Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
popular selama tiga hari atau lebih yang disertai 380 C atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah. Campak merupakan penyakit endemic di banyak
Negara terutama di Negara berkembang. Angka kesakitan diseluruh dunia mencapai 5-
10 kasus per 10.000 dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih
ditemukan dinegara maju. Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika
Serikat, terdapat lebih dari 1,5 juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus
campak menurun drastis dan hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada tahun 1998.
Di indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama
pada bayi dan anak belita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986.
KLB masih terus dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB dipulau Bangka pada tahun 1971
dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981
(CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada
tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0%.
Angka kesakitan campak di indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang
dilaporkan, meskipun pada kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah
terserang campak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teori konsep penyakit daripenyakit campak?
2. Bagaimana konsep teori asuhan keperawatan komunitas mengenai seting sekolah
dengan penyakit kulit campak?
3. Berikan contoh dari kasus dan asuhan keperawatan komunitas dengan seting sekolah
penyakit kulit campak!

7
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
 Memenuhi salah satu tugas Mata KuliahKeperawatan Komunitas II.
 Menjelaskan teori dari penyakit Campak
 Menjelaskan secara teoritis asuhan keperawatan komunitas dengan seting sekolah
penyakit kulit campak.
 Memberikan contoh kasus dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas yang
dapat dibuat dari kasus yang ada.

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus. (Widoyono, 2008)
Campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
popular selama tiga hari atau lebih yang disertai 380 C atau lebih dan disertai salah satu
gejala batuk, pilek, dan mata merah. (WHO)
2.2 Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemic di banyak Negara terutama di Negara
berkembang. Angka kesakitan diseluruh dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 dengan
jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Campak masih ditemukan dinegara maju.
Sebelum ditemukan vaksin pada tahun 1963 di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 1,5
juta kasus campak setiap tahun. Mulai tahun 1963 kasus campak menurun drastis dan
hanya ditemukan kurang dari 100 kasus pada tahun 1998.
Di indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama
pada bayi dan anak belita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986.
KLB masih terus dilaporkan. Dilaporkan terjadi KLB dipulau Bangka pada tahun 1971
dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981
(CFR=15%), dan KLB di Palembang, Lampung, dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada
tahun 2003, di Semarang masih tercatat terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0%.
Angka kesakitan campak di indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang
dilaporkan, meskipun pada kenyataannya hampir semua anak setelah usia balita pernah
terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena
campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa penyakit ini akan
sembuh sendiri bila ruam merah pada kulit sudah timbul, yang berakibat ada usaha-
usaha untuk mempercepat timbulnya ruam. Mereka beranggapan bahwa kalau ruam
tidak keluar ke kulit, penyakit ini akan menyerang ‘ke dalam’ tubuh dan menimbulkan
dan menimbulkan akibat yang lebih fatal daripada penyakitnya sendiri.
Campak biasanya menyerang anak berusia 5-10 tahun sebelum penggunaan
vaksin campak. Setelah masa imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering

9
menyerang anak usia remaja dan orang dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi
sewaktu kecil, atau mereka yang di imunisasi pada saat usianya lebih dari 15 bulan.
Penelitian di rumah sakit selama tahun 1984-1988 melaporkan bahwa campak paling
banyak terjadi pada usia balita, dengan kelompok tertinggi pada usia 2 tahun (20,3%),
di ikuti bayi (17,6%), anak usia 1 tahun (15,2%), usia 3 tahun (12,3%), dan usia 4 tahun
(8,2 ^%).
Angka kematian terus menurun dari waktu kewaktu. Menrtu lapaoran
blitbangkes di sukabumi pada tahun 1982, CFR campak sebesar 0,64% dan di banyak
provinsi ditemukan CFR antara 0,76 – 1,4%.
2.3 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak, dari family paramyxovirus, genus
morbilivirus. Virus ini adalah virus RNA yang dikenal hanya mempunyai satu antige.
Strktur virus ini mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza.
Setelah timbulnya ruam kulit, virus aktif dapat ditemukan pada sekret nasofaring, darah,
dan air kencing dalam waktu sekitar 34 jam pada suhu kamar.
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 00 C dan
selama 15 minggu pada sediaan beku. Diluar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada
suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilana infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5
hari. Virus ini mudah hancur oleh sinar ultraviolet.
2.4 Penularan
Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi
terutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak
rentan akan tertular. Campak ditularan mealui droplet diudara oleh penderita sejak 1
hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam. Masa
inkubasinya antara 10-12 hari.
Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada
janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai
bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya
sendiri secara aktif: setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah
infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, IgM akan terbentuk dan akan cepat
menghilang untuk kemudian digantikan oleh IgG. Adannya karier campak sampai
sekarang tidak terbukti.cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan
menyebaban kekebalan kelompok (heard immunity) yang akan menyebabkan
penururnan kasus campak dimasyarakat.
10
2.5 Tanda dan Gejala
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasannya tinggi,
diikuti koriza, batuk, dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak dikategorikan
dalam tiga stadium:
1. Stadium masa inkubasi, berlangsung selama 10-12 hari.
2. Stadium masa prodromal, yaitu muncunya demam ringan sampai sedang, batuk
yang makin berat, koriza, peradangan mata dan muculnya enantema atau bercak
koplik yang khas pada campak yaitu bercak putih pada mukosa pipi. Biasanya
stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi
sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan
dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah. Jarang ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang
terdapat macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran
penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.
3. Stadium akhir, ditandai demam tinggi dan timbulnya ruam-ruam kulit kemerahan
yang dimulai dari belakang telinga dan kemudian menyebar keleher, muka, tubuh,
dan anggota gerak. Dua hari kemudian biasanya suhu akan menurun dan gejala
penyakit mereda. Ruam kulit akan mengalami hiperpigmentasi (berubah warna
menjadi lebih gelap) dan mungkin mengelupas. Penderita akan tampak sehat bila
tidak disertai komplikasi. Komlikasi yang sering terjadi adalah knjungtivitis,
brokopneumonia, radang telinga tengah, dan peradangan otak.
2.6 Pengobatan
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan
kalori yang cukup. Obat symptomatic yang perlu diberikan antara lain:
1. Antidemam
2. Antibatuk
3. Vitamin A
4. Antibiotic diberikan bila ada indikasi, misalnya: jika campak disertai dengan
komplikasi.
11
Pasien tanpa komplikasi dapat berobat jalan dipuskesmas atau unit pelayanan
kesehatan lain, sedangkan pasien campak dengan komplikasi memerlukan rawat inap
dirumah sakit.
2.7 Pencegahan
Imunisasi campak yang diberikan pada bay berusia 9 bulan merupakan
pencegahan yang paling efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang
dilemahkan. Pemberian vaksin dengan cara intrakutan dan intramuscular dengan dosis
0,5cc.
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14
tahun, sedangkan untuk mengendalikan penyakit diperlukan cakupan imunisasi paling
sedikit 80% per wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari menurunnya jumlah kasus
campak dari waktu ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh:
1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibiotic ibu.
Antibody itu akan menetralisasi vaksin yang diberikan.
2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengankutan, atau penggunaan diluar
pedoman.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DENGAN SETTING SEKOLAH PENYAKIT KULIT (CAMPAK)

KASUS

Sekolah Dasar B terletak di Jalan Kapten Tendean no. 7 Kota Tasikmalaya. SD ini
mempunyai murid sebanyak 250 orang dengan didalamnya terdiri dari 234 orang suku sunda
dan 16 orang suku lainnya, guru sebanyak 20, dan karyawan sebanyak 4 orang. Setiap warga
Sekolah Dasar B mayoritas beragama islam yang terdiri dari 269 dan 5 orang yang beragama
kristiani (murid). Terdapat 4 orang murid yang menderita penyakit kulit (campak) dua
diantaranya sudah dilakukan pengobatan, kondisinya sudah membaik karena sudah
ditanggulangi sejak gejala dini mulai muncul. Sedangkan dua orang lagi sudah dilakukan
pengobatan, namun tak kunjung sembuh karena terlambat dibawa ke tempat pelayanan
kesehatan. Di SD B terdapat UKS, namun tidak dipergunakan.

I. Pengkajian
A. Data inti
1. Demografi
Sekolah Dasar B mempunyai 13 ruangan yang terdiri dari kantor kepala sekolah,
ruang guru, 6 kelas, UKS, toilet sekolah, mushola, dan kantin. Murid di sekolah
dasar B berjumlah 250 orang. Berdasarkan pengkajian, didapatkan data sebagai
berikut:
Batas wilayah utara : kantin
Batas wilayah selatan : rumah warga.
Batas wilayah barat : lapang sepek bola.
Batas wilayah timur : mushola.

13
a) Komposisi Usia Populasi (Guru dan karyawan)

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


No
(tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 25-30 6 2 8

2 31-35 4 5 9

3 36-40 1 2 3

4 41-45 0 1 1

5 46-50 1 0 1

6 51-55 1 1 2

7 56-60 0 0 0

Jumlah 13 11 24

Berdasarkan tabel di atas, guru laki-laki lebih banyak daripada guru


perempuan yaitu: perempuan sebanyak 11 orang dan laki-laki sebanyak 13
orang. Pada usia 31-35 tahun merupakan jumlah terbanyak guru yang
mengajar di sekolah tersebut dimana usia tersebut merupakan usia produktif.

b) Komposisi Usia Populasi (Murid)

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


No
(tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1 6-7 17 18 35

2 7-8 19 18 37

3 8-9 21 20 41

4 9-10 23 22 45

5 10-11 13 15 28

6 11-12 19 20 39

14
7 12-13 12 13 25

Jumlah 124 126 250

c) Ras/Suku/Etnik Populasi

Ras/Suku
0%0%

6%

Sunda
Lain-lain

94%

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa suku Sunda lebih dominan
yaitu sebanyak 93% daripada suku lain-lain sebanyak 7%.
2. Vital statistic (dalam 1 tahun terakhir)
a) Jumlah kematian : tidak ada
b) Jumlah penderita campak : 4 orang
3. Nilai/keyakinan
a) Agama

Distribusi Warga Sekolah


Berdasarkan Agama
2%

Islam
kristiani

98%

15
Berdasarkan diagram diatas sebagian warga sekolah dasar B terdiri dari 98%
agama islam dan 2% beragama kristiani.
b) Keyakinan yang biasa dilakukan warga sekolah
 Setiap hari Jumat murid diwajibkan memakai baju muslim (hitam putih)
dan selalu diadakan pembacaan Asmaul-Husna bersama-sama.
 Setiap hari sebelum belajar, murid dituntun untuk membaca Al-quran.
 Untuk murid yang beragama non muslim sekolah B memberikan
kebebasan untuk mengikuti ataupun untuk tidak mengikuti kegiatan
tersebut.
4. Sejarah pendirian sekolah
Sekolah ini didirikan pada tahun 1985. Pada awalnya didirikan di atas tanah wakaf
milik warga setempat. Awalnya siswa di sekolah ini hanya berjumlah 60 orang.
Kemudian pada tahun 1992 sekolah ini diresmikan menjadi sekolah negeri dengan
jumlah siswa yang semakin meningkat. Hingga saat ini jumlah siswa sebanyak
250 orang.

B. 8 Sub Sistem Betty Neuman


1. Lingkungan
a. Kualitas Udara, Air dan Kebisingan
Tiap-tiap ruangan kelas I-VI pencahayaannya terang, sinar matahari cukup.
Sumber air berasal dari sumur galian dengan kualitas air yang kurang bersih
dan agak berbau. Letak sekolah berada di dekat jalan raya dengan keadaan
yang cukup bising dan kualitas udara yang kurang baik di tandai dengan
tampaknya polusi udara yang berasal dari kendaran bermotor maupun mobil.
Setiap kelas mempunyai jadwal kebersihannya masing- masing setiap hari.
b. Jarak dengan Industry, Jenis Industri yang Dekat dengan Sekolah
Terdapat industri otomotif bengkel motor di dekat sekolah dengan jarak
sekitar 15 meter dari sekolah.
c. Struktur Bangunan Sekolah, Keamanan dan Kenyamanan
Luas bangunan sekolah dasar B yaitu 700 m2 dengan karakteristik bangunan
cukup baik, serta tingkat keamanan sekolah dinilai cukup aman dengan
penjaga sekolah sebanyak 1 orang, tukang kebun dan petugas kebersihan
masing-masing 1 sebanyak satu orang.

16
d. Fasilitas sekolah
Sekolah Dasar B mempunyai 13 ruangan yang terdiri dari ruangan kepala
sekolah dan ruangan guru, 6 kelas, UKS, kantin, toilet, musola, dan
lapangan.

Gerbang

kantin

K.1

K.2
LAPANGAN

K.3

R.
Kepsek
dan guru

Toilet

UKS K.6 K.5 K.4 sumur

P L

Perumahan

Bengkel

2. Pendidikan
a. Kurikulum hidden tentang health promotion
Sekolah Dasar B tidak terdapat kurikulum khusus tentang health promotion,
hanya terdapat pelajaran Olahraga.
a. Kurikulum mandiri tentang health promotion
Sekolah Dasar B sering menerapkan gerakan cuci tangan bersama dan

17
pemeriksaan kuku setiap minggunya.
b. Alokasi belajar tentang kesehatan, terstruktur, rutin
Terstruktur dan rutin

3. Keamanan dan Transpotasi


a. Petugas keamanan
Sekolah Dasar B terdapat satu orang petugas keamanan sekolah (penjaga
sekolah).
b. Sarana transportasi siswa
Mayoritas siswa/siswi Sekolah Dasar B seringnya jalan kaki dikarenakan
rumah mereka yang tidak jauh dengan lokasi sekolah, namun ada beberapa
siswa yang sering diantar jemput oleh orang tuanya dengan menggunakan
kendaraan.
c. Keamanan sarana transportasi siswa
Keamanan sarana transfortasi siswa/siswi Sekolah Dasar B dinilai cukup
aman karena mayoritas siswa kebanyakan berjalan kaki selain karena jarak
sekolah yang cukup dekat mereka juga dibantu oleh penjaga sekolah
apabila ada siswa yang hendak menyebrang jalan.
d. Keamanan dijalan menuju sekolah
Dikarenakan siswa/siswi Sekolah Dasar B mayoritasnya jalan kaki dan
apabila ada yang hendak menyebrang jalan sering dibantu oleh petugas
keamanan sekolah sehingga untuk keamanan dijalan menuju sekolah cukup
aman.
e. Jembatan penyebrangan dekat dengan sekolah
Tidak terdapat jembatan penyebrang didekat Sekolah Dasar B.
f. Petugas dijalan raya
Dekat Sekolah Dasar B terdapat petugas dijalan raya yaitu petugas
keamanan sekolah namun apabila di pagi hari saat siswa datang ke sekolah
dan pada waktu pulang sekolah.
g. Keamanan fasilitas sekolah
Keamanan fasilitas sekolah cukup aman karena terdapat petugas keamanan
sekolah yang sering mengontrol fasilitas yang ada di Sekolah Dasar B.
h. Keamanan makanan/minuman siswa

18
Sekolah Dasar B terdapat kantin yang menyediakan makanan dan minuman
yang aman untuk dikonsumsi karena yang menyediakan makanan keluarga
dari Guru Sekolah Dasar B dan apabila ada pedagang dari luarpun selalu
dipantau langsung oleh pihak sekolah.

4. Politik dan Pemerintahan


a. Aturann PEMDA tentang Siswa
Ditentukan peraturan dari pemerintah dalam satu kelas maksimal 28 siswa
namun karena banyaknya siswa yang mendaftar sehingga dalam satu kelas
terkadang melebihi kuota maka dibentuk dalam satu kelas dibagi menjadi
dua sub kelas yaitu kelas a dan kelas b.
b. Perlindungan Pemerintah terhadap Siswa
Di Sekolah Dasar B tidak ada perlindungan khusus dari pemenrintah
terhadap siswa.
c. Situasi politik dan pengaruhnya terhadap siswa
Di Sekolah Dasar B tidak memperbolehkan adanya kegiatan politik apapun
yang masuk, sehingga tidak ada pengaruh dari situasi politik sekitar
lingkungan sekolah.
5. Pelayanan umum dan Kesehatan
a. Akses Pelayanan Kesehatan terhadap Siswa; datang ke sekolah, rutin
Di Sekolah Dasar B terdapat UKS, namun UKS tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dikarenakan pihak sekolah kurang memperhatikan
ditandai dengan ruang UKS yang terlihat kotor seperti yang tidak pernah
dirawat.
b. Jenis Pelayanan Kesehatan yang Diberikan
Di Sekolah Dasar B sering dilakukan imunisasi namun tidak berkala dan
tidak rutin diselenggarakan.
c. Dampak Pelayanan Kesehatan terhadap Siswa
Terdapat banyak siswa yang terkena penyakit campak akibat dari
kurangnya pendidikan kesehatan serta imunisasi yang tidak berkala.
d. Jenis Pelayanan Umum untuk Siswa (Halte, Bis, LSM, Beasiswa, Jaminan
kesehatan, dll.)
Tidak ada jenis pelayanan umum untuk siswa di Sekolah Dasar B, hanya
ada sedikit bantuan dari pemerintah seperti BOS.
19
6. Komunikasi
a. Jenis Alat Komunikasi yang Digunakan Siswa; rutin, keterjangkauan ke
seluruh siswa
Disediakan telepon di ruang guru untuk menghubungi keluaga siswa bila
terjadi sesuatu yang mengharuskan keluarga datang menjemput siswa.
Siswa tidak ada yang membawa handphone ke sekolah. Selalu disiapkan
surat/ undangan untuk memulai suatu kegiatan, yang disebarkan ke
keluarga siswa
b. Dampak Media Komunikasi bagi Siswa
Sangat mempermudah komunikasi antara pihak sekolah dengan keluarga
siswa yang ada di Sekolah Dasar B.
7. Ekonomi
a. Tingkat Kesejahteraan Siswa
Kondisi ekonomi siswa di sekolah ini tergolong ekonomi menengah ke
bawah, kebanyakan orang tua dari siswa berprofesi sebagai buruh.
Beberapa sarana yang dibutuhkan para siswa seperti seragam, buku, dan
lainnya dibantu dari dana BOS atau dari pihak sekolah.
b. Dampak Kesejahteraan dengan Status Kesehatan Siswa
Walauppun dengan status ekonomi yang rendah, namun itu tidak
mempengaruhi kondisi kesehatan para siswa.
c. Siswa Bekerja sambilan; selama waktu atau di luar waktu sekolah selama
tidak ada siswa yang bekerja sambilan selama waktu ataupun di luar waktu
sekolah.
8. Rekreasi
a. Sarana Rekreasi Siswa
Selalu diadakan kegiatan rekreasi 2 tahun sekali khusus untuk kelas 4, 5 dan
6 dengan tujuan wisata ke beberapa tempat bersejarah, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, dll. Bagi siswa kelas 1, 2 dan 3 dilakukan
rekreasi ke tempat wisata air terdekat yang
b. Jadwal Rekreasi
Dilakukan secara rutin 2 tahun sekali.
c. Dampak Rekreasi terhadap Siswa
Dampaknya sangat bermanfaat bagi siswa, seperti kunjungan ke tempat
wisata sejarah, karena dapat menambah wawasan bagi para siswa.
20
Sementara untuk kunjungan ke tempat wisata lainnya, seperti berenang,
dapat memberi manfaat dari segi kesehatan
d. Reaksi yang sehat
Berenang dilokasi wisata air terdekat yang dilakukan 6 bulan sekali.

21
C. Analisis data
Data Masalah Kesehatan Diagnose Keperawatan
Data subjektif: Peningkatan penyebaran Peningkatan penyebaran
Guru mengatakan di penyakit campak di penyakit campak di
Sekolah Dasar B sering Sekolah Dasar B Sekolah Dasar B
dilakukan imunisasi namun berhubungan dengan
tidak berkala dan tidak adanya siswa yang
rutin diselenggarakan. menderita campak serta
Data Objektif: kurangnya pengetahuan
Terdapat 4 orang murid sekolah akan pentingnya
yang menderita penyakit imunisasi
kulit (campak) dua
diantaranya sudah
dilakukan pengobatan,
kondisinya sudah membaik
karena sudah ditanggulangi
sejak gejala dini muli
muncul. Sedangkan dua
orang lagi sudah dilakukan
pengobatan, namun tak
kunjung sembuh karena
terlambat dibawa ke
tempat pelayanan
kesehatan.
Data Subjektif: Kurangnya optimalisasi Kurangnya optimalisasi
Sebagian siswa Sekolah UKS UKS berhubungan dengan
Dasar B mengatakan tidak ada pembinaan
bahwa disekolahnya kesehatan sejak dini.
terdapat UKS, namun UKS
tidak berfungsi
sebagaimana mestinya
dikarenakan pihak sekolah
kurang memperhatikan.

22
Data Objektif
Sekolah Dasar B tidak
berfungsi. Ditandai
dengan UKS yang terlihat
kotor seperti yang tidak
pernah dirawat.

D. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan penyebaran penyakit campak di Sekolah Dasar B berhubungan
dengan adanya siswa yang menderita campak serta kurangnya pengetahuan
sekolah akan pentingnya imunisasi., ditandai dengan:
Data subjektif: Guru mengatakan di Sekolah Dasar B sering dilakukan imunisasi
namun tidak berkala dan tidak rutin diselenggarakan.
Data objektif: Terdapat 4 orang murid yang menderita penyakit kulit (campak)
dua diantaranya sudah dilakukan pengobatan, kondisinya sudah membaik karena
sudah ditanggulangi sejak gejala dini mulai muncul. Sedangkan dua orang lagi
sudah dilakukan pengobatan, namun tak kunjung sembuh karena terlambat
dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Kurangnya optimalisasi UKS berhubungan dengan tidak ada pembinaan
kesehatan sejak dini. Ditandai dengan:
Data Subjektif: Sebagian siswa Sekolah Dasar B mengatakan bahwa
disekolahnya terdapat UKS, namun UKS tidak berfungsi sebagaimana mestinya
dikarenakan pihak sekolah kurang memperhatikan.
Data objektif: Sekolah Dasar B tidak berfungsi. Ditandai dengan UKS yang
terlihat kotor seperti yang tidak pernah dirawat.

23

Anda mungkin juga menyukai