstremitas Atas terpasang IUFD RL 1000/24
jam, adona 2x 1 ampil,perdipin 2 mg/kgBB
( syring pmp)
 klien di piksasi (restraint) menggunakan
pengikat khusus dibagain ekstremitas atas dan
bawah karena klien berontak dan ingin
mencabut alat yang terpasang
 perkemihan
terpasang kateter urin 250 cc. urin berwara
kuning, berbau khas.
36

Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak epektif b.d Penumpkan sekret pada jalan nafas
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d Pecahnya pembuluh darah di otak
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan akibat Post
operasi craniotomy
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi sekunder terhadap
pemasangan alat-alat medis di ruang ICU
 INTERVENSI
Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/03/2018

Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 06/03/2018

Dx.Medis : ICH

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional

Setelah dilakukan - Menjaji TTV ( respirasi ) - Mengetahui freuensi


penatalaksanan tindakan pernapasan klien
- Mengkaji cairan dan - Untuk mengetahu cairan yang
keperawatan selama 3 x 24 jam
auskultasi sara nafas terdapat pada saluran
di harapakan secret/cairan
Bersihan jalan nafas tidak epektif b.d yang terdapat pada pernapasan klien khusunya
hilang dengan baik, dengan
Penumpkan sekret pada jalan nafas saluran pernafasan dan pada saluran ETT
kriteria hasil :
ETT
- Kolaborasi - Untuk mengeluarkan cairan
- Tidak terdengar adanya
Tindakan saction untuk pada jalan nafas
cairan pada jalan nafas
mengelurkan cairan - Untuk membantu pemenuhan
atau tengorokan - Pemberian o2 tambahan o2 klien
- Tidak dipasangnya
ETT
- Jalan napas bebas

37
38

Perubahan perfusi jaringan berhubungan Setelah dilakukan - observasi TTV secara berkala - agar TTV dapat terkontrol
dengan Pecahnya pembuluh darah di otak - berikan posis head up 30 drajat - dengan head up 30 drajat
penatalaksanaan tindakan
memaksimalkan o2 masuk ke otak
keperawatan selama 3 x 24 jam
untuk kebutuhan jaringan dan
di harapakan sirkulasi terjadi
memaksimalkan pengeluaran
dengan baik, dengan kriteria
- observasi drainage pos cairan
hasil :
- agar pengeluara cairan dapat
craniotomy
- Tidak terjadinya maksimal dan muncul masalah
perburukan keadaan - kaji adanya perburukan keadaan baru
- Klien dapat tenang dan - agar jika terjadinya perburukan
akibat terjadinya perfusi
tidak berotak dapat dilakukan penanganan yang
- Klien tidak mengeluh jaringan
- kolaborasi dalam pemberian tepat
atau mengalami pusing - untuk mengurangi dan mencegah
- TTV dalam batas antihipertensi, antiperdarahan
- kolaborasi pemberian obat-obat terjadinya perdarahan lanjutan
normal - untuk mempercepat pemulihan
cerebral ativator ( citikolin)
saraf.

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d Setelah dilakukan tindakan - Opservasi tanda-tanda vital - Dengan keadaan tensi yang
Terputusnya kontiniutas jaringan akibat keperawatan selama 3 x 24 jam teropservasi perawat mengetahu
Post operasi craniotomy
di harapakan rasa nyeri perubahan pada pasien khusunya
dirasakan pasien dapat pada pasien dengan kesadaran
berkurang dengan kriteria hasil : dilirubin
- Dengan skala nyeri eksprei wajah
- Opservasi sklanyeri yang di perwata dapat mengetahui
rasakan klien skalanyeri klien
- Klien tidak
41 dahi dan
mengkerutkan - Agar perban tidak lepas dan tidak
39

menggerakan tangan - Kaji keadaan perban dan menimbulkan nyeri


kanan ke arah kepala - Agar klien dapat istirahat dengan
adanya rembesan
- Klien tidak - Berikan posisi yang nyaman tenag
menunjukan ekspresi - Agar posisi tetap di posisi semula
pada klien
kesakitan
- Kaji posisi drainage dan mengurangi resiko lepasnya
- Skalanyeri berkurang
drainage
- Untuk mengetahui jumlah cairan

- Kaji dan ukur cairan yang telah keluar dan timbul

drainage yang sudah keluar. patagen dari cairan yang telah


keluar.
- Agar klien dapat tenang sesuai
ajuran perawat
- Menganjurkan klien tenang - Agar energ klien tidak terbuang
- Menganjurkan klien untuk sia-sia
- Untk mengrangi rasa nyeri klien
tidak berontak
- Kolaborasipemberian terapi
obat analgetik
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan - Kaji fator klien berotak - Untuk mengetahui faktor dari
Kurang terpaparnya informasi sekunder keperawatan selama 3 x 24 jam berotaknya klien
terhadap pengunaan ala-alat - Kaji alasan klien yang
- Agar perawat mengetahui
di harapakan klien memahami
berusaha melepaskan
alasan klien yang berusaha
kegunaan alat-alat yang
alat yang digunakan
membuka alat yang digunakan
terpasang dengan kriteria hasil : - Tanyakan pada klien
- Untuk memudahkan perawat
pengunana alat-alat yang
- Klien tenang dan tidak untuk tindak lanjut
sama sebelumnya
berontak 42 - Berimotivasi pada klien - Agar pasien tenag serta klien
- Klien tidak berusaha
40

utnuk melepaskan alat terkait pengunaan alat- mengetahui fungsi dan alat
yang terpasang alat dan menjelaskan yang terpasang.
fungsi dan manfat alat
yang digunakan oleh
klien

43
IMPLEMENTASI
Nama Klien : Ny. J Tanggal Masuk : 05/03/2018
Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 06/03/2018
Dx.Medis : post craniotimy IVH
Waktu DX Tindakan Paraf
13:30 - Operan dinas saing :
Ny J dengan IVH, post craniotomy hari 1, klien datang ke IGD
cengkareng bersama dengan kleuarga dan dirujuk dari klinik
dengan kondisi penurunan kesadaran, di IGD dilakuakn
penatalaksanan ST scan didapat kan terdapat perdarahan diotak dan
Dx. 1,2,3. dilakukan operasi craniotomy di ruang operasi RSUD cengkareng.
14: 15 - Mengkaji keadaan umum klien
Dx. 1,2,3. R/o : klien tampak sakit berat, Kesadaran delirium
14: 20 - Memonitor TTV klien
R/o : Tekanan darah 180/105 mmHg, Nadi 115 X/mnt, respirasi
22 X/mnt, suhu 36,1 0C
Dx 1,2,3 - Mencici tanggan sebelum kontak denagan klien
14 : 23 - Mengkaji bersihan jalan nafas klien
Dx 2,3, R/o terdapat ciairan pada jalan nafas
14 : 27 - Mengkaji kondisi dan posisi drainage.
Dx 3 R/o : posisi drainage terpasang dengan baik
14 :30 - Mengkaji rasa nyeri klien dengan skala nyeri VAS
Dx 2,3 R/o : skla nyeri yang didapat 6.
14 : 32 - Mengkaji penyebab gelisah dan berotak nya klien
R/o : klien tampak merasa tidak nyaman dengan pemasangan
Dx 2,3 alat. Serta terjadinya tanda penurunan perpusi jaringan.
14 : 35 - Megkaji kemungkinan terjadinya perburukan pada klien
Dx 2 R/o ; kondisi klien terkontrol klien tampak gelisah
14 : 40 - Mengkaji jumlah cairan drainage, dan urine,
Dx 2, 4 R/o : jumlah urin 250 cc drainage 5
14 : 43 - Menganjurkan klien untuk tenang dan tidak berontak.
Dx 1,2 R/o : klien tampak mendengarkan anjuran perawat
14 : 45 - Memberi posisi yang nyaman pada klien
Dx 4 R/o : klien tampak tidak bisa mempertahan kan posisinya
15 : 00 - Menjelakan tujuan dan fungsi alat yang terpasang pada klien
Dx 3 R/o : klien mendengarkan kata-kata perawat
15 : 10 - Mengopservasi balutan perban drianage dan kemungkinan
rembesan
Dx 1,2, R/o: perban terpasang dengan baik, tdak terjadi rembesan.
15 : 15 - kolaborasi tindakan saction
Dx 1,2,3 R/o jalan nafas tampak bersih produki sputum tidak ada
15 : 17 - Kolaborasi melepaskan ETT yang terpasang dan pemberian o2 3
liter permenit mengunakan binasal
R/o : klien terpasang mengunakan binasal
Dx 2,3
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotic, antiperdarahan melalui
15 : 20
intravena
- Melakukan balan cairan :
20 :30 Diet susu : 50 cc
Perdipin : 25 cc

41
42

Adona + Nacl 0,9 % : 100 cc


RL : 294 cc
Total : 469 cc
output :
Urine : 250 cc
Drainage : 5 cc
Total : 260 cc
IWL: 175
Rumus balan cairan shift siang :
Total intake – total output – IWL =
469 cc – 260 – 175 = 34 cc

EVALUASI/ CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/13/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 06/03/2018
Dx.Medis :
43

Diagnosa
Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
S:
Hasil Opservasi setelah dilepaskannya ETT
- Klien mengatakan pusing
O:
- KU : sakit berat
- Kesadaran : delirium
- TTV :
 TD, 175/ 118 mmHg,
Dx 1 18 : 25  Nadi, 110 x/m ,
 Respirasi 22 x/menit,
 suhu 36,1 c
- Tidak tampak adanya cairan disaluran pernafasan
- Saat diasukultasi suara napas vesikuler
- Tidak tampak komplikasi setelah dilepaskan nya ETT
- Klien tampak sesekali batuk
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dx 2 18 : 30 S:
Hasil Opservasi setelah dilepaskannya ETT
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan lemas
O:
- KU : sakit berat
- Kes: Delirium
- TTV :
 TD, 175/ 118 mmHg,
 Nadi, 110 x/m ,
 Respirasi 22 x/menit,
 suhu 36,1 c
- Klien terkadang tidak menjawab dan merespon perawat
baik secara verbal maupun non verbal
- Klien tamapk masih berotak
- Klien masih tampak gelisah
- Cairan driange 5 cc
A : Masalah belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
44

D3 18 : 35 S:
- Klien mengatakan sakit bagian kepala
- Klien mengatakan pusing
O:
- KU : sakit berat
- Kes: Delirium
- TTV :
 TD, 175/ 118 mmHg,
 Nadi, 110 x/m ,
 Respirasi 22 x/menit,
 suhu 36 c
- Klien tampak sering mengkerutkan dahinya
- Klien masih tapak berusaha mengangkat tangan untuk
memegang kepala bagian kanan
- Saat di kaji dengan dentan nyeri 1-10 klien tidak
merespon. Dan dengan VAS tampak skala nyeri 6
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 4 18 : 45 S:
- Klien mengatakan tidak nyaman
O:
- Klien tampak berotak
- Klien tampak berusaha mencabut alat-alat yang
terpasang
- Klien tampak gelisah
A : Masala belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI
45

Nama Klien : Ny. J Tanggal Masuk : 05/03/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 07/03/2018
Dx.Medis : post craniotimy IVH
Waktu DX Tindakan Paraf
13:30 - Operan dinas saing :
Ny J dengan IVH, post craniotomy hari 2, terapi obat dilajutkan.
Rencana klien dipindahkan ke ruang IW
14 : 00 - Memberi terapi susu + AP
Dx. 2,3 R/o : susu 100 + 20
14 : 07 - Mengkaji keadaan umum klien
Dx. 2,3 R/o : klien tampak sakit berat, Kesadaran delirium
14 : 10 - Memonitor TTV klien
R/o : Tekanan darah 176/100 mmHg, Nadi 108 X/mnt,
Dx 2 Respirasi 21 X/mnt, suhu 36, C
14 : 10 - Mengkaji kondisi dan posisi drainage.
Dx 3 R/o : posisi drainage terpasang dengan baik
14 :15 - Mengkaji rasa nyeri klien dengan skala nyeri VAS
R/s : klien mengatakan sakit di kepala
Dx 2,3 R/o : skla nyeri yang didapat 5.
14 ; 18 - Mengkaji penyebab gelisah dan berotak nya klien
Dx 2,3 R/o : klien tampak tidak nyaman dengan alat yang terpasang
14 : 22 - Megkaji kemungkinan terjadinya perburukan pada klien
Dx 2,3 R/o ; kondisi klien terkontrol klien tampak gelisah
14 : 25 - Mengkaji jumlah cairan drainage, dan urine,
Dx 3,4 R/o : jumlah urin 350 cc, cairan drainage 2 cc
14 : 30 - Menganjurkan klien untuk tenang dan tidak berontak.
R/s : klien mengatakan tidaknyaman terpasang slang
Dx 2,3,4 R/o : klien tampak mendengarkan anjuran perawat
14 : 35 - Memberi posisi yang nyaman pada klien
R/s : klien mengatakan nyaman dengan posisinya
R/o : klien tampak tidak bisa mempertahan kan posisinya
Dx 4
- Menjelakan tujuan dan fungsi alat yang terpasang pada klien
14 : 40
R/S : klien mengatakan hanya minta dilepaskan
R/o : klien mendengarkan kata-kata perawat tetapi berotak lagi
setelah perawat pergi
Dx 3
- Mengopservasi kemunkinan pergeseran drianage
14 : 43
R/o: drianage terpasang dengan baik
Dx 2,3
- Mengkaji kondisi perban
14 : 45
R/o : perban masih tampak mengunakan balutan elastis
Dx 2,3
- Melakukan perawatan binasal o2 3 liter permenit mengunakan
16 : 00
binasal
R/o : klien terpasang mengunakan binasal dengan baik
Dx 2,3,4 - Kolaborasi dalam pemberian antibiotic, antiperdarahan melalui
16 : 10 intravena, dan antihipertensi
- Melakukan mika miki
16 : 30 R/s : klien mengatakan mau dibantu mika miki
R/o: klien mengikuti intruksi perawat
- Meberi susu + AP
18 : 30 R/o : susu 100 cc + AP 50 cc
46
47

EVALUASI/ CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/13/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 07/03/2018

Diagnosa
Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Dx 2 18 : 30 S:
- Klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan masih sakit
O:
- Ku : sakit berat
- Kes: Delirium
- TTV : TD, 170/ 110 mmHg, Nadi, 108 x/m , Respirasi
22 x/menit, suhu 36 c
- Cairan drinage 2 cc
- Klien terkadang tidak menjawab dan merespon perawat
secara verbal tetapi dengan respon no verbal.
- Klien tampak masih berotak
- Klien masih tampak gelisah
A : Masalah belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
D3 18 : 35 S:
- Klien sakit bagian kepala
- Klien mengatakan pusing
O:
- TTV : TD, 170/ 110 mmHg, Nadi, 108 x/m , Respirasi
22 x/menit, suhu 36 c
- Klien tampak sering mengkerutkan dahinya
- Klien masih tapak berusaha mengangkat tangan untuk
memegang kepala bagian kanan
- Saat di kaji dengan dentan nyeri 1-10 klien tidak
merespon. Dan dengan VAS tampak skala nyeri 5
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Dx 4 18 : 45 S:
- Klien mengatakan tidak nyaman
- Klien mengatakan mengerti dalam masa perawatan
O:
- Klien tampak berotak
- Klien tampak berusaha mencabut alat-alat yang
terpasang
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak mendegarkan yang dijelaskan perawat
A : Masala teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dx.Medis
IMPLEMENTASI
48

Nama Klien : Ny. J Tanggal Masuk : 05/03/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 08/03/2018
Dx.Medis : post craniotimy IVH
Waktu DX Tindakan Paraf
13 : 30

- Operan dinas saing :


Ny J dengan IVH, post craniotomy hari 3, terpasang kateter (+), NGT(+),
14 : 00 Dx. 2,3 drianage (+), tera pi obat dilajutkan.
- Mengkaji keadaan umum klien
14 : 07 Dx. 2,3 R/o : klien tampak sakit berat, Kesadaran delirium
- Memonitor TTV klien
R/o : Tekanan darah 160/105 mmHg, Nadi 102 X/mnt, Respirasi 21
14 : 10 X/mnt, suhu 37, C
- Melakukan mika miki klien
R/o klien kooperatif saat tindakan
14 : 15 Dx 3
- Mengkaji kondisi dan posisi drainage.
R/o : posisi drainage terpasang dengan baik
14 :18 Dx 3
- Mengkaji rasa nyeri klien dengan skala nyeri VAS
R/s : klien mengatakan sakit di kepala
R/o : skla nyeri 4.
14 : 20 Dx 2,3
- Mengkaji penyebab gelisah dan berotak nya klien
R /s : klien mengatakan tidak nyaman
R/o : klien tampak ingin duduk dan melepaskan ikatan
14 : 25 Dx 2,3 - Megkaji kemungkinan terjadinya perburukan pada klien
R/o ; kondisi klien terkontrol klien tampak gelisah
14 : 30 Dx 2,3 - Mengkaji jumlah cairan drainage, dan urine,
R/o : jumlah urin 500 cc, cairan drainage 3 cc
14 : 35 Dx 2,3 - Menganjurkan klien untuk tenang dan tidak berontak.
R/s : klien mengatakan ingin melepaskan ikatan
R/o : klien meminta perawatn melepaskan ikatan
14 : 40 Dx 2, 3 - Memberi posisi yang nyaman pada klien
R/s : klien mengatakan sudah nyaman dengan posisinya tetapi tangan
dilepaskan
R/o : klien tampak tidak bisa mempertahan kan posisinya
14 : 43 - Memberi nutrisi susu + AP
R/o : susu 100 cc + 50 cc
14 : 45 Dx 3 - Mengkaji kondisi perban
R/o : perban masih tampak mengunakan balutan elastis
14 :50 Dx 2 - Mengkontrol yang terpasang o2 3 liter permenit mengunakan binasal
R/o : klien terpasang mengunakan binasal dengan baik

- Kolaborasi dalam pemberian antibiotic, antiperdarahan, dan


15 : 15 Dx 2,3
antihipertensi, melalui intravena ( syring pum)
- Pemenuhan nutrisi
18 : 30 R/o : susu 100 cc + AP 50 cc

EVALUASI/ CATATAN PERKEMBANGAN


49

Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/13/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 08/03/2018
Dx.Medis :
Diagnosa
Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Dx 2 18 : 30 S:
- Klien mengatakan masih merasa pusing
- Klien mengatakan masih terasa sakit
O:
- Ku : sakit berat
- Kes: Delirium
- TTV : TD, 160/ 100 mmHg, Nadi, 100 x/m ,
Respirasi 22 x/menit, suhu 37 c
- Klien terkadang tidak menjawab pertanyaan perawat
- Klien tampak masih berotak
- Klien masih tampak gelisah
A : Masalah belum Teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
D3 18 : 35 S:
- Klien mengatakan masih merasa pusing
- Klien mengatakan masih terasa sakit
O:
- KU : sakit berat
- Kesadaran : delirium
- TTV : TD, 160/ 100 mmHg, Nadi, 100 x/m ,
Respirasi 22 x/menit, suhu 37 c
- Klien masih dilakukan piksasi
- Klien masih tampak berusaha mengangkat tangan
untuk memegang kepala bagian kanan
- Saat di kaji dengan dentan nyeri 1-10 klien tidak
merespon. Dan dengan VAS tampak skala nyeri 4
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny J Tanggal masuk : 05/03/208


50

Ruangan : ICU Tanggal pengkajian : 09/03/2018


Dx Medis : post craniotomy IVH
Waktu Dx Tindakan Paraf
06 : 30 - Tiba di ruangan ICU
- Operan dinas di ruang IW
Ny T 40 tahun pos craniotomy hari 4 terpasang NGT,
kateter urin, drainage, lanjutkan terapi, observasi
keadaan.
- Memberi diet susu dan AP
09 : 00
R/o : 200 cc
- Mengkaji keadaan klien
09 : 20 Dx 2,3 R/o : KU : sakit berat, kesadaran : composmentis, TVV :
TD : 150/100 N. 100 x/menit. R, 22 x/menit, klien masih
dilakukan piksasi
- Mengkaji skla nyeri klien
09 : 25 Dx 3 R/s klien mengatakan masih sakit
R/o skla nyeri 4
- Mengkaji keadaan drainage, urin
R/o drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc. tidak
09 : 28 Dx 2,3
terjadi rembesan, urin total 2 x dibuang 500
- Mengkaji keadaan luka dan perban
R/s : klien mengatakan baru diganti perban
09 35 Dx 3 R/o : tidak tampak adanya kemerahan pus serta ruam
pada area luka serta luka ditutup dengan perban
- Mengkaji penyebab klien berotak
R/s : klien mengatakan tidak nyaman
09 : 38 Dx 2 R/o : klien tampak berusahan untuk duduk dan
memgang kepala
- Memotivasi klien untuk tenang dan koperatif pada masa
penyembuhan
R/o : klien tamapak tenang
09 : 45 Dx 2
- Memberikan posisi yang nyaman
R/s klien mengatakan posisi seperti ini saja
R/o posisi semipowler
09 : 48 Dx 2,3 - Observasi pemberian O2
R/o : O2 terpasang maksimal
- Kolaborasi dalam pemebrian terapi obat
09 : 50 Dx 2
- Pemberian diet susu + AP
R/o : 200
10 : 55 Dx 2,3

11 : 30

EVALUASI/ CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/13/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 09/03/2018
Dx.Medis :
51

Diagnosa
Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Dx 2 S:
- klien mengatakan masih sakit
- klien mengatakan tidak nyaman
O:
- KU : sakit berat, kesadaran : composmentis,
- TVV : TD : 150/98 mmHg N. 102 x/menit. R, 22
x/menit,
- klien masih dilakukan piksasi
- drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc urin
total 2 x dibuang 500 cc
- klien tampak berusahan untuk duduk dan memgang
kepala
- O2 terpasang maksimal
A : masalah belumteratasi
P : intervensi dilanjutkan
Dx 3 S:
- klien mengatakan posisi seperti ini saja

O:

- KU : sakit berat, kesadaran : composmentis, TVV :


TD : 150/98 mmHg N. 102 x/menit. R, 22 x/menit
- skla nyeri 4
- drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc. urin
total 2 x dibuang 650cc
- posisi semipowler

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI

Nama klien : Ny J Tanggal masuk : 05/03/208


Ruangan : ICU Tanggal pengkajian : 10/03/2018
Dx Medis : post craniotomy IVH
Waktu Dx Tindakan Paraf
06 : 30 - Tiba di ruangan ICU
- Operan dinas di ruang IW
Ny T 40 tahun pos craniotomy hari 5 terpasang NGT,
52

kateter urin, drainage, lanjutkan terapi, observasi


keadaan.
- Mengkaji keadaan klien
08 : 30 Dx 2,3 R/o : KU : sedang , kesadaran : composmentis, TVV :
TD : 145/95 N. 97 x/menit. R, 21 x/menit, klien masih
dilakukan piksasi
- Mengkaji skla nyeri klien
R/s klien semakin berkurang
09 : 20 Dx 3 R/o skla nyeri 3
- Mengkaji keadaan drainage, urin
R/o drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc. tidak
09 : 28 Dx 2,3 terjadi rembesan, urin 350 cc
- Mengkaji keadaan luka dan perban
R/s : klien mengatakan perban masih bersih
09 : 35 Dx 3 R/o : luka tampak ditutup dengan perban dan perban
bersih
- Melakukan mika miki
R/o : klien kouperatif
- Mengkaji kondisi klien
09 : 40 R/s : klien mengatakan tidak nyaman
R/o : klien sudah mulai tenang tetapi maih di piksasi
09 : 42 Dx 2 akibat tidak koeratif pada proses pengobatan
- Mengkaji adana rembesan atau tidak
R/o : tidak tampak adanya rembesan
- Memotivasi klien untuk tenang dan koperatif pada
09 : 45 Dx 3 masa penyembuhan
R/o : klien tamapak tenang
- Memberikan posisi yang nyaman
09 : 50 Dx 2 R/s klien mengatakan sdah nyaman dengan posisi nya
R/o posisi semipowler
- Observasi pemberian O2
10 : 00 Dx 2,3 R/o : O2 terpasang maksimal
- Kolaborasi dalam pemebrian terapi obat

- Membantu pemenuhan nutrisi


10 : 10 Dx 2

10 : 20 Dx 2,3

11 : 30

EVALUASI/ CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Ny J Tanggal Masuk : 05/13/2018


Ruangan : ICU Tanggal Pengkajian : 10/03/2018
Dx.Medis :
Diagnosa
Waktu Evaluasi Paraf
Keperawatan
Dx 2 S:
53

- klien mengatakan masih sakit


- klien mengatakan tidak nyaman

O:
- KU : sedang , kesadaran : composmentis, TVV :
TD : 145/98 N. 97 x/menit. R, 21 x/menit, klien
masih dilakukan piksasi
- drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc.
tidak terjadi rembesan, urin 350 cc
- klie sudah mulai tenang tetapi maih di piksasi
akibat tidak koeratif pada proses pengobatan
- O2 terpasang maksimal
A : masalah belumteratasi
P : intervensi dilanjutkan
Dx 3 S:
- klien mengatakan posisi seperti ini saja
- klien semakin berkurang

O:

- KU : sedang , kesadaran : composmentis, TVV :


TD : 145/98 N. 97 x/menit. R, 21 x/menit, klien
masih dilakukan piksasi
- klien mengatakan sdah nyaman dengan posisi
nya
- posisi semipowler
- drainage terpasang dengan baik cairan 2 cc.
tidak terjadi rembesan, urin 350 cc
- skla nyeri 3
- tidak tampak adanya rembesan perban tampak
bersih.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membandingkan antara teori di bab 2 dengan kasus

di bab 3 asuhan keperawatan pada Ny J. dengan post operasi craniotomy excuses

intra ventricular hemorhage (IVH) selama 5 hari implementasi mulai tanggal

06/03/2018 sampai dengan 10/03/2018 di ruang ICU RSUD Cengkareng.

A. Pengkajian

Menurut Teori :

Mayoritas pasien yang mengalami perdarahan pada otak akan

mengalami nyeri kepala akut dan penurunan kesadaran yang berkembang

cepat sampai keadaan koma. Pada pemeriksaaan biasanya di dapati hipertensi

kronik. Gejala dan tanda tergantung lokasi perdarahan. Pasien yang selamat

secara bertahap mengalami pemulihan kesadaran dalam beberapa hari. Pasien

dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat mengalami

seizure tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral (Ropper, 2005

dalam khoirul 2009). Gejala klinis IVH menurut Caplan menyerupai gejala

SAH, seperti sakit kepala mendadak, kaku kuduk, muntah, dan letargi,

penuruan kesadaran

Serta indikasi untuk dilakukannya craniotomy atau pembedahan

intrakranial yaitu, Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun

kanker.mengurangi tekanan intrakranial. mengevakuasi bekuan darah.

mengontrol bekuan darah, pembenahan organ-organ intrakranial, tumor otak,

perdarahan (hemorrage), kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral

54
55

aneurysms), Peradangan dalam otak, dan trauma pada tengkorak. Masalah

yang terjadi pada klien dengan post kraniotomy atau post perdarah pada otak

khususnya pada otak bagian kiri pasien akan cendrung berbicara tidak jelas,

sulit untuk mengucapkan kata-kata serta kehilangan fungsi area pengaturan

saraf lainnya.

Menurut Kasus :
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapat dari kasus ditemukan data

-data seperti rasa pusing, nyeri kepala, mual muntah, dan klien secara

perlahan mengalami penurunan kesadaran, saat dilakukan scant kepala

ditemukan adanya penupukan darah akibat pecahnya pembuluh darah vena

bagian kanan sehingga klien di lakukan craniotomy atas indikasi perdarahan

(hemorrage) diotak, hasil pengkajian pun di temukan adanya riwat hipertensi

kurang lebih satu tahun yg lalu. Setelah dilakukannya operasi craniotomy

klien cendrung berbicara sendiri dan gelisah.

Analisa Penulis :
Perbandingan antara data yang ada di teori dengan data yang

ditemukan di kasus memiliki kesamaan, menurut teori hipertensi sangat

berperan penting dalam terjadinya perdarahan di otak (IVH) dari kasus di

temukan salah satu yang menyebabkan terjadina IVH pada klien adalah

riwayat hipertensi yang tidak ditangani secara maksimal sehingga terjadi

hipertensi emergency yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan

membuat suplsi darah ke otak pun meningkat, pembuluh darah di otak tidak

dapat menampung secara maksimal sehingga terjadilah IVH, gejala awal

yang di temukan pada pasien sama sepeti pada yang telah di paparkan pada

teori seperti sakit kepala mendadak, , muntah, penurunan kesadaran. Namun


56

setelah dilakukan nya penatalaksanaan klien cendrung berbicara sendiri dan

gelisa tetapi bagian ekstremitas klien dapat di gerakan secara maksimal tanpa

adanya gangguan hal itu dapat terajdi karena perdarahan yang di alami tidak

sampai meluas menembus pada bagian dalam otak shingga klien dapat

menyeimbangkan tubuhnya.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Teori :
Penulis menggunakan sumber dari NANDA sebagai dasar untuk menentukan

diagnosa, menurut NANDA diagnosa yang muncul pada pasien post

craniotomi yang disebabkan oleh perdarahan di otak (IVH) adalah :


1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intracranial berhubungan dengan

dengan desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya

perdarahan intraventrikuler
2. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler

cerebral
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan penurunan kesadaran

Intervensi
Pada pasien dengan post craniotomy :
1. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d udem otak
2. Nyeri akut b.d agen injuri
3. Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan

sputum
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
5. Defisit perawataan diri b.d kelemahan fisik

6. Resiko infeksi b.d luka, port d’ entry

Menurut Kasus :
Penulis menemukan 4 diagnosa yang muncul pada Ny J dengan penentuan

diagnosa berdasarkan prioritas yang dilihat dari kondisi pasien sendiri,

diantaranya
1. Bersihan jalan nafas tidak epektif b.d Penumpkan sekret pada jalan nafas
57

2. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d Pecahnya pembuluh darah di otak


3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan akibat

Post operasi craniotomy


4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi sekunder terhadap

pemasangan alat-alat medis di ruang ICU


Analisa Penulis :
Perbandingan antara diagnosa teori dengan diagnosa yang ditemukan di

kasus memiliki persamaan. Namun tidak semua diagnosa menurut teori

muncul pada kasus ini, hal tersebut dikarenakan tidak terdapatnya tanda dan

gejala yang mendukung dalam penegakan diagnosa tersebut. Diagnosa yang

ditemukan di kasus antara lain :


1. Bersihan jalan nafas tidak epektif b.d Penumpkan sekret pada jalan nafas
hal tersebut ditandai dengan klien terpasangnya ETT, tampak adanya

cairan pada saluran ETT , serta saat di auskultasi terdengar suara ronchi

pada jalan nafas karena penumpukan secret atau salipa akibat dari

penurunan kesadaran post operasi craniotomy.


2. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d Pecahnya pembuluh darah di otak
Hal ini dapat dilihat dari heatrat meningkat atau di atas normal klien

gelisah serta klien diberi terapi O2 tambahan, pada pemeriksaan

laboratorium PH dalam batas normal, PCO2 menurun, dan HCO3

menurun artinya klien mengalami asidosis metabolik terkompensasi

penuh.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan akibat

Post operasi craniotomy, pasien dengan post craniotomy kurang kouperatif

saat melakukan interaksi, skala ukur yang digunakan untuk mengukur

rasa nyeri klien mengunakan VAS dilihat dari ekspresi wajah klien skala

nyeri yang di dapat pada hari perta yaitu 6, Luka pada bagian kepala atau

post craniotomy jarang menunjukan gejala nyeri yang nyata tetapi rasa

pusing yang berlebih, usaha klien untuk memegang bagian kepala dan
58

TTV di atas normal dapat menunjukan bahwa klien mengalami rasa

nyaman nyeri.
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi sekunder terhadap

pemasangan alat-alat medis di ruang ICU, hal ini terjadi karena klien

gelisa, berotak dan ingin mencabut alat-alat yang terpasang, kurang

terpaparnya dan kurang penjelasan yang jelas di ruangan adlah fator utama

tibulnya diagnose tersebut.


C. Intervensi
Berdasarkan Teori:
Intervensi merupakan rancangan tindakan yang disusun demi meningkatkan

drajat kesehatan klien


Berdasarkan Kasus:
1. Bersihan jalan nafas tidak epektif b.d Penumpkan sekret pada jalan nafas,

Intervensi yang dilakukan :


- Menjaji TTV ( respirasi )
- Mengkaji cairan dan auskultasi sara nafas yang terdapat pada saluran

pernafasan dan ETT


- Kolaborasi
 Tindakan saction untuk mengelurkan cairan
 Pemberian o2 tambahan
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d Pecahnya pembuluh darah di otak,

intervensi yang dilakukan :


- observasi TTV secara berkala
- berikan posis head up 30 drajat
- observasi drainage pos craniotomy
- kaji adanya perburukan keadaan akibat terjadinya perfusi jaringan
- kolaborasi dalam pemberian antihipertensi, antiperdarahan
- kolaborasi pemberian obat-obat cerebral ativator (citikolin)
3. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontiniutas jaringan akibat

Post operasi craniotomy, intervensi yang dilakukan :


- Opservasi tanda-tanda vital
- Opservasi sklanyeri yang di rasakan klien
- Kaji keadaan perban dan adanya rembesan
- Berikan posisi yang nyaman pada klien
- Kaji posisi drainage
- Kaji dan ukur cairan drainage yang sudah keluar.
- Menganjurkan klien tenang
- Menganjurkan klien untuk tidak berontak
59

- Kolaborasipemberian terapi obat analgetik


4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi sekunder terhadap

pemasangan alat-alat medis di ruang ICU, tindakan yang dilakukan :


- Kaji fator klien berotak
- Kaji alasan klien yang berusaha melepaskan alat yang digunakan
- Tanyakan pada klien pengunana alat-alat yang sama sebelumnya
- Berimotivasi pada klien terkait pengunaan alat-alat dan menjelaskan

fungsi dan manfat alat yang digunakan oleh klien

Analisa Penulis:

Perbandingan antara intervensi yang ada di teori dengan intervensi yang

dapat dilakukan di kasus ada perbedaan, karena asuhan keperawatan di rumah

sakit khususnya pada Ny. J dengan diagnosa medis post craniotomy dilakukan

sesuai dengan kebutuhan pasien dan kondisi pasien sehingga tidak semua

intervensi yang terdapat pada teori dapat diberikan kepada pasien. Intervensi

yang tidak dapat diberikan kepada pasien dalam penanganan rasanyaman

nyeri diantaranya adalah tehnik relaksasi nafas dalam secara efektif,

intervensi tersebut tidak dapat diberikan karena klien tidak dapat kouperatif

saat dilakukan penatalaksanan klien cendrung gelisah dan tidak bisa

memfokuskan perhatian pada perawat.

D. Implementasi Keperawatan

Menurut Teori:

Pada tahap ini implementasi yang diberikan sesuai dengan intervensi yang

telah disusun agar semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara optimal.

Implementasi yang Dilakukan


60

Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan susunan intervensi,

dalam pemberian implementasi terdapat kendala seperti klien sulit kooperatif

saat dilakukan penatalaksanaan, Diagnosa bersihan jalan nafas dihentikan

setelah dilakukannya observasi pernafasan serta dinyatakan klien dapat

bernafas secara spontan tanpa mengunakan saluran ETT, dilakukannya

observasi saturasi 98 % tidak terjadi sianosis, tidak terjadi penumpukan dan

produksi secret pada jalan nafas, serta dinyatakan tidak adanya masalah pada

bersihan jalan napas.

Analisa Penulis :

Pada dasarnya, tindakan keperawatan yang ada di teori dengan yang

dilakukan di kasus sama, pelaksanaan implementasi tidak dilakukan sendiri

tetapi juga berkolaborasi dengan tenaga medis yang memberikan pelayanan

kesehatan yang terbaik untuk klien, hal ini dibuktikan dengan hasil yang

maksimal yaitu keadaan klien mulai membaik dan dipindahkannya klien dari

ruang perawatan khusus ke ruang rawat inap biasa.

E. Evaluasi Keperawatan

Menurut Teori:

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana tindakan

dan pelaksanaan tindakan keperawatan.


61

Menurut Kasus :

Penulis membandingkan apakah masalah tersebut teratasi sesuai tujuan yang


telah dibuat atau tidak serta telah mencapai kriteria hasil yang diinginkan atau
tidak. Dari 4 Masalah keperawatan terdapat 2 masalah teratasi sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil dan 2 masalah tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang harus dicapai, untuk penatalaksanana cairan balance cairan
dikontrol setiap harinya atau dilakukan balance cairan pershift di hari pertama
tanggal 06/03/2018 belens cairan didapat intake 469 cc , output 260
sehingga balance cairan didapat 34 cc. dari hasil penatalaksanaan
keperawatan selama 5 hari diruang ICU mapun IW klien mengalami
perbaikan kondisi sehingga klien harus dilakukan penatalaksanaan diruangan
ruang rawat inap biasa yaitu ruang papaya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada pasien Ny J post operasi

craniotomy excuses intraventricular hemorhage memiliki kesamaan

dengan tanda dan gejala yang ada di teori yaitu klien pusing mual, dan

penurunan kesadaran, serta dilakukanna craniotomy atas indikasi

perdarahan di otak.
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat memiliki kesamaan dengan diagnosa

keperawatan yang ada di teori, seperti Bersihan jalan nafas tidak epektif ,

Gangguan perfusi jaringan cerebral , Gangguan rasa nyaman nyeri, Kurang

pengetahuan.
3. Rencana keperawatan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pasien pada

masing-masing diagnosa, dan dapat diimplementasikan dengan baik

karena fasilitas yang mendukung serta kepercayaan dari keluarga pasien,

serta bimbingan dari pembimbing klinik dan perawat ruangan ICU.


4. Hasil evaluasi, pada kasus ini terdapat 4 masalah keperawatan namun ada

2 masalah keperawatan yang dilakukan penatalaksanaan lanjutan

diruangan rawat inap.


67

B. Saran

1. Rumah Sakit
Perawat yang ditempatkan diruangan khusu dapat meberikan penjelasan

tentang pengunaan alat baik66pada pasien maupun keluarga pasien untuk


x

meningkatkan kepercayaan keluarga dan pasien dalam kinerja keperawatan

khususnya diruang rawat khusus seperti ICU


2. Institusi Pendidikan
Hasil evaluasi ini dapat dikembangkan menjadi rujukan bagi institusi

pendidikan sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan asuhan

keperawatan kegawat daruratan khusunya dengan kasusu perdarahan di

otak seperti kasusu IVH.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni R L.2016. laporan Pendahuluan Keperawatan pada Pasien dengan


Intraventrikel Hemoragik (IVH)

Brown CV, Weng J,Oh, Et Al. 2004. Does Routine Serial computed Tomography
Of The Head Influen Management Of Traumatik brain injury prosp
Brunner And Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 3. EGC :

Jakarta.

Hendra Permana.2012. Laporan Pendahuluan Primer Intraventricularhemorrhage(Pivh)

Di Ruang Nccu Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung

Nabyl. R.A. 2012.Deteksi Dini Gejala & Dan Pengobatan Strok.Aulia

Publishing.Yogyakarta.
xi

Nadia Citra. 2012 Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Post Craniotomy. Dengan

Diagnosa Cedera Kepala Berat (Ckb). Di Intensive Care Unit (Icu).

Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta.

Nurarif.H.A.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan Nanda NIC-NOC. Jilid 2. Jogjakarta.

Santosa. 2016 Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan

KeperawatanCerebrovascular Accident Intraventricular Hemorrhage

(CVA-IVH) Ruang 26S (Stroke unit)RSSA malang

Sue morhead, dkk. 2016. Nersing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5. CV

Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai