Anda di halaman 1dari 34

PUTUSAN

Pemeriksaan dinyatakan ditutup

 Setelah tuntutan, pembelaan, replik, duplik,


maka pemeriksaan dinyatakan ditutup (Pasal
182 ayat 2 KUHAP).
 Dapat dibuka kembali :
 Atas perintah hakim karena jabatan
 Atas permintaan PU disertai alasannya
 Atas permintaan terdakwa atau penasihat hukum
disertai alasannya
 Pembukaan kembali dengan maksud untuk
menampung data tambahan sebagai bahan
musyawarah
Musyawarah hakim
 Sesudah itu hakim mengadakan musyawarah
terakhir untuk mengambil keputusan yang harus
didasarkan atas surat dakwaan dan segala
sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di
sidang. (pasal 82 ayat 4 KUHAP)
 Dalam musyawarah tersebut, hakim ketua
majelis mengajukan pertanyaan dimulai dari
hakim yang termuda sampai hakim yang tertua,
sedangkan yang terakhir mengemukakan
pendapatnya adalah hakim ketua majelis dan
semua pendapat harus disertai pertimbangan
beserta alasannya.
 Pada asasnya putusan dalam musyawarah
majelis merupakan hasil permufakatan bulat
kecuali jika hal itu setelah diusahakan dengan
sungguh-sungguh tidak dapat dicapai, maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
 a. putusan diambil dengan suara terbanyak;
 b. jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat
diperoleh putusan yang dipilih adalah pendapat
hakim yang paling menguntungkan bagi
terdakwa.
 Dalam praktik pada dasarnya suara minoritas
diantara hakim dalam memutus perkara
dapat dibedakan atas dua yakni:
 Pendapat yang Berbeda (Dissenting Opinion)
 Alasan yang Berbeda (Concurrin Opinion)
Dissenting Opinion

 Dissenting” dalam kamus bahasa Inggris adalah


bentuk kata kerja yang berasal dari kata “dissent”
yang berarti berselisih paham. “Opinion” berarti
pendapat, pikiran, perasaan. Jika disatukan, maka
akan menjadi kalimat “dissenting opinion” yang
berarti “terjadinya perbedaan pendapat atas suatu
persoalan hukum”.

 Jadi, dissenting opinion merupakan


pendapat/putusan yang ditulis oleh seorang hakim
atau lebih yang tidak setuju dengan pendapat
mayoritas majelis hakim yang mengadili suatu
perkara.
Alasan yang Berbeda (Concurring Opinion)

 Selain Dissenting Opinion, ada juga istilah lain yang disebut dengan
Concurring Opinion yaitu pendapat yang sama atau setuju dengan
pendapat majelis hakim atau suara mayoritas namun dengan
menggunakan alasan yang berbeda.
 Menurut Hakim Konstitusi H.M. Laica Marzuki, pendapat alasan yang
berbeda (concurring opinion) mendukung pendapat hakim mayoritas
(majority opinion) tetapi dengan alasan berbeda. Hakim yang
mengajukan alasan yang berbeda (concurring opinion), pada hakikatnya
mendukung the outcome of the case yang hendak dicapai hakim-hakim
mayoritas namun didasarkan pada alasan ten aanzien van het recht yang
berbeda.
 Alasan yang berbeda (concurring opinion) menurut Hakim Konstitusi
H.M. Laica Marzuki (Wiwie Heryani: 2008), diandaikan bagaikan sebuah
bus yang menempuh tujuan yang sama dengan bus lainnya namun
masing-masing mengambil jalan yang berbeda. Kedua bus kelak
bertemu di stasiun tujuan yang sama. Tujuan kedua bus adalah sama,
namun bus yang satu menyusuri jalan yang sepi (the lonely way)
 (7) Pelaksanaan pengambilan putusan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (6) dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan khusus
untuk keperluan itu dan isi buku tersebut sifatnya rahasia.
 Perubahan dan perkembangan:
 Uu kekuasaan kehakiman
 Pasal 14
 (1) Putusan diambil berdasarkan sidang permusyawaratan hakim yang
bersifat rahasia.
 (2) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan
pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang
diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.
 (3) Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat
bulat, pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.
 8) Putusan pengadilan negeri dapat
dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu juga
atau pada hari lain yangsebelumnya harus
diberitahukan kepada penuntut umum,
terdakwa atau penasihat hukum.
Putusan Pengadilan

 Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim


yang diucapkan dalam sidang pengadilan
terbuka, yang dapat berupa pemidanaab atau
bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini (Pasal 1 angka 11 KUHAP).
Bentuk Putusan Pengadilan

Putusan Bebas

Putusan lepas dari


segala tuntutan

Putusan
pemidanaan
Putusan Bebas (vrij spraak)

 Putusan bebas adalah putusan yg menyatakan


kesalahan terdakwa atas perbuatan yg didakwakan
tidak terbukti secara sah dan menyakinkan (Pasal
191 ayat (1) KUHAP).
 Putusan bebas dilihat dari sisi yuridis ialah putusan
yg dinilai oleh majelis hakim bahwa
 tidak memenuhi asas pembuktian menurut UU.
 tidak memenuhi asas batas minimum pembuktian.
 Dalam putusan bebas harus mengandung
pembebasan terdakwa apabila terdakwa berada
dalam tahanan atau tetap berada dalam tahanan
apabila ada alasan lain (Pasal 191 ayat (2) KUHAP).
Putusan Lepas Dari Segala
Tuntutan
 Putusan lepas dari segala tuntutan adalah
putusan yang menyatakan bahwa perbuatan
yg didakwakan kepada terdakwa terbukti,
tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan
tindak pidana (Pasal 191 ayat (3) KUHAP).
 Sama halnya dengan putusan bebas, apabila
terdakwa diputus lepas dari segala tuntutaan
hukum apabila ditahan harus diperintahkan
untuk dibebaskan seketika itu juga, kecuali
ada alasan lain.
Putusan Pemidanaan

 Putusan pemidanaan adalah suatu putusan


pengadilan di mana terdakwa dijatuhi pidana
sesuai dengan ancaman pidana yg ditentukan
dalam pasal yg didakwakan (Pasal 191 ayat (1)
KUHAP).
 Jika terdakwa tidak ditahan, maka pengadilan
dapat memilih status yg akan diperintahkan
terhadap terdakwa:
a. Memerintahkan terdakwa tetap berada dalam status
“tidak ditahan”
b. Pengadilan dapat memerintahkan supaya terdakwa
ditahan.
 Jika terdakwa berada dalam status tahanan
a. Memerintahkan terdakwa “tetap berada dalam
tahanan”
b. Memerintahkan “pembebasan terdakwa dari
tahanan”
Syarat Putusan Pemidanaan
(Pasal 197 ayat (1) KUHAP

a. Kepala putusan yang ditulis berbunyi Demi Keadilan


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa;
c. Dakwaan sebagaimana terdapat dalam surat
dakwaan;
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas
mengenai fakta dan keadaan beserta alat
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di
sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan
terdakwa;
e. Tuntutan pidana sebagaimana terdapat dalam
surat tuntutan
f. Pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan
pasal peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar hukum dari putusan disertai
keadaan yang memberatkan dan meringankan
terdakwa;
g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah
majelis hakim, kecuali perkara diperiksa oleh
hakim tunggal;
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah
terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak
pidana disertai dengan kualifikasinya dan
pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan
dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan
ketentuan mengenai barang bukti;
j. Ketentuan bahwa seluruh surat dinyatakan palsu
atau keterangan di mana letak kepalsuan itu, jika
terdapat surat otentik yang dianggap palsu;
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap
berada dalam tahanan atau dibebaskan
l. Hari dan tanggal putusan, nama pununtut
umum, nama hakim yang memutus dan
nama terdakwa;
 Tidak dipenuhinya ketentuan huruf a, b, c, d,
e, f, h, j, k dan l mengakibatkan putusan
batal demi hukum.
 Sementara tidak terpenuhi huruf a, e, f dan h
tidak mnyebabkan putusan batal demi
hukum.
Syarat Putusan Bukan Pemidanaan (Pasal
199 ayat (1) KUHAP)

a. Ketentuan sebagaiman dimaksud dalam


Pasal 197 ayat (2) huruf a, f dan h;
b. Pernyataan bahwa terdakwa diputus bebas
atau lepas dari segala tuntutan hukum,
dengan menyebutkan alasan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang
menjadi dasar putusan;
c. Perintah supaya terdakwa segera
dibebaskan jika ia ditahan.
Barang bukti : 194 KUHAP

 Apabila suatu tindak pidana terbukti, maka


terhadap barang bukti :
 Yang berasal dari kejahatan :
 Dikembalikan kepada yang berhakyang namanya
tercantum dalam putusan
 Dikembalikan kepada saksi korban
 Alat yang dipergunakan melakukan kejahatan :
 Dirampas untuk dirusakkan atau dimusnahkan
 Dirampas untuk negara
 Dirampas untuk barang bukti perkara lain
 Apabila suatu tindak pidana terbukti tidak
terbukti, atau lepas dari tuntutan
hukum,maka terhadap barang bukti :
 Bisa dikembalikan kepada terdakwa
 Bisa dikembalikan kepada yang berhak namanya
tercantum dalam putusan
 Bisa dirampas untuk dijadikan barang bukti dalam
perkara lain
Pasal 194 ayat 2 dan KUHAP

 Kecuali apabila terdapat alasan yang sah, pengadilan


menetapkan supaya barang bukti diserahkan segera
sesudah sidang selesai.
 Penetapan mengenai penyerahan barang tersebut
misalnya sangat diperlukan untuk mencari nafkah, seperti
kendaraan, alat pertanian dan lain-lain.

 Perintah penyerahan barang bukti dilakukan tanpa


disertai sesuatu syarat apapun kecuali dalam hal
putusanpengadilan belum mempunyai kekuatan
hukum tetap.
 Penyerahan barang bukti tersebut dapat dilakukan
meskipun putusan belum mempunyai kekuatan hukum
tetap, akan tetapi harus disertai dengan syarat tertentu,
antara lain barang tersebut setiap waktu dapat dihadapkan
ke pengadilan dalam keadaan utuh.
Biaya perkara (pasal 222 KUHAP)

 Jika terdakwa dijatuhi pidana, maka dibebani


membayar ongkos perkara
 Jika terdakwa diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, biaya perkara
dibebankan kepada negara
Pemberitahuan hak hak terdakwa
 Segera sesudah putusan pemidanaan diucapkan, bahwa hakim
ketua sidang wajib memberitahukan kepada terdakwa tentang
segala apa yang menjadi haknya, yaitu:
a) hak segera menerima atau segera menolak putusan;
b) hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau
menolak putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh
undang-undang ini;
c) hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam tenggang
waktu yang ditentukan oleh undang-undang untuk dapat
mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan;
d) hak. minta diperiksa perkaranya dalam tingkat banding dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh undangundang ini,
dalam hal ia menolak putusan;
e) hak mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh undang-undang
ini.
Berita acara sidang
 Segala kejadian dalam sidang dicatat dalam berita acara
persidangan
 Berita acara persidangan memuat segala hal yang penting
dari keterangan saksi, keterangan ahli, dan keterangan
terdakwa, kecuali jika hakim ketua sidang menyatakan
bahwa untuk itu cukup menunjuk berita acara pemeriksaan
dengan menyebut perbedaan antara satu dengan yang lain
 Atas permintaan penuntut umum, terdakwa atau penasihat
hukum, ketua sidang wajib memerintahkan kepada
panitera supaya dibuat catatan secara khusus tentang
suatu keadaan atauketerangan
 Berita acara sidang ditanda tangani oleh Hakim Ketua
Sidang dan Panitera.
Petikan dan salinan putusan
 Salinan putusan merupakan turunan putusan yang
diterbitkan oleh pengadilan. Sedangkan, petikan putusan
merupakan kutipan isi dari putusan yang memuat amar
putusan majelis hakim.
 Pasal 226
 (1) Petikan surat putusan pengadilan diberikan kepada terdakwa
atau penasihat hukumnya segera setelah putusan diucapkan.
 (2) Salinan surat putusan pengadilan diberikan kepada penuntut
umum dan penyidik, sedangkan kepada terdakwa atau penasihat
hukumnya diberikan atas permintaan.
 (3) Salinan surat putusan pengadilan hanya boleh diberikan
kepada orang lain dengan seizin ketua pengadilan setelah
mempertimbangkan kepentingan dari permintaan tersebut.
Acara Pemeriksaan Singkat

 Pada dasarnya pengertian tentang acara


pemeriksaan singkat dapat disimpulkan dari
pasal 203 ayat (1) KUHAP, yang berbunyi:
 “Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan
singkat ialah perkara kejahatan atau pelanggaran
yang tidak termasuk ketentuan pasal 205 dan
menurut penuntut umum pembuktian serta
penerapan hukumnya mudah dan sifatnya
sederhana”
 acara pemeriksaan singkat adalah pemeriksaan
perkara yang oleh penuntut umum pembuktian dan
penerapan hukum mudah dan sifatnya dan sifatnya
sederhana serta bukan serta bukan tindak pidana
ringan atau perkara pelanggaran lalu lintas jalan.
 Kata “mudah” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang dikeluarkan Departemen
pendidikan dan kebudayaan tercantum
artinya:”tidak memerlukan banyak tenaga
atau pikiran dalam mengerjakan; tidak sukar,
tidak berat, gampang.”
 Pelimpahan perkara dalam acara pemeriksaan singkat tanpa disertai
surat dakwaan hanya dicatat dalam berita acara dan dalam berita acara
tindak pidana yang didakwakan antara lain:
 a. Unsur tindak pidana yang didakwakan
 b. Menyebut tempat dan waktu tindak pidana dilakukan
 c. Perbuatan materiil yang dilakukan terdakwa
 Bahwa catatan tentang dakwaan dalam acara pemeriksaan singkat
tersebut, diatur dalam pasal 143 ayat (2) b KUHAP yang berbunyi:
 “Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.”
 Setelah hakim menyatakan sidang dibuka untuk umum lalu
menanyakan identitas terdakwa, seterusnya penuntut umum
menyampaikan kepada hakim tentang tindak pidana yang didakwakan
yang diucapkan secara lisan dan panitera mencatat dakwaan yang
diucapkan oleh jaksa atau penuntut umum yang fungsinya sebagai
pengganti surat dakwaan seperti dalam acara pemeriksaan biasa.
 Melimpahkan perkara dengan acara pemeriksaan singkat mempunyai tujuan agar
perkara hari itu juga dapat diselesaikan dengan cepat dan biaya murah.
Acara Pemeriksaan Cepat.

 Pemeriksaan acara pemeriksaan cepat diatur


dalam bagian keenam Bab XVI terdiri dari:
 a. Paragraf I : Acara Pemeriksaan Tindak Pidana
Ringan
 b. Paragraf II: Acara Pemeriksaan Perkara
Pelangaran Lalu Lintas Jalan
Acara Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan

 Dalam pasal 205 ayat (3) yang berbunyi:


 “Dalam Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(10, pengadilan mengadili dengan hakim tunggal pada tingkat
pertama dan terakhir, kecuali dalam hal dijatuhkan pidana
perampasan kemerdekan terdakwa dapat minta banding.”
 Dari bunyi pasal 205 ayat (3) KUHAP, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan yaitu;
 1. Sidang perkara dengan acara pemeriksaan ringan dengan
hakim tunggal.
 2. Keputusan hakim terdiri dari 2 macam:
 a. Keputusan berupa pidana denda dan atas keputusan tersebut
terhukum tidak dapat naik banding.
 b. Keputusan yang berupa perampasan kemerdekaan,
terhukum diberi hak untuk naik banding ke pengadilan tinggi.
Acara Pemeriksaan Perkara Pelangaran Lalu lintas Jalan

 pasal 207 ayat (1) KUHAP, yang berbunyi:


 a. Penyidik memberitahukan secara tertulis
kepada terdakwa tentang hari, tanggal, jam dan
tempat ia harus menghadap sidang pengadilan
dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh
penyidik, selanjutnya catatan bersama berkas
dikirim ke pengadilan.
 b. Perkara dengan acara pemeriksaan tindak
pidana ringan yang diterima harus segera di
sidangkan pada hari itu juga.
 tidak perlu dibuat berita acara pemeriksaan cukup
dibuat berita acara pemeriksaan cukup dibuat
catatan dalam catatan pemeriksaan memuat
dakwaan dan pemberitahuan yang harus segera
diserahkan kepada pengadilan selambat-lambanya
pada kesempatan hari sidang pertama berikutnya.
 Dalam pemeriksaan sidang pengadilan apabila
terdakwa tidak hadir karena suatu halangan, maka
terdakwa dapat menunjuk seseorang dengan surat
kuasa untuk mewakili di sidang pengadilan. Hal
tersebut diatur dalam pasal 213 KUHAP yang
berbunyi: “Terdakwa dapat menunjuk seorang
dengan surat untuk mewakilinya di sidang.”

Anda mungkin juga menyukai