PENDAHULUAN
buadaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang di
secara keseluruhan menuju kondisi yang lebih baik untuk meningkatkan taraf hidup
Indonesian adalah salah satu negara agraris yang mayoritas penduduknya adalah
pembangunan disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
diandalkan, karena sektor pertanian sampai saat ini masih memegang peranan
1
2
berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan upaya peningkatan
perdesaan (UPTD BPT, 2010). Selain itu sektor pertanian juga menambah
2016. PDB tertinggi menurut harga yang berlaku mengalami penurunan selama 4
tahun pada thun 2011-2014 dan pada tahun 2015 kontribusinya naik menjadi
13,49% kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2016 sebesar 13,45%.
Kontribusi terbesar terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,20% dibandingkan pada
tahun 2011 yang hanya sebesar 3,37%. Dan Kontribusi paling lambat terjadi pada
tahun 2016 yaitu sebesar 3,25% yaitu sebagai sumbangan terhadap PDB oleh sektor
pertanian.
3
Tabel 1.1
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia
Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun 2011-2016
di tinjau dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDB. Sektor pertanian masih
13.52
13.5
13.48
Harga Berlaku (persen)
13.46
13.44
13.42
13.4
13.38
13.36
13.34
13.32
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
4
Gambar 1.1
Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2011-2016
4.5
4
Harga Konstan (persen)
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 1.2
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2011-2016
sektor pertanian terhadap PDB dapat terlihat pada tahun 2014 ke tahun 2015 yaitu
pada tahun 2015 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 13,49 meskipun
masih berada di bawah angka tahun 2011 yang pencapaian kontribusinya sebesar
mengalami penurunan menurut perhitungan harga yang berlaku. Pada gambar 1.2
yang cukup luas, pertumbuhan lahan di sektor pertanian adalah luas lahan untuk
sawah sebesar 9.10% kemudian disusul dengan luas lahan untuk ladang sebesar
0,21%.
Tabel 1.3 Luas lahan dan Produksi Tebu di Indonesia Tahun 2012 – 2017*
Luas areal Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Produksi
(ha) (%) (%)
2012 451.255 2.591.687
2013 469.227 4% 2.551.026 -2%
2014 478.108 2% 2.579.173 1%
2015 454.171 -5% 2.497.997 -3%
2016 445.520 -2% 2.222.971 -12%
2017* 453.456 2% 2.465.450 10%
Menurut Tabel 1.3 Luas areal lahan tebu di Indonesia pada periode 2012-
2017 mampunyai rata-rata yaitu sebesar 2.751.737 ha dan rata-rata produksi sebesar
14.908.304 ton. Luas lahan tertinggi terdapat pada tahun 2014 yaitu 478.108 ha
dengan produksi sebesar 2.579.173 ton, luas lahan terendah terdapat pada tahun
480,000
475,000
470,000
Luas areal (ha)
465,000
460,000
455,000
450,000
445,000
440,000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
2,650,000
2,600,000
2,550,000
2,500,000
Produksi
2,450,000
2,400,000
2,350,000
2,300,000
2,250,000
2,200,000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Perkembangan luas lahan tebu di jawa timur disajikan pada tabel 1.3 luas
lahan tebu di Indonesia cukup banyak pada tahun 2012 hasil produksi tebu
mencapai sebesar2.591.687 hal tersebut dapat dilihat pada diagram yang telah di
sajikan di atas pada gambar 1.3 adalah gambar grafik dari luas area lahan dan 1.4
merupakan gambar dari banyaknya produksi yang dihasilkan tiap tahuns elama 6
tahun terakhir yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2017. Hasil produski terendah
7
terjadi pada tahun 2016 dimana hasil produksi di bawah 2.250.000 yaitu sebesar
Pada provinsi jawa timur luas lahan produksi tebu cukup luas di bandingkan
jawa tengah dan jawa barat hal tersebut dapat dilihat pada table 1.4
menunjukkan luas lahan pada tahun 2012 sebesar 12.388,00 ha, kemudian
mengalami kenaikan sebesar 0,01 % menjadi 12.504,00 ha. Tiap tahunnya Luas
panen produksi tebu terus mengalami fluktuasi dan luas panen tertinggi terjadi pada
tahun 20116 dengan angka mencapai 13.035.00 ha. Lebih jelasnya dapat dilihat
areal tanaman tebu, ada berbagai macam penyebab mulai dari letak geografis
kecamatan tersebut dan luas areal kecamatan. Dalam penghasil tebu terbesar di
2.239 ha, dan produksi tebu sebesar 179.567,8 ton. Sedangkan hasil produksi tebu
terendah pada tahun 2016 berada didesa pronojiwo dengan hasil produksi 8.330,4
ton hal ini dikarenakan sebagian besar lahan berada di dataran tinggi.
yang memiliki tanaman tebu. Tebu memiliki prospek perkembangan yang cukup
baik dan tidak mudah terserang penyakit. Tebu merupakan salah satu tanaman
tropis yang banyak diminati oleh konsumen setelah menjadi gula didalam negeri
maupun diluar negeri. Hal ini yang menarik untuk dikaji apakah usaha pengelola
tebu mampu memberikan benefit yang layak ditinjau dari aspek finansial. Dan
usaha pengelola tebu masih layak untuk dilaksanakan apabila ada kenaikan dan
Tabel 1.6Luas Lahan dan Produksi Tanaman Tebu Per Kecamatan di Kabupaten
LumajangTahun 2016
Bab II
Tinjauan pustaka
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat
produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat diperoleh
(output) yang melebihi masukan (input). Dalam proses produksi usahatani secara
teknis dipergunakan input untuk menghasilkan output yang pada akhirnya dinilai
dengan uang. Input adalah semua yang dimasukkan dalam proses produksi seperti
lahan usaha, tenaga kerja petani dan keluarganya, serta setiap tenaga kerja diupah,
faktor produksi input. Usahatani yang efesien adalah usahatani yang secara
lebih kecil dari harga jual atau hasil penjualan yang diterima dari hasil produksi.
untunk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto
tersedia yang nantinya diharapkan mewujudkan hasil yang lebih baik dari bentuk
korbanan yang telah diberikan untuk menghasilkan suatu produk. Sumberdaya yang
telah tersedia merupakan barang alami dan barang buatan. Barang-barang alami
disini beruapa (zat organik, tanah, dan pengaruh unsur-unsur iklim), sedangkan
kerja) yang secara terpadu dapat dilibatkan dalam kegiatan proses produksi.
dari sini pendayagunaannya perlu pengaturan yang lebih baik. Produksi dalam
bidang pertanian yang diusahakan oleh masing-masing petani akan bervariasi, baik
secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena tinggi rendahnya
produk yang dihasilkan oleh petani tergantung dari kualitas dan kuantitas
berapa output yang dihasilkan dan ditawarkan pada berbagai tingkat harga sehingga
keuntungan maksimal dapat tercapai. Produksi adalah suatu proses mengubah input
menjadi output sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input adalah barang atau
jasa yang digunakan sebagai masukan pada suatu proses produksi, sedangkan
output adalah barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi. Lebih
lanjut teori produksi mempelajari bagaimana hubungan antara masukan (input) dan
Hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor produksi (input)
ditunjukkan oleh suatu fungsi yang disebut fungsi produksi. Untuk dapat
masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi salah satu faktor
Y f (X )
Y f ( X 1 , X 2,..... X n )
14
dimana :
Hubungan kuantitatif antara satu faktor atau variabel dengan produksi dapat
mempunyai bentuk salah satu atau kombinasi dari tiga bentuk yang mungkin
terdapat, yaitu kenaikan hasil tetap (constant return), kenaikan hasil bertambah
hubungan antara kurva TPP (Total Physical Product) atau kurva TP (Total Produk),
kurva MPP (Marginal Physical Product) atau Marjinal Produk (MP), dan kurva
APP (Average Physical Product) atau produk rata-rata dalam grafik fungsi produksi
Grafik pada fungsi produksi terbagi pada tiga tahapan produksi yang lazim
disebut Three Stages of Production. Tahap pertama, kurva APP dan kurva MPP
tinggi produksi rata-ratanya. Tahap ini disebut tahap tidak rasional, karena jika
dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor produksi itu sendiri.
cenderung berbentuk kombinasi dari kenaikan hasil yang bertambah dan kenaikan
hasil yang berkurang, yang digambarkan dalam hukum kenaikan hasil yang makin
berkurang (The Law of Diminishing return). Grafik pada fungsi produksi terbagi
pada tiga tahapan produksi yang lazim disebut Three Stages of Production. Tahap
pertama, kurva APP dan kurva MPP terus meningkat. Semakin banyak penggunaan
15
faktor produksi, maka semakin tinggi produksi rata-ratanya. Tahap ini disebut tahap
penambahan output total yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan faktor
Q
I II III
C
B
Total Produk
X
Q/X Input Variabel
XX
Gambar 2.1
Kurva Hubungan Input Output
(Boediono, 1997)
Dari gambar 2.1 Tahapan dari Suatu Produksi di atas dapat dibagi menjadi
tiga bagian daerah produksi, yaitu pada saat AP naik hingga AP maksimum (daerah
I), dari AP maksimum hingga TP maksimum atau MP = 0 (daerah II) dan daerah
TP yang menurun (daerah III). Pada daerah I dikatakan ‘irrasional region’ karena
maksimum.
menurun. Pada saat AP mencapai maksimum, MP berpotongan dengan AP. Hal ini
disebabkan karena pola dari MP. Pada saat MP naik maka AP juga naik. Pada saat
MP menurun maka AP akan naik selama nilai MP>AP. Pasa saat MP terus turun
dan nilai MP<AP maka AP akan menurun. Karena pola seperti inilah maka MP
tambahan output yang dihasilkan dari penambahan satu unit input variabel.
Q
MPPX 1
X 1
Oleh sebab itu, The Law of Diminishing Returns sering pula disebut The Law
lain tetap) mulai dari titik tertentu akan terus menurun. Demikian pula (input-input
Demikian pula:
Q Q Q
, ,...,
X 3 X 4 X k
Kurva Total Physical Product (TPP) adalah kurva yang menunjukkan tingkat
lain dianggap tetap). TPP = f(X) atau Q = f(X). Kurva Marginal Physical Product
(MPP) adalah kurva yang menunjukkan tambahan(atau kenaikan) dari TPP, yaitu
17
ΔTPP atau ΔQ, yang disebabkan oleh penggunaan tambahan1 (satu) unit input
variabel.
TPP Q df ( X )
MPP x
X X dX
Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil rata-
rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
TPP Q f (X )
APP
X X X
Produktivitas adalah rasio dari total output dengan input yang dipergunakan
dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas dan biaya
produksinya akan lebih rendah. Perilaku biaya juga berhubungan dengan periode
produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya
tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi.
Dalam jangka panjang karena semua factor adalah variabel, biayanya juga variabel,
(Soekartawi, 2002).
18
fungsi produksi. Dewasa ini telah banyak fungsi produksi yang dikembangkan dan
dipergunakan dalam analisis usahatani antara lain : (1) fungsi linier; (2) fungsi
Elasticity of Substitution (CES); (5) fungsi transcendental dan (6) fungsi translog.
produksi dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Biaya usahatani dapat
Menurut Boediono (1982), pengertian dari total biaya tetap (TFC) adalah
Total biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, yang besar kecilnya dari
jumlah biaya tersebut tidak tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan,
contohnya adalah alat pertanian, biaya pajak, iuran irigasi, dan lain sebagainya.
Sedangkan Total Biaya Variabel (TVC) adalah total biaya yang dikeluarkan untuk
proses produksi, yang ditentukan oleh tinggi rendahnya produksi yang dihasilkan,
contohnya adalah pupuk, bibit, obat-obatan, dan upah tenaga kerja. Biaya total
output, penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel sama dengan biaya
total dan secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Boediono, 1982):
TC = TFC + TVC
19
di mana:
Gambar 2.3
Kurva TFC mendatar pada Gambar 2.3 menunjukkan bahwa besarnya biaya
tetap tidak tergantung pada jumlah produksi. Kurva TVC membentuk huruf S
biaya total semata-mata ditentukan oleh perubahan biaya variabel (Rahardja, 2000).
Selanjutnya menurut Rahardja (2000), biaya rata-rata adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh produsen dalam memproduksi satu unit output. Besarnya biaya
rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Oleh karena TC = FC + VC, maka
biaya rata-rata sama dengan biaya tetap rata-rata ditambahkan dengan biaya
Keterangan:
1. Kurva AFC terus menurun, karena biaya tetap persatuan output semakin kecil
2. Kurva ATC polanya sama dengan kurva AVC, mula-mula menurun, akan
tetapi tidak pernah berpotongan (asimtotik). Pola ini berkaitan dengan hukum
3. Kurva AVC dan ATC adalah minimum bila keduanya memotong kurva MC
(Marginal Cost).
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dan biaya-biaya. Biaya ini
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya
tetap dapat berupa sewa tanah, pembelian alat-alat pertanian, sedangkan biaya tidak
tetap dapat berupa biaya yang diperlukan untuk pembelian benih, pupuk, obat-
Menurut Sukirno (2001), keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil
adalah selisih dari total penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Secara
TR TC
P.Q C
di mana:
π = Keuntungan
P = Harga produksi
Q = Jumlah produksi
C = Total biaya
keuntungan adalah:
keuntumgan usahanya.
2. Petanian atau pengusaha adalah price takers (suatuharga yang ditentukan oleh
(cekung).
22
tercapai ketik aposisi Marginal Revenue (MR) sama dengan Marginal Cost (MC)
MR MC
TR TC
Q Q
Keuntungan Total
Q
0
Gambar 2.4
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Gambar 2.5 adalah keuntungan total
(TR - TC) yang maksimum, yang ditunjukkan oleh jarak vertical antara kurva TR
dan TC yang paling lebar. Posisi ini menunjukkan slope dari garis singgung TR
digolongkan menjadi tiga, yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga (alokatif), dan
tercapai bila nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang
Efisiensi biaya produksi dapat diukur dengan analisis R/C yang merupakan
besarnya penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk
produksi. Tingginya nilai R/C dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya
total yang dikeluarkan petani. Nilai R/C lebih besar dari 1 berarti dalam berbagai
skala usaha layak diusahakan atau dengan kata lain usaha tersebut secara ekonomis
efisien dan layak untuk dikembangkan. Secara sistematis analisis R/C dapat
A = R/C
R = Py.Y
C = FC + VC
Py.Y
A=
FC VC
di mana:
A=efisiensi biaya
R=revenue (penerimaan)
C=cost(total biaya)
Py=price (harga output/unit)
Y=output
FC=fixed cost (biaya tetap)
VC=variable cost (biaya variabel)
hasil produksi jeruk siem adalah luas lahan, jumlah tanaman, sarana produksi yang
terdiri dari Bibit, NPK, Urea, SP36, Pupuk Kandang, Fungisida, Insektisida, PPC,
dan Tenaga Kerja dan pendapatan rata-rata usahatani jeruk siem berbeda nyata pada
berbagai skala. Dan Investasi usahatani jeruk siem di Kabupaten Jember relatif
Hasil penelitian Nuryanti (2003) tentang Usahatani tebu pada Lahan Sawah
dan Tegalan di Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dapat disimpulkan bahwa
menurut jenis lahannya usahatani tebu menurut di lahan sawah secara umum lebih
keprasan lebih mengun tungkan diusahakan baik di lahanan sawah maupun tegalan
dengan skala kurang dari satu hektar. Berdasarkan skala usahatani, secara umum
Demikian pula hasil penelitian Agustina pada tahun 2010 tentang Analisis
Efesiensi Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Tebu (Studi Kasus di Desa
rata biaya total per hektar per musim tanam 2008-2009 adalah Rp. 38.703.895,91,
pupuk ZA, pupuk Phonska, pupuk Urea dan tenaga kerja (x1,x2,x3,x4,x5) secara
berpengaruh nyata terhadap usahatani tebu di daerah pe nelitian adalah luas lahan.
Sedangkan faktor produksi pupuk ZA, pupuk Phonska, pupuk Urea, dan tenaga
kerja belum berpengaruh nyata terhadap usahatani tebu. Faktor produksi luas lahan
walaupun berpengaruh nyata terhadap usahatani tebu tetapi masih belum efesien.
Sementara itu, hasil penelitian Aksin, dkk. (2005) tentang Analsis Daya
di lahan sawah mencapai lebih dari 100 ton per hektar, lebih tinggi daripada di lahan
tegalan. Produktivitas tebu di lahan kering di Kabupaten Malang dan Jember lebih
tenaga kerja dan sewa lahan usahatani tebu di lahan sawah dan tegalan di Jawa
Timur mencapai sekitar 70 persen terhadap total biaya usahatani tebu, sewa lahan
26
Malang dan Jember; 3) Usahatani tebu di Provinsi Jawa Timur secara finansial
tegalan lebih tinggi daripada di lahan sawah dan pada tanam awal lebih tinggi
yang dialami petani di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Kediri sebesar Rp 2 juta
– 4 juta per hektar. Perbedaan ini disebabkan adanya distorsi pasar yang
BAB III
saing tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar internasional (Saragih, 2001).
mungkin. Proses produksi pertanian adalah kompleks dan terus menerus berubah
lebih besar dengan menekan biaya produksi yang sekecil-kecilnya atau dikenal
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan. Semakin tinggi penerimaan akan semakin
tinggi keuntungan. Penerimaan akan ditentukan oleh besarnya produksi dan harga
jual. Penerimaan akan semakin besar apabila produksi yang dihasilkan dari kegiatan
usahatani juga semakin tinggi atau harga jual yang diterima petani juga semakin
29
tinggi pula. Berarti produksi dan harga jual berpengaruh positif terhadap tingkat
maupun industri mendorong Pabrik Gula (PG) bergerak untuk melakukan budidaya
overhead dan harga produk sudah pasti. Bagi petani sendiri mendapat keuntungan
Upaya yang harus dilakukan oleh petani adalah menekan penggunaan input
sehingga keuntungan yang diperoleh dapat maksimal. Kegiatan uasahatani tebu ini
dalam berusahatani adalah harga jual output, dan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan usahatani. Oleh karena itu maka, faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah tenaga kerja, biaya produksi, produksi, harga jual output, dan manajemen.
kerja, dan modal dirasa cukup, tetapi kalau tidak di kelola dengan baik (miss
management) maka produksi yang tinggi yang diharapkan juga tidak akan tercapai.
pengalaman bertani tebu. Sementara itu harga jual juga mempengaruhi perilaku
30
petani, dengan harga yang baik petani terangsang untuk memacu produksi agar
lebih meningkat lagi. Besar kecilnya harga jual sangat berpengaruh terhadap
keuntungan petani karena semakin tinggi harga jual makan semakin besar
Oleh karna iitu, dalam penelitian ini pendekatan analisis yang digunkan
antara petani luas dan petani sempit digunakan uji t-2 arah. Secara skematis
3.2 Hipotesis
1. Ada perbedaan tingkat keuntungan usahatani tebu antara petani lahan luas
2. Ada perbedaan produktivitas lahan usahatani tebu petani lahan luas dan
3. Ada perbedaan tingkat efisien biaya usahatani tebu rakyat anatara lahan
Usahatani Tebu
Rakyat
Faktor Ptoduksi
Proses Produksi Output Nilai Output
1. Luas Lahan Produksi
2. Jumlah Tanaman
3. Pupuk
4. Pestisida
5. Tenaga Kerja
Tingkat Keuntungan Keuntungan
x=TR – TC dan uji t 2
arah
Efisiensi RC-Rasio
Biaya Produksi
dan uji t 2 arah
Produktivitas Indek
Luas Lahan Produktivitas Lahan
dan uji t 2 arah
Gambar 3.1
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif dan metode
penelitian adalah menggunakan metode survey. Tipe deskriptif adalah suatu metode
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena
yang terjadi masa sekarang. Sedangkan metode survey pada umumnya merupakan
cara untuk pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu
Kabupaten Lumajang dengan lahan usahatani tebu rakyat terluas. Waktu penelitian
produsen tebu, baik yang memiliki lahan sendiri ataupun hanya penyewa. Oleh
karena itu, agar sampel yang terpilih nantinya mencerminkan keadaan populasi
Dalam penelitian ini dipilih Petani yang mempunyai jenis petani luas dengan luas
lahan > 1 hektar, petani sempit dengan luas < 1 hektar. Dengan demikian jumlah
responden dalam penelitian ini diambil 30 orang petani tebu yang tersebar di 2 desa
Tabel 4.1
Petani
No Desa
Populasi Petani
1 Tunjung 63 13
2 Gedang Mas 97 20
3 Ledok Tempuro 35 7
Jumlah 3 185 40
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang 2018
Gedang Mas, dan Ledok Tempuro. Dengan Pertimbangan desa tersebut tingkat
Produksi Tertinggi.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara
Sementara itu, data sekunder dikumpulkan dari instansi yang relevan dengan
penelitian ini.
34
gula, nilai gula dan nilai tetes. Nilai tebu dapat di ketahui berdasarkan jumlah
kuintal tebu yang diterima pabrik dari petani. Untuk mengetahui kuintal tebu dari
Keterangan Rumus
𝜋 = TR –TC
𝑇𝑅 = 𝑌. 𝑃𝑦
TC = TFC + TVC
Keterangan:
𝜋 = keuntungan (Rp)
TR = total penerimaan (Rp)
TC = total biaya (Rp)
y = harga produksi per kg (Rp)
Y = produksi (kg)
35
𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
di mana :
( 1 2 ( x1 x2 )
t
(n1 1) S12 (n2 1) S 22 1 1
.
n1 n2 2 n1 n2
di mana :
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≠ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : berarti ada ,beda nyata antara nilai rata-rata yang dibandingkan,
atau Ho ditolak
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : berarti tidak ada beda nyata antara nilai rata-rata yang
dibandingkan, atau Ho diterima
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Produktivitas lahan = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
36
usahatani tebu lahan sempit dengan lahan luas digunakan uji-t 2 arah sebagaimana
𝑇𝑅
RC-ratio =
𝑇𝐶
di mana:
TR = total revenue
TC = total cost
tebu lahan sempit dengan lahan luas digunakan uji-t 2 arah, analog dengan uji 1
di makan manusia.
2. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang di ukur
4. Total penerimaan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output yang
5. Biaya adalah semua beban yang harus ditanggung untuk dijadikan mbarang
6. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi, yang besar
7. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk produksi, yang
9. Luas lahan adalah lahan yang digarap oleh petani untuk usahatani dengan
10. Petani lahan luas adalah petani yang mempunyai lahan garapan > 1 ha.
11. Petani lahan sempit adalah petani yang mempunyai lahan garapan < 1 ha.
12. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang bekerja dalam usahatani tebu baik pria
maupun wanita atau ternak serta mesin yang berasal dari lingkungan sendiri
13. Harga jual adalah nilai jual tiap kilogram gula yang dinyatakan dalam rupiah
(Rp/kg).
38
14. Petani responden adalah petani yang melaksanakan usahatani tebu pada daerah
15. Produksi adalah jumlah dari hasil usahatani tebu dalam bentuk gula (kg).
16. Biaya produksi adalah pengeluaran meliputi biaya tetap dan biaya variabel
untuk pengadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tebu
17. produktivitas adalah nilai seluruh hasil dari proses produksi usahatani tebu
dibagi dengan luasan lahan yang dimiliki untuk setiap responden, dan
18. pengalaman bertani yaitu, berapa kali petani melakukan usahatani tebu (th).
19. Bibit adalah salah satu input faktor produksi yang digunakan untuk
20. Pestisida adalah salah satu faktor produksi yang digunakan untuk
21. Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh petani tebu secara
22. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi