Anda di halaman 1dari 8

Pendidikan Agama Islam

Pertumhuhan ilmu pengetahuan pada masa Umayah

Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Jember

Firly Yasinta Handayani

VIII I
A. Peradaban Umayah Damaskus (661-680 M)

Perintisan Dinasti Umayah dilakukan oleh Mu’awiyah dengan cara menolak membai’at Ali,
berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali yang secara politik
sangat menguntungkan Mu’awiyah. Setelah Ali terbunuh oleh kaum Khawarij, kekuasaan
dipegang oleh Hasan Ibn Ali yang kemudian mengadakan perjanjian dengan Mu’awiyah dan
pada akhirnya mengubah sistem pemerintahan khilafah menjadi kerajaan.

Dinasti Umayah di Syiria berlangsung selama 91 tahun dengan kurang lebih 14 khalifah.
Pada masa ini gelar pemimpin pusat tidak disebut raja akan tetapi khalifahdengan makna
konotatif yang berarti khalifah Allah, pemimpin atau penguasa yang diangkat oleh Allah.
Sedangkan istilah khalifah empat pada zaman setelah Nabi Muhammad SAW wafat,
disebut khalifah Rasul sebagai pemimpin masyarakat. Pada zaman itu yang diangkat sebagai
putra mahkota adalah Yazid Ibn Mu’awiyah.

Pengangkatan Yazid mendapat respon keras dari masyarakat karena Mu’awiyah sendiri telah
mengganti sistem pemerintahan dari khalifah menjadi kerajaan. Kemudian pengangkatan
Yazid berarti telah melanggar perjanjian dengan Hasan Ibn Ali ra. Ketika Yazid naik tahta
banyak masyarakat yang menolak untuk melakukan bai’at. Akan tetapi Mu’awiyah berhasil
memaksa mereka untuk melakukan bai’at.

Pada zaman dinasti Umayah, wilayah kerajaan mencakup Spanyol, Afrika Utara, Syiria,
Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian kecil Asia, Persia, Afganistan, India, Pakistan,
Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah. Pemimpin wilayah dibagi menjadi dua yakni:
pemimpin pusat (khalifah) dan pemimpin wilayah kemudian juga dibagi ke dalam empat
departemen: departemen perpajakan tanah, departemen yang bertugas merancang ordonansi
pemerintah, departemen surat menyurat, dan departemen perpajakan umum. Sedangkan kelas
masyarakat pada zaman tersebut dibedakan berdasarkan agama seperti bagan di bawah ini:

Islam: 1. Masyarakat Arab beragama Islam

2. Masyarakat non-Arab yang memeluk Islam

Dinasti Umayah

Non-Islam: 1. Non-Islam yang dilindungi

2. Non-Islam yang dijamin keamanannya

Pada zaman ini juga banyak perkembangan-perkembangan dari segi ilmu agama yakni:
penyempurnaan penulisan Al-Quran dan hadits, ilmu teologi Khawarij dan Murji’ah,
didirikannya Madrasah Hasan Al-Bashri, dan adanya aliran fikih. Berakhirnya Dinasti
Umayah syiria disebabkan oleh tiga kekuatan yang mengancam khilafah yakni: (1) Bani
Hasyim yang terdiri dari Syi’ah yang dipimpin oleh Abu Muslim al-Khurasani dan Bani al-
Abbas yang dipimpin oleh Abu Abbas, (2) Khawarij, dan (3) Mawali.
B. Peradaban Umayah di Andalusia (705-1031 M)

Andalusia adalah nama bagi semenanjung Iberia pada zaman kejayaan Umayah. Bani
Umayah dapat menguasai Andalusia karena Abd al-Rahman Ibn Mu’awiyah bergelar al-
Dakhil berhasil melarikan diri dari serangan Bani Abbas yang menyerang Daulah Umayah di
Damaskus. Ia berhasil menginjakkan kaki di Andalusia dan selama 32 tahun berkuasa ia
berhasil mengatasi berbagai macam ancaman baik dari dalam maupun dari luar.

Kemajuan Dinasti Umayah di Andalusia dicapai pada zaman al-Muntashir, pengganti Abd al-
Rahman al-Dakhil. Kemajuan Cordova ditandai dengan al-Qashr al-Kabir (kota
satelit), Rushafat (istana yang dikelilingi taman di sebelah barat laut Cordova), masjid jami
Cordova, dan al-Zahra (kota satelit di bukit pegunungan Sierra Morena).

Perkembangan dalam ilmu bahasa dan sastra juga terus meningkat. Masyarakat Bani Umayah
diwajibkan untuk dapat berbahasa Arab sama seperti Bani Umayah Syiria. Bahkan kitab
Taurat pun diterjemahkan dalam Bahasa Arab. Perkembangan sastra dan syair mendorong
juga pertumbuhan ilmu musik dan seni suara di Andalusia. Bapak musik pada zaman ini
adalah Hasan Ibn Nafi. Keahliannya di bidang musik membuat dia dianggap sebagai peletak
dasar musik Spanyol modern. Sigrid Hunke dan Abd al-Mun’im Maguid menginformasikan
bahwa ulama Arablah yang memperkenalkan not lagu :do-re-mi-fa-sol-la-si. Not itu diambil
dari bunyi-bunyi huruf Arab.

Madzhab fikih yang berkembang di Cordova adalah Maliki. Madzhab ini diperkenalkan oleh
Ziyad Ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-Lahmi pada zaman Hisyam I Ibn Abd al-Rahman al-
Dakhil. Ulama besar di bidang fikih yang hidup pada zaman Umayah di Spanyol adalah Abu
Muhammad Ali Ibn Hazm. Pada awalnya, beliau adalah pengikut imam al-Syafi’i kemudian
pindah ke madzhab al-Zhahiri.

Perkembangan ilmu filsafat dan eksakta juga menonjol di zaman ini. Salah satu diantaranya
yang berjasa adalah Abu al-Qasim Maslamah Ibn Ahmad al-Majriti di bidang ilmu
matematika, astronomi, kedokteran dan kimia. Pada zaman ini angka-angka India (0,1,2,
hingga 9) mulai diperkenalkan berkat buku Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Selain itu ulama Arab juga mulai mengembangkan ilmu pengobatan sehingga
melahirkan ilmu apotek dan farmasi.

Dinasti Umayah di Spanyol mulai mengalami kemunduran ditandai dengan adanya


perebutan kekuasaan secara internal dinasti. Kemunduran ini disebabkan karena penggantian
khalifah yang mencapai 14 kali, adanya teror yang dialami khalifah Umayah Ibn Abd al-
Rahman yang mengakibatkan suasana pemerintahan menjadi tidak kondusif sehingga
dihapuslah sistem khalifah di Andalusia selamanya.
C. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada bani umayah

Pada masa dinasti umayah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan
tidak hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di
daerah yang telah dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial.

Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian ilmu yang
ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova dan
beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina (Syam),
Fistat (Mesir).

Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau


perbintangan, ilmu pasti, ilmu sastra, dan seni seperti seni bangunan, seni rupa, maupun seni
suara.Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila
dibandingkan pada masa Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan
ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya Khuttab serta Majelis Sastra. Jadi tempat
pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:

1. Khuttab
Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis,
jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar
menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.

2. Masjid
Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat
menengah yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan
pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu
untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu
pengetahuan.

Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat
tinggi setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh.
Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.

3. Majelis Sastra
Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan
yang indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al
Athiyyah Al Abrasy “Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti
diindahkan seseorang yang masuk ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan
rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak
mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya.

Ia tidak boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan dan memberi kesempatan
pada sipembicara menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan
tawa terbahak-bahak. Dalam balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok
persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan”.
4.Pendidikan Istana
Pendidikan istana diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan
para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh
kecakapan memegang kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan
keperluan dan kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua
murid.

Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan
sekaligus memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada
perkembangan ilmiah, akan tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai
cabang ilmu seperti yang dikemukakan oleh Abd. Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita
peperangan serta syair dan Kitabah.

Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian,
syairnya adalah: Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah
orang yang pemurah di atas dunia ini”.

Selain kemajuan seperti di atas, ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:
1. Bidang Ilmu Hadits
a. Umar bin Abdul Aziz, ketika ia diangkat sebagai khalifah, progam utama
pemerintahannya terfokus pada usaha pengumpulan hadist untuk dibukukan Abu Bakar
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-zuhri seorang yang tepat dan siap
melaksanakan perintah kholifah, maka ia bekerja sama dengan perowi-perowi yang dianggap
ahli untuk dimintai informasi tentang hadist-hadist nabi yang berceceran ditengah masyarakat
islam untuk dikumpulkan, ditulis dan dibukukan.

b. Abu Bakar Muhammad, dianggap pengumpul hadits yang pertama pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ini.Jejak Abu Bakar Muhammad, diikuti oleh generasi
dibawahnya, seperti Imam Malik menulis kumpulan buku hadist terkenal Muwatha’, imam
Syafii menulis Al-Musnad. Pada tahap selanjutnya, program pengumpulan hadist mendapat
sambutan serius dari tokoh-tokoh islam, seperti:
1) Imam Bukhari, terkenal dengan Shohih Bukhari
2) Imam Muslim, terkenal dengan Shohih Muslim
3) Abu Daud, terkenal dengan Sunan Abu Daud
4) An –Nasa’i, terkenal dengan Sunan An-Nasa’i
5) At-Tirmidzi, terkenal dengan Sunan At-Tirmidzi
6) Ibnu Majah, terkenal dengan Sunan Ibnu Majah
Kumpulan para ahli hadist tersebut diatas, terkenal dengan nama Kutubus Shittah.

2. Bidang Ilmu Tafsir


Untuk memahami Al-Qur’an para Ahli telah melahirkan sebuah disiplin ilmu baru yaitu ilmu
tafsir, ilmu ini dikhususkan untuk mengetahui kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika Nabi
masih hidup, penafsiran ayat-ayat tertentu dituntun dana ditunjukkan melalui malaikat Jibril.
Setelah Rasulullah wafat para sahabat Nabi seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud. Ubay bin Ka’ab mulai menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an bersandar dari
Rasulullah lewat pendengaran mereka ketika Rasulullah masih hidup.

Dalam perkembangan generasi berikutnya, pada masa Dinasti Umayyah Islam telah
berkembang luas. Apalagi pemahaman terhadap Bahasa Arab bagi umat non-Arab
mengalami kesulitan. Makalahirlah tokoh-tokoh dibidang Tafsir, seperti Muqatil bin
Sulaiman (w.150H), Muhammad bin Ishak, Muhammad bin Jarir At-Thabary (w. 310).

3. Bidang Ilmu Fiqih


Al –Qur’an sebagai kitab suci yang sempurna, merupakan sumber utama bagi umat islam,
terkhusus dalam menentukan masalah-masalah hukum.

Pada masa Khulafaurrasyidin, penetapan hukum disamping bersumber dari Rasulullah


dilakukan sebuah metode penetapan hukum, yaitu ijtihad. Ijtihad pada awalnya hanya
pengertian yang sederhana, yaitu pertimbangan yang berdasarkan kebijaksanaan yang
dilakukan dengan adil dalam memutuskan sesuatu msalah.

Pada tahap perkembangan pemikiran islam, lahir sebuah ilmu hukum yang disebut Fiqih,
yang berarti pedoman hukum dalam memahami masalah berdasarkan suatu perintah untuk
melakukan suatu perbuatan, perintah tidak melakukan suatu perbuatan dan memilih antara
melakukan atau tidak melakukannya. Pada masa ini bermunculan para tokoh ahli fiqih, antara
lain :
1) Sa’id bin Al-Musayyid (Madinah)
2) Salim bin Abdullah bin Umar (Madinah)
3) Rabi’ah bin Abdurahman (Madinah)
4) Az –Zuhri (Madinah)
5) Ibrahim bin Nakha’ai (Kufah)
6) Al –Hasan Basri (Basrah)
7) Thawwus bin Khaissan (Yaman)
8) Atha’ bin Ra’bah (Mekah)
9) Asy –Syu’aibi (Kufah)
10) Makhul (Syam)

4. Bidang Ilmu Tasawuf


Taswuf merupakan sebuah ilmu tentang cara mendekatkan diri kepada Allah saw, tujuannya
agar hidup semakin mendapatkan makna yang mendalam, serta mendapatkan ketentraman
jiwa. Ilmu tasawuf berusaha agar hidup manusia memilki akhlak mulia, sempurna dan kamil.

Munculnya tasawuf, karena setelah umat semakin jauh dari Nabi, terkadang hidupnya tak
terkendali, utamanya dalam hal kecintaan terhadap materi. Tokoh –tokoh dalam hal tasawuf
antara lain sebagai berikut :
1) Hasan Al-Basri
2) Sufyan Ats-Tsauri
3) Rabi’ah Al’Adawiyah
4) Ibrahim bin Adham
5) Tokoh tasawuf yang satu ini, berasal dari Persia. Seorang pangeran dari kerajaan
Persia yang meninggalkan kehidupan mewah di sekitarnya. Untuk menjalani hidup
sederhana dengan mendalami ilmu tasawuf. Peringatan Ibrahim kepada manusia tertulis
dalam sindirannya yang indah:”do’a-do’a kalian tidak didengar oleh Nya disebabkan hatimu
telah mati”.

5. Ilmu Sejarah dan Geografi (Jughrafia)


Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah,
dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

6. Ilmu Pengetahuan Bahasa Arab


Ilmu pengetahuan bidang bahasa arab, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahu,
saraf, dan lain-lain.

7. Bidang Filsafat
Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu
mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu
kedokteran

D. Pertumbuhan Kebudayaan pada Zaman Ummayah

Pada bidang budaya, Dinasti Bani Umayah memberikan kontribusi berupa:

1. Bahasa Arab
Bahasa arab berkembang luas keberbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu
bahasa resmi Internasional disamping bahasa Inggris.
2. Mata Uang
Mencetak mata uang dengan menggunakan bahasa arab yang bertuliskan “la ilaha
illallah” dan disebelasnya ditulis kalimat”Abdul Malik”.
3. Gedung dan pabrik Industri
Mendirikan pabrik kain sutera, Industri kapal dan senjata, gedung-gedung
pemerintahan
4. Irigasi Pertanian
Membangun irigasi-irigasi sebagai sarana pertanian
5. Pusat Ilmu dan Adab
Membangun kata Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan ilmu dan adab
6. Pembukuan Negara
Membuat administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan Negara
Pada bidang Kesenian, Bani Umayah memberikan kontribusi, antara lain:

1. Majelis Sastra
Majelis sastra adalah tempat atau balai pertemuan untuk membahas kesusasteraan dan
juga tempat berdiskusi mengenai urusan politik yang disiapkan dan dihiasi dengan
hiasan yang indah. Majelis ini hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama
terkemuka.
2. Arsitektur
Dalam bidang seni arsitektur, para khalifah mendukung perkembangannya, seperti
pembuatan menara pada periode Muawiyah, kubah ash-Shakhra pada periode Abdul
Malik bin Marwan. Kubah ini tercatat sebagai contoh hasil karya arsitektur muslim
yang termegah kala itu.
Bangunan tersebut merupakan masjid yang pertama sekali ditutup dengan kubah.
Merenovasi Masjid Nabawi. Membangun Istana Qusyr Amrah dan Istana al Musatta
yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.

E. Nama-nama khalifah Bani Umayyah :

1. Muawiyyah bin Abi Sufyan {tahun 40-64 H/661-680 M}


2. Yazid bin Muawiyah {tahun 61-64 H/680-683 M}
3. Muawiyah bin Yazid {tahun 64-65 H/683-684 M}
4. Marwan bin Hakam {tahun 65-66 H/684-685 M}
5. Abdul Malik bin Marwan {tahun 66-86 H/685-705 M}
6. Walid bin ‘Abdul Malik {tahun 86-97 H/705-715 M}
7. Sulaiman bin ‘Abdul Malik {tahun 97-99 H/715-717 M}
8. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz {tahun 99-102 H/717-720 M}
9. Yazid bin ‘Abdul Malik {tahun 102-106 H/720-724M}
10. Hisyam bin Abdul Malik {tahun 106-126 H/724-743 M}
11. Walid bin Yazid {tahun 126 H/744 M}
12. Yazid bin Walid {tahun 127 H/744 M}
13. Ibrahim bin Walid {tahun 127 H/744 M}
14. Marwan bin Muhammad {tahun 127-133 H/744-750 M}

Demikianlah nama-nama khalifah pada masa Bani Umayyah, mereka adalah sosok Khalifah-
khalifah Islam yang sangat luar biasa, dan patut untuk kita contoh dan jadikan sebagai
tauladan

Anda mungkin juga menyukai